Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

KERATITIS

Pembimbing :
dr. Moch. Soewandi, Sp.M
Disusun oleh :
Siti Abila Zebadiah
030.14.177
IDENTITAS PASIEN

• Nama : Ny. M
• No. RM : 02.94.09
• Usia : 25 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : Jakarta Timur
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Guru
• Status pernikahan: Belum menikah
ANAMNESIS

Keluhan Utama
• Mata kiri merah sejak 3 hari SMRS.

Keluhan Tambahan
• Sulit membuka mata, kelopak mata bengkak, mata
berair, silau
Riwayat Penyakit
Sekarang

3 hari 1 hari Ke Poli 1 bulan


SMRS SMRS Mata RSAU kemudian

• Mata kiri merah Keluhan dirasa Pasien kontrol ketiga


• Menyeluruh memberat • Merah sudah berkurang
• Muncul tiba-tiba • Infiltrat (+)
• Susah membuka mata
• Kelopak mata bengkak
• Pandangan kabur
• Silau
Riwayat Penyakit
Sekarang
• Keluhan seperti mata berair, gatal, terasa pegal, mual, muntah
disangkal.
• Tidak ada keluhan nyeri pada satu sisi badan.
• Riwayat kelilipan, mengucek mata, dan penggunaan lensa
kontak disangkal.
• Pasien menyangkal adanya riwayat demam, batuk, trauma
pada mata atau terkena cairan dan bahan kimia pada mata atau
riwayat operasi.
Riwayat Penyakit
Dahulu
• Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
• Pasien menggunakan kacamata.
• Riwayat hipertensi, riwayat penyakit diabetes mellitus,
riwayat penyakit paru, riwayat penyakit hati, riwayat alergi
disangkal.
Riwayat
Riwayat Riwayat
Penyakit
Pengobatan Kebiasaan
Keluarga
• Keluhan serupa • Terapi untuk • Merokok (-)
(-) keluhan sekarang • NAPZA (-)
• Hipertensi (-) (-) • Alkohol (-)
• DM (-) • Konsumsi obat- • Terkadang tidak
• Alergi (-) obatan rutin (-) membersihkan
kosmetik pada
mata
PEMERIKSAAN
FISIK
Keadaan Umum
Kesan sakit : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
IMT : 37.5 (Obesitas Derajat II)
BB: 90 kg TB: 156 cm
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Suhu : 36,0C / afebris
Pernapasan : 20 x / menit
STATUS
OFTALMOLOGI

OD   OS

6/7,5 Visus 6/7,5

Ortophoria Kedudukan Bola Mata Ortophoria

Pergerakan Bola Mata


Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
OD OS
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Massa (-) Massa (-)
Sikatriks (-) Sikatriks (-)
Ektropion (-) Palpebra Superior Ektropion (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Ptosis (-) Ptosis (-)
Lagoftalmus (-) Lagoftalmus (-)
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Distikiasis (-) Distikiasis (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)
Entropion (-) Palpebra Inferior Entropion (-)
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Distikiasis (-) Distikiasis (-)
OD OS
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Folikel (-) Konjungtiva Tarsalis Folikel (-)
Sekret (-) Superior Sekret (-)
Cobblestone / Cobblestone /
hipertrofi papil (-) hipertrofi papil (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi konjungtiva (-) Injeksi siliar (+)
Injeksi siliar (-) Injeksi episklera (-)
Injeksi episklera (-) Perdarahan
Jaringan fibrovaskular Konjungtiva Bulbi Subkonjungtiva(-)
(-) Jaringan fibrovaskular
Penebalan sekitar (-)
limbus (Horner Trantas Penebalan sekitar
dots) (-) limbus (Horner Trantas
dots) (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Benda asing (-) Benda asing (-)
Sekret (-) Konjungtiva Tarsalis Sekret (-)
Massa (-) Inferior Massa (-)
Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
OD OS
Jernih Keruh
Benda asing (-) Benda asing (-)
Sikatrik (-) Kornea Sikatrik (-)
Infiltrat (-) Infiltrat (+)
Erosi pungtata (-) Erosi pungtata (-)
Dalam Dalam
Hipopion (-) Hipopion (-)
Hifema (-) COA Hifema (-)
Sel (-) Sel (-)
Flare (-) Flare (-)
Warna cokelat Warna cokelat
Kripta baik Kripta baik
Sinekia (-) Iris Sinekia (-)
Atrofi (-) Atrofi (-)
Iridodialisis (-) Iridodialisis (-)
Tremulans iris (-) Tremulans iris (-)
OD OS
Bulat Bulat
Isokor Isokor
Refleks cahaya Refleks cahaya
langsung (+) Pupil langsung (+)
Refleks cahaya Refleks cahaya
tidak langsung (+) tidak langsung (+)
Jernih Lensa Jernih
Shadow test (-) Shadow test (-)
Jernih Vitreous Humor Jernih
12 mmhg TIO 11 mmhg
Sama dengan Sama dengan
pemerika Tes Konfrontasi pemeriksa
RESUME
• Pasien datang ke Poli Mata RSAU dengan keluhan mata kiri
merah sejak 3 hari SMRS . Keluhan mata merah terjadi pada
keseluruhan mata pasien. Keluhan muncul secara tiba-tiba
dan dirasa memberat sejak 1 hari SMRS. Keluhan disertai
susah membuka mata, kelopak mata bengkak, silau, dan
pandangan kabur.
• Keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran compos
mentis, dan tanda vital dalam batas normal. Status
oftalmologi didapatkan visus OD 6/7,5 dan visus OS 6/7,5.
Pada konjungtiva bulbi mata kiri tampak injeksi siliar dan
pada kornea mata kiri tampak keruh disertai adanya
infiltrat.
DIAGNOSIS KERJA
• Keratitis
TATALAKSANA
Non Medikamentosa
• Rajin mencuci tangan dan membersihkan mata dengan air bersih
lalu dikeringkan dengan kain atau handuk bersih.
• Tidak mengucek mata.
• Tidak menggunakan lensa kontak saat terjadi keluhan pada mata.

