Anda di halaman 1dari 71

BIOMETRI

STEPHANIE TANJUNG
PEMBIMBING :

DR. HAMZAH, SP.M(K)

DR. M. ABRAR ISMAIL SP.M(K), M.KES

DR. ANDI AKHMAD FAISAL, SP.M, M.KES


MODERATOR:

DR. DYAH AYU WINDY, SP.M


DEFINISI
Biometri merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan
lensa intraokuler (IOL) dimana akan diimplantasikan pada pasien
yang menjalani operasi katarak.
Sebelum tahun 1949, operasi katarak
dilakukan dimana pasien dalam keadaan
afakia

Pembesaran
dan
Distorsi
bayangan
perang Dunia ke 2, Letnan Gordon Cleaver

operasi Dr Harold Ridley adalah untuk


mengubah sejarah medis

Perspex sebagai
bahan inert

Sir Harold Ridley melakukan


operasinya yang pertama kali
Di St. Thomas Hospital, London pada
wanita 49 tahun dengan ECCE in the
bag
Result

kekuatan lensa yang ditanam sangat berlebihan


dan menyebabkan over koreksi ( high miopia)

Pasca operasi diperoleh S-12.00 C+6.00 x 30o

Mendorong PENELITIAN

Kekuatan
lensa intraokuler dalam
operasi katarak
• Lensa Intraokuler standar +18.00 D di temukan
kelainan refraksi
pasca operasi

at
cukup besar

Aku r
e l u m
Hasi lB Status refraksi preoperatif :
Miop 1.00 D 🡪 Kurangi 1.25 D
Hipermetropia 1.00 D 🡪 Tambahkan 1.25 D

• Penggunaan Retinoskopi Streak intraoperatif


dengan Penambahan konstanta 9 dari hasil
yang diperoleh
PERKEMBANGAN PEMERIKSAAN BIOMETRI

• Kenneth Hoffer 1974 2000


memperkenalkannya di menggunakan menggunakan
Amerika Serikat pada tahun
1974.
gelombang gelombang
suara laser
BIOMETRI
Ultrasound biometry

• APLANATION/ CONTACT TECHNIQUE


• IMMERTION TECHNIQUE

Optical biometry

• PARTIAL COHERENCE
INTERFEROMETRY (PCI)
• OPTICAL LOW-COHERENCE
REFLECTOMETRY (OLCR)
Ultrasound Biometry (A-Scan Biometry)
Dalam A-scan biometry, gelombang suara berjalan 🡪 Kornea yang solid, humor aquos
yang cair, lensa yang solid, vitreus, retina, koroid, sclera dan jaringan orbita 🡪 Kecepatan
rambat gelombang suara berubah-ubah.
Jarak = Kecepatan x Waktu
PRINSIP
MEDIA KECEPATAN
S=v.t
Kornea dan lensa 1461

Akuous dan vitreus 1532

Lensa nomal 1550-1555

Lensa katarak 1640

Sillicone Oil 987

IOL PMMA 2381-2720

IOL Sillicone 980-1000

IOL Acrylic 2026

Kecepatan Waktu
Teknik aplanasi

• probe diposisikan hingga terjadi kontak


langsung dengan kornea
• Gelombang suara kemudian meninggalkan transduser
melewati struktur di mata dengan densitas yang berbeda
echo yang diterima lagi oleh probe

• perangkat lunak biometri akan menyusun suatu


echogram
Echogram memiliki 6
gelombang

a. Ujung probe dan kornea


b. Kapsul anterior lensa
c. Kapsul posterior lensa
d.Retina
e.Sklera
f. Lemak orbita
Karakteristik A-Scan yang baik:
Terdapat 5 buah echo:
Echo kornea yang tinggi
Echo yang tinggi dari lensa bagian anterior dan posterior lensa
Echo retina yang tinggi dengan bentuk yang langsung tegak lurus
Echo yang tidak terlalu tinggi dari sclera
Echo yang rendah yang berasal dari lemak orbita
 
