Anda di halaman 1dari 8

KELOMPOK 5

ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN DISTRES SPIRITUAL


Anggota Kelompok 5
Ade Jundy Fahri Prahastyo (G2A020143)
Dyah Anindya Widya Puspita (G2A020155)
Diandra Hardika Meita (G2A020160)
Ayu Khusnul Khotimah (G2A020165)
Erlinda Novi Kurniasari (G2A020166)
Adinda Kusumaning Kedaton (G2A020167)
Norisya Erma Nursetya (G2A020172)
Raihan Alif Zhafran (G2A020174)
Anti Putri Lestari (G2A020177)
Intan Pria Widana (G2A020184)
.
DEFINISI
Menurut Bergren-Thomas dan Griggs (1995 dalam Young &
Koopsen, 2007) menjelaskan bahwa distress spiritual adalah
suatu keadaan dimana seseorang mengalami gangguan atau
kekacauan nilai dan keyakinan yang biasanya memberikan
kekuatan, harapan dan makna hidup. Menurut Herdman &
Kamitsuru (Tanjung, 2016) dijelaskan bahwa distress spiritual
merupakan suatu keadaan penderitaan yang terkait dengan
gangguan kemampuan untuk mengalami makna dalam hidup
melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, dunia atau
alam dan kekuatan yang lebih besar dari diri sendiri.
ETIOLOGI

Penyebab Distress Spiritual Menurut Vacarolis (2000) adalah sebagai


berikut :

1. Faktor Predisposisi
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif
seseorang sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam
proses interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman yang penting bagi
perkembangan spiritual seseorang

2. Faktor Presipitasi
-Kejadian Stresfull
-Ketegangan Hidup
PATOFISIOLOGI DISTRESS SPIRITUAL

Kozier (2004) juga mengidentifikasi beberapa faktor yang berhubungan dengan


distres spiritual seseorang meliputi masalah-masalah fisiologis antara lain
diagnosis penyakit terminal, penyakit yang menimbulkan kecacatan atau
kelemahan, nyeri, kehilangan organ atau fungsi tubuh atau kematian bayi saat
lahir, masalah terapi atau pengobatan antara lain anjuran untuk transfusi darah,
aborsi, tindakan pembedahan, amputasi bagian tubuh dan isolasi, masalah
situasional antara lain kematian atau penyakit 10 pada orang-orang yang dicintai,
ketidakmampuan untuk melakukan praktek spiritual (Carpenitto, 2002 dalam
Kozier et al, 2004
TINJAUAN ASUHAN
KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

1.Pengkajian fisik digunakan untuk melihat keadaan fisik pada


klien. Pengkajian fisik biasanya digunakan pada korban tindak
penganiayaan, contohnya seperti abuse
2.Pengkajian Psikologis Status mental, mungkin adanya depresi,
marah, kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol,
harga diri rendah, dan pemikiran yang bertentangan (Otis-
Green, 2002).
3.Pengkajian Sosial Budaya, Dukungan sosial dalam memahami
keyakinan klien (Spencer, 1998).
Diagnosis Keperawatan
Dalam mendiagnosis kesehatan spiritual, perawat dapat
menemukan bahwa masalah spiritual dapat dijadikan judul
diagnostic, atau bahwa distress spiritual adalah etiologi
masalah. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI,
2016) mengakui satu diagnosis yang berhubungan dengan
spiritual: Distress Spiritual.

Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan yang diberikan pada klien dengan
gangguan kebutuhan spiritual menurut SIKI dilakukan dengan
menggunakan intervensi utama dan intervensi pendukung.
Intervensi utama dapat dilakukan dengan Dukungan Spiritual.
Intervensi pendukung dapat dilakukan dengan Dukungan
Emosional, Dukungan Keyakinan, Dukungan Memaafkan,
Dukungan Pengambilan Keputusan, Dukungan Pelaksanaan
Ibadah, Dukungan Pengungkapan Perasaan, Dukungan
Perkembangan Spiritual,
Implementasi

Merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2009).
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat. Hal-hal yang perlu di
perhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilakukan sesuai rencana setelah dilakukan
validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan
cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan didokumentasi
keperawatan berupa pencataan dan pelaporan (Rohman dan Walid, 2016).

Evaluasi
Dengan menggunakan hasil yang diharapkan dan dapat diukur, yang ditetapkan pada tahap perencanaan,
perawat mengumpulkan data yang diperlukan untuk memutuskan apakah tujuan dan hasil klien tercapai
(Kozier, 2010). Menurut Diniarti, Aryani, Nurheni, Chairani & Tutiany (2013), evaluasi asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assesment, planning). Komponen SOAP yaitu S
(subjektif) dimana perawat menemukan keluhan klien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan. O
(objektif) adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi klien secara langsung dan dirasakan
setelah selesai tindakan keperawatan. A (assesment) adalah kesimpulan dari data subjektif dan objektif
(biasanya ditulis dalam bentuk masalah keperawatan). P (planning) adalah perencanaan keperawatan yang
akan dilanjutkan dihentikan, dimodifikasi atau ditambah dengan rencana kegiatan yang sudah ditentukan
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai