Anda di halaman 1dari 41

BRAIN

METASTASE
Pembimbing: dr. Mariesta Kusumaningtyas, Sp.N
Oleh: Ahmad Dalma Haidar
Identitas Pasien

 Nama : Tn. S
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Usia : 61 Tahun
 Alamat : Tonogoro RT 01/ RW 9-Kalinegoro Mertoyudan, Kab.
Magelang
 Pekerjaan : Pelatih senam
 Status Pernikahan : Sudah Menikah
 Tanggal masuk RS : 25 Agustus 2021
■ Keluhan Utama
anoreksia (+), lemas(+)
Anamnesis
■ Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan badan lemas sejak 1 minggu SMRS, nafsu makan Pasien
menurun dan tidak mau makan, sulit tidur dan mual,Keluhan lan seperti pilek,,batuk,muntah
dan demam disangkal
 Riwayat Penyakit Dahulu

Hipertensi (+) Stroke(-)


CHF(+) Asma(-)
DM (-).
■ Riwayat Penyakit Keluarga
-
■ Riwayat Personal Sosial
Pasien bekerja sebagai pelatih senam
Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum: Cukup Kepala-


Kesadaran: Compos mentis
TD: 107/62 Wajah: simetris(+), perot(-)
Suhu: 36,3 Mata: conjungtiva anemis(+/+), sklera ikterik
Nadi: 68x/meni
Pernapasan: 20x/menit (-/-), RC +|+, RK +|+, ptosis(-/-), pupil isokor
SpO2: 98% 2mm/2mm
GDS: 128
Kalium: 8,6 Hidung: sekret(-), epistaksis(-)
Ureum: 296 Mulut: bibir pucat(-), lidah kotor(-),pelo(-)
Kreatinin: 25,88
Telinga: sekret(-),hearing loss(-),NT Mastoid(-)
Leher
ROM bebas, kaku otot(-), JVP(-) Limfonodi Abdomen
- Inspeksi : jejas (-)
tidak membesar - Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Perkusi : timpani
- Palpasi : Nyeri tekan (-),supel(+),
Thorak
- Inspeksi : bentuk thorak normal, simetris.
Tidak tampak adanya jejas. Ikterik (-)
Sianosis (-)
- Palpasi : pergerakan dada simetris kanan Ekstremitas
kiri. Vocal fremitus dbn.
Akral hangat (+)
- Perkusi : sonor di kedua lapang paru.
- Auskultasi : SDV +/+, Wheezing -/- Edema -/-/-/-
Rhonki-/- , S1S2 Normal, BJ (-)
Pemeriksaan Neurologis
Status Neurologis
Kesadaran : E4V5M6
Kepala : RC +|+, RK +|+, pupil isokor 2mm/2mm
Rangsang meningeal : kaku kuduk(-), brudzinski 1(-)
Nervi cranialis (dalam batas normal)
N. I : penghidu normal
N. II : reflek pupil(+),ketajaman penglihatan normal
N. III, IV, VI : ptosis(-/-), gerakan bola mata normal, pupil miosis saat diberisorotan
cahaya senter
N. V : membuka mulut simetris, menggigit simetris, sensibilitas wajah normal
N. VII : wajah simetris, perot(-), mengangkat alis dan mengernyitkan dahi simetris, kelopak mata
tertutup rapat, meringis simetris
N. VIII : mendengar gesekan jari
N. IX, X : menelan normal, fonasi normal
N. XI : mengangkat bahu normal, menoleh normal
N. XII : menjulurkan lidah simetris, tidak ada deviasi lidah
Pemeriksaan Motorik
Ekstremitas atas Kanan Kiri
Kekuatan tvd tvd
Gerakan involunter (-) (-)
Refleks Brakhioradialis (+1) (+1)
Refleks Hoffman / (-) (-)
Tromner
Ekstremitas bawah Kanan Kiri
Kekuatan tvd tvd
Gerakan involunter (-) (-)
Refleks Patella (+1) (+1)
Refleks Babinski (-) (-)
Pemeriksaan Sensorik