Tinggi echo yang baik:
Ketinggian echo dari bagian anterior lensa harus lebih dari 90%
Echo yang berasal dari posterior lensa tingginya antara 50-75%
Echo retina mempunyai tinggi yang lebih dari 75%
hasil pemeriksaan A-Scan
Teknik ini kontak langsung ke kornea sehingga terjadi
penekanan 🡪 pemendekan dari panjang bola mata
(0,14 – 0,33 mm)

Pengurangan Sebesar 0,1 mm


Mengakibatkan Gangguan Refraksi 0,25 D
Pasca Operasi
Pengukuran axial length yang akurat
o Pastikan mesin dikalibrasi dan pengaturan velositas benar (katarak, afakia, pseudofakia)
o Gambaran echo dan amplitude dari kornea, lensa anterior, posterior lensa, dan retina baik
o Dengan tidak adanya spike sklera dapat menggambarkan adanya misalignment sepanjang
nervus optic
o Pengaturan gain pada level yang paling rendah sehingga didapat hasil ang baik
o Jangan menekan probe terlalu keras, terutama penekanan pada kornea
o Rerata dari 5 – 10 hasil paling konsisten memberikan standar deviasi yang rendah (ideal <0.06
mm)
o Kesalahan dapat terjadi pada meniscus kornea yang kurang baik atau greasy karena adanya
penggunaan salep atau gel.
Teknik Imersi
Dikembangkan 🡪 untuk mendapatkan
pemeriksaan panjang bola mata yang akurat.
Menggunakan prager scleral shell
Pasien berbaring terlentang dengan
penampang plastik yang diletakkan pada
permukaan kornea. Penampang tersebut lalu
diisi dengan sejumlah cairan/BSS yang akan
meneruskan gelombang suara yang dilepaskan
oleh probe ke dalam bola mata.
prager scleral
shell
Applanation VS Immersion
Applanation VS Immersion
Kecepatan/velocity
Gain : sensitivitas/
kontrol kecerahan

Standar Deviasi dan Range

3 hal yang dinilai


- Axial
- Anterior Chamber
Depth
- Ketebalan Lensa

Menilai A Scan apakah baik


atau buruk
Keratometry

Perhitungan IOL
Optical Biometri
• Pertama kali diperkenalkan tahun 2000

• Mengukur panjang bola mata & radius kurvatur kornea

• Terdiri atas: PARTIAL COHERENCE INTERFEROMETRY (PCI)


dan OPTICAL LOW-COHERENCE REFLECTOMETRY (OLCR)
Partial Coherence Interferometry (PCI)
Alat ini merupakan alat optik non kontak yang mengukur jarak antara puncak kornea dengan lapisan epitel pigmen
retina.
Menggunakan sinar inframerah dengan panjang ge-lombang 780 nm yang ditransmisikan ke bola mata
menggunakan interferometer Michelson.
Sinar inframerah tersebut lalu dipantulkan kembali oleh epitel pigmen retina dan diterima oleh interferometer yang
akan menghitung besar kekuatan lensa intraokuler yang dibutuhkan.
Perbedaan prinsip pengukuran panjang bola mata antara alat
ultrasound dengan IOL Master
• IOL Master memiliki ketepatan pengukuran hingga ± 0,02 mm.

• 5 X lebih baik dibandingkan alat ultrasound yang hanya memiliki ketepatan pengukuran 0,10-
0,12 mm.

• Perbedaan ini terjadi oleh karena IOL Master menggunakan cahaya koheren dengan panjang
gelombang yang lebih pendek dibanding ultrasound sehingga panjang bola mata diukur dari
kornea sampai lapisan RPE di fovea dan bukan terhadap membrana limitans interna seperti
pada alat ultrasound.

• Hal ini akan memberikan perbedaan sekitar 130 um yang berhubungan dengan ketebalan
retina di fovea.

• Oleh karena menggunakan sinar


inframerah, alat ini dapat digunakan pada
pseudofakia, afakia, maupun mata dengan
silicone oil.
Tidak dibutuhkan anestesi Tidak dapat digunakan pada
lokal mata yang memiliki katarak
yang sangat padat, ataupun
pada kekeruhan media
Tidak ada resiko trauma refrakta
maupun infeksi pada kornea

Tidak dapat dilakukan pada


Pengukuran IOL Master lebih pasien nistagmus, atau pasien
sedikit dipengaruhi oleh yang tidak kooperatif, atau
operator retardasi mental
OPTICAL LOW-COHERENCE REFLECTOMETRY (OLCR)
Pada tahun 2008 Diperkenalkan alat OLCR dengan nama Lenstar LS 900
(Haag Streit AG)

Dalam mengukur panjang bola mata, alat ini menggunakan sumber cahaya
berupa diode superluminisens dengan panjang gelombang 820 nm
Lenstar LS 900
Selain mengukur AXIAL LENGTH
Alat ini juga untuk mengukur ;
⮚AC deep
⮚Ketebalan kornea
⮚Ketebalan lensa
⮚Ketebalan retina
⮚Keratometri
⮚Ukuran pupil,
⮚Diameter kornea ( white to white distance)
OPTICAL LOW-COHERENCE REFLECTOMETRY (OLCR)
Pada tahun 2012 Diperkenalkan alat OLCR dengan nama Aladdin
(Topcon)

Dalam mengukur panjang bola mata, alat ini menggunakan sumber cahaya
berupa diode superluminisens dengan panjang gelombang 830 nm

Selain mengukur AXIAL LENGTH


Alat ini juga untuk mengukur ;
⮚AC depth
⮚Ketebalan kornea
⮚Ketebalan lensa
⮚Keratometri
⮚Ukuran pupil,
⮚Diameter kornea ( white to white distance)
⮚Topografi kornea
⮚Corneal wave front analysis
PCI vs OLCR
Tanja M. et al (2010)

• AL dan ACD yang diukur menggunakan OLCR secara statistik lebih besar
dibanding hasil pengukuran yang menggunakan PCI

• Secara Klinis 🡪 Tidak signifikan

Yen-An Chen et al (2011)

• Waktu pemeriksaan PCI lebih singkat dibandingkan OLCR


PRINSIP PERHITUNGAN
KEKUATAN LENSA INTRAOKULER

yang diperoleh dari


perhitungan matematis Theoretical Regression yang diperoleh dari
analisis sejumlah besar
dari prinsip-prinsip teori
optik pada mata Formula Formula kasus secara retrospektif
Theoretical Formula

P : kekuatan lensa intraokuler


L : panjang bola mata
K : kekuatan refraksi kornea
dalam dioptri
Didasarkan pada sistem c : perkiraan kedalaman
kekuatan yaitu kornea dan lensa bilik mata depan pasca
intraokuler dalam memfokuskan operasi,
cahaya dari jarak yang tak dikenal juga sebagai ELP
terhingga ke retina n : indeks refraksi dari humor
akuous dan vitreus 1,336
Regression Formula
Status refraksi pasien post operasi implantasi lensa intraokuler

Kekuatan refraksi kornea


Panjang bola mata
Kekuatan lensa intraokuler

Persamaan
Perhitungan Kekuatan IOL
Theoretical Formula vs Regression Formula
Perkembangan Formulasi IOL

Generasi
.
I Generasi II Generasi III Generasi IV

• Fyodorov (1967) • Hoffer • Holladay • Holladay II


• Colenbrander
(1983) (1988) • Haigis
(1972)
• SRK II (1983) • SRK/T (1990)
• Thijssen (1975)
• Hoffer Q
• Van der Heijde
(1993)
(1975)
• Hoffer (1974)
• Binkhorst (1975)
• Lioyd & Gills
(1978)
• Retzlaf, Sanders,
& Kraff (1980).
Formula IOL Generasi Pertama
Formula lensa intraokuler sebelum tahun 1980

