Mandibula tulang wajah paling besar dan kuat namun paling sering fraktur 2-3x lebih sering
dari midface (Mansuri.2013) (Perry.2011)
Penelitian sebelumnya:
Fawzy&Sudjatmiko(2007) ratarata 14,3 kasus fraktur maksilofasial setiap bulannya; 31,4%
disertai cedera otak serius. fraktur mandibula yang tersering (31,30%), diikuti oleh fraktur
maksila (23,48%).
fraktur tulang wajah sepertiga tengah mengurangi resiko terjadinya cedera otak yang lebih
berat, sementara fraktur mandibula menambah resiko terjadinya cedera otak yang lebih berat.
(King.2004)
Mengapa menarik untuk dibahas?
Disipasi energi berkurang dan lebih
banyak gaya ditransmisikan ke Sebagian Besar Ahli Bedah tidak
Insiden penurunan kesadaran yang
kubah tengkorak, sehingga menyadari fakta tersebut, bahwa
dilaporkan terkait dengan patah
mengakibatkan insiden yang lebih tidak akan menutup kemungkinan
tulang wajah berkisar dari 10,8%
tinggi penurunan kesadaran pada adanya cedera kepala tertutup yang
hingga 55% (Hackl et al.2001)
populasi pasien fraktur mandibula dapat mengancam nyawa pasien.
(Lee et al.1987)
Persentase
Sirius-Dan terbesar
Inaoka, et(46,5%) pada umurrata-rata
al menunjukkan 21 – 30.umur
88,4%
dari pasien adalah angulus
laki-laki dan 11,6% adalah
perempuan.
55,8%fraktur
hanya frakturmandibula 26,35 tahun
pada angulus mandibula
dengan range 16(Roselyn.2018)
– 55 tahun. (Roselyn.2018
(Roselyn.2018) )
Adanya Karakteristi
jaringan k
lunak biomekanik
Kepadatan
Arah gaya tulang dan
massa
Pola
fraktur
mandibula Struktur
Jumlah gaya anatomi
yang lemah
Menurut Olson, et al, fraktur angulus mandibula menyumbang 24,5% dari keseluruhan fraktur
pada mandibula. Pada penelitian lainnya oleh Atilgan, et al terdapat 13% pasien fraktur angulus
mandibula dari keseluruhan 532 pasien fraktur mandibula.Setelah kondilus, angulus mandibula
merupakan daerah paling sering terjadinya fraktur mandibula. (Roselyn.2018)
Mengapa menarik untuk dibahas?
Faktor – faktor prediktor
1. Usia
2. Penyebab cidera
3. Lokasi fraktur
Apakah lokasi trauma di mandibular dapat digunakan sebagai prediktor terjadinya lesi
intrakranial pada pasien fraktur trauma mandibula ?
Apakah penyebab cedera dapat digunakan sebagai prediktor terjadinya lesi intrakranial
pada pasien fraktur trauma mandibula?
TUJUAN PENELITIAN
• Tujuan umum :
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kaitan
faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya lesi intrakranial akut pada
pasien dengan trauma mandibula di RSUP Sanglah Denpasar.
• Tujuan khusus :
1. Untuk membuktikan usia sebagai prediktor lesi intrakranial akut
pada pasien trauma mandibula
2. Untuk membuktikan penyebab cedera sebagai prediktor lesi
intrakranial akut pada pasien trauma mandibula
3. Untuk membuktikan lokasi fraktur sebagai prediktor lesi
intrakranial akut pada pasien trauma mandibula
MANFAAT PENELITIAN
• Manfaat akademik :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
kaitan fraktur mandibula lesi intrakranial dengan Marshall score di
RSUP Sanglah Denpasar
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar bagi penelitian
selanjutnya dalam bidang terkait.
