Anda di halaman 1dari 72

SOCIAL SELF

• Kisah William Thompson yang mengalami kerusakan organis pada otaknya


sehingga mengalami gangguan ingatan tentang kejadian/peristiwa yang baru
dialami
– pasien Oliver Sacks (neurolog)
– disorientasi dan kehilangan a sense of inner
continuity
 terus menerus membangun identitas
tentang dirinya dengan berbagaiprofesi
berbeda
• Jati diri seseorang (SELF)
terdiri atas 2 hal penting :
a. The privat “inner” self
Merupakan suatu kapasitas
individu untuk
melakukan refleksi diri;
kondisi dimana individu
mampu merasakan
bahwa ia memahami
motif2, emosi2 maupun
sebab-sebab ia
berperilaku
b. The “outer” self
Diri yang diperlihatkan ke dunia luar; bagian diri yang sangat
dipengaruhi oleh dunia di sekitarnya
 bagaimana mengelola diri yang dipengaruhi oleh lingkungan
 ingin dilihat sebagai apa ?
• 3 aspek SELF
– KOGNITIF : Bagaimana individu
mengenal/mengetahui dirinya sendiri ?
– Mengembangkan konsep diri , identitas diri yang
stabil
– AFEKTIF : Bagaimana individu
menilai/mengevaluasi dirinya
– Meningkatkan citra diri, mengatasi ancaman
terhadap harga diri
– PERILAKU : Bagaimana individu menampilkan dirinya di
lingkungan dan mengatur perilakunya berdasarkan tuntutan diri
dan lingkungannya ?
• Cocktail party effect : Suatu kemampuan
individu untuk memilah stimulus yang
relevan secara personal di antara
lingkungan yang kompleks
KONSEP contoh : mendengar nama dipanggil di
DIRI tengah keramaian
• Perspektif kognitif : Individu pada
dasarnya selektif dalam atensinya
• SELF  objek yang penting dalam atensi
individu
MUNCULNYA KONSEP DIRI

