Kelompok 1
Semakin dini kejadian kelahiran immatur, semakin besar risiko morbiditas dan mortalitas karena mereka
mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim akibat ketidakmatangan sistem
organ tubuhnya.
ETIOLOGI DAN FAKTOR
PREDISPOSISI
Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya partus immaturus dapat diklasifikasikan sebagai
berikut : keadaan sosial ekonomi rendah, kurang gizi, anemia, perokok berat, umur hamil
terlalu muda kurang dari 20 tahun atau terlalu tua diatas 35 tahun.
Keadaan dapat meningkatkan terjadinya partus immaturus diantaranya: Kehamilan dengan
hidramnion, kehamilan ganda, pre-eklampsia,Kehamilan dengan perdarahan antepartum
pada solusio plasenta, plasenta previa,Kehamilan dengan pecah ketuban dini.
Menurut Oxorn (2010), etiologi terjadinya partus immaturus adalah :
1) Latrogenik
a) Sectio cessarea ulangan yang dikerjakan terlalu dini
b) Pengakhiran kehamilan yang terlalu dini
2) Spontan
yaitu ketuban pecah dini, inkompetensi cervix, overdistensi uterus karena
kehamilan kembar, polyhidramnion, janin yang besar.
PATOFISIOLOGI
Persalinan prematur menunjukkan adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya
kehamilan atau membebani jalur persalinanan normal sehingga memicu dimulainya proses
persalinan secara dini. (Norwintz, 2007).
1) Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu jam
1. Pada pemeriksaan dalam : pendataran 50-80% atau lebih dan pembukaan 2 cm atau
lebih
2. Mengukur panjang serviks dengan vaginal probe USG : jika panjang serviks kurang
dari 2 cm pasti akan terjadi persalinan premature
Kriteria menentukan diagnosis partus immaturus menurut Wiknjosastro (2010)
1) Laboratorium
a) Pemeriksaan kultur urine
b) Pemeriksaan gas dan pH darah janin
c) Pemeriksaan darah tepi ibu : jumlah leukosit
d) C-reactive protein.
2) Amniosintesis : hitung leukosit, pewarnaan Gram bakteri (+) pasti amnionitis.
3) Pemeriksaan ultrasonografi
1. Oligohidramnion : berhubungan dengan korioamnionitis dan koloni bakteri pada
amnion.
2. Penipisan serviks : bila ketebalan serviks < 3 cm (USG), dapat dipastikan akan terjadi
persalinan preterm.
3. Kardiotokografi : kesejahteraan janin, frekuensi dan kekuatan kontraksi
4. Sonografi seviks transperineal dapat menghindari manipulasi intravagina terutama pada
kasus KPD dan plasenta previa.
KOMPLIKASI PARTUS IMMATURUS
● Menurut Nugroho (2010), komplikasi partus immaturus yang terjadi pada ibu
adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat menyebabkan infeksi endometrium
sehingga mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi.
● Menurut Benson (2012), terdapat paling sedikit enam bahaya utama yang
mengancam neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung kongestif,
perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik, hiperilirubinemia, sepsis dan
kesulitan makan.
PENATALAKSANAAN
● Menurut Benson (2012), pengobatan utama terdiri atas dua modalitas yaitu istirahat baring dan obat –
obatan.
1) Istirahat baring
Terdapat berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa istirhat baring bermanfaat baik dalam pencegahan maupun
membantu penghentian partus yang telah berlangsung disertai dengan obat–obatan. Hidrasi intravena sering
dianjurkan sebagai bentuk awal intervens.