• Manfaat praktis :
Dengan mengetahui kaitan faktor-faktor tersebut dengan terjadinya lesi
intrakranial akut, diharapkan dapat menjadi acuan untuk mendeteksi
secara dini pasien yang memiliki risiko terjadinya lesi intrakranial akut
pada trauma mandibula, sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat
dan dapat mengurangi terjadinya kecacatan fungsional atau kematian.
BAB II
Tinjauan
Pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
• Anatomi Mandibula
luka tembak
(Koshy.2010)(Odono.2020)
2.2 Epidemiologi dan Etiologi Fraktur Mandibula
Variasi tergantung status sosial ekonomi pasien dan populasi.
negara maju
negara
kasus
berkembang
penyerangan dan
kecelakaan lalu
kekerasan
lintas
interpersonal
Etiologi
2.2 Epidemiologi dan Etiologi Fraktur
Mandibula
(Stacey.2006)(Odono.2020)(Munante.2015)
2.3 Biomekanika Fraktur Mandibula
Aspek yang terlibat dalam penatalaksanaan fraktur mandibula selain dari aspek fungsi,
estetika, juga terdapat aspek biomekanik. Mandibula memiliki mobilitas dan gaya yang sangat
banyak biomekanika penting.
Terdapat beberapa titik lemah pada tulang mandibula antara lain foramen mentale,
angulus mandibula tempat gigi molar III terutama yang erupsinya sedikit, kolum condilus
mandibula terutama bila trauma dari depan langsung mengenai dagu maka gayanya akan
diteruskan kearah belakang..
Gambar 5. (Kiri) Garis osteosintesis yang ideal menurut Champy, (Kanan) Arah resultan gaya kompresi dan gaya regang pada fraktur
mandibula
Sumber: Goodday, 2013
Tujuan stabilisasi dan instrumentasi oklusi yang baik
dan sesegera mungkin bisa berfungsi.
Prinsip osteosintesis mandibula meletakkan
instrumentasi pada sisi “tension site” bila digerakkan
elastisitas gaya menimbulkan kompresi dan mempercepat
kesembuhan.
Pada Korpus Mandibula, kekuatan tarikan dari otot
mastikasi menciptakan regangan di sepanjang prosesus
alveolaris yang terletak di superior kanalis mandibularis, dan
menciptakan kompresi pada margo inferior mandibula.
Fraktur korpus mandibula, zona kompresi menjaga tetap
terjadi kontak, tetapi zona regangan akan memisahkan bagian
superior dari korpus mandibula. Kekuatan regangan ini
dinetralkan dengan menggunakan fiksasi (Reddy.2019)
Resultan gaya terbesar pada benturan mandibula terjadi
Gambar 6. Tension site (-) pada alveolar dam compression site (+) pada margo paling besar pada simfisis mandibulaperlu diaplikasikan 2
inferior .Sumber: Wijayahadi, 2006
mini-plates dengan jarak 4-5 mm untuk menetralisir momen
puntir. Konsep biomekanik mandibula mirip dengan busur
panah, bagian terkuat adalah pada pertengahan atau bagian
simfisis. Sementara bagian terlemah berada pada kondilus di
kedua sisi. .(Reddy.2019)(Stacey.2006)
2.5 Diagnosis Fraktur Mandibula
• Penegakan diagnosis anamnesis secara lengkap, pemeriksaan fisik dan
pencitraan.
• Pasien harus dinilai sesuai Advanced Trauma Life Support (ATLS). Cedera
yang mengancam jiwa harus dikenali dan ditangani dengan tepat. Tahu
mekanisme cedera jenis trauma berkaitan dengan pola fraktur.
• Anamnesis: adanya fraktur sebelumnya, mekanisme cedera, termasuk arah
kekuatan atau gaya akan mempengaruhi jumlah dan lokasi fraktur, apakah ada
keluhan maloklusi, apakah ada nyeri yang terkait, terutama di daerah cervikal
• Poin penting dalam anamnesis adalah termasuk adanya fraktur sebelumnya,
mekanisme cedera, termasuk arah kekuatan atau gaya akan mempengaruhi
jumlah dan lokasi fraktur, apakah ada keluhan maloklusi
2.5 Diagnosis Fraktur Mandibula
• apakah ada nyeri yang terkait, terutama di daerah cervikal.