Eksperimen Gordon Gallup


(1977) membuktikan bahwa
Konsep diri : Jumlah total hanya simpanse dan jenis kera
keyakinan-keyakinan yang besar lainnya yang mengenal
dimiliki individu tentang atribut- dirinya  menggunakan cermin
atribut personalnya untuk melihat dirinya,
membersihkan gigi yg kotor,
menampilkan mimik lucu, dll
• Pada eksperimen yang lain, Gallup meletakkan titik warna merah pada
bagian hidung hewan  hanya simpanse yang mengenali bahwa ada
‘yang berbeda’ pada hidungnya saat dihadapkan pada cermin
• Menggunakan eksperimen yang sama, ditemukan bahwa pada
manusia, pengenalan diri dimulai usia 18-24 bulan
• Self-recognition merupakan ekspresi awal yang jelas
tentang konsep ‘aku’
• Kemampuan untuk melihat diri sendiri sebagai suatu
entitas yang berbeda merupakan langkah awal
terbentuknya konsep diri
• Charles Horton Cooley (1902) : looking-glass self 
orang lain sebagai cermin bagi individu untuk
melihat/mengenali dirinya
• George Herbert Mead (1934) : Individu kerap mengenal/tahu tentang
dirinya dengan membayangkan apa yang dipikirkan oleh orang2 yang
berarti tentang dirinya, selanjutnya menggabungkan persepsi ini ke
dalam konsep dirinya
– Saya cantik... Kamu anak yang cantik (orang tua)
• Eksperimen Gallup selanjutnya juga menemukan bahwa simpanse
yang terisolasi hidupnya, tidak dapat mengenali dirinya saat
dihadapkan pada cermin
• Pada manusia, konsep diri adl mencocokkan berbagai persepsi orang
lain tentang diri kita
• 4 SUMBER KONSEP DIRI
1. INTROSPEKSI
2. PERSEPSI DIRI TENTANG PERILAKU DIRI
SENDIRI
3. PENGARUH ORANG LAIN
4. INGATAN AUTOBIOGRAFIK
• INTROSPEKSI
– Melihat ke dalam diri, mengenali pikiran
dan perasaan diri sendiri
– Apakah introspeksi merupakan cara yang
akurat untuk mendapatkan pengetahuan
tentang diri ?
– Penelitian oleh Richard Nisbett dan
Timothy Wilson menentang hal tsb
• Sikap terhadap sesuatu berhubungan erat
dengan perilakunya  ketika ditanya
alasannya, memberikan hasil yang
berbeda
• Kelemahan introspeksi :
– Kadangkala merusak pengetahuan tentang diri
– Terlalu banyak introspeksi juga akan mempengaruhi
pengambilan keputusan yang dilakukan
 terlalu banyak memikirkan, justru akan semakin bingung
 eksperimen : memberikan peringkat pada selai stroberi
dengan memberikan analisis sebelumnya dan setelahnya
• Tapi bukan berarti, introspeksi tidak berguna
• Murray Millar & Abraham Tesser (1989) mengungkapkan bahwa
individu dapat merefleksikan perilakunya dengan cara mendata alasan
maupun perasaannya
• Refleksi ini akan berguna/akan memberikan self insight bergantung
pada apakah perilaku disebabkan oleh faktor kognitif atau afektif
• Contoh : buat keputusan untuk berinvestasi di bursa saham  dasar
kognitif
• Untuk perilaku yang dasarnya afektif seperti hubungan cinta, lebih
baik fokus pada perasaan apa yang dirasakan untuk membuat daftar
alasan
mengapa suka menyanyi ?
mengapa lebih menyukai X daripada Y ?
• Introspeksi juga berguna, sepanjang individu memiliki cukup waktu
dan sumberdaya kognitif yang tersedia untuk refleksi diri
• Eksperimen self-rating dengan dan tanpa tugas lain  hasilnya lebih
tinggi korelasi pada yang fokus pada self rating saja
• Persepsi terhadap perilaku sendiri
• Teori Self Perception : Teori yang
menyatakan bahwa ketika isyarat2
internal sulit untuk diinterpretasikan,
maka orang mendapatkan self insight
melalui pengamatan terhadap perilakunya
sendiri
• Contoh: disenggol orang  ngamuk 
marah ya ?
• Keterbatasan persepsi diri :
– Tidak mungkin menyimpulkan keadaan internal diri berdasarkan
perilaku yang terjadi karena adanya hadiah atau hukuman
– Intinya, individu dapat belajar tentang dirinya melalui persepsi
diri apabila situasi/kondisi yang terjadi tidak cukup untuk
menjelaskan mengapa perilaku itu terjadi
• Persepsi diri dari emosi
– Eksperimen terhadap diri sendiri : buat mimik wajah marah,
sedih, takut, dst... Apa yang dirasakan ?
Facial feedback hypothesis : Perubahan pada ekspresi muka dapat
mengarahkan pada perubahan yang berhubungan dengan
pengalaman subyektif tentang emosi
Eksperimen James Laird (1974) : subyek diminta melakukan
aktivitas otot tertentu. Lalu diminta menonton film kartun, tapi
sebelum menonton diminta memasang mimik wajah tersenyum atau
cemberut