Pemeriksaan Sensibilitas Kanan Kiri

Ekstremitas atas Baik Baik

Ekstremitas bawah Baik Baik


Foto Polos Thorax
Foto thorax AP view, supine, simetris, inspirasi dan kondisi
cukup, hasil:
• Tampak konsolidasi homogeny di lobus superior lobus
dextra
• tampak penebalan pleural space bilateral
• Kedua diafragma licin, tak mendatar
• Cor, CTR < 0,6, kalsifikasi arcus aorta
• Terpasang DL cath dextra dengan ujung tervisualisasi di
proyeksi setinggi Vth 9

Kesan: Pneumonia dd massa pulmo lobus superior pulmo


dextra. Terpasang DL cath dextra dengan ujung tervisualisasi
di proyeksi setinggi VTh 9
CT SCAN Thorax
Telah dilakukan pemeriksaan CT SCAN Thorax potongan axial,
coronal dan sagittal tanpa bahan kontras IV, pada pasien dengan
klinis suspek CKD ,anoreksia hasil:
• tak Tampak kelainan soft tissue dinding thorax
• Tak tampak lesi lussen maupun sklerotik pada Sistema
tulang yang tervisualisasi
• Tampak lesi hipodens densitas cairan di cavum pleura
dextra
• Tampak lesi dengan densitas Inhomogen (hipoisodens )
diserati kalsifikasi di lobus superior dextra,bentuk
amorph,batas relative tegas,tepi sebagian tampak ireguler
• Tampak bercak infiltral di parahiler bilateral
• Tampaknya ada pembesaran lymphonody paratrachea dan
di hilus pulmo terutama dextra
• Trachea tampak di tengah
• Konfigurasi cor tampak normal ,tampak kalsifikasi di aorta
thoracalis
• Pada hepar yang tervisualisasi tampak densitas lobus dextra
hepar inhomogen dengan gambaran lesi hipodens berbentuk
amorph,berbatas tak tegas

• Kesan: Mengarah ke gambaran massa dengn densitas


inhomogen di lobus superior pullmo dextra dengan obs
lymphadenopati paratrachea dan d hilus pulmo dextra
• Bronchopneumonia desertai efusi pleura dextra
• Suspek nodul metastasis di lobus dextra hepar
MRI Kepala Tanpa Kontras
Telah dilakukan pemeriksaan MRI kepala tanpa kontras IV,
potongan axial dan sagittal,sequence T1,T2, dan FLAIR
• Bone marrow calvaria tak tampak defect
• Tampak lesi di frontal bilateral yang terlihat hipointens
pada T1 dan hipertens tak tampak ectopic tissue
• Sistem ventrikel simetris tak melebar / menyempit. Tak
tampak tanda peningkatan tekanan intrakranial
• Sella tak melebar , Glandula pituitary tak tampak
kelainan .Struktur para sellar baik chiasma opticum tak
displacement
• Tak tampak malformasi/dilatasi vascular
• Air cell mastoid-reio nasfaring simetris, tak tampak massa
tumor /lesi fluid
• Sinus paranasal tak tampak lesi fluid ataupun penebalan
mukosa dinding sinus,tak tampak massa tumor
• Konfigurasi orbita normal,Nn Optica dan struktur retro
bulbar normal

Kesan: Infark dd metastasis, di frontal bilateral


PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tanggal 25 Agustus 2021

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hemoglobin 12,4 g/dL 13.0-18.0

Leukosit 13,2(H) 10^3/ul 4.00-11.00

Eritrosit 3,7(H) 10^6 4.50-6.50

Hematokrit 39,3(L) % 40.0-54.0

Angka Trombosit 60(L) 10^3/ul 150-450

Eosinofil 1 % 1-6

Basofil 0 % 0-1

Netrofil Segmen 83(H) % 40-75

Limfosit 5(L) % 20-45

Monosit 11 % 2-10

Netrofil # 11,59(H) 10^3/ ul 2.0-7.5

Limfosit # 0,6(L)

