Tugas kasus
1. Pengertian skizofrenia
Skizofrenia merupakan suatu penyakit gangguan jiwa berat yang ditandai
dengan gangguan nilai realita (waham dan halusinasi) (Kemenkes RI, 2015)
skizofrenia sindrom dengan berbagai penyebab dan perjalanan penyakit yang luas,
tidak selalu bersifat kronis, serta dipengaruhi oleh genetik, fisik, dan sosial
budaya. Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat dimana ada keretakan atau
ketidakseimbangan antara proses berfikir, perasaan dan perilaku (Wijayanti dan
Puspitosari, 2014).
4.2.1 kasus 1
Kasus 1
Identitas pasien :
Nama : Tn. P
Alamat :lampung selatan
No RM : 05.88.22
Seorang laki-laki yang bernama Tn.P berusia 27 tahun dating ke rumah sakit jia
daerah provinsi lampung pada tanggal 23/10/2023 dengan keluhan tidak tidur 2
minggu ,menghancurkan barang,3 hari menganiaya ibu dipukul dan di tinju
sampai memar. Dengan riwayat penyakit yang di alami sekarang
halusinasi,delusi,bicara sendiri. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu
maupun riwayat penyakit keluarga dan tidak ada riwayat penggunaan obat. Untuk
riwayat sosial pasien di ikat dan di pasung oleh warga Karena membakar rumah
warga. Dengan hasil diagnostik insight derajat 1 (menyangkal ataupun sama
sekali tidak merasa sakit ). Pasien mengalami diagnosis F20 (skizofrenia
paranoid)
Pemeriksaan Laboratorium
SOAP ( Subyektif,Obyektif,Assessment,Planning )
Pemeriksaan Fisik
Assessmen :
1. Haloperidol 5 mg 3x sehari
a. Indikasi : Skizofrenia,psikosis,mania,sindrom gilles de la Tourette
b. Mekanisme kerja: Haloperidol adalah obat antipsikotika golongan tipikal yang
bekerja dengan cara memblokir reseptor dopamin pada reseptor pasca sinaptik
neuron diotak, terutama pada sistem limbik dan ekstrapiramida (Meilina et al.,
2022)
c. Efek samping : Sindrom ekstrapiramidal (misalnya pseudoparkinsonisme, akatisia,
tardive dyskinesia, distonia), depresi SSP, efek antikolinergik (misalnya sembelit.
xerostomia, penglihatan kabur, retensi urin), dismotilitas esofagus dan aspirasi,
mengantuk, hipotensi ortostatik, ketidakstabilan motorik atau sensorik,
hiperprolaktinemia. (basic pharmacology & drug notes)
d. Kontra indikasi : Hipersensitivitas,menyusui
e. Dosis :
Dosis dewasa :
1. Gejala ringan 0,5 – 5 mg/hari
2. Gejala berat 3-5 mg diberikan 2-3 x/hari.
3. Dosis dalam resep 5 mg (tepat dosis )
2. Risperidon 2 mg
a. Indikasi : Skizofrenia
b. Mekanisme kerja : risperidone sebagai antagonis poten pada serotonin (terutama
5-HT2A) dan dopamin D2 serta berikatan juga pada reseptor α1 adrenergik dan
α2 adrenergik (Utami et al., 2022)
c. Efek samping : Insomnia, agitasi,ansietas, sakit kepala,kelelahan ,hipoptensi
ortostatik,tandaekstrapiramidal,kenaikan BB(basic pharmacology & drug notes)
d. Kontra indikasi : Hipersensitivitas,menyusui
e. Interaksi :
1. (major) Menggunakan haloperidol bersama dengan risperidone dapat
meningkatkan risiko irama jantung tidak teratur yang mungkin serius dan
berpotensi mengancam nyawa,
f. Dosis :
1. Dosis harian : 2mg/hari, Dosis maksimal : 16 mg/hari
2. Dosis dalam resep 2 mg (2 x 2 mg) Tepat dosis
3. Trihexyphenidyl 2 mg 3x 2 mg
a. Indikasi : Parkinsonisme, gangguan ekstrakpiramidal karena obat (basic
pharmacology & drug notes)
b. Mekanisme kerja : Trihexyphenidyl bekerja melalui efek inhibisi terhadap sistem
saraf parasimpatis.Trihexyphenidyl merupakan antagonis reseptor muskarinik
kompetitif, dengan mekanisme aksi memblok reseptor muskarinik M1(Rahaya &
Cahaya, 2016)
c. Efek samping :Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, cemas, konstipasi,
retensi urin ES takikardia, dilatasi pupil, tekanan intraokular meningkat, sakit
kepala. (basic pharmacology & drug)
d. Kontra indikasi :Retensi urin,glaukoma(sudut sempit),dan obstruksi saluran cerna.
(basic pharmacology & drug)
e. Dosis :
1. Dosis harian : 1 mg/hari
2. Dosis maksimal : 15 mg/hari
3. Dosis dalam resep : Trihexyphenidyl 2 mg (3 x sehari 2 mg)
(tepat dosis )
A. MESO
PLANNING :
Terapi yang diberikan sudah sesuai dengan kondisi pasien. Namun dari obat-obat
yang diberikan adanya interaksi obat dalam kategori major, artinya dapat
menimbulkan masalah yang serius jika digunakan secara bersamaan. Untuk mengatasi
interaksi tersebut jika obat tetap harus diberikaan secara bersamaan yaitu dengan
dilakukan monitoring efek samping secara ketat dan melakukan intervensi pemberian
obat untuk mecegah terjadinya efek samping yang merugikan (Micromedex, 2022).