Anda di halaman 1dari 30

KONFLIK

DAN

KELOMPOK 5
RESOLUSI
KONFLIK
Kelompok 5
Kelompok 5
Nama Anggota

Bunga Putri Maharani Anggitya Nur R.


16/398976/PS/07175) 17/409685/PS/07314
Alinda Mega Karismalia Farah Aisyah Azzahra
17/409681/PS/07310 17/414773/PS/07475
Alvionita Indah M Virta Attirah Damananda
17/409682/PS/07311 17/414793/PS/07495

Cahyaningtyas Iftitah R.
17/412937/PS/07392 2
Couple Strength and
01 Issues in Conflict
Resolution

02 Conflict and Anger: An


Overview

03
Intimacy and
Conflict

04
Approach to Conflict
Resolution

Overview Materi 3
Couple Strength and Issues in
Conflict Resolution
Hasil Penelitian oleh Olson,
Olson-Sigg, & Larson (2008)

5
6
Conflict and
Anger: An
Overview

7
The Hierarchy of
Conflict

8
Anger and Conflict Taboos
• Emosi negatif (marah, iri, dengki, jijik, benci) cukup ditakuti oleh sebagian besar
pasangan karena kesulitan untuk mencari cara meredam emosi negatif tersebut.
• Terdapat 2 alasan manusia menahan emosi negatif: alasan fisiologis dan psikologis.
• Pengekspresian kemarahan menjadi hal yang dianggap tabu dan dilarang untuk dilakukan
karena menimbulkan efek destruktif.
• Perasaan marah yang selalu ditahan dapat meningkatkan stress pada individu.

9
Mitos, Teori, dan Fakta tentang
Kemarahan

Bill Borcherdt (1996, 2000) mengatakan


bahwa dari semua emosi manusia, kemarahan
telah menciptakan bahaya terbesar dan
menyebabkan kehancuran terbesar dalam diri
individu, pasangan, keluarga, kelompok, dan
juga bangsa.

10
- Namun terkadang
kemarahan bisa membuat
orang merasa senang,merasa
bersalah, dan kurang positif
tentnag diri mereka sendiri..
- Kemarahan bisa
menghasilakn perasaan kuat
dan berkuasa. Namun
sebenarnya mereka hanya
memperburuk keadaan.

11
Intimacy and Conflict

12
Intimacy and
Conflict
A. Intimacy Breeds Conflict
 Semakin mengenal maka kemungkinan akan ketidakselarasan semakin
besar.
 Setiap perbedaan perlu diselesaikan untuk mempertahankan hubungan.
 Menurut Bach & Wayden (1969), pasangan yang bertengkar akan tetap
bersama asalkan tahu cara bertengkar yang benar.

13
B. Love and Anger in Balance
- Pasangan perlu menjaga “keseimbangan yang
nyaman”.
- Terlalu banyak togetherness menjadikan pernikahan
seperti perbudakan.
- Terlalu banyak separateness menjadikan hubungan mati
karena kurang perhatian.

14
C. The Dance of Anger

5 gaya untuk
menyelesaikan
- Harriet Goldhor masalah:
Lerner menggambarkan - Pursuers
beberapa gaya untuk - Distancers
menyelesaikan suatu - Overfunctioners
masalah. - Underfunctioners
- Blamer
15
Konflik dan Supportiveness dalam Pasangan
Heteroseksual, Gay, dan Lesbian

- Tidak ada perbedaaan di antara ketiga pasangan


(heteroseksual, gay, lesbian) dalam tingkat konflik dan
perilaku suportif.
- Bagi semua pasangan, komunikasi positif saat
menghadapi masalah saat melakukan aktivitas
merupakan sesuatu yang penting.