RDW-CV 12,7 % 11.6-14.4


Natrium 135(L) mEq/L 136-146
Kalium 8,6(HH) mEq/L 3.50-5.10
Klorida 106 mmol/L 98.0-106.0
Ureum 296(H) mg/dL 16.6-48.5
Kreatinin 5,88(HH) mg/dL 0.67-1.17
SGOT 53.0(H) U/L <40
SGPT 33.0 U/L <4
SARS-Cov IgM/igG Non Reaktif

Anti HIV Non Reaktif Non Reaktif

Anti HCV Negatif Negatif

HbsAg Negatif Negatif


PEMERIKSAAN Elektrolit Tanggal 26 Agustus 2021

Natrium 137 mEq/L 136-146


Kalium 8,2(HH) mEq/L 3.50-5.10
Klorida 107 mmol/L 98.0-106.0

Natrium 138 mEq/L 136-146


Kalium 7,2HH) mEq/L 3.50-5.10
Klorida 106(H) mmol/L 98.0-106.0
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tanggal 28 Agustus 2021

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hemoglobin 11,2 g/dL 13.0-18.0

Leukosit 15,7(H) 10^3/ul 4.00-11.00

Eritrosit 3,4(H) 10^6 4.50-6.50

Hematokrit 32,4(L) % 40.0-54.0

Angka Trombosit 42(L) 10^3/ul 150-450

Eosinofil 1 % 1-6

Basofil 0 % 0-1

Netrofil Segmen 81(H) % 40-75

Limfosit 5(L) % 20-45

Monosit 13 % 2-10

Netrofil # 12,73(H) 10^3/ ul 2.0-7.5

Limfosit # 0,8(L)

RDW-CV 15,9 % 11.6-14.4


Natrium 134(L) mEq/L 136-146
Kalium 5,5(H) mEq/L 3.50-5.10
Klorida 105 mmol/L 98.0-106.0
Ureum 223.5(H) mg/dL 16.6-48.5
Kreatinin 3,96(H) mg/dL 0.67-1.17
PEMERIKSAAN URIN LENGKAP TANGGAL 28 Agustus 2021

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN

MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning Muda
Kekeruhan Agak Keruh Jernih
KIMIA URIN
Berat Jenis 1.015 1.010-1.025
pH/ Keasaman 5(L) 6.0-7.0
Glukosa Urine Normal Negatif
Protein Urine Negatif Negatif
Bilirubin Urine Negatif Negatif
Urobilinogen Normal Normal
Keton Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Lekosit Urine 75 (H) Negatif
Blood Urine 50 (H) Negatif
MIKROSKOPIS

Lekosit 24 (H) 2-4

Eritrosit 2(H) 0-1

Epitel 5 (H) 1-3

Kristal Urin acid(+)

Silinder Silinder Hialin(+)

Bakteri negatif
PEMERIKSAAN KIMIA KLINIK dan ANALISIS GAS DARAH TANGGAL 28 Agustus 2021

Natrium 134(L) mEq/L 136-146


Kalium 5,5(H) mEq/L 3.50-5.10
Klorida 105 mmol/L 98.0-106.0
Ureum 223.5(H) mg/dL 16.6-48.5
Kreatinin 3,96(H) mg/dL 0.67-1.17
PH 7,42(H) 7,35-7,40
PO2 3,1(L) Mmhg 35-45
PCO2 123(H) mmhg 69-116
HCO3 20(L) 22-26
TCO2 21,1(L) 22-29
Be ecf -3,4(L) (-2)-(+3)
Be (B) -4,4(L) (-2)-(+3)
SO2C 99(H) % 95-98
Suhu 36,7 C 36-37
Hemoglobin 11,2(L) Mg/Dl 13-18
% FI O2 33(H) %
PEMERIKSAAN KIMIA KLINIK DAN PROIL LEMAK TANGGAL 29 agustus 2021

