Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

BAYI
DENGAN HYPERBILIRUBENEMIA

Ns. MARIAM EFENDI S.Kep


STAFF PERAWAT PERINATOLOGI RSCM

Keperawatan anak II

SIE : MARTINA NAVRATILOVA


Pengertian

 Meningkatnya kadar Bilirubin serum melebihi nilai


normal
 Presentasinya pada Monatus muncul dalam salah
satu dari dua bentuk berikut ini :
- Hiperbilirubenemia yang tidak berkonyugasi
atau berkonyugasi.
Pada Pemeriksaan Fisik

Mungkin dijumpai chempal hematon ,


petekie , ekimosis , tampak merah pada
polisetemia dan pucat pada hemolitik tampak
kuning jika keadaan ini tidak ditangani akan
berkembang menjadi kern
ikterus dengan gejala lemah, malas minum ,
reflek hisap lemah irritable , tremor , kejang ,
konsentrasi urine pekat ,
hepatoseplenomegali.
PATOFISIOLOGIS

1. Produksi Bilirubin yang berlebihan :


- Meningkatnya Hemolisis pada ketidak Terjadi Bilirubin
cocokan Gol darah ABO rhesus. ( hiperbilirubinemia )
- Pendarahan tertutup & sepsis Tanda – tanda :
2. Gangguan Transportasi -Ikterus yang muncul
dlm
- Pengaruh Obat-obatan , misalnya : 24 jam pertama.
Salisilat , Sulfafurazole - bilirubin > 12.5 mg/dl
- Defisiensi Al bumin. Pada Full term.
3. Gangguan pada Konyugasi : - Bilirubin > 10 mg/dl
- Fungsi hepar yang belum matur. Pada pre term.
- Gangguan fungsi hepar - Bilirubin > 5
mg/dl/hari
- Asidosis , hipoksia dan infeksi.
4. Gangguan Ekskresi.
- Obstruksi dalam hepar. Jika kadar bilirubin> 20
mg/dl
akibat infeksi oleh penyakit lain.
- Obstruksi luar hepar KERN IKTERUS
Akibat kelaianan bawaan.
KERNIKTERUS (sindrom neorologis yang diakibatkan pengendapan
bilirubin tak terkonjugasi di dalam sel – sel otak )

Manifesti awal
 Lesu/Letargis
 Kejang Risiko ggn perfusi cerebral
 Opistotonus
 Kegawatan pernapasan Risiko ggn pertukaran gas
 Leher kaku
 Napsu makan buruk Risiko perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Manifesti lanjut
 Spasme
 Kekakuan Risiko ggn pertukaran gas
 Opistotonus

Terapi

Terapi Sinar Transfusi tukar


Akibat Fototerapi
 IWL, suhu tubuh Risiko kekurangan volume
cairan
 Ruam Kemerahan Risiko ggn integritas kulit
 Ggn retina Risiko injuri pada mata
PENGKAJIAN

1. Perilaku
- Lemah
- Gelisah
- Tangisan Melengking

2. Riwayat Maternal
- Orang tua / sibling dengan neonatal juandice
- ANC
- Ibu dengan Diabetes Melitus
- Obat – obatan terlarang
- Ibu dengan rhesus negatif dan ayah rhesus positif
- Pemberian obat – obatan seperti Sulfonamides selama
kehamilan.
3. RIWAYAT KELAHIRAN
- Prematur , IUGR
- Apgar Score
- Keterlambatan pemutusan tali pusat
- Persalinan traumatik dengan adanya hematoma
- Sepsis neonatorum
- Hepatosplenomegali

4. SISTEM CARDIOVASKULER
- Penurunan volume darah yang menunjukkan adanya
gagal
jantung pada hydropsfetalis.

5. SISTEM PERNAPASAN
- Apnoe , sianosis , dispnea pada kern ikterik
- Asfiksia.
6. SISTEM GASTROINTESTINAL
- Malas minum
- Penurunan berat badan s/d 5 % dalam 24 jam
- Fase mekonium terlambat

