PROFESI”
ANGGOTA KELOMPOK 2
Pihak yang bertanggung jawab menyusun kode etik advokat ● Hubungan dengan klien
Indonesia: ● Hubungan dengan teman sejawat
● Komite Kerja Advokat Indonesia ● Hubungan dengan teman sejawat asing
● Asosiasi Advokat Indonesia ● Cara bertindak dalam menangani perkara
● Penasehat Hukum Indonnesia
● Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia
● Serikat Pengecara Indonesia
● Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia
● Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal
● KODE ETIK ADVOKAT DENGAN KLIEN
a) Dalam menangani perkara perdata Advokat harus g) Wajib menjaga rahasia klien baik sebelum, semasa dan
mengutamakan jalan damai. setelah menangani kasus.
2) Upaya mediasi tidak berhasil isi pembicaraan 6) Advokat bebas mengeluarkan pendapat dalam
koresponden dilarang dijadikan bukti di pengadilan. persidangan dalam rangka membela sebuah perkara dan
harus dikemukakan secara proporsional dan tidak
3) Dalam perkara perdata yang berjalan advokat hanya berlebihan.
dapat menghubungi hakim bersama-sama dengan advokat
pihak lawan. Serta dalam perkara pidana yang berjalan 7) Wajib memberikan bantuan hukum ‘pro deo’ bagi
Advokat hanya dapat menghubungi hakim bila bersana orang yang tidak mampu.
jaksa penuntut umum.
8)Wajib memberitahukan keputusan pengadilan kepada
4) Tidak dibenarkan untuk mengajari atau mempengaruhi kliennya tepat waktu.
saksi-saksi dari pihak lawan.
BERAGAM KODE ETIKA PROFESI
KODE ETIK PSIKOLOGI
Kode etik psikologi adalah seperangat nilai yang
Sebelum melangkah menuju kode etik psikologi,
harus ditaati dan dijalankan dalam pelaksanaan
kita harus memahami prinsip prinsip umum yang
kegiatan sebagai psikolog dan ilmuan psikologi
harus dimiliki oleh seorang psikolog dan ilmuan
kusunya di Indonesia
psikologi, diantaranya:
a. Menghormati harkat dan martabat manusia
b. Berintegritas dan memiliki sikap ilmiah
c. Profesional
1) Ketika menyusun atau menyajikan informasi keuangan, 4. Pelanggaran terhadap prinsip integritas muncul ketika
akuntan harus menyusun / menyajikan informasi yang Akuntan menawarkan atau menerima, atau mendorong pihak
sesuai dengan basis pelaporan keuangan yang digunakan. lain untuk menawarkan atau menerima, bujukan dengan
intensi untuk memengaruhi perilaku penerima bujukan atau
2) Prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional individu lainnya secara tidak patut.
mensyaratkan Akuntan hanya melaksanakan tugas
signifikan ketika memiliki, atau dapat memperoleh, 5. Dalam melindungi kepentingan publik dan diharuskan oleh
pelatihan atau pengalaman tertentu yang memadai. Kode Etik, Akuntan yang berpraktik melayani publik harus
independen ketika melakukan perikatan audit atau perikatan.
3) Akuntan tidak boleh memanipulasi informasi atau
menggunakan informasi rahasia untuk memperoleh 6. Akuntan mungkin mempertimbangkan untuk berkonsultasi
keuntungan pribadi atau untuk keuntungan keuangan secara internal, mendapatkan advis hukum, berkonsultasi
pihak lain. dengan regulator/asosiasi profesi berdasar prinsip
kerahasiaan.
BERAGAM KODE ETIKA PROFESI
KODE ETIK KEDOKTERAN
Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) menurut Majelis 2.4 pasal kewajiban dokter terhadap pasien, beberapa di
Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK) terdiri dari: antaranya adalah:
1. 13 pasal kewajiban umum, beberapa di antaranya adalah: a. Setiap dokter wajib memberikan kesempatan
a. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan pasiennya agar senantiasa dapat berinteraksi dengan
mengamalkan sumpah dokter. keluarga dan penasihatnya, termasuk beribadat dan
b. Tiap perbuatan/nasehat yang mungkin melemahkan atau penyelesaian masalah pribadi lainnya.
daya tahan psikis maupun fisik, wajib memperoleh b. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang
persetujuan pasien/keluarganya dan hanya diberikan diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga
untuk kebaikan pasien tersebut. setelah pasien itu meninggal dunia.
• KODE ETIK KEDOKTERAN
K. Bertens (2000) membedakan istilah etika dan 3. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada orang lain
etiket sebagai berikut: hadir atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku.
Misalnya dianggap melanggar etiket, bila kita makan sambil
1. Etiket menyangkut cara perbuatan harus dilakukan berbunyi atau dengan meletakkan kaki di atas meja, namun jika
manusia. Di antara beberapa cara yang mungkin, etiket kita makan sendiri hal tersebut tidak melanggar etiket. Di sisi lain,
menunjukkan cara yang tepat, artinya cara yang etika tidak tergantung pada hadir tidaknya orang lain. Larangan
diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan untuk mencuri selalu berlalu, entah ada orang lain atau tidak.
tertentu. Misalnya jika karyawan menyerahkan sesuatu 4. Etiket bersifat relatif, suatu hal yang dianggap tidak sopan pada
kepada atasan, harus menggunakan tangan kanan. suatu kebudayaan, bisa saja dianggap hal yang wajar dalam
Dianggap melanggar etiket apabila menyerahkan dengan kebudayaan lain. Etika lebih bersifat absolut, prinsip etika
tangan kiri.2. cenderung tidak bisa ditawar-tawar atau mudah diberi dispensasi.
2. Sedangkan etika tidak terbatas pada cara dilakukannya 5. Jika kita berbicara etiket, kita hanya memandang manusia dari segi
suatu perbuatan, etika memberi norma tentang perbuatan lahiriah saja, sedang etika menyangkut manusia dari segi dalam.
itu sendiri. Mengambil barang milik orang lain tanpa izin, Tidak merupakan kontradiksi, jika seseorang selalu berpegang
tidak diperbolehkan. Apakah mencuri dengan tangan pada etiket dan sekaligus munafik. Tapi orang yang etis sifatnya
kanan atau kiri di sini sama sekali tidak relevan. tidak mungkin munafik, sebab seandainya munafik, hal itu dengan
sendirinya berarti tidak bersifat etis. Sehingga orang yang bersikap
etis adalah orang yang sungguh-sungguh baik.
• ETIKA PROFESI K3
● The International Network of Safety and Health Practitioner Organizations (INSHPO)
menggambarkan profesi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan peran profesional K3
dengan cara berikut:
thu ● Masalah etika selalu muncul dalam kehidupan secara umum dan sebagai akibat dari
interaksi manusia. Ketika tindakan kita akan mempengaruhi diri kita sendiri atau orang
lain, sekarang atau di masa depan, kita berurusan dengan masalah etika. Etika dan
pengambilan keputusan etis adalah elemen mendasar dari praktik profesional K3. Memang,
sebuah penelitian yang berfokus pada mendefinisikan identitas profesional K3
menemukan bahwa motivasi moral dan etika untuk keselamatan adalah salah satu
dari lima elemen inti dalam identitas profesional profesional K3 (Provan, Dekker &
Rae, 2018).
• TUGAS DAN KEWAJIBAN
PROFESIONAL KESEHATAN
KERJA
Perkembangan
Peran sebagai Pengetahuan dan dari Kebijakan
Penasihat Keahlian dan Program
Memberikan nasihat yang kompeten
dan jujur kepada pengusaha dalam Terbiasa dengan pekerjaan dan lingkungan
Memastikan bahwa mereka memiliki
memenuhi tanggung jawab mereka di kerja serta untuk mengembangkan
keterampilan yang diperlukan atau
bidang keselamatan dan kesehatan kerja kompetensi mereka dan tetap terinformasi
mendapatkan keahlian yang diperlukan untuk
serta kepada pekerja tentang dengan baik dalam pengetahuan ilmiah dan
memberikan saran tentang program
perlindungan dan peningkatan teknis, bahaya kerja dan cara yang paling
pencegahan yang harus mencakup, jika sesuai,
kesehatan mereka dalam kaitannya efisien untuk menghilangkan atau
langkahlangkah untuk pemantauan dan
dengan pekerjaan. meminimalkan risiko.
pengelolaan bahaya keselamatan dan
kesehatan kerja dan, jika terjadi kegagalan,
untuk meminimalkan konsekuensi
• TUGAS DAN KEWAJIBAN
PROFESIONAL KESEHATAN
KERJA
Rahasia Pengawasan
Komersial Informasi kepada
Kesehatan Pekerja
Tenaga kesehatan kerja wajib untuk tidak: Pengawasan harus dilakukan dengan Hasil pemeriksaan yang dilakukan dalam
mengungkapkan rahasia industri atau komersial persetujuan pekerja. Potensi konsekuensi kerangka surveilans kesehatan harus dijelaskan
yang mungkin mereka ketahui dalam positif dan negatif dari partisipasi dalam kepada pekerja yang bersangkutan. Informasi
pelaksanaan kegiatan mereka. Namun, mereka umum tentang kesehatan atau potensi efek
program skrining dan pengawasan kesehatan
kesehatan dari bahaya kerja, dapat diberikan
tidak boleh menyembunyikan informasi yang harus didiskusikan sebagai bagian dari proses dengan persetujuan pekerja yang
diperlukan untuk melindungi keselamatan dan persetujuan. Surveilans kesehatan harus bersangkutan, sejauh ini diperlukan untuk
kesehatan pekerja atau masyarakat. dilakukan oleh profesi kesehatan kerja yang menjamin perlindungan kesehatan pekerja.
disetujui oleh otoritas yang berwenang.
• TUGAS DAN KEWAJIBAN
PROFESIONAL KESEHATAN
KERJA
Perlindungan terhadap
Komunitas dan Kontribusi untuk
Lingkungan Pengetahuan
Ilmiah
Harus menyadari: peran mereka dalam kaitannya
dengan perlindungan masyarakat dan lingkungan. Profesional kesehatan kerja harus melaporkan
Dengan maksud untuk berkontribusi pada kesehatan obyektif kepada komunitas ilmiah serta kesehatan
lingkungan dan kesehatan masyarakat, profesional masyarakat dan otoritas tenaga kerja tentang bahaya
kesehatan kerja harus memulai dan berpartisipasi, kerja baru atau yang dicurigai. Mereka juga harus
sebagaimana mestinya, dalam mengidentifikasi, melaporkan metode pencegahan yang baru dan
menilai, mengiklankan dan memberi nasihat untuk relevan
tujuan pencegahan bahaya kerja dan lingkungan yang
timbul atau yang mungkin diakibatkan oleh operasi
atara proses di perusahaan.
“MORAL KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA
(K3)”
Moral K3
● Laverty (1989, hal. 376) menggambarkan moral sebagai "keyakinan
dasar tentang benar dan salah, baik dan buruk.
● Masalah moral muncul ketika "tindakan seseorang, ketika dilakukan secara bebas, dapat
membahayakan atau menguntungkan orang lain” (Jones, 1991). Individu yang dapat
dimintai pertanggungjawaban atas moralnya tindakan adalah 'agen moral.' Agen moral
adalah "seseorang yang membuat keputusan moral, meskipun dia mungkin tidak
● Konsep ahli K3 sebagai agen moral ini penting karena Profesional keselamatan
thu
sangat termotivasi oleh motivasi moral untuk mencegah manusia penderitaan melalui
insiden keselamatan dalam organisasi mereka. Mereka melihat ini sebagai alasan, atau
bahkan suatu keharusan, untuk bertentangan dengan orang lain yang mereka yakini
memiliki motivasi moral yang lebih rendah dalam peran mereka.
MORAL K3
● Motivasi moral untuk peran mereka ini memiliki implikasi signifikan bagi praktik
profesional keselamatan dalam organisasi. Dalam sebuah studi tentang pengaruh
profesional keselamatan dan agen praktis, Daudigeos (2013) menemukan bahwa 'sense of
moral duty to others in [keselamatan] profesional' telah terlibat untuk proses kelembagaan
sebagai profesional keselamatan menggunakan taktik yang tidak bermoral dan
Machiavellian dalam mengejar niat baik mereka.
● Dengan adanya kesadaran dari diri sendiri akan pentingnya keselamatan kerja,
Keselamatan dan Kesehatan kerja akan lebih mudah diwujudkan.
Referensi
Adhani, R. (2014). PT. Grafika Wangi Kalimantan. Etika Dan Komunikasi Dokter-Pasien-Mahasiswa, 76.
Bertens, K. (2007). Etika, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Ismail. (2017). Etika Pemerintahan; Norma, Konsep dan
Praktek Etika Pemerintah. 181.
Ethics and Professional Practice: Core Body of Knowledge for the Generalist OHS Professional. 2019. Australian Institute of
Health and Safety.
Himpunan Psikologi Indonesia. 2010. Kode Etik Psikolog Indonesia. Jakarta: Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia.
IAI, IAPI, IAMI. 2020. Kode Etik Akuntan Indonesia. Jakarta: Komite Etika Ikatan Akuntan Indonesia.
International Code Of Ethics For Occupational Health Professionals. 2012. International Commission on Occupational Health
(ICOH).
Komite Advokat Indonesia. 2002. Kode Etik Advokat. Jakarta: Komite Advokat Indonesia
Saleh, A., Nugroho, D.R., Wibowo, C.T. and Bassar, E., 2021. Etika Profesi Komunikasi. Bogor: PT Penerbit IPB Press.
Suryadi, T. and Bioetika, T., 2009, December. Prinsip-prinsip etika dan hukum dalam profesi kedokteran. In Pertemuan
Nasional V JBHKI dan Workshop III Pendidikan Bioetika dan Medikolegal di Medan. 15-17 Desember 2009.