• Tokoh theoretical formula 🡪 Fyodorov (1967), Colenbrander (1972), Thijssen (1975),


Van der Heijde (1975), Hoffer (1974), dan Binkhorst (1975)

• Tokoh regression formula 🡪 Lioyd & Gills (1978) dan Retzlaf, Sanders, & Kraff (1980)
Binkhorst
BINKBINKHORST
merupakan theoretical formula yang
HORSTBINKHORST
paling terkenal.
Binkhorst juga memperhitungkan
ketebalan lensa yang akan ditanam
sehingga mengurangi panjang bola
mata sebesar 0,20 mm

P : kekuatan lensa intraokuler


L : panjang bola mata
C : effective lens position (ELP)
R : radius kurvatur kornea
SRK I
Formula SRK I yang dikembangkan oleh Sanders, Retzlaff, dan
Kraff pada tahun 1980 merupakan regression formula yang
paling terkenal.

Formula ini menggunakan nilai konstanta A yang spesifik untuk


tiap jenis lensa intraokuler dan menggambarkan hubungan
P : kekuatan lensa linear antara kekuatan lensa terhadap panjang bola mata
L : panjang bola mata maupun kekuatan kornea
K : kekuatan refraksi kornea
A : nilai konstanta yang spesifik untuk tiap lensa
Effective lens position (ELP)

untuk menggambarkan posisi lensa intraokuler di dalam mata, oleh karena


istilah kedalaman bilik mata depan tidak tepat secara anatomis untuk lensa
yang diletakkan di bilik mata belakang dan pada akhirnya akan
membingungkan bagi para klinisi.
Formula IOL Generasi kedua
ELP tidak lagi konstan, namun berubah sesuai dengan

Binkhorst Panjang bola mata

Hoffer

SRK II
Binkhorst
Binkhorst mempelopori perkembangan formula generasi kedua
dengan memperbaiki perkiraan nilai ELP menggunakan panjang
bola mata sebagai faktor pembanding

Jika panjang bola mata pasien 10% lebih panjang dari nilai
normal (23,45 mm), ELP juga akan bertambah sebesar 10%.
Hoffer
Hoffer pada tahun 1983 mengadakan modifikasi
pada formula Colen-brander dengan
menambahkan perkiraan perubahan kekuatan
refraksi kornea setelah operasi (R) ke dalam hasil
Hoffer
keratometri (K).
P : kekuatan lensa intraokuler
L : panjang bola mata dalam millimeter
K : kekuatan refraksi kornea dalam dioptri
C : effective lens position (ELP)
R : perubahan kekuatan refraksi kornea setelah operasi
SRK II
Berdasarkan pengalaman menggunakan SRK I, pada pasien
dengan panjang bola mata yang normal berkisar antara 23,50
mm, ketepatan perkiraan kekuatan lensa intraokuler cukup
baik.

Namun tidak demikian pada pasien dengan variasi panjang bola


mata yang cukup besar.

Berdasarkan hal tersebut, maka dikembangkanlah formula SRK


II yang menambahkan konstanta A1 yang berbeda-beda
sesuai dengan panjang bola mata
Hoffer Q
SRK T
Retzlaff dan kawan-kawan mengeluarkan formula SRK/T pada
tahun 1990.

Berbeda dengan formula SRK I dan SRK II yang merupakan


regression formula, formula ini merupakan gabungan antara
theoretical dan regression formula yang dikembangkan dari
formula Fyodorov dan menggunakan metode regresi empiris
dalam memaksimalkan perkiraan ELP pasca operasi, faktor
koreksi ketebalan retina, dan indeks refraksi kornea
Holladay I
Pada tahun 1988, Holladay mempelopori perkembangan
formula generasi ketiga dengan menunjukkan hubungan
langsung antara kelengkungan kornea dengan posisi lensa
intraokuler.