16
Approach to
Conflict
Resolution
A. Fighting Fairly
9. Never use sex to smooth over a
disagreement
1. Menurut
Negotiate fromCrosby (1991) terdapat 1610.
adult position aturan dasar
Repeat the message you think out
2. Avoid ultimatums dalam fair fighting received
3. If one loses, both lose 11. Refuse to fight dirty
4. Say what you really mean 12. Resist giving the silent treatment
5. Avoid accusations and attack 13. Focus on the issue and focus on the
6. Own your feeling first present
7. Always check out your 14. Call “time-ot” and “foul”
perceptions 15. Use humor and comic relief
8. State your wishes and requests 16. Always go for closure
clearly and directly
Pendekatan B. Constructive and Destructive Approach
Destruktif

Pasangan menyelesaikan masalah dengan membawa-bawa


masalah lama, mengekspresikan perasaan negatif,
menyampaikan informasi secara selektif, fokus pada orang
dibandingkan masalah, menekankan perbedaan, dan terdapat
orang yang menang dan kalah. 19
B. Constructive and Destructive
Approaches
Pendekatan
Konstruktif

Pasangan berfokus pada masalah yang dihadapi saat ini,


mengekspresikan perasaan positif dan negatif,
menyampaikan informasi secara utuh, menerima
kesalahan, dan mencari kesamaan, dan kedua belah pihak
merasa diuntungkan. 20
C. Styles of Conflict
Resolution
Tipe Resolusi Konflik
a. Competitive Style
Gaya kompetitif cenderung agresif dan tidak kooperatif. Mereka lebih
cenderung mementingkan perasaan pribadi dan mengabaikan tujuan dan
kepentingan orang lain. Gaya mereka cenderung “menyerang” dan ingin
menang sendiri. Tipe ini biasanya dapat mengurangi bahkan merusak keintiman
di antara pasangan.

21
b. Collaborative style
- Gaya kolaboratif cenderung memiliki tujuan yang kuat, akan tetapi
tetap menaruh perhatian yang besar kepada orang lain.
- Ketika mereka menghadapi suatu konflik dengan seseorang, mereka
mencoba untuk tetap bekerja sama dengan orang tersebut sembari
menemukan opsi baru untuk menyelesaikan konflik yang ada.
- Namun malah cenderung menguras banyak energi dalam menyelesaikan
konflik. Terkadang, mereka juga menggunakan kekuatan mereka untuk
memanipulasi orang lain.

22
c. Compromise style

• Contoh konkrit dalam gaya kompromi adalah ketika terdapat konflik,


maka kedua belah pihak masing-masing memberi solusi.
Kelemahan dari gaya kompromi adalah ia sebagai gaya yang
“mudah” dalam resolusi konflik, akan tetapi bukan solusi yang
terbaik bagi semua pihak.

23
d. Avoidance style

- Ciri khas dari gaya ini adalah adanya perilaku yang pasif.
- Seseorang dengan gaya ini cenderung menghindari konflik yang ada
dengan cara mengubah topik pembicaraan atau menarik diri dari
konflik.

24
Sisi positifnya adalah dengan
menghindar dari konflik dapat
memberikan waktu kepada orang
tersebut apakah konflik perlu
dilanjutkan atau tidak, serta dapat
mengelola situasi dengan lebih baik.
Sisi negatifnya adalah cenderung
dipersepsikan bahwa orang tersebut
tidak peduli dengan konflik yang ada
serta memperkuat gagasan bahwa
konflik itu buruk dan harus dihindari

25
d. Accomodating Style

- Ciri khas dari gaya akomodasi adalah “perilaku yang tegas tetapi
kooperatif”.
- Pihak yang mengakomodasi merespon konflik dengan “menyerah atau
mengalah”..
- Gaya ini juga meminimalkan kerugian serta kehilangan.
- Adapun kelemahan dari gaya ini adalah cenderung mengurangi sikap
kreatif karena kurangnya dialog dan diskusi di antara dua pihak.

26
D. Resolving
Conflict: Six Basic
Steps

Mengetahui apa Mengidentifikasi


yang diinginkan berbagai alternatif
Mengklarifikasi
setiap orang
masalah

1 2 3

27
D. Resolving
Conflict: Six Basic
Steps
Meninjau dan
Memutuskan cara menegosiasikan
bernegosiasi Memantapkan kembali
perjanjian

4 5 6

Ada berbagai strategi dalam negosiasi:


- Quid pro quo
- Quid pro quid 28
- Agreeing to disagree
Daftar Pustaka

Olson, D. H., Defrain, J., Skogrand, L. (2011). Marriages and Families: Intimacy, Diversity,
and Strengths (7th edition). New York: McGraw-Hill.

29
T H A N K S
Ada pertanyaan?

30

Anda mungkin juga menyukai