Anda di halaman 1dari 38

SARI PUSTAKA

PEMERIKSAAN FISIK REGIO TORAKS DAN


INTERPRTEASINYA
Supervisor: Dr. dr. Noni Novisari Soeroso,
Akhbar Fauzan Nainggolan (190131004)
M.Ked(Paru), Sp.P (K)
Bella Fitriah Paramita (190131027)
PPDS Pendamping : dr. Harbi
BAB I
LATAR BELAKANG
LATAR BELAKANG
PPOK

ASMA
PENYAKIT PARU ANAMNESIS DAN
MERUPAKAN PEMERIKSAAN
ISPB MASALAH FISIK YANG BAIK
AKUT KESEHATAN
GLOBAL DI
DAPAT
DUNIA MEMBANTU
DIAGNOSIS 50-
TB
80%
KANKE
(Broaddus, C et al., 2015).
R PARU (PDPI, 2018).
01 TUJUAN PENULISAN 02 MANFAAT PENULISAN

Penulisan dan penyusunan sari Sari pustaka ini diharapkan dapat


pustaka ini dilakukan untuk memberikan manfaat terhadap
memenuhi persyaratan pelaksanaan penulis dan pembaca terutama yang
kegiatan Program Pendidikan Profesi terlibat dalam bidang medis dan juga
Dokter (P3D) di Departemen memberikan wawasan kepada
Pulmonologi dan Kedokteran masyarakat umum agar lebih
Respirasi Fakultas Kedokteran mengetahui dan memahami tentang
Universitas Sumatera Utara pemeriksaan fisik regio toraks dan
interpretasinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI SISTEM PERNAPASAN
ANATOMI TORAKS
Dinding Toraks
Batas-batas :
Anterior  Sternum
Lateral  Tulang Rusuk dan ruang intercostal
Posterior  Vertebra Torakalis
Superior  Suprapleural
Inferior  Diafragma
(Hussain dan Burns, 2018)

(Ball et al., 2018)


Tulang Rusuk / Kosta

(Ball et al., 2018)


Rongga Dada
Mediastinum  Kompartemen medial diantara dua
rongga pleura
Dua rongga pleura  membungkus paru-paru
(Kudzinskas dan Callahan, 2020)

(Ball et al., 2018)


Mediastinum
Secara horizontal :
Superior  Aorta, trakea, esofagus, timus
Inferior : anterior, medial, posterior
Anterior  timus
Medial  jantung
Posterior  Esofagus, N. Vagus, ductus torakikus,
aorta descendens, dll.
(Kudzinskas dan Callahan, 2020).

(Sinaga, B et al, 2017).


Penyakit Parenkim Paru :
TBC, Pneumonia, emfisema
PPOK, Mikosis paru, Penyakit
paru akibat kerja
(Sinaga, B et al, 2017).

Penyakit Saluran Napas : Penyakit Kelainan Pleura :


fibrosis kistik, bronkiektasis, asma, Efusi pleura, pneumotoraks
dan bronkitis kronik pada PPOK
PENYAKIT /
(Broaddus et al, 2015). (Putu and Pranita, 2020).
KELAINAN
PADA TORAKS

Penyakit Paru Interstitial :


fibrosis paru idiopatik, asbestosis, Penyakit Dinding Dada :
pneumonitis hipersensitivitas, Tumor dinding dada
sarcoidosis, dll
(ALA, 2020). (Bajaj and Aboeed, 2020).
ANAMNESIS

Anamnesis yang baik akan mengarahkan kita pada diagnosis antara 50


sampai 80% (Hickin et al., 2013).

ANAMNESIS PRIBADI:
Nama, umur, jenis kelamin, status pernikahan, alamat, pekerjaan, suku,
agama (PDSPDI, 2017).
ANAMNESIS PENYAKIT:
1. Keluhan utama Gejala respirasi ( batuk, sesak napas, mengi, nyeri
dada, dll), Gejala sistemik (demam, keringat malam, penuruanan berat
badan, dll)
2. Riwayat Pekerjaan  paparan polusi
3. Riwayat penyakit dahulu  riwayat Atopi dan eksim
4. Riwayat pengobatan terdahulu  termasuk inhaler, nebulizer, dan
oksigen, Catat alergi terhadap obat dan makanan.
5. Riwayat keluarga  asma, alergi, penyakit paru lainnya
6. Riwayat sosial & kebiasaan  merokok, tempat tinggal
PEMERIKSAAN FISIK INSPEKSI
1. Amati bagian kepala : mata, hidung, mulut dan bibir.
2. Perhatikan tanda-tanda kelainan perifer seperti jari tabuh, sianosis, edema tungkai, tremor
3. Lihat simetrisitas dada dan kelainan yang mungkin ditemukan, seperti deformitas, skar operasi jika ada,
venektasi, dan vena kolateral
4. Amati apakah ada ketinggalan bernapas dan penggunaan otot-otot bantu pernapasan
5. Observasi frekuensi napas dan pola pernapasan (Innes et al., 2018)
Kelainan toraks yang dapat ditemukan