• Cedera fisik karena pukulan fraktur angulus yang lebih tinggi
karena pukulan lateral ke mandibula, sedangkan pada kecelakaan lalu
lintas fraktur parasimfisis, symphysis, corpus, dan condylar.
(Odono, 2020)
Gambar 11. Ekimosis dasar mulut pada pasien dengan fraktur simfisis
Sumber: Goodday, 2013
2.5 Diagnosis Fraktur Mandibula
• Penentu intervensi bedah atau tidak status oklusi, abnormal pada lebih dari
80% fraktur mandibula.
• perubahan oklusi sugestif baik adanya fraktur mandibula atau hemartrosis
sendi temporomandibula.
• Pasien yang sadar harus ditanyai "bagaimana rasanya saat anda menggigit?” Jika
"halus" atau "normal", sangat kecil kemungkinannya ada fraktur yang berpindah.
• Pasien harus ditanyai juga apakah mereka mengalami paresthesia atau anestesi
pada bibir dan dagu. Mati rasa pada daerah yang dipersarafi oleh saraf alveolar
inferior setelah trauma menunjukkan adanya fraktur di bagian distal foramen
mandibula di corpus mandibula. Walaupun terasa seperti normal,belum tentu
menghilangkan adanya fraktur. Rasa sakit yang semakin parah juga meningkatkan
kecurigaan kemungkinan adanya fraktur.
2.5 Diagnosis Fraktur Mandibula
• Pemeriksaan fisik lengkap, mulai dari inspeksi, palpasi, sensasi, dan rentang gerak (ROM), juga harus
dilakukan. Pemeriksaan fisik harus menentukan status gigi pasien, area nyeri tekan, krepitasi, mobilitas
mandibula pada bidang horizontal dan vertikal serta di dalam tulang itu sendiri, cedera mukosa, dan
maloklusi yang jelas.
• Trauma wajah terkait dan cedera yang terjadi bersamaan dengan daerah anatomi lain juga harus dicari.
Untuk meraba lokasi fraktur mandibula harus dimanipulasi secara bimanual,dilakukan evaluasi false
movement dengan kedua ibu jari pada gigi (intraoral) dan jari di batas inferior mandibula.
• Empat tanda klasik peradangan seperti nyeri, bengkak, kemerahan dan panas lokal, merupakan
indikasi fraktur mandibula.
• Gigi patah, gusi bengkak, laserasi, gigi goyang, trismus dan maloklusi adalah pemeriksaan intraoral
yang umum terkait dengan fraktur mandibula. Jika cedera terjadi setelah beberapa hari, nyeri dan
pembengkakan mungkin terjadi akibat proses inflamasi dan ekimosis di sekitar fraktur mungkin
berpindah ke daerah fasia. Ekimosis sublingual adalah tanda patogenik yang paling umum dari fraktur
mandibula, terutama pada fraktur daerah simfisis, parasimfisis, atau corpus (Pickrell, 2017)
2.5 Diagnosis Fraktur Mandibula
Cidera primer
Cidera sekunder
MORFOLOGI CIDERA
KEPALA LESI INTRAKRANIAL AKUT
ICH
Fraktur
mandibula Lesi
intrakranial SDH SAH
EDH
PENUNJANG DIAGNOSTIK FAKTOR RISIKO
Kecelakaan lalulintas masih merupakan etiologi utama dari lesi intrakranial yang terkait fraktur maksilofasial
tanpa mengabaikan penyebab lain seperti kekerasan dan jatuh dari ketinggian karena peningkatan jumlah
kendaraan, jalan yang dirawat dengan buruk, infrastruktur yang tidak memadai saat digunakan sabuk
pengaman dan helm, dan kurangnya penegakan aturan lalu lintas dan regulasi.
BAB III
Kerangka Berpikir,
Konsep, dan Hipotesis
KERANGKA BERPIKIR
Pasien dengan fraktur mandibula, salah satu
masalah yang sering muncul adalah lesi intrakranial.
Lesi intrakranial penting untuk dideteksi atau
Trauma diklasifikasikan resikonya sejak awal untuk
Mandibula penatalaksanaan yang lebih intensif. Diketahuinya
sejak awal itu akan berpengaruh terhadap prognosis
yang lebih baik.
Beberapa variabel yang dapat digunakan
sebagai prediktor lesi intrakranial pada pasien
fraktur trauma mandibula adalah umur (Khan et al),
lokasi fraktur dan penyebab trauma (Gupta et al)
Fraktur tulang
CT Scan :
tengkorak Jadi sebelumnya variabel ini sudah ada, peneliti
penunjang
perdarahan merasa perlu mengkaitkan variabel yang ada pada
diagnostik
intrakranial populasi pasien fraktur mandibula dengan
terjadinya lesi intrakranial dengan berdasarkan
kriteria Marshall Score yang merupakan aplikasi
dalam penemuan klinis di lapangan.
KONSEP PENELITIAN
HIPOTESIS PENELITIAN
Usia dapat digunakan sebagai prediktor lesi intrakranial akut pada pasien fraktur trauma mandibula
Lokasi fraktur dapat digunakan sebagai prediktor lesi intrakranial akut pada pasien fraktur trauma
mandibula
Penyebab cedera dapat digunakan sebagai prediktor lesi intrakranial akut pada pasien fraktur trauma
mandibula
BAB IV
Metodologi Penelitian
RANCANGAN PENELITIAN
• Desain penelitian: Studi kohort retrospektif
• Penelitian ini berawal dari penilaian faktor yang terdiri dari usia, lokasi
fraktur dan penyebab cedera. Selanjutnya dinilai terjadinya lesi
intrakranial.
• Secara keseluruhan pengamatan tersebut dilakukan berdasarkan data
rekam medis.
Keterangan:
P1 = proporsi terjadinya lesi intrakranial pada pasien fraktur trauma mandibula yang mengalami
faktor prediktor = 0.7 (Sciences, D. (2018).
P2 = proporsi terjadinya lesi intrakranial pada pasien fraktur trauma mandibula yang tidak
mengalami faktor prediktor = 0.35 (Sciences, D. (2018), Cerwinzki,dkk, 2008)
didapatkan hasil jumlah sampel minimal adalah 31 orang. Dengan mempertimbangkan angka drop
out 10% sehingga jumlah sampel adalah 62 orang.
CARA PEMILIHAN SAMPEL
• Rekam medis yang termasuk inklusi dan eksklusi bulan januari 2021
– desember 2021 dijadikan sampel.
• Dilakukan secara consecutive sampling
• Kriteria inklusi :
Semua rekam medik pasien fraktur trauma mandibula
Rekam medik periode januari 2021 – Desember 2021 di RSUP Sanglah Bali
• Kriteria eksklusi :
Rekam medik tidak jelas / hilang / rusak / sobek / basah)
Catatan yang mencantumkan variable yang diteliti tidak lengkap
Riwayat penyakit lainnya ( tumor otak, meningitis, stroke, penyakit vaskular
di otak)
VARIABEL PENELITIAN
Variabel
tergantung >< lesi
intrakranial akut
Lesi Intrakranial
Penyebab cedera pada fraktur
trauma mandibula
Lokasi Fraktur
Tumor otak,
meningitis, stroke,
penyakit vaskular
di otak
ALUR PENELITIAN
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS
STATISTIK
Analisis Univariabel
Analisis Multivariabel
BAB V
Hasil
Penelitian
Karakteristik Subyek Penelitian