Subyek yang tersenyum melaporkan bahwa film yang ditonton


terlihat lebih lucu, lebih menyenangkan dan membuat bahagia
Dapatkah kita meragamkan
emosi atau perasaan kita Laird menyimpulkan bahwa
dengan cara ekspresi wajah dapat
mengkontraksikan otot-otot mempengaruhi emosi melalui
wajah tertentu dan suatu proses persepsi diri :
menampilkan ekspresi yang Jika saya tersenyum, maka
berbeda-beda ?  penelitian saya harusnya bahagia
membuktikannya
• Robert Zajonc (1993) : Ekspresi
tersenyum menyebabkan peningkatan
aliran darah dingin ke otak, sehingga
menghasilkan kondisi yang
menyenangkan  mendinginkan suhu
otak
• Gerakan-gerakan otot wajah dapat
mempengaruhi emosi, bahkan ketika ybs
tidak menyadari sedang menampilkan
ekspresi wajah tertentu
1 2
Pelajaran berharga : Sangat Ekspresi perilaku yang lain
mungkin untuk mengubah seperti postur tubuh juga
perasaan dengan dapat menjadi umpan balik
menampilkan wajah atau sensori dan mempengaruhi
mimik yang tepat perasaan
• Contoh : ketika orang merasa bangga, maka ia akan berdiri tegak
dengan bahu dan dada dibentangkan dan kepala tegak
• Suara juga dapat membangkitkan emosi tertentu
• Eksperimen Aaron Siegman & Stephen Boyle (1993) : subyek diminta
menceritakan pengalaman yang menegangkan dan menyedihkan
dengan volume serta kecepatan nada suara tertentu
• Hasil : Yang menceritakan pengalaman sedih akan semakin sedih saat
diminta bercerita dengan nada suara pelan dan lembut; pengalaman
menegangkan semakin membuat tegang ketika bercerita dengan nada
tinggi dan cepat
• Persepsi Diri dari Motivasi
– Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik
– Overjustification : Kecenderungan motivasi intrinsik untuk
menurun pada aktivitas-aktivitas yang diasosiasikan dengan
hadiah atau faktor-faktor eksternal lainnya
– Terjadi baik pada anak-anak maupun orang dewasa
– Bermain jadi dipersepsikan sebagai ‘tugas’
• Apakah hadiah atau faktor ekstrinsik tidak baik ?
 tergantung pada bagaimana hadiah dimaknakan dan siapa
sasarannya
• Hadiah sebagai bonus atas penampilan yang prima  bisa menjadi
motivator
• Orientasi individual juga perlu dipertimbangkan  yang kompetitif,
punya need achievement tinggi  perlu diberi hadiah untuk
menstimulasi performanya
• Teori Perbandingan Sosial
Individu menilai kemampuannya
maupun pendapatnya berdasarkan
perbandingannya dengan orang lain
PENGARUH • Two factor theory
ORANG LAIN Teori yang menyatakan bahwa
pengalaman emosi didasarkan pada 2
faktor, yaitu keterbangkitan secara
fisiologis dan pemaknaan kognitif
terhadap keterbangkitan faali tsb
INGATAN AUTOBIOGRAFIK

1 2 3 4
Kumpulan dari sekuen Memori/ingatan Ingatan pada peristiwa Flashbulb memories 
kejadian-kejadian yang membentuk konsep diri, baru dapat terekam di usia ingatan peristiwa yang
menyentuh dalam hidup dan konsep diri dibentuk minimal 3-4 tahun  sangat jela/kuat terekam
seseorang  oleh ingatan childhood amnesia
mempengaruhi konsep
diri
• 3 cara ingatan autobiografik ini membawa pada pengenalan diri :
– Self reference effect
merupakan suatu kondisi dimana informasi akan direcall lebih
baik apabila relevan dengan diri sendiri
Eksperimen dengan kosa kata sifat : pemalu, ambisius,
bersahabat, dll  self = mnemonic device
Egocentri Bias dalam mempersepsikan dan merecall (ingatan) tentang
c bias diri sendiri sebagai aktor sentral di kejadian masa lampau

Kecenderungan bahwa satu kali suatu kejadian terjadi,


Hindsight maka individu cenderung overestimasi tentang
bias kemampuannya untuk bisa meramalkan hasil pada kejadian
yang serupa
• Self Schema
Keyakinan-keyakinan yang dimiliki oleh individu tentang dirinya
sendiri yang menjadi panduan baginya dalam memproses informasi
yang relevan bagi dirinya
• Molekul kognitif dari konsep diri adl skema diri
Contoh : memandang diri sebagai
seorang yang maskulin atau feminin,
seorang yang mandiri atau dependen...

