Anda di halaman 1dari 18

ExtraPiramidal Syndrome

Pembimbing: dr.. RR TESAVIANI KUSUMASTIWI, SP.KJ


Oleh: Ahmad Dalma Haidar
Definis
i

Dopamine receptor blocking agents


(DRBAs)yang lebih dikenal sebagai antipsikotik, adalah obat yang banyak digunakan untuk mengobati
gangguan psikotik Namun, penggunaan terbataskarena berpotensi menyebabkan reaksi gangguan
gerakyang serius. Golongan obat ini menyebabkan risiko efek samping
berupa akatisia, distonia, parkinsonisme, dan diskinesia tardif, yang dikenal sebagai sindrom ekstrapira
Midal atau ekstrapiramidal syndrome(EPS). ntipsikotik awal, sekarang disebut sebagai antipsikotik
generasi pertamaatau first generation antipsychotics(FGAs) atau antipsikotik tipikal(misalnya
chlorpromazine, haloperidol, dan fluphenazine), menyebabkan efek samping yang lebih berat
dibandingkan antipsikotik baru, yang dikenal sebagai antipsikotik generasi kedua atau
second generation antipsychotics(SGAs) atau antipsikotik atipikal (misalnya risperidone, olanzapine,
dan quetiapine)

2
Epidemiologi

Kejadian EPS ini dapat muncul sejak awal pemberian antipsikotik, hal ini bergantung dari besarnya
dosis yang diberikan.Sindrom ekstrapiramidal akut paling sering terjadi pada awal pengobatan
antipsikotik atau ketika dosis ditingkatkan. EPS yang timbul kemudian biasanya terjadi setelah
pengobatan jangka panjang dan muncul sebagai diskinesia tardif. Persentase diskinesia tardif
dilaporkan 0,5-70% dari pasien yang menerima FGAs, dengan rata-rata berkisar 24-30%.2Efek
ekstrapiramidal akut lebih jarang ditemukan pada pasien yang diobati dengan antipsikotik atipikal
daripada antipsikotik tipikal, namun perbedaan terbesar terjadi pada haloperidol. Data menunjukkan
antipsikotik atipikal memiliki risiko menyebabkan EPS lima kali lebih rendah dibandingkan dengan
haloperidol pada tahun pertama penggunaan, meskipun dosis haloperidol
relatif lebih tinggi. Di antara antipsikotik atipikal, risperidonemembawa risiko tertinggi
EPSsedangkan
clozapine dan quetiapine memiliki risiko EPS terendah 3
Efek semua obat antipsikotik yang ada saat ini diperantarai oleh pelemahan
transmisi dopamin melalui aksi antagonis atau agonis parsial berefikasi rendah
pada reseptor dopamin D2 (D2).Namun demikian, “ruang” antara dosis terapeutik
dan dosis yang menghasilkan efek samping, sangat bervariasi padasemua jenis
obat ini. Gejala motorik ekstrapiramidal (misalnyadistonia akut dan gejala
parkinsonisme seperti bradikinesia dan tremor) adalah efek samping utama
antipsikotik yang diperantarai oleh blokade pengiriman sinyal ke reseptor D2 di
sirkuit dopaminergic nigrostriatal dan tuberoinfundibular.6Patomekanisme EPS
sendiri memiliki beberapa hipotesis. Penyebab akut distonia tidak pasti tetapi
mungkin Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 1 (2020), hlm. 42-48 44 melibatkan proses
kerja antipsikotik sehingga terjadi sensitivitas yang lebih tinggi pada pengiriman
sinyal dopamin selanjutnya. Teori lain juga mengaitkan
keadaan hipodopaminergik yang menghasilkan aktivitas kolinergik yang lebih
tinggi dan peningkatan sensitivitas reseptor muskarinik asetilkolin.7Antipsikotik
yang juga memblokade reseptor D2 dan menyebabkan akatisia atau
parkinsonisme imbas obat,lama kelamaan akan menghasilkan
diskinesia tardif. Salah satu teori penyebab diskinesia tardif berhubungan dengan
hipersensitivitas reseptor dopamin (khususnya reseptor D2). Meskipun demikian,
patomekanisme yang pasti belum sepenuhnya dipahami
4
.
Distonia
Distonia adalah kontraksi otot secara terus menerus yang menyebabkan gerakan ata
postur menjadi tidak normal.5 Distonia akut terjadi tak lama setelah pemberian
antipsikotik dan kadang-kadang setelah peningkatan dosis atau peralihan ke obat
antipsikotik dengan potensi yang lebih tinggi, terutama antipsikotik potensi tinggi
yang diberikan secara injeksi.8 Distonia yang diinduksi antipsikotik biasanya bersifat
fokal, meskipun dalam kasus yang jarang, dapat mempengaruhi beberapa kelompok
otot.5Reaksi distonia bervariasi dalam hal lokasi dan tingkat keparahan serta kadang
kadang menimbulkan nyeri. Manifestasi yang biasa terjadi adalah distonia orofasial,
lengkungan punggung, dan ekstensi leher. Laringospasme yang mengancam jiwa
juga dapat terjadi.8Gejala ini dapat bermanifestasi pada otot yang berperan pada
saraf kranial, faring, serviks, dan mengarah ke krisis okulogirik, rahang kaku, lidah,
tortikolis, retrokolis, spasme faring, disartria, disfagia, dan kadang-kadang kesulitan
bernapas, sianosis, dan opistotonus.5
2.Akatisia
Akatisia sangat umum terjadi (sekitar setengah dari semua kasus EPS), kurang
disadari, dan sulit diobati. Ini terjadi sebagian besar dalam tiga bulan pertama
perawatan.2 Sindrom ini terdiri dari komponen subjektif dan objektif. Komponen
Subjektif yang dirasakan pasien adalah rasa gelisah dan keinginan untuk bergerak
yang tak tertahankan. Mereka menggambarkan adanya rasa tertekan, gugup, dan
Tegang yang sangat tidak nyaman.Secara objektif, peningkatan aktivitas motorik
terdiri dari gerakan-gerakan yang kompleks, sering kali kurang Jurnal Sinaps, Vol. 3,
No. 1 (2020), hlm. 42-48 45 stereotipik,dan terjadi berulang-ulang. Ketidaktenangan5
motorik (
Jika seorang pasien mengalami EPS akut, khususnya distonia, tujuan terapi adalah untuk memperbaiki
gerakan involunter, memperbaiki postur abnormal, mengurangi rasa sakit, mencegah kontraktur, dan
meningkatkan fungsi dan kualitas hidupsecara keseluruhan. Pendekatan terapeutik harus disesuaikan
untuk masing-masing pasien.14Terdapatbukti bahwa reaksi distonia akut dapat dicegah dengan
penggunaan obat antikolinergikseperti trihexyphenidyl. Obat antikolinergik yang diinjeksi sangat efektif
dalam pengobatan distonia akut dan demikian pula obat antihistamin
diphenhydramine.8Trihexyphenidyl dapat dimulai dengan dosis 1mg setiap hari dan ditingkatkan1mg
setiap 3-5 hari selama 1 bulan dengan dosis Target 2mg tigakali sehari. Selanjutnya dosis dapat
ditingkatkan dengan peningkatan 2mg setiap minggu sampai timbul efek samping atau tercapai dosis
maksimal 30mg.14Padakasus distoniatardif, terapi tambahan termasuk pemberian benzodiazepine,
injeksi toksin botulinum untuk distonia wajah, baclofen, tetrabenazine, dan bedah saraf dapat
dipertimbangkan.14Untuk pengobatan akatisia, digunakan strategi yang mirip dengan
Penatalaksanaan distonia, termasuk menghentikan atau mengurangi dosis obat yang menjadi
pencetus, beralih ke antipsikotik atipikal jika antipsikotik tipikal merupakanpencetus, dan pemberian 6
agen antimuskarinik. Strategi terapi tambahan yang lebih spesifik untuk akatisia mencakuppemberian
Vital Sign Kepala : Normosefali.
Keadaan umum: Cukup Wajah : Simetris (+)
Kesadaran: Compos mentis
TD: 150/100 Mata : Conjungtiva anemis (-/-), SI (-/-)
Suhu: 36 Hidung : Bentuk normal dan tidak ada deviasi
Nadi: 98x/meni
Pernapasan: 24x/menit septum.
SpO2: 98% nasal kanul 3 lpm Telinga : Normotia.
Leher : Tidak ada pembesaran KGB, Nyeri
tekan (-)

7
Vital Sign Kepala : Normosefali.
Keadaan umum: Cukup Wajah : Simetris (+)
Kesadaran: Compos mentis
TD: 150/100 Mata : Conjungtiva anemis (-/-), SI (-/-)
Suhu: 36 Hidung : Bentuk normal dan tidak ada deviasi
Nadi: 98x/meni
Pernapasan: 24x/menit septum.
SpO2: 98% nasal kanul 3 lpm Telinga : Normotia.
Leher : Tidak ada pembesaran KGB, Nyeri
tekan (-)

8
A PICTURE IS
WORTH A
THOUSAND WORDS
A complex idea can be
conveyed with just a single
still image, namely making it
possible to absorb large
amounts of data quickly.

9
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 13,8 (L) g/dL 13.0-18.0

Leukosit 16 10^3/ul 4.00-11.00

Eritrosit 4.9 10^6 4.50-6.50

Hematokrit 40,6 % 40.0-54.0

Angka Trombosit 263 10^3/ul 150-450

Eosinofil 3 % 1-6

Basofil 0 % 0-1

Netrofil Segmen 72 % 40-75

Limfosit 19 % 20-45

Monosit 6 % 2-10

Netrofil # 11,59 10^3/ ul 2.0-7.5

Limfosit # 3,0

RDW-CV 12,7 % 11.6-14.4

10
RDW-SD 38,7 fL 35.1-43.9

P-LCR 17,7 % 9.3-27.9


MCV 83,4 fL 76-96
MCH 30.2 pg 27.5-32.0
MCHC 34.0 g/dL 30.0-35.0
Gula Darah Sewaktu mg/dL 70-140

Natrium 136 mEq/L 136-146


Kalium 3.80 mEq/L 3.50-5.10
Klorida 107 (H) mmol/L 98.0-106.0
Ureum 21.2 mg/dL 16.6-48.5
Kreatinin H1,66 mg/dL 0.67-1.17
CK-MB 30.0 (H) U/L <24
SGOT 22.0 U/L <40
SGPT 19.0 U/L <4
SARS-Cov IgM/igG Non Reaktif

11
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN

MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning Muda
Kekeruhan Agak Keruh Jernih
KIMIA URIN
Berat Jenis 1.015 1.010-1.025
pH/ Keasaman 8 (h) 6.0-7.0
Glukosa Urine Normal Negatif
Protein Urine Negatif Negatif
Bilirubin Urine Negatif Negatif
Urobilinogen Normal Normal
Keton Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Lekosit Urine 25 (H) Negatif
Blood Urine 300 (H) Negatif

12
MIKROSKOPIS

Lekosit 57 (H) 2-4

Eritrosit 229(H) 0-1

Epitel 5 (H) 1-3

Kristal Negatif

Silinder Negatif

Bakteri negatif

13
KOAGULASI HASIL SATUAN NILARI RUJUKAN

PT+APTT
Kontrol PT 11.1 detik 9.0-12.7
Kontrol APTT 26,1 detik 21.5-29.1
PT 10,3 detik 9.9-11.8
INR 0,95 0.81-1.21
APTT 24,3 detik 23.9-34.9

14
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Kimia Klinik

HbA1c 7,1 H mg/dL 4.5-7.0

Profile Lemak

Cholestrol 224 H mg/dL <200

Trigliserida 195 mg/dL <200

HDL Cholestrol 28 (L) mg/dL >45

LDL Cholestrol 149 H mg/dL <130

15
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Kimia Klinik

HbA1c 7,1 H mg/dL 4.5-7.0

Profile Lemak

Cholestrol 224 H mg/dL <200

Trigliserida 195 mg/dL <200

HDL Cholestrol 28 (L) mg/dL >45

LDL Cholestrol 149 H mg/dL <130

16
ICU, 4 Agustus 2021 Aster 2 5 Agustus 2021

S Nyeri dada (-)Sesak nafas (-) Nyeri dada (-)Sesak nafas (-)

O KU : , Cukup CM KU : lemah, CM
TD = 161/88 S/N= 36°C/55 RR= 15x/m SpO2 = 99% TD = 150/98 S/N= 36°C/75 RR= 20x/m SpO2 = 99%
Kepala : CA-/-, SI-/-,EP -/- Kepala : CA-/-, SI-/-,EP -/-
Thorax : SDV +/+, Wh -/-, Rh +/+. Thorax : SDV +/+, Wh -/-, Rh +/+.
S1S2 Normal, BJ (-), Cardiomegaly (+) S1S2 Normal, BJ (-), Cardiomegaly (+)
Abdomen : Supel (+), BU(+), NT (-) Abdomen : Supel (+), BU(+), NT (-)
Ekstremitas : AH (+), Edema (-/-/-/-) Ekstremitas : AH (+), Edema (-/-/-/-)

A - STEMI Inferior - STEMI Inferior


- Hipertensi - Hipertensi
- Diabetes Mellitus - Diabetes Mellitus
- ARF - ARF
- Post Stroke - Post Stroke
P
- Drip UFH 800 unit/jam IV(5 hari) - Drip UFH 800 unit/jam IV(5 hari)
- Miniaspi 80 mg 1-0-0 PO - Miniaspi 80 mg 1-0-0 PO
- Clopidogrel 75 mg 0-0-1 PO - Clopidogrel 75 mg 0-0-1 PO
- Atorvastatin 40 mg 0-0-1 PO - Atorvastatin 40 mg 0-0-1 PO
- Telmisartan 80 mg1-0-0 - Telmisartan 80 mg1-0-0
- Aminefron - Aminefron
- Laxadine syr 0-0-CII PO - Laxadine syr 0-0-CII PO
- Alprazolam 0,5 mg 0-0-1 PO - Alprazolam 0,5 mg 0-0-1 PO

17
ICU, 4 Agustus 2021 Aster 2 5 Agustus 2021

S Nyeri dada (-)Sesak nafas (-) Nyeri dada (-)Sesak nafas (-)

O KU : , Cukup CM KU : lemah, CM
TD = 161/88 S/N= 36°C/55 RR= 15x/m SpO2 = 99% TD = 150/98 S/N= 36°C/75 RR= 20x/m SpO2 = 99%
Kepala : CA-/-, SI-/-,EP -/- Kepala : CA-/-, SI-/-,EP -/-
Thorax : SDV +/+, Wh -/-, Rh +/+. Thorax : SDV +/+, Wh -/-, Rh +/+.
S1S2 Normal, BJ (-), Cardiomegaly (+) S1S2 Normal, BJ (-), Cardiomegaly (+)
Abdomen : Supel (+), BU(+), NT (-) Abdomen : Supel (+), BU(+), NT (-)
Ekstremitas : AH (+), Edema (-/-/-/-) Ekstremitas : AH (+), Edema (-/-/-/-)

A - STEMI Inferior - STEMI Inferior


- Hipertensi - Hipertensi
- Diabetes Mellitus - Diabetes Mellitus
- ARF - ARF
- Post Stroke - Post Stroke
P
- Drip UFH 800 unit/jam IV(5 hari) - Drip UFH 800 unit/jam IV(5 hari)
- Miniaspi 80 mg 1-0-0 PO - Miniaspi 80 mg 1-0-0 PO
- Clopidogrel 75 mg 0-0-1 PO - Clopidogrel 75 mg 0-0-1 PO
- Atorvastatin 40 mg 0-0-1 PO - Atorvastatin 40 mg 0-0-1 PO
- Telmisartan 80 mg1-0-0 - Telmisartan 80 mg1-0-0
- Aminefron - Aminefron
- Laxadine syr 0-0-CII PO - Laxadine syr 0-0-CII PO
- Alprazolam 0,5 mg 0-0-1 PO - Alprazolam 0,5 mg 0-0-1 PO

18

Anda mungkin juga menyukai