7. SISTEM INTEGUMEN
- Iktenik pada 24 jam pertama setelah lahir
- Pucat

8. SISTEM PERSYARAPAN
- Hipotenus
- Tremor , tidak ada reflek moro dan isap
- Kejang , kaku otot

9. SISTEM PERKEMIHAN
- Warna urine pekat
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Golongan darah Ibu dan rh Ibu serta bayi.
 Comb test direct dan indirect
 Kadar bilirubin total / direct
 Darah lengkap
 G6PD
THERAPI
 Terapi Sinar
 Tranfusi tukar

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terjadi unjury internal :
Kern ikterus berhubungan dengan peningkatan
kadar
bilirubin dalam darah.
Tujuan :
Tidak terjadi Injuri internal
KRITERIA EVALUASI

 Keadaan umum baik


 Kesadaran Kompos mentis / sadar
 Tidak ada tangis melengking
 Tidak ada kejang subtle / nyata
 Kadar bilitubin total < 12 mg / dl ( full term )
 < 10 mg /dl ( preterm )
INTERVENSI
 Kaji faktor resiko terjadinya Hyperbilirubinemia
 Kaji dan catat tanda dan gejala Hyperbilirubinemia
 Observasi keadaan umum , tangis dan TTV tiap 3 jam
 Observasi dan catat gerakan – gerakan abnormal
 Kolaborasi pem bilirubin total , direct , darah rutin dan G6PD
 Kolaborasi dalam pengertian therapy sinar,antisipasi
kebutuhan ET
 Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan
dengam
efek therapy sinar dan diare.
2. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek
therapy sinar dan diare.
Tujuan :
Integritas kulit utuh

KRITERIA EVALUASI
 Tidak ada rash pada kulit
 Tidak ada iritasi pada kulit genetalia / sekitar
bokong

INTERVENSI
 Obsevasi dan catat adanya perubahan pada
kulit seperta rash
dan iritasi
 Gunakan sabun yang lembut untuk
membersihkan kulit
 Jaga popok tetap kering dan bersih
 Ubah posisi setiap 3 jam
3. Resiko terjadinya gangguan persepsi sensori :
Visual berhubungan dengan therapy sinar

Tujuan :

- Tidak terjadi perubahan persepsi sensori

Kriteria Evaluasi

- Tidak ada tanda – tanda konjungtivitas


- Ada kontak mata ketika penutup mata dibuka
- Berespon terhadap suara atau sentuhan
INTERVENSI

 Pasang penutup mata selama therapy sinar


 Jarak lampu dengan bayi 45 – 50 cm
 Buka seluruh pakaian bayi
 Pertahankan penutup mata jangan sampai menutupi hidung
 Matikan lampu dan buka penutup mata setiap bayi akan dimandikan .
Pemberian minum serta observasi keadaan mata
 Ajak bayi berbicara dan sentuhlah dengan lembut selama merawat bayi
 Anjurkan orang tua untuk mengunjungi dan berpartisipasi dalam
merawat bayi
4. Resiko terjadinya kekurangan cairan berhubungan dengan
peningkatan IWL dan diare selama therapy sinar
Tujuan :
Status cairan baik

Kriteria Evaluasi
 BB tidak turun dari 10 %
 Turgor kulit elastis
 Produksi urine 1-3 cc/kg BB/jam
 Ubun – ubun tidak cekung
 Mukosa lembab
Intervensi
 Pertahankan intake cairan
 Beri minum sesuai jadwal
 Timbang BB tiap hari
 Observasi suhu tiap 3 jam
 Observasi mukosa, ubun-ubun dan turgor kulit
 Berikan extra minum atau kolaborasi pemberian cairan IV jika
ada penurunan BB > 10 % . Peningkatan suhu tubuh , buang
air besar yang berlebihan , diare , serta produksi urine < 1
cc/kgBB/jam

Anda mungkin juga menyukai