Self schema tentang berat badan adl


sesuatu yang schematic bagi mereka yang
concern dengan berat badan (terlalu
kurus atau terlalu gemuk)
menjadi sesuatu yang aschematic bagi seorang yang tidak punya
masalah berat badan

Self schema penting karena akan mengarahkan pada bagaimana


individu memaknakan dan merecall pengalaman hidupnya
berdasarkan tema-tema yang relevan baginya
HARGA DIRI (SELF ESTEEM)
Komponen afektif dari self, terdiri dari penilaian diri individu yang
positif maupun negatif tentang dirinya

Asal kata aestimare = to estimate or appraise

Perasaan diri berharga bukan merupakan suatu trait yang tunggal dan
permanen, namun lebih merupakan suatu kondisi mind yang bervariasi
dalam berespons terhadap kesuksesan, kegagalan, interaksi sosial, dsb
• Hasil penelitian membuktikan bahwa orang yang memiliki self esteem
yang tidak stabil, fluktuatif cenderung akan berespons kuat terhadap
kajadian positif maupun negatif dalam hidupnya, dibandingkan
dengan mereka yang self esteemnya lebih stabil dan merasa secure
Orang yang feel good
dengan dirinya sendiri
Self esteem
cenderung untuk
berhubungan dengan
bahagia, sehat, sukses
bagaimana seseorang
dan produktif; lebih
memandang kejadian-
menerima orang lain
kejadian dalam
dan kurang konform
hidupnya
terhadap tekanan
kelompok
• Orang dengan low self esteem cenderung pesimis akan masa depan,
depressed, dan prone to failure
• The vicious cycle of self esteem
• Self discrepancy theory
Teori yang menjelaskan bagaimana persepsi individu terhadap adanya
diskrepansi antara konsep diri individu dengan actual, ought maupun
ideal self yang mengarah pada emotional states yang negatif
• Teori dari E. Tory Higgins (1989) ini
menyebutkan bahwa self esteem
didefinisikan sebagai suatu kesesuaian
antara bagaimana individu melihat
dirinya dengan bagaimana individu ingin
dilihat  actual self vs ought self vs ideal
self
• Penyimpangan antara actual self dengan ought self  merasa
bersalah, malu dan marah
• Penyimpangan antara actual self dengan ideal self  kecewa,
frustrasi, sedih, merasa tidak utuh
• Tapi orang hidup pasti akan selalu mengalami/menghadapi
diskrepansi ini  nobody perfect
• Menurut Higgins, konsekuensi self-discrepancy tergantung pada 2
faktor :
– Jumlah diskrepansi : semakin banyak, semakin merasa tidak nyaman
secara emosional
– Aksesibilitas : semakin aware dengan diskrepansi semakin tidak nyaman
hidupnya

Aksesibilitas ini dipengaruhi oleh self awareness


• Self awareness theory
The theory that self-focused attention leads people to notice self-
discrepancies, thereby motivating either an escape from self-awareness
or a change of behavior
 Self focusing situations
Refleksi diri merupakan hal yang tidak menyenangkan karena akan
membuat kita ‘aware’ dengan self-discrepancy yang kita alami
• Self focused tidak selalu terjadi, hanya pada situasi2 tertentu
memaksa kita untuk melihat ke dalam diri dan menjadikan diri kita
sebagai obyek
• Contoh : di depan kamera TV, berbicara di depan orang banyak, dst 
masuk pada situasi self-awareness, naturally akan membandingkan
perilaku diri dengan standar internal
• Dapat memunculkan negative discrepancy dan penurunan self esteem
yang temporer  sementara merasa ga sesuai dengan ideal atau ought
self diri
• Seperti di hadapan cermin  muncul rasa tidak nyaman  semakin
self-absorbed  ekstrim : alcoholism, deppression, anxiety, gangguan
klinis lainnya
• Ada 2 cara untuk mengatasi :
– Shape up
– Ship out