Funnel Pigeon
Barrel Chest Chest Chest
(Ball et al., 2018)
Pola pernapasan

(Ball et al., 2018)


PEMERIKSAAN FISIK
PALPASI
Pada daerah leher dilakukan palpasi untuk beberapa pemeriksaan:
a. Pembesaran kelenjar getah bening (limfe)
Perabaan pembesaran kelenjar getah bening di daerah submandibula,
sepanjang sternokleidomatoideus dan suprakiavikula.
b. Posisi trakea
Menetapkan deviasi trakea sangat penting untuk mengetahui ada
tidaknya pergeseran mediastinum.
(Rasmin et al., 2017).
Pada daerah toraks dilakukan palpasi untuk beberapa pemeriksaan
a. Ekspansi Dada
Ekspansi dada berkurang secara bilateral didapatkan pada obstruksi aliran
udara kronis dan penyakit neuromuskuler dan secara unilateral pada efusi
dan konsolidasi pleura.
b. Taktil fremitus
Taktil fremitus adalah getaran yang dirasakan oleh tangan dokter yang
bertumpu pada dinding dada pasien yang sedang berbicara. (McGee et al.,
2012).
Tata cara melakukan palpasi pada pemeriksaan fisik toraks dan paru:
(PDSPDI, 2017)
Palpasi Leher
1. Melakukan perabaan kelenjar getah bening: palpasi dengan ujung jari
pada daerah sepanjang m.sternokleidomatoideus, supraklavikula, dan
infraklavikula.
2. Melakukan pemeriksaan posisi trakea dengan meletakkan ujung jari
telunjuk pada daerah antara trakea-sternokleidomastoideus, kiri, dan
kanan.

Gambar 2.10 Palpasi trakea (Talley,


N and O’connor, 2017).
Gambar 2.9 anatomi lymph node
Gambar 2.8 Palpasi leher (
(Hickin et al., 2013)
Palpasi toraks anterior
3. Melakukan perabaan di seluruh toraks untuk menilai sela iga, ada
tidaknya emfisema subkutis, benjolan/tumor atau nyeri tekan.
4. Melakukan pemeriksaan ekspansi toraks dengan meletakkan kedua
telapak tangan pada toraks kiri dan kanan dengan kedua ibu jari saling
bertemu dan meminta pasien inspirasi dalam.

Gambar 2.9 Palpasi ekspansi toraks anterior (Innes, J et al., 2018)


5. Melakukan pemeriksaan fremitus raba dengan meletakkan permukaan
palmar pangkal jari-jari atau sisi ulnar kedua tangan pada toraks anterior
kiri dan kanan.
6. Meminta pasien menyebutkan angka 77 atau 99 berulang-ulang, dan
merasakan dengan teliti getaran suara napas yang ditimbulkannya.
7. Melakukan konfirmasi antara tangan kanan dan kiri pada setiap lokasi.
8. Melakukan pemeriksaan fremitus secara sistematis dari atas ke bawah.
Palpasi toraks posterior
9. Melakukan perabaan di seluruh toraks posterior untuk menilai ada
tidaknya emfisema subkutis, benjolan/tumor atau nyeri tekan.
10. Melakukan pemeriksaan ekspansi pada toraks posterior dengan
meletakkan kedua telapak tangan pada toraks belakang kiri dan kanan
dengan kedua ibu jari saling bertemu dan meminta pasien inspirasi
dalam mulai dari bawah skapula.

Gambar 2.10 Palpasi ekspansi toraks posterior


(Ball et al., 2018)
11. Melakukan pemeriksaan fremitus raba dengan meletakkan permukaan
palmar pangkal jari-jari atau sisi ulnar kedua tangan pada toraks
posterior kiri dan kanan.
12. Meminta pasien menyebutkan angka 77 atau 99 berulang-ulang, dan
merasakan dengan teliti getaran suara napas yang ditimbulkannya.
13. Melakukan langkah no 12 di daerah toraks posterior mulai dari daerah
interskapula ke bawah.
14. Melakukan konfirmasi antara tangan kanan dan kiri pada setiap lokasi.