Ia memodifikasi formula Binkhorst dengan mengganti nilai ELP R : jari-jari kelengkungan kornea
menjadi jarak antara kornea dan permukaan anterior iris AG : diameter bilik mata depan, yang diperoleh
(aACD) ditambahkan dengan jarak antara permukaan anterior dari rumus = AL x 12,5 x (1/23,45)
iris dan lensa intraokuler, yang kemudian disebut Surgeon
Factor (S)

Surgeon factor dihitung menggunakan data pasien :


• kekuatan refraksi kornea,
• panjang bola mata,
• kekuatan lensa intraokuler yang ditanamkan,
• status refraksi yang sudah stabil
Formula IOL Generasi Keempat
Holaday II
7 panjang bola mata
variabel
• Perhitungan yang akurat untuk panjang bola mata yang ekstrim (15-35 mm)
kekuatan refraksi kornea

diameter horizontal kornea (white to white)

ACD

ketebalan lensa

status refraksi sebelum operasi

usia pasien
Haigis

• Menggunakan 3 konstanta (a0, a1, dan a2) dalam menentukan ELP


pasca operasi

D : effective lens position


ACD : anterior chamber depth
AL : panjang bola mata
A0 : konstanta yang menggerakkan kurva
kekuatan lensa intraokuler
A1 : konstanta yang terikat dengan nilai ACD
A2 : konstanta yang terikat dengan nilai AL
Formula IOL Generasi Pertama

01 Theoretical (Binkhorst; 1975) & Regression


(SRK I; 1980) formula
Penggunaan ELP sebesar 4 mm tdk relevan
Formula IOL Generasi Kedua

02
Binkhorst; 1981, Hoffer ;1983, SRK II
Nilai ELP yang tidak lagi konstan sebesar 4
mm, namun berubah sesuai dengan panjang
bola mata. (1 Variabel)
Formula IOL Generasi Ketiga

03
Holladay; 1988, SRK/T; 1990, Hoffer Q
Jarak antara kornea dengan lensa intraokuler
berhubungan dengan panjang bola mata
(2 variabel)
Formula IOL Generasi Keempat
Holladay II (7 variable)
Haigis (3 konstanta (a0, a1, dan a2) ) 04
P = A – 2.5 L-0,9 K

= 118,40 – (2,5 x 22,74) – ( 0.9 x 88/2)

= 118,40 – 56.85 – 39.6

= 21.95

Rule 1: = 118,40 = 22.00


118,00 = 21,50
Pemeriksaan ulang biometri
1. Pemeriksan biometry A-Scan menunjukkan axial length yang
kurang dari 22,00 mm atau lebih dari 25,00 mm.
2. Rata-rata power kornea (keratometry) kurang dari 40,00 D atau
lebih dari 47,00D.
3. Terdapat perbedaan diantara kedua mata :
❑ Perbedaan rata-rata keratometri lebih dari 1,00 D
❑ Perbedaan axial length lebih dari 0,3 mm
❑ Hasil kalkulasi kekuatan IOL untuk target emetropia dengan perbedaan
lebih dari 1,00 dioptri.
Perhitungan Kekuatan Lensa intraocular pada
keadaan khusus
Lensa 🡪 Sulkus siliaris🡪Posisinya lebih anterior.

Untuk mendapatkan hasil refraksi pasca operasi sebagaimana yang


telah diperhitungkan, maka kekuatan lensa intraokuler harus
dikurangi.
Kekuatan IOL in the bag Kekuatan IOL in the sulcus

+35.00 D to +27.50 D -1.50 D


+27.00 D to +17.50 D -1.00 D
+17.00 D to +9.50 D -0.50 D
+9.00 D to -5.00 D Tidak ada perubahan
KEKUATAN IOL PADA REFRACTIVE LENS EXCHANGE