Menurut Charles Carver dan Michael Scheien (1981) :Solusi yang


dipilih tergantung pada apakah individu berpikir akan sukses dengan
cara yang dipilihnya untuk mengurangi self disrepancy nya , dan apakah
ia bahagia dengan kemajuan yang diperoleh dari solusi tsb
• Shape Up : Berupaya mengurangi diskrepansi dengan berperilaku
yang diharapkan (menuruti ideal self atau ought self)

• Ship out : Menghindari diskrepansi  mengabaikan


• Berhasil  akan sesuaikan dengan standar personal atau sosial; kalau
gagal  ga peduli lagi

• Saat self-focused, individu cenderung akan berupaya untuk


berperilaku yang konsisten dengan norma/aturan yang ada
contoh : di depan orang, kita cenderung
berperilaku ‘manis’

Tapi dipengaruhi pula oleh ‘siapa’ yang kita hadapi  tidak selalu
berperilaku manis di setiap waktu

ketemu guru, dosen  sopan, bicaara di atur, mungkin tidak bicara


yang sesungguhnya ?
• Hasil penelitian Mark Baldwin dan John Holmes (1987)  baca
artikel porno
Bagaimana perasaan mereka setelahnya, suka atau tidak ?

Hasil : Bilang suka dgn membayangkan teman/sahabat daripada orang


tua
• Bagaimana dengan upaya ‘melarikan diri’ dari self awareness ?
 menggunakan alkohol

hasil eksperimen Hull dan Richard Young (1983) mengungkapkan


bahwa kegagalan membuat mereka yang aware dgn self berlebihan
minum alkohol lebih banyak
• Roy Baumeister (1991) : drug abuse, masochism, gangguan makan,
merupakan bentuk2 pelarian dari adanya kesadaran akan diskrepansi
diri yang tidak mampu diatasi
• Ekstrim : bunuh diri
• Dimungkinkan apabila :
– menyadari bahwa tidak mungkin memenuhi standar personal
– menerima diri gagal sebagai suatu kesalahan diri
– Terlalu fokus pada diri
– Mengalami afek negatif seperti depresi
– Berpikir kaku dan jangka pendek
– Hilangnya kapasitas untuk menghindari diri dari perilaku membahayakan
diri sendiri
• Self focusing persons
– Ada beberapa individu yang cenderung lebih self-focused dibanding
orang umumnya

– Private self-conscious : Tendensi untuk introspektif, fokus pada inner


thoughts dan perasaan pribadi
– Public self-conscious : Fokus melihat diri sebagai objek lingkungan 
bagaimana dilihat orang lain  outer self
• Merupakan trait yang terlihat jelas pada individu
• High public self-conscious akan cenderung sensitif dengan opini
orang lain terhadap dirinya
• Implikasi terhadap bagaimana orang mengatasi diskrepansi dirinya 
apakah mengikuti norma internal atau norma lingkungan ?
1. Self-Serving Cognitions
Contoh : nilai ujian bagus  saya pintar
nilai ujian jelek  dosen
sentimen
people take credit for success and distance themselves from failure
 Ga peduli self esteem tinggi atau rendah
2. Self Handicapping
Perilaku didesain sedemikian rupa sehingga merusak performa
dengan tujuan mendapatkan excuse dari kegagalan yang terjadi
• Takut gagal dalam suatu situasi penting : menggunakan berbagai
alasan  lack of ability jangan sampai terbaca oleh lingkungan

Contoh : ujian ga belajar  sakit


• Ada perbedaan dalam menggunakan self handicapping sebagai
mekanisme pertahanan diri
– Pria : drug abuse, mengabaikan latihan, memberikan kesempatan menang
pada saingan
– Wanita : stres, keluhan fisik
• Self handicapping sebagai defens berfungsi berbeda pada orang dgn
self esteem tinggi dan rendah