Medikamentosa
• Antibiotik & antiradang topikal  tobroson eyedrop 6 dd gtt I os
• Antibiotik topikal  LFX eyedrop 6 dd gtt I OS
• Avtivirus topikal  hervis eye ointment 3 dd OS
• Analgetik & anti radang  na diclofenac 25 mg 2x1
PROGNOSIS

Ad vitam: bonam

Ad functionam: bonam

Ad sanationam: dubia ad bonam


TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Histologi
Kornea
KERATITIS
Definisi
• Keratitis merupakan peradangan yang terjadi pada
kornea.
• Keratitis dapat diklasifikasikan berdasarkan lapisan
kornea yang terkena, yaitu keratitis superfisialis, dan
interstisial atau profunda.
• Keratitis berdasarkan akibat atau etiologi dibedakan
menjadi keratitis bakterial, viral, jamur, dan protozoa.
Epidemiologi
• Variasi geografi yang luas dari epidemiologi keratitis bakteri
dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan iklim. Keratitis jamur
terhitung sebanyak 50% dari seluruh kasus dari kultur
keratitis di beberapa negara berkembang.
• Keratitis jamur dan keratitis bakteri lebih sering terjadi pada
musim semi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
aktivitas agrikultur dan/ atau peningkatan proliferasi dari
agen patogen pada periode tersebut.
Faktor Resiko

• Pemakaian lensa kontak


• Trauma pembedahan
• Penggunaan steroid jangka panjang
• Merokok
• Benda asing
Patofisiologi

• Kornea bersifat avaskular  proses infiltrasi dan vaskularisasi


baru terjadi 48 jam kemudian.
• Sementara itu, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat
dalam stroma korneabekerja sebagai makrofag.
• Dilatasi pembuluh darah limbus  injeksi perikornea
• Infiltrasi sel-sel mononuklear, sel plasma, leukosit
polimorfonuklear (PMN)  infiltrat keabuan, keruh, batas
tidak tegas, permukaan tidak licin.
Klasifikasi Berdasarkan Lapisan
Superfisialis Epitalialis Mengenai Uji Uji plasido
kornea fluoresens (+)
didepan (+)
membran
bowman

  Subepitel Mengenai Uji Uji plasido


kornea fluoresens (+)
dibawah (-)
epitel kornea
Profunda Didalam Didalam Uji Uji plasido
stroma stroma fluoresens (-)
kornea kornea (-)
Klasifikasi Berdasarkan Etiologi
Keratitis Bakterial
• Keratitis bakteri berkembang dengan
cepat dan kerusakan kornea bisa
sempurna dalam 24 - 48 jam jika
bakteri penyebabnya memiliki
virulensi yang tinggi.
• Nyeri  gejala paling umum keratitis
bakterial.
• Gerakan kelopak mata akan
meningkatkan rasa sakit.
• Penurunan tajam penglihatan,
fotofobia, blefarospasme, dan mata
berair adalah gejala umum lainnya.
• Produksi sekret mungkin terjadi bila
infeksi terus-menerus terjadi.
Keratitis Jamur
• Keluhan biasanya timbul lebih
lambat (sekitar 3 minggu).
• Keluhan sakit mata hebat,
berair dan silau.
• Pada mata terlihat infiltrat
berhifa dan satelit bila terletak
didalam stroma, disertai cincin
endotel dengan plaque
bercabang-cabang dengan
endotelium plaque, gambaran
satelit pada kornea dan lipatan
Descemet.
Keratitis Viral
 Varicella zoster virus

• Fase prodormal: rasa lelah, demam, malaise dan nyeri kepala.