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Fungsi Ginjal

Asam Urat 12,8 (H) Mg/dL 4,5-7,0

Profile Lemak

Cholestrol 241 H mg/dL <200

Trigliserida 238 (H) mg/dL <200

HDL Cholestrol 61 mg/dL >45

LDL Cholestrol 132 H mg/dL <130


PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tanggal 31 Agustus 2021

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hemoglobin 10 g/dL 13.0-18.0

Leukosit 14,7(H) 10^3/ul 4.00-11.00

Eritrosit 3,0(H) 10^6 4.50-6.50

Hematokrit 29,1(L) % 40.0-54.0

Angka Trombosit 24(L) 10^3/ul 150-450

Eosinofil 0 % 1-6

Basofil 0 % 0-1

Netrofil Segmen 97(H) % 40-75

Limfosit 2(L) % 20-45

Monosit 1 % 2-10

Netrofil # 14,23(H) 10^3/ ul 2.0-7.5

Limfosit # 0,3(L)

RDW-CV 17,8 % 11.6-14.4


Natrium 131(L) mEq/L 136-146
Kalium 5,7(HH) mEq/L 3.50-5.10
Klorida 105 mmol/L 98.0-106.0
Ureum 205(H) mg/dL 16.6-48.5
Kreatinin 3,89(HH) mg/dL 0.67-1.17
Fungsi Hati
Albumin Globulin 2,61 Mg/dl 3,5-5,2
Diagnosis

Diagnosis : Brain Metastase

Diagnosis Banding: Stroke Non Hemorarrgik


Tatalaksana

• Injeksi Dexamethasone 2 Ampul dilanjutkan injeksi


dexamethasone 4x1 Ampul (to/ 2 hari)=.> day 1
• Injeksi Dexamethasone 3x1 Ampul ( t0/ 2 hari)=> day 2
Definisi

Tumor otak sekunder (tumor otak metastasis)


merupakan tumor yang berasal dari sel-sel kanker di
organ tubuh lain yang menyebar sampai ke otak.
Tumor otak metastasis merupakan lesi yang paling
umum di otak, Tumor metastasis merupakan
penyebaran dari neoplasma di bagian tubuh lain.
Tumor metastasis di otak paling sering berasal
dari kanker paru, payudara, kolon, ginjal, dan kulit
(melanoma)

American Brain Tumor Association. Metastatic brain tumors. https://www.abta.org/wp-content/uploads/2018/03/metastatic-brain-tumor.pdf


6. National Institute for Health and Clinical Excellence. Improving outcomes for people with brain and other CNS tumours. 2006
Epidemiologi
Prevalensi pasti dari tumor otak metastasis dapat jauh lebih banyak daripada jumlah
kasus yang dilaporkan karena tumor otak metastasis dapat bersifat asimtomatis sehingga
bisa tidak terdeteksi. Belum ada data epidemiologi nasional mengenai tumor otak di
Indonesia. Sebuah penelitian di Bandar Lampung melaporkan selama periode 2009-2013
terdapat 173 pasien dengan diagnosis tumor otak berdasarkan hasil histopatologi.
Pada penelitian tersebut pasien berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada
laki-laki (1,8:1). Jenis tumor yang paling banyak ditemukan adalah meningioma (57,8%)
dan astrositoma (28,9%) dengan lokasi tumor terbanyak di regio frontal (30,1%).
Keganasan yang paling sering berasal dari paru-paru (39%-56%), lalu diikuti dengan
payudara (13%-30%), melanoma (6%-11%), kolon (3%-8%), ginjal (2%-6%), dan sumber
primer yang tidak diketahui (2%-14%).

Sari EDY, Windarti I, Wahyuni A. Clinical characteristics and histopathology of brain tumor at two hospitals in Bandar
Lampung. http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/243/241
Etiologi

1. Faktor Lingkungan
Paparan terhadap radiasi ion dengan dosis tinggi dapat meningkatkan risiko terjadinya tumor
otak. Radiasi ion merupakan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi tinggi, contohnya x-rays
atau gamma rays. Selain paparan terhadap gelombang elektromagnetik, paparan terhadap vinil
klorida, riwayat trauma kapitis, infeksi virus, konsumsi alkohol, merokok, paparan terhadap
formaldehid, dan obat-obatan tertentu juga dapat meningkatkan risiko terkena tumor otak.

2. Faktor Genetik
Faktor genetik hanya berperan 5-10% dalam menyebabkan tumor otak. Terdapat beberapa
sindrom yang masih langka yang dapat menyebabkan tumor otak. Beberapa dari sindroma tersebut
adalah Neurofibromatosis (NF1 gene), Turcots (APC gene), Tuberous Sclerosis (TSC1 dan TSC2) dan
LiFraumeni Syndrome (TP53 gene).

American Brain Tumor Association. Metastatic brain tumors. https://www.abta.org/wp-content/uploads/2018/03/metastatic-brain-tumor.pdf


6. National Institute for Health and Clinical Excellence. Improving outcomes for people with brain and other CNS tumours.
Patofisiologi
Metastasis sebuah kanker primer, misalnya kanker paru dan kanker payudara, didahului
oleh masuknya sel kanker ke dalam vaskular atau saluran limfe. Hanya sekitar 0,01% sel
kanker yang dapat mencapai sirkulasi darah dan melakukan metastasis.
Sel kanker masuk ke jantung sisi kanan melalui sirkulasi vena. Sel kanker tersebut
diteruskan melalui arteri pulmonalis ke kapiler paru. Di paru, sel-sel tersebut dapat
bermetastasis atau kembali lagi ke sisi kiri jantung dan masuk ke sirkulasi arteri untuk
mencapai sirkulasi otak. Tumor pada awalnya akan dorman dalam sistem saraf pusat,
namun setelah beberapa waktu, tumor akan bertumbuh dan melakukan invasi bila jaringan
mendukung.
Tumor otak menimbulkan manifestasi klinis melalui berbagai mekanisme. Walaupun
berukuran kecil, tumor otak dapat menimbulkan kerusakan transfer impuls saraf otak.
Tumor memiliki sifat dapat melakukan invasi, infiltrasi, dan menggantikan jaringan
parenkim otak normal sehingga mengganggu fungsi normal jaringan tersebut dan
menimbulkan defisit neurologis fokal.

Gavrilovic IT, Posner JB. Brain metastasis: epidemiology and pathophysiology. Journal of Neuro-Oncology. 2005;75(1):5-14.
doi:10.1007/s11060-004-8093-6
Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Dari anamnesis, keluhan yang paling sering ditemukan pada tumor otak metastasis

o Nyeri kepala (30% pasien tumor otak) dan kejang (50-80% pasien tumor otak)
o 15% pasien mengalami peningkatan tekanan intrakranial.
o Keluhan lain yang menyertai adalah mual, muntah proyektil, penurunan nafsu makan,
perubahan mood, penurunan kesadaran, perubahan kepribadian, dan penurunan fungsi
kognitif.
o Defisit neurologis berupa gangguan keseimbangan, kelemahan ekstremitas, atau penglihatan
ganda.

Nyeri kepala akibat tumor otak dapat menyerupai nyeri kepala tegang (tension type
headache). Perubahan pola nyeri kepala yang mendadak menjadi sangat berat dan lebih sering,
nyeri kepala berat akut yang muncul pada usia paruh baya, nyeri kepala yang memberat
terutama di pagi hari, dan nyeri kepala yang disertai dengan muntah perlu dicurigai sebagai
gejala tumor otak. Onset baru epilepsi pada usia dewasa juga perlu dicurigai sebagai gejala dari
tumor otak.
Lapointe S, Perry A, Butowski NA. Primary brain tumours in adults. The Lancet. 2018;392(10145):432-446.
doi:10.1016/s0140-6736(18)30990-5
Pada pemeriksaan fisik, tanda klinis yang muncul tergantung dari lokasi
Pemeriksaan Fisik tumor. Tumor otak dapat disertai gejala defisit neurologis fokal maupun
gejala sistemik yang tampak pada pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan Penunjang
 MRI
Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) menggunakan
kontras gadolinium merupakan pemeriksaan penunjang yang
dianjurkan.Pada pencitraan, tidak ada gambaran patognomonik spesifik
yang dapat membedakan antara tumor otak primer, metastasis, atau tumor
non neoplasma. Oleh karena itu, biopsi tetap diperlukan untuk menentukan
histopatologi suatu tumor otak