– SE rendah  untuk melindungi citra diri yang rapuh dengan


menghindari kegagalan dengan berbagai cara
– SE tinggi  meningkatkan citra dirinya dengan bertindak ‘nekat’
3. Basking in the glory of others
Meningkatkan SE dengan mengasosiasikan diri dengan orang2 yang
berhasil

4. Downward social comparison


Kecenderungan defensif dengan membandingkan diri pada yang lebih
jelek, inferior, tidak beruntung atau berkemampuan lemah dibanding
kita
• Orang lebih senang menjadi ikan besar di kolam kecil, daripada ikan
kecil di kolam besar

• Menghadapi musibah  membandingkan diri dengan yang lebih tidak


beruntung
• SELF PRESENTATION
Strategi berperilaku untuk membentuk kesan tertentu pada lingkungan

• Dua tipe self presentation


– Strategic self presentation  membentuk kesan agar orang jatuh kasihan,
bersimpati, mendapatkan pengaruh atau kekuasaan atau persetujuab
Dilatarbelakangi oleh dua goal/tujuan :
– Ingratiation  agar disukai, ‘menjilat’
– Self promotion  agar dianggap mampu, dihargai
– Self Verification : Keinginan agar orang mempersepsi kita sama seperti
kita mempersepsi diri kita sendiri

– Pengaruhnya terhadap self concept ?


– Ternyata, baik konsep diri positif atau negatif, individu tetap ingin
melakukan verifikasi diri terhadap persepsi lingkungan tentang dirinya
• Self Monitoring
– Kecenderungan untuk mengubah perilaku sebagai respons dari tuntutan
situasi

– High self monitoring ; fleksibel, adaptif, tapi juga bisa dianggap sebagai
plin plan, tidak punya identitas
– Low self monitoring : apa adanya, jujur dengan penampilan diri, namun
bisa juga dianggap kaku, tidak peka dengan lingkungan
• Self merupakan sesuatu yang kompleks, multifacet  punya ‘wajah’ ganda

• Bagaimana dengan Anda ?


• Bagaimana Anda memandang diri/self
– Self concept
– Self esteem
– Self presentation

SELESAI
HIGH OR LOW SELF
MONITORING ARE YOU ?
1. Sulit bagi saya untuk menirukan perilaku orang lain
2. Di pesta atau pertemuan, saya tidak berusaha mengatakan atau
melakukan sesuatu yang akan disukai oleh orang lain
3. Saya hanya dapat berargumentasi untuk gagasan2 yang saya yakini
4. Saya dapat melakukan improvisasi, bahkan untuk percakapan yang
tidak satupun informasi tentangnya saya ketahui
5. Saya kira, saya melakukan sesuatu untuk membuat orang terkesan
atau merasa terhibur
6. Bisa jadi, kalau ada kesempatan saya bisa menjadi aktor/aktris yang
baik
7. Dalam kumpulan orang, saya jarang menjadi pusat perhatian
8. Saya tidak terlalu bisa membuat orang-orang jadi menyukai saya
9. Saya tidak selamanya seperti saya yang terlihat
10. Saya tidak akan mengubah pendapat saya atau cara saya melakukan
sesuatu untuk menyenangkan orang lain atau menarik perhatian orang
lain
11.Saya sedang mempertimbangkan diri untuk menjadi entertainer
12.Saya tidak pernah bagus dalam permainan yang menuntut
kemampuan akting
13. Saya sulit untuk mengubah tingkah laku saya agar sesuai dengan
berbagai orang dan berbagai situasi
14. Dalam pesta, saya membiarkan orang yang bercerita atau membuat
joke
15. Saya merasa agak canggung jika berada dalam kumpulan orang dan
tidak menampilkan saya yang seharusnya
16. Saya bisa melihat ke dalam mata seseorang dan mengatakan
kebohongan padanya dengan wajah lempeng, jika memang situasi
menuntut demikian
17. Saya bisa saja membohongi orang lain agar disukai walaupun
sebenarnya saya tidak suka dengan mereka

Anda mungkin juga menyukai