Anda di halaman 1dari 13

PARTUS IMMATURUS

Kelompok 1

1. Armilatul Fuadah Ayuningtyas (P27224018103)


2. Armina Nur Azizah (P27224018104)
3. Artista Candra Dewi (P27224018105)
4. Berliana Andaresti (P27224018106)
5. Cahya Asri (P27224018107)
6. Dessanti Bella Suciati (P27224018108)
7. Dhiya Salsabila (P27224018109)
DEFINISI
Menurut Kurniarum, Ari (2016) menyebutkan bahwa definisi partus immaturus yaitu pengeluaran buah
kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gram dan 999
gram.

Semakin dini kejadian kelahiran immatur, semakin besar risiko morbiditas dan mortalitas karena mereka
mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim akibat ketidakmatangan sistem
organ tubuhnya.
ETIOLOGI DAN FAKTOR
PREDISPOSISI
Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya partus immaturus dapat diklasifikasikan sebagai
berikut : keadaan sosial ekonomi rendah, kurang gizi, anemia, perokok berat, umur hamil
terlalu muda kurang dari 20 tahun atau terlalu tua diatas 35 tahun.
Keadaan dapat meningkatkan terjadinya partus immaturus diantaranya: Kehamilan dengan
hidramnion, kehamilan ganda, pre-eklampsia,Kehamilan dengan perdarahan antepartum
pada solusio plasenta, plasenta previa,Kehamilan dengan pecah ketuban dini.
Menurut Oxorn (2010), etiologi terjadinya partus immaturus adalah :

1)  Latrogenik
a)  Sectio cessarea ulangan yang dikerjakan terlalu dini
b) Pengakhiran kehamilan yang terlalu dini

2)  Spontan
yaitu ketuban pecah dini, inkompetensi cervix, overdistensi uterus karena
kehamilan kembar, polyhidramnion, janin yang besar.
PATOFISIOLOGI
Persalinan prematur menunjukkan adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya
kehamilan atau membebani jalur persalinanan normal sehingga memicu dimulainya proses
persalinan secara dini. (Norwintz, 2007).

Tanda – tanda persalinan prematur


Menurut Manuaba (2009) akan terjadi tanda klinik sebagai berikut :

1) Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu jam

2) Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm,


perlunakan bahkan terjadi penipisan serviks.
Kriteria partus immaturus menurut Saefudin (2009) antara lain kontraksi yang
teratur dengan jarak 7-8 menit atau kurang dan adanya pengeluaran lender
kemerahan atau cairan pervaginam dan diikuti salah satu berikut ini :

1. Pada pemeriksaan dalam : pendataran 50-80% atau lebih dan pembukaan 2 cm atau
lebih
2. Mengukur panjang serviks dengan vaginal probe USG : jika panjang serviks kurang
dari 2 cm pasti akan terjadi persalinan premature
Kriteria menentukan diagnosis partus immaturus menurut Wiknjosastro (2010)

1. Terjadi pada usia 22-37 minggu


2. Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit
3. Adanya nyeri pada punggung bawah
4. Perdarahan bercak
5. Perasaan menekan daerah serviks
6. Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm dan penipisan 50-80 %
7. Presentasi janin rendah sampai mencapai spina ischiadika
8. Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan prematur
PEMERIKAAN PENUNJANG
Menurut Nugroho (2010) pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah
sebagai berikut :

1) Laboratorium
a)  Pemeriksaan kultur urine
b)  Pemeriksaan gas dan pH darah janin
c)   Pemeriksaan darah tepi ibu : jumlah leukosit
d)   C-reactive protein.

2)   Amniosintesis : hitung leukosit, pewarnaan Gram bakteri (+) pasti amnionitis.
3)  Pemeriksaan ultrasonografi
1. Oligohidramnion : berhubungan dengan korioamnionitis dan koloni bakteri pada
amnion.
2. Penipisan serviks : bila ketebalan serviks < 3 cm (USG), dapat dipastikan akan terjadi
persalinan preterm.
3. Kardiotokografi : kesejahteraan janin, frekuensi dan kekuatan kontraksi
4. Sonografi seviks transperineal dapat menghindari manipulasi intravagina terutama pada
kasus KPD dan plasenta previa.
KOMPLIKASI PARTUS IMMATURUS
● Menurut Nugroho (2010), komplikasi partus immaturus yang terjadi pada ibu
adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat menyebabkan infeksi endometrium
sehingga mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi.

● Menurut Benson (2012), terdapat paling sedikit enam bahaya utama yang
mengancam neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung kongestif,
perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik, hiperilirubinemia, sepsis dan
kesulitan makan.
PENATALAKSANAAN
● Menurut Benson (2012), pengobatan utama terdiri atas dua modalitas yaitu istirahat baring dan obat –
obatan.

1) Istirahat baring
Terdapat berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa istirhat baring bermanfaat baik dalam pencegahan maupun
membantu penghentian partus yang telah berlangsung disertai dengan obat–obatan. Hidrasi intravena sering
dianjurkan sebagai bentuk awal intervens.

2)   Obat farmakologik


a)   Beta – simpatomimetik
b)  Magnesium Sulfat
PENCEGAHAN
Menurut Winkjosastro (2010), beberapa langkah yang dapat mencegah terjadinya partus
immaturus adalah sebagai berikut:
1. Hindari kehamilan pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 17 tahun ) atau terlalu tua ( lebih dari 35 tahun )
2. Hindari jarak kehamilan terlalu dekat ( kurang dari 2 tahun )
3. Menggunakan kesempatan periksa hamil dan memperoleh pelayanan antenatal yang baik
4. Anjurkan tidak merokok maupun mengkonsumsi alkohol serta obat terlarang
5. Hindari kerja berat dan beristirahat yang cukup
6. Obati penyakit yang dapat menyebabkan persalinan prematur
7. Kenali dan obati infeksi genital
8. Deteksi dan penanganan faktor resiko terhadap persalinan premature
Terimakasih!

Anda mungkin juga menyukai