• Manifestasi klinis akut berupa keratitis epitel akut yang ditandai
dengan lesi dendritik kecil dan halus, konjungtivitis, episkleritis,
uveitis anterior, keratitis numular yang ditandai dengan deposit
granular subepitel dikelilingi halo, stroma keruh.
• Manifestasi kronis berupa neurotropik keratitis, skleritis, keratitis
plak mucus dan degenerasi lipid pada keratitis numular.
 Herpes Simpleks
a. Keratitis epitelial

• Bermanifestasi secara klinis


sebagai keratitis dendritik atau
geografik.
• Membentuk garis infiltrate
pada permukaan kornea
kemudian membentuk cabang.
• Gejala yang ditimbulkan
berupa fotofobia,rasa
kelilipan, tajam penglihatan
menurun, konjungtiva
hiperemis disertai sensibilitas
kornea yang hipestesia.
b. Keratitis stromal

• Gambaran keratitis diskiformis


membentuk kekeruhan infiltrat
yang bulat atau lonjong di
dalam jaringan kornea.
Keratitis Acantamoeba
• Gejala awal adalah rasa nyeri
yang tidak sebanding dengan
temuan klinisnya, kemerahan,
dan fotofobia.
• Tanda klinis yang khas adalah
ulkus kornea indolen, cincin
stroma, dan infiltrat
perineural, tetapi sering kali
hanya ditemukan perubahan-
perubahan yang terbatas pada
epitel kornea.
Penegakan Diagnosis
Anamnesis PF PP
• Keluhan: mata • Edema palpebra • Kultur swab
merah, penglihatan • Blefarospasme kornea
menurun, berair, • Injeksi pada • PCR
mata sulit dibuka, konjungtiva • Pewarnaan
silau • Kornea keruh Gram,
• Riwayat trauma • Infiltrat(+) Giemsa, KOH,
• Riwayat penyakit • Edema kornea asam periodik
kornea Schiff,
• Riwayat methenamine
penggunaan obat silver
kortikosteroid • Biopsi kornea
• Penggunaan lensa
kontak
TATALAKSANA

Keratitis Bakterial
Pada keratitis akibat bakteri dapat diberikan terapi antibiotic
topical berupa:
• Terapi empiris : fluorokuinolon (ofloxacin 0,3%, levofloksasin
0,3%, gantifloxacin 0,3%) + gentamicin 1,5% atau sefazolin
• Kokus gram positif : vankomisin 5%, fluorokuinolon 0,3%, atau
sefuroksim 0,3%
• Batang gram negative : fluorokuinolon 0,3% atau seftriason 5%
• Mycobacterium : amikacin 2%, klaritromisin 1%.
Keratitis Fungi
• Terapi nonfarmakalogi  menghentikan penggunaan lensa
kontak dan menggunakan pelindung mata terutama bila
terdapat penipisan atau perforasi kornea.
• Tatalaksana farmakologi dapat diberikan terapi topical :
 Candida : amfoterisin B 0,25 %, natamisin 5%, atau flukonazol
2%.
 Antibiotic spectrum luas untuk mencegah infeksi sekunder
dapat dipertimbangkan
 Serta dapat diberikan fluconazole intrastromal atau
subkonjungtiva untuk kasus yang berat. Antifungi sistemik
dapat diberikan pada infeksi jamur yang berat.
 Steroid topikal adalah kontra indikasi, terutama pada saat terapi
awal.
 Diberikan sikloplegik (atropin) guna mencegah sinekia posterior
untuk mengurangi uveitis anterior.
Keratitis Viral
Varicella zoster virus Herpes simpleks virus
• Acyclovir oral 800 mg  Keratitis epitel
perhari selama 7-10 hari • Antivirus topikal: acyclovir
• Antiviral topikal tidak efektif 3% atau gel gansiklofir
• Steroid topikal digunakan diberikan 5 kali sehari
pada pasien dengan • Debridement
keratitis nummular, keratitis  Keratitis disiform
intertisial, dan keratitis • terapi awal dengan steroid
disciform topikal (prednisolone 1%
atau dapat pula diberikan
deksametasone 0,1%) 
tappering off
• Antivirus topikal
Keratitis Acantamoeba

• Debridement epitel
• Larutan isethionate propamidine topical 1% secara intensif dan
salah satu dari larutan polyhexamethylene biguanide 0,01-
0,02% dan tetes mata neomycin forte.
• Kortikosteroid dapat diberikan untuk mengendalikan
peradangan dalam kornea.
• Keratoplasti
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai