Anda di halaman 1dari 8

RISIKO & HAZARD DALAM

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


ASUHAN KEPERAWATAN

Kelompok 2

Muhamad Ramdani (191FK03001) Sari Damayanti (191FK03029)

Oki Prianti Putri (191FK03012) M.Alfi Anugrah (191FK03034)


A.M
Shofi Safitri (191FK03013)
Sinta Nursari (191FK03038)
Sinta Bela (191FK03015)
Erni Risnaeni (191FK03039)
Sinta Juliani (191FK03016)
Revita Puspa (191FK03084)
Ellysa Amanda I (191FK03019)
Sunarya
Rianty Damayanti R (191FK03024) Rijan Apriana (191FK03145)
Pengertian Resiko
Resiko adalah gabungan dari kemungkinan (frekuensi) dan akibat atau konsekuensi dari terjadinya bahaya. Penilaian risiko merupakan penilaian menyeluruh
untuk mengidentifikasi bahaya dan dan menentukan apakah risiko dapat diterima. Resiko dan hazard dapat terjadi kapan saja dan di mana saja bila pengendalian yang
dilakukan belum tepat atau tidak sesuai. Untuk itu perlu diketahui apa sebenarnya risiko dan hazard tersebut.
Penilaian risiko terdiri dari 3 langkah pelaksanaan yaitu identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko.
- Penilaian Resiko
Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Penilaian risiko merupakan proses
evaluasi risiko risiko yang diakibatkan adanya bahaya-bahaya, dengan memperhatikan kecukupan pengendalian yang dimiliki, dan menentukan apakah risikonya dapat
diterima atau tidak. (Puspitasari, 2010)
Pengendalian Resiko
Menurut Hanafi dan Partawibawa (2016), pengendalian risiko terhadap bahaya yang teridentifikasi dilakukan setelah dilakukannya penilaian sebelumnya,
sehingga pengendalian resiko bahaya diprioritaskan pada bahaya dengan kategori paling tinggi ke rendah.
Manajemen Resiko
Menurut darmawi Tahapan pertama dalam proses manajemen resiko adalah tahap identifikasi risiko. Identifikasi resiko merupakan suatu proses yang secara
sistematis dan terus-menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian terhadap sesuatu titik proses identifikasi risiko ini
mungkin ada proses yang terpenting karena dari proses inilah semua risiko yang ada atau yang mungkin terjadi pada suatu hal harus diidentifikasi. Proses identifikasi
harus dilakukan secara cermat dan komprehensif sehingga tidak ada risiko yang terlewatkan atau tidak teridentifikasi titik dalam pelaksanaannya.
Pengertian Hazard
Berdasarkan Kurniawan (2008), mengatakan bahwa hazard adalah faktor-faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu berupa barang atau kondisi dan mempunyai
potensi menimbulkan efek kesehatan maupun keselamatan pekerja serta lingkungan yang memberikan dampak buruk.
Klasifikasi Hazard

Menurut Ndejjo (2015) bahaya secara luas diklasifikasikan sebagai biologis dan biologis:

1. Bahaya biologis didefinisikan untuk dimasukkan luka, laserasi, terkena benda tajam, kontak langsung dengan spesimen yang terkontaminasi,
bioterorisme, penyakit infeksi, dan kontaminasi silang dari material kotor.

2. Bahaya non biologis Didefinisikan termasuk fisik, psikososial, dan ergonomis bahaya.
Faktor Bahaya K3 di tempat kerja
Faktor bahaya biologi (seperti: jamur, virus, bakteri, dll)
Faktor bahaya kimia (seperti: gas, debu, bahan beracun, dll)
Faktor bahaya fisik/ mekanik (seperti: Mesin, tekanan, dll)
Faktor bahaya biomekanik (seperti: posisi kerja, gerakan, dll)
Faktor bahaya sosial psikologis (seperti: stress, kekerasan, dll)
Identifikasi Hazard
Identifikasi Hazard merupakan langkah awal dalam mengembangkan manajemen risiko K3 titik mengidentifikasi suatu bahaya adalah upaya
sistematis untuk mengetahui potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dan karakteristik bahaya, maka dapat lebih
berhati-hati dan waspada untuk melakukan langkah-langkah pengamanan agar tidak terjadi kecelakaan. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
merupakan salah satu isu penting di dunia kerja saat ini termasuk di lingkungan rumah sakit. Angka kecelakaan kerja di rumah sakit lebih tinggi
dibandingkan tempat kerja lainnya dan sebagian besar diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman. Kecelakaan kerja menjadi salah satu masalah
urgen di lingkungan rumah sakit.
Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah sebagai

berikut (Effendy, Nasrul. 1998):

a. Fungsi perawat
- Mengkaji masalah kesehatan
- Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
- Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan
- Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan

b. Tugas perawat
- Mengawasi lingkungan pekerja
- Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
- Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
- Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja
- Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di rumah kepada pekerja dan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
- Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja
- Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja
- Memberikan pendidikan kesehatan terhadap pekerja dan keluarganya
- Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
- Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.
Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Sama Secara Umum:

- Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pengendalian bahaya yang di tempat kerja yaitu dengan pemantauan dan pengendalian kondisi
tidak aman di tempat kerja.
- Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pembinaan dan pengawasan pelatihan dan pendidikan,konseling dan konsultasi,pengembangan
sumber daya atau teknologi terhadap tenaga kerja tentang penerapan K3.

- Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui sistem manajemen prosedur dan aturan K3, penyediaan sarana dan prasarana K3 dan
pendukungnya, penghargaan dan sanksi terhadap penerapan K3 di tempat kerja.

Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap implementasi asuhan
keperawatan:
- Perawat diwajibkan untuk menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik seperti mencuci tangan, memakai APD lengkap,
menjaga kebersihan maupun kesterilan setiap alat yang akan digunakan.
- Mematuhi SOP yang telah ditetapkan oleh rumah sakit serta tidak terburu-buru dalam melakukan tindakan.
- Perawat sebaiknya menerapkan perilaku hidup bersih dan juga sehat serta menerapkan pola hidup yang sehat.
- Menanamkan sifat kehati-hatian, konsentrasi yang tinggi, dan ketenangan saat bekerja. terutama saat melakukan tindakan yang berisiko kepada
pasien.
- Perawat dituntut untuk belajar mengoperasikan alat-alat yang sudah disediakan oleh pihak rumah sakit dengan tujuan
mengurangi risiko cedera baik bagi klien maupun bagi perawat sendiri.
Contoh upaya mencegah Hazard dan Risiko Implementasi Keperawatan :
- Membantu pasien dalam aktifitas sehari-hari
- Konseling
- Memberikan asuhan keperawatan langsung dan tepat
- Kompensasi untun reaksi yang merugikan
- Teknik tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan klien untuk prosedur.
- Mencapai tujuan perawatan mengawasi dan mengevaluasi kerja dari anggota staf lain.
Tiga prinsip pedoman implementasi asuhan keperawatan
- Mempertahankan keamanan klien
- Memberikan asuhan yang efektif
- Memberikan asuhan yang seefisien mungkin
Pengertian Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Dalam melakukan tindakan keperawatan, perlu dilakukan evaluasi
keperawatan. Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.
Jenis Evaluasi
Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operasional dengan sumatif (dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif (dengan proses dan
evaluasi akhir).
Evaluasi dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Evaluasi sumatif
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh keluarga. Format
yang dipakai adalah format SOAP.
2. Evaluasi formatif
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya, mungkin semua
tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat data-data, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi.
Metode Evaluasi
1. Observasi langsung adalah mengamati secara langsung perubahan yang terjadi dalam keluarga.
Wawancara keluarga, yang berkaitan dengan perubahan sikap, apakah telah menjalankan anjuran yang diberikan perawat.
2. Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang dibuat dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana
keperawatan (intervensi).
3. Latihan stimulasi, berguna dalam menentukan perkembangan keseanggupan melaksanakan asuhan keperawatan.
Evaluasi Bahaya dan Risiko
Evaluasi risiko dilakukan sebagai tindak lanjut dari proses analisis risiko untuk memutuskan tindakan selanjutnya (PengendalianRisiko).
Tindak lanjut dapat berupa:
a. Apakah risiko yang ada memerlukan pengendalian
b. Tindakan apa saja yang harus dilakukan
c. Prioritas risiko yang akan dikendalikan
d. Nilai risiko yang diperoleh dari hasil analisis dibandingkan dengan criteria yang ditetapkan tentang batasan risiko yang bisa ditolerir.
Tujuan Evaluasi Bahaya dan Risiko
1. Untuk mengetahui level dan prioritas bahaya dan risiko di tempat kerja
2. Mengetahui tindakan pengendalian/program K3 yang diperlukan Dalam melakukan evaluasi terhadap bahaya dan risiko diperlukan criteria untuk
menentukan prioritas tingkat risiko yang bisa diterima merupakan salah satu criteria yang umum digunakan dalam mengevaluasi bahaya dan risiko.
Penilaian Hasil Evaluasi Bahaya Kerja
Penilaian hasil evaluasi bahaya kerja merupakan hasil rangkuman peninjauan semua factor yang mengakibatkan bahaya kerja pada manusia.
Penilaian ini akan memberikan fakta dan kemungkinan yang relevan sehingga, memudahakan penetapan langkah berikutnya dalam pengendalian
risiko bahaya kerja.
Dengan mempertimbangan criteria risiko masing-masing bahaya kerja, dapat ditetapkan prioritas risiko bahya kerja sebagai berikut:
1. Risiko ringan: kemungkinannya kecil untuk terjadi serta akibat yang ditimbulkannya ringan maka bahaya kerja ini dapat diabaikan.
2. Risiko sedang: kemungkinannya kecil untuk terjadi akan tetapi akibat yang ditimbulkannya cukup berat, atau sebaliknya, maka perlu pelaksanaan
manajemen risiko khusus.
3. Risiko berat: sangat mungkin terjadi dan akan berakibat sangat buruk, maka harus dilaksanakan penganggulangan sesegara mungkin.
Contoh Kasus Yang Berkesinambungan Dalam Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Hazard Dan Risiko Dalam Asuhan Keperawatan.
1). Pengkajian : Sebagian perawat saat akan melakukan
tindakan tidak melakukan cuci tangan dengan benar atau tidak sesuai dengan SOP.
2). Perencanaan : Akan dilakukan penyuluhan tentang pentingnya dan cara cuci tangan yang benar.
3). Implementasi : Terpasangnya poster SOP cuci tangan disetiap washtaffle
4). Evaluasi : Para perawat sudah mulai melakukan tindakan cuci tangan sesuai SOP

Anda mungkin juga menyukai