> 34 D Piggyback lenses 🡪 Holladay II

< 34 D Formula generasi ketiga

• Hyperopic Refractive Lens Exchange 🡪 Haigis, Hoffer Q, Holladay II

• Myopic Refractive Lens Exchange 🡪 Haigis, SRK/T, Holladay II, Hoffer Q


Terzi, Wang, Kohnen (2009)
PERHITUNGAN KEKUATAN LENSA INTRAOKULER PADA
TORIK IOL

Studi klinis LIO torik menjelaskan beragam metode keratometri: keratometri otomatis IOL
Master, keratometri manual, autokeratorefractometry, topografi kornea, atau kombinasi dari
teknik tersebut.
Kalkulator Holladay menggunakan effective lens position (ELP) untuk menghitung vektor kornea
terhadap LIO torik
Alternatif lain adalah perhitungan online yang disediakan di website Asia-Pacific Association of
Cataract and Refractive Surgeons (APACRS) atau American Society of Cataract and Refractive
Surgery (ASCRS) dan gunakan kalkulator toric I yang juga tersedia di biometer Lenstar (Haag-
Streit).
Kalkulator torik Barret
(Alpins, Noel et al.
2015)
http://www.ascrs.org/
barrett-toric-calculator
American Society of
Cataract and
Refractive Surgery
(ASCRS)
PASCA OPERASI KERATOREFRAKTIF

Error pada Keratometri

Perubahan Indeks Refraksi

Pemilihan Formula tidak Tepat

Keempat titik meridian tidak lagi tepat untuk


memberikan perkiraan kekuatan refraksi kornea
sentral yang akurat
Hubungan antara kurvatur anterior dan
posterior dari kornea
Formula Holladay II
PASCA OPERASI VITREKTOMI DENGAN SILICONE OIL

Silicone Oil 🡪 ↓ kecepatan ultrasound • Pada pasien yang kemungkinan di masa


Pasien-pasien tersebut antara lain pasien yang
mendatang akan menjalani operasi
mengalami
- ablasio retina,dengan silicone oil
- myopia tinggi,
• sebaiknya dilakukan pengukuran
- PVR,
ALc : panjang bola mata yang telah dikoreksi
(corrected) - PDR,panjang bola mata untuk melengkapi
ALm : panjang bola mata yang diperoleh dalam - giantdata dantear,
retinal status refraksi jika ternyata
pengukuran (measured) - maupunkemudian dibutuhkan
pasien dengan riwayatuntuk
trauma uculus
perhitungan kekuatan lensa intraokuler
perforans
Vc : kecepatan ultrasound yang dikoreksi
(corrected velocity)
Vm : kecepatan ultrasound yang digunakan
sebelum koreksi (measured velocity)
PENGUKURAN INTRAOCULER LENS
MENGGUNAKAN ABBERANT
BIOMETRI
• Membantu mengidentifikasi kekuatan/power IOL yang tepat untuk pasien
• Menggunakan gelombang Talbot-Moire aberrometer untuk mengukur kekuatan optik mata
pada saat operasi, seperti pada pasien aphakia dan pseudophakia, serta astigmat residual.
•ORA (Optiwave Refractive Analysis) 🡪 untuk mengukur kekuatan refraksi mata pada pasien
aphakia intraoperatif dan untuk menghitung refraksi residual yang telah diprediksi setelah
penempatan IOL.
• harapan dari intraoperatif aberrometri adalah dapat menghasilkan pengukuran yang tepat
dan real-time dan memprediksi power IOL di ruang operasi
PENUTUP
Perhitungan kekuatan lensa intraokuler merupakan faktor yang sangat penting dalam memenuhi harapan
pasien bedah katarak yang semakin meningkat.

Ketepatan perhitungan kekuatan lensa intraokuler 🡪Perpaduan


dari seluruh faktor yang terkait.

Jika salah satu faktor terganggu, maka hasil akhir yang dicapai
tidak akan maksimal.
2 Formula terpenting

SRK

P = 1/f
TERIMA KASIH
v

Anda mungkin juga menyukai