 (CT-Scan)
. CT-scan toraks, abdomen, dan pelvis diperlukan untuk mencari lokasi primer
tumor bila ditemukan lesi yang dicurigai sebagai metastasis di otak. CT-scan pada
tumor otak metastasis dapat memberikan gambaran lesi soliter, bulat, batas tegas,
dan edema peritumoral lebih luas (fingers of edema). Lesi multipel juga sering
ditemukan pada kasus metastasis otak

 Biopsi,
dokter dapat mendiagnosis jenis tumor secara histopatologi serta
menentukan grade tumor. Biopsi tumor otak dapat dilakukan menggunakan
jaringan tumor yang direseksi melalui kraniotomi (open biopsy) ataupun
biopsi jarum stereotaktik.

Perkins A, Liu G. Primary brain tumors in adults: diagnosis and treatment. Am Fam Physician.
2016;93(3):211-217B. https://www.aafp.org/afp/2016/0201/p211.html
Tatalaksana
Penatalaksanaan tumor otak bergantung pada:
o lokasi tumor
o jenis jaringan asal tumor
o potensi malignansi
o usia pasien
o keadaan umum
o dan penyakit komorbid yang menyertai.

Penatalaksanaan tumor otak melibatkan multidisiplin, yaitu bedah saraf, onkologi, radiologi, dan ahli
radioterapi. Penatalaksanaan tumor otak yang digunakan meliputi pembedahan, radioterapi, kemoterapi,
terapi medikamentosa, dan terapi suportif

Perkins A, Liu G. Primary brain tumors in adults: diagnosis and treatment. Am Fam Physician. 2016;93(3):211-
217B. https://www.aafp.org/afp/2016/0201/p211.html
Farmakoterapi
 Pemberian medikamentosa dapat mengatasi gejala akut
akibat peningkatan tekanan intrakranial maupun kejang.
Hampir semua pasien tumor otak mendapatkan kortikosteroid
karena edema vasogenik peritumoral atau edema serebri
pasca pembedahan atau radioterapi.

 Kortikosteroid seperti deksamethason dapat diberikan dalam


dosis bolus 10 mg intravena, kemudian dilanjutkan dengan
dosis rumatan 16-20 mg/ hari intravena dalam dosis terbagi
kemudian dilakukan tapering off 2-16 mg/hari dalam dosis
terbagi tergantung keadaan klinis pasien

 Antiepileptik (Antikejang) seperti levetiracetam atau fenitoin


biasa digunakan sebagai pengontrol kejang.

Perkins A, Liu G. Primary brain tumors in adults: diagnosis and treatment. Am Fam Physician. 2016;93(3):211-
217B. https://www.aafp.org/afp/2016/0201/p211.html
Non Farmakologi
A. Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan termasuk dalam terapi definitif tumor otak. Reseksi tumor direkomendasikan untuk seluruh
jenis tumor otak yang operabel. Pembedahan bertujuan untuk menegakkan diagnosis (biopsi), mengurangi tekanan
intrakranial, mengurangi kecacatan, serta meningkatkan efektivitas terapi lain.
Prinsip pembedahan tumor otak adalah membuang jaringan tumor sebanyak mungkin dengan keamanan yang maksimal.
Pada kasus tertentu pembedahan dapat ditambah dengan pemasangan shunt ventrikular dan pemasangan implan
radioaktif. Tumor jinak dengan operasi umumnya dapat disembuhkan; tumor ganas dengan terapi operasi dapat
memperjang waktu surivival. Indikasi dari operasi tumor metastasis adalah lesi primernya dapat atau sudah dikendalikan
(misalnya metastasis otak dari kanker paru-paru, tumor di paru-paru harus dapat direseksi setelah metastasi di otak
direseksi).

b. Radioterapi
Terutama digunakan untuk tumor ganas, untuk tumor yang tidak dapat dieksisi tuntas secara operasi, pasca operasi
diberikan radioterapi dapat 12 menunda rekurensi tumor, memperpanjang survival pasien. Selain itu ada sebagian tumor
yang dikarekan lokasinya dalam tidak sesuai dioperasi, atau tumor menginvasi area fungsional vital hingga operasi dapat
berakibat cacat fungsi system sarah yang serius, atau karean kondisi umum pasien tidak baik tidak mungkin dikalukan
operasi, namun tumor peka terhadap radiasi, maka radioterapi menjaci pilihan pertama.

c. Kemoterapi
Kemoterapi sudah menjadi modilitas penting dalam terapi ganbungan tumor intracranial, secara bertahap
mendapatkan perhatian dan membawa hasil tertentu.
Radioterapi
Terutama digunakan untuk tumor ganas, untuk tumor yang
tidak dapat dieksisi tuntas secara operasi, pasca operasi diberikan
radioterapi dapat 12 menunda rekurensi tumor, memperpanjang
survival pasien. Selain itu ada sebagian tumor yang dikarekan
lokasinya dalam tidak sesuai dioperasi, atau tumor menginvasi
area fungsional vital hingga operasi dapat berakibat cacat fungsi
system sarah yang serius, atau karean kondisi umum pasien tidak
baik tidak mungkin dikalukan operasi, namun tumor peka terhadap
radiasi, maka radioterapi menjaci pilihan pertama.

c. Kemoterapi Kemoterapi sudah menjadi modilitas penting dalam


terapi ganbungan tumor intracranial, secara bertahap
mendapatkan perhatian dan membawa hasil tertentu.
KOMPLIKASI
Komplikasi dari tumor otak dapat menimbulkan
disabilitas bagi pasien. Beberapa komplikasi yang dapat
timbul antara lain:
• Kejang
• Paralisis
• Gangguan gait
• Gangguan kognitif
• Perdarahan otak (umum pada metastasis otak dari kanker
paru, melanoma, dan koriokarsinoma)

Pasca pembedahan kraniotomi pasien dapat mengalami beberapa komplikasi seperti


trombosis vena dalam, emboli paru, perdarahan intrakranial, infeksi luka maupun sistemik,
kejang, depresi, perburukan keadaan neurologis, dan efek samping obat.

Perkins A, Liu G. Primary brain tumors in adults: diagnosis and treatment. Am Fam Physician. 2016;93(3):211-217B.
https://www.aafp.org/afp/2016/0201/p211.html
PROGNOSIS
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis tumor adalah:
• Lokasi dan ukuran tumor
• Usia pasien saat terdiagnosis
• Histopatologi tumor
• Grade tumor
• Tingkat kemungkinan tumor dapat direseksi atau seberapa
banyak tumor yang dapat direseksi
• Penyebaran tumor ke area otak lain, medula spinalis, atau
ke luar sistem saraf pusat.

Pasien dengan manifestasi klinis kejang karena tumor umumnya


mengalami penurunan fungsi neurologis yang nyata dalam waktu 6 bulan.
Pasien tumor otak akibat metastasis yang tidak mendapatkan radioterapi
dapat bertahan hidup lebih kurang 1 bulan. Kebanyakan pasien dengan
metastasis otak meninggal bukan karena kerusakan di otak melainkan
karena progresivitas tumor primernya.

Lo BM. Brain neoplasm. https://emedicine.medscape.com/article/779664-overview


TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai