Anda di halaman 1dari 21

HIPERBILIRUBINEMIA

Pembimbing :
dr. Mas Wishnuwardhana, Sp.A
 
Disusun Oleh :
Elisabeth Andintia Utami Harkristuti
1965050015

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD CHASBULLAH ABDUL MADJID KOTA BEKASI
PERIODE 1 FEBRUARI – 13 MARET 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2021
DEFINISI
Hiperbilirubinemia indirek (HI) hampir Disebabkan oleh bbl, usia kehamilan, ketuban
universal pada bayi baru lahir. pecah dini, penyakit menular ibu, atau penyakit
lain selama kehamilan.

Secara klinis, HI bermanifestasi  penyakit


kuning, atau menguningnya kulit, sklera, dan
selaput lendir.

Kadar bilirubin yang tinggi  racun bagi


perkembangan sistem saraf pusat dan dapat
menyebabkan gangguan perilaku dan
neurologis

2
PATOFISIOLOGI

Jaundice Fisiologis
Merupakan jenis hiperbilirubinemia bayi baru lahir paling umum, tidak memiliki
konsekuensi serius.

Kelainan perkembangan saraf : atetosis, kehilangan pendengaran, dan dalam kasus yang
jarang terjadi, defisit intelektual mungkin terkait dengan tingkat toksik bilirubin yang tinggi.

3
PATOFISIOLOGI

Disebabkan imaturitas fisiologis yang biasanya muncul antara usia 24-72 jam dan antara
hari ke-4 dan ke-5; puncaknya pada neonatus cukup bulan dan pada prematur pada hari ke-
7,

Menghilang dalam 10-14 hari.

Bilirubin tak terkonjugasi  bentuk predominan dan biasanya kadar serumnya kurang dari
15 mg / dl.

4
PATOFISIOLOGI

Jaundice Patologis
Kadar bilirubin menyimpang dari kisaran normal dan membutuhkan intervensi akan
digambarkan sebagai ikterus patologis.

Munculnya ikterus dalam 24 jam karena peningkatan serum bilirubin melebihi 5 mg/dl/hari,
kadar puncak lebih tinggi dari kisaran normal yang diharapkan, adanya ikterus klinis > 2
minggu dan bilirubin terkonjugasi (urine berwarna gelap) akan dikategorikan dalam jenis
penyakit kuning.

5
PATOFISIOLOGI

Menyusui dan Jaundice Menyusui


Bayi yang mendapat ASI eksklusif memiliki pola fisiologis yang berbeda untuk icterus
dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula.

Ikterus pada bayi yang disusui biasanya muncul antara usia 24-72 jam, puncaknya pada 5-15 hari
kehidupan dan menghilang pada minggu ketiga kehidupan.

Dalam kasus bayi baru lahir yang disusui, ikterus ringan mungkin memerlukan waktu 10-14 hari
setelah lahir atau dapat muncul kembali selama masa menyusui.

Hiperbilirubinemia dikaitkan dengan ASI ibu pada neonatus. Sekitar 2% -4% bayi yang mendapat
ASI eksklusif  kadar bilirubin lebih dari 10 mg pada minggu ketiga kehidupan.

6
PATOFISIOLOGI

Ketidakcocokan ABO
Insiden ketidakcocokan golongan darah ABO ibu dan janin, bila ibu bergolongan darah O
dan bayi baru lahir bergolongan darah A atau B (15-20% dari seluruh kehamilan).

Bayi dengan ibu golongan darah-O harus diperiksa dan dikeluarkan setelah 72 jam.
Skrining darah tali pusat rutin tidak dianjurkan untuk bayi baru lahir dengan ibu O-grup.

7
8
9
10
11
12
13
DIAGNOSA

Sebagai manisfestasi klinis akibat peninggian bilirubin (indirek maupun direk) di dalam
darah  warna kuning pada kulit mukosa dan sklera yang akan menyebar secara sefalo
caudal dan dapat di nilai secara klinis.

Kramer  pewarnaan dermal bilirubin dapat digunakan sebagai panduan klinis untuk tingkat
ikterus.

Pewarnaan dermal pada bayi baru lahir berkembang ke arah cephalo-caudal.

14
15
DIAGNOSA
Pemeriksaan lebih lanjut, selain bilirubin serum total, yang mungkin dibutuhkan (usia< 3 minggu):

 Bilirubin direk

 Hitung darah lengkap, hitung retikulosit, dan apusan untuk morfologi darah tepi.

 Golongan darah dan tes antibodi direk (direct antibody test, DAT, atau tes Coombs).

 Konsentrasi G6PD (glucose-6-phosphate dehydrogenase).

 Albumin serum

 Urinalisis untuk mengetahui zat pereduksi (galaktosemia)

16
DIAGNOSA
Hiperbilirubinemia patologis bila:

 Kuning terjadi sebelum/dalam 24 jam pertama

 Setiap peningkatan bilirubin serum memerlukan foto terapi.

 Peningkatan kadar bilirubin total serum > 0,5 mg/dl/jam.

 Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi (muntah,letargi, malas menetek, BB
turun cepat, apnea, tahipnea, suhu labil).

 Ikterus bertahan setelah 8 hari pada BCB, setelah 14 hari BKB.

 Bilirubin direk >2mg/dL

17
TATALAKSANA

FOTOTERAPI
Hiperbilirubinemia dapat diobati dengan mudah tanpa atau dengan efek samping
minimal dengan fototerapi.
Kemanjuran fototerapi tergantung pada luas permukaan yang terpapar fototerapi.

Spektrum sumber cahaya: Tabung biru khusus dengan tanda F20T12/BB; energi
dapat ditingkatkan dalam unit fototerapi dengan menurunkan jarak neonatus
menjadi dalam 15-20 cm.

Fototerapi tidak boleh dihentikan kecuali selama menyusui atau mengganti popok.

18
TATALAKSANA

PERTUKARAN TRANSFUSI

Melalui transfusi tukar, bilirubin dan antibodi hemolitik dikeluarkan.

(a) Isoimunisasi Rh: Selalu, penggunaan darah untuk transfusi tukar harus isoimunisasi Rh
negative (negatif untuk faktor Rh). Packed cell O-negatif yang tersuspensi dalam plasma
AB akan menjadi pilihan terbaik.

(b) Inkompatibilitas ABO: Hanya golongan darah-O yang boleh digunakan untuk transfusi
tukar pada bayi baru lahir dengan inkompatibilitas ABO. Pilihan terbaik adalah sel
dikemas kelompok O (Rh kompatibel) yang tersuspensi dalam darah utuh plasma
kelompok O / AB (Rh kompatibel dengan bayi).

19
TATALAKSANA
PENGOBATAN FARMAKOLOGIS
(a) Phenobarbitone
Pemrosesan bilirubin termasuk uptake di hati, konjugasi, dan ekskresi diperbaiki oleh agen
ini  menurunkan tingkat bilirubin.
Penggunaan selama 3-5 hari dalam dosis 5 mg / kg setelah lahir sebagai profilaksis, 
efektif pada bayi dengan penyakit hemolitik, darah berlebih, dan dalam jangka prematur
tanpa efek samping yang berarti.
(b) Imunoglobulin Intravena (IVIG)
IVIG dosis tinggi (0,5-1 gr / kg) terbukti efektif mengurangi kebutuhan transfusi tukar dan
fototerapi pada bayi dengan penyakit hemolitik Rh

20
TERIMA KASIH

21

Anda mungkin juga menyukai