Gambar 2.11 Pemeriksaan taktil fremitus


(Ball et al., 2018)
PEMERIKSAAN FISIK PERKUSI

Perkusi Gelombang
melibatkan suara terdengar Kepadatan
pengetukan satu sebagai perkusi medium yang
objek terhadap nada (disebut dilalui sonor,
objek lainnya sonor) yang gelombang hipersonor,
menghasilkan muncul dari suara timpani, redup,
getaran dan getaran 4 menentukan dan pekak
gelombang sampai 6 cm di derajat nada
suara dalam jaringan perkusi
selanjutnya tubuh
(Ball et al., 2018).
(Ball et al., 2018)
Kelainan-kelainan yang dapat ditemukan

Hipersonor : Pneumotoraks, Emfisema pada PPOK, asma bronkial


Redup : Efusi Pleura, pneumonia, edema paru
Pekak : Hematotoraks, masaa mediastinum, massa paru (Broaddus et al.,2015).
Langkah-langkah pemeriksaan perkusi toraks
anterior (PDSPDI, 2017)
1. Melakukan perkusi seluruh toraks anterior dari apeks paru (daerah supraklavikula) sampai bawah untuk
menilai secara umum ada tidaknya kelainan.
2. Melakukan perkusi secara berurutan dari toraks kiri ke kanan dan ke bawah (zig-zag) sampai ke batas
toraks bawah dengan perut
3. Menentukan bunyi ketukan: sonor, hipersonor, redup, pekak, atau timpani.
4. Melakukan perkusi di daerah aksila, dengan terlebih dahulu meminta pasien mengangkat lengan ke atas
kepala
5. Perkusi batas paru-hati dan peranjakan hati
6. Perkusi batas paru–lambung dan menentukan batasnya
(Bickley dan Szilagyi, 2017)
Langkah-langkah pemeriksaan perkusi toraks posterior
(PDSPDI, 2017)

1. Melakukan perkusi seluruh toraks posterior dari apeks paru (daerah atas skapula) sampai kebawah
(interskapula terus ke bawah skapula) untuk menilai ada tidaknya kelainan.
2. Membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap lokasi pemeriksaan dengan ladder like pattern.
3. Perkusi batas toraks posterior
4. Perkusi batas toraks posterior kanan dan kiri
(Bickley dan Szilagyi, 2017)
PEMERIKSAAN FISIK
AUSKULTASI
SUARA NAPAS NORMAL:
1. Suara pernapasan vesikuler normal
2. Suara pernapasan bronkial
3. Suara pernapasan bronkovesikuler
4. Suara pernapasan trakeal

(Sarkar, M et al., 2015)


SUARA NAPAS TAMBAHAN:
1. Mengi (Wheeze)
2. Ronkhi Basah (Crackles)
Fine Crackles
Coarse Crackles
3. Frictonal rubs

(Innes, J et al., 2018).


Suara yang disebarkan secara abnormal
(abnormal vocal resonance) :
1. Bronkofoni
2. Pectoriloquy
3. Egofoni

(McGee et al., 2012).


Tata cara melakukan auskultasi pada pemeriksaan fisik toraks dan paru:
(PDSPDI, 2017)

Auskultasi toraks anterior


1. Melakukan auskultasi secara sistematis dimulai dari apeks paru ke
bawah, kiri, dan kanan, dibandingkan setiap langkah, serta meminta
pasien untuk menarik napas dalam.
2. Menentukan suara napas pokok: vesikuler, bronkovesikular, bronkial,
trakeal.
3. Menentukan ada tidaknya suara napas tambahan: ronki basah, ronki
kering, bunyi gesekan pleura, hippocrates succusion, pneumothorax
click, amforik, wheezing.
4. Melakukan pemeriksaan auditori fremitus yaitu menentukan bunyi
hantaran suara bila didapatkan suara napas bronkovesikuler atau
bronkial. Meletakkan stetoskop pada dinding toraks secara simetris dan
pasien diminta mengucapkan angka 77 atau 99.
5. Melakukan pemeriksaan egofoni dengan cara meminta pasien
mengucapkan “ii”.
6. Melakukan pemeriksaan bronkofoni dengan cara meminta pasien
mengucapkan kata “sembilan puluh sembilan”.
7. Melakukan pemeriksaan whispered pectoriloquy dengan cara meminta
pasien berbisik dengan mengucapkan kata “sembilan puluh sembilan”.
Auskultasi toraks posterior
8. Melakukan auskultasi paru secara sistematis.
9. Melakukan dari apeks paru (daerah atas skapula), daerah interskapula
terus ke bawah.
10. Membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap lokasi pemeriksaan
dengan ladder like pattern (bila perlu pasien diminta bernapas lebih
dalam).

Gambar 2.15 Auskultasi menggunakan stetoskop


(Ball et al., 2018)
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai