Dosen Pengampu :
Khusna Santika Rahmasari, M.Sc.
apt. Urmatul Waznah, S. Si., M.Farm.
Disusun Oleh:
Kelompok 2
M. Ikhwan Shodiq_202002060051
Rizki Saputri_202002060040
Silviana Khamidah_202002060064
Ziyya Adelina Maylashofah_202002060071
Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah
panjang gelombang 0,78 – 1.000 mm atau pada Bilangan Gelombang 12.800 – 10 .
Spektrum infra merah mempunyai sifat fisik dan karakteristik yang khas, artinya
senyawa yang berbeda akan mempunyai spektrum yang berbeda, dan kemungkinan
dua senyawa mempunyai spektrum sama adalah sangat kecil
Berdasarkan pembagian daerah panjang gelombang, sinar infra merah dibagi atas tiga
daerah, yaitu daerahinfra merah dekat (Near IR), daerah infra merah pertengahan
(middle IR), dan daerah infra merah jauh (far IR).
Spektrofotometri inframerah (IR) biasanya untuk mengukur frekuensi getaran ikatan
dalam molekul dan digunakan untuk menentukan gugus fungsi atau bisa juga
difungsikan untuk mengukur penyerapan radiasi inframerah pada berbagai Panjang
gelombang. spektro IR meskipun bisa digunakan untuk analisa kuantitatif, namun
biasanya lebih kepada analisa kualitatif. Umumnya spektro IR digunakan untuk
mengidentifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa organik. Setiap
serapan pada panjang gelombang tertentu menggambarkan adanya suatu gugus fungsi
spesifik.
Prinsip kerja spektrofotometer inframerah adalah fotometri. Sinar dari sumber sinar
inframerah merupakan kombinasi dari panjang gelombang yang berbeda beda. Sinar
yang melalui interferometer akan difokuskan pada tempat sampel. Sinar yang
ditransmisikan oleh sampel difokuskan ke detektor. Perubahan intensitas sinar
menghasilkan suatu gelombang interferens. Gelombang ini diubah menjadi sinyal oleh
detektor, diperkuat oleh penguat, lalu diubah menjadi sinyal digital. Pada sistem optik
FTIR, radiasi laser diinterferensikan dengan radiasi inframerah agar sinyal radiasi
inframerah diterima oleh detektor secara utuh dan lebih baik.
Asam salisilat
Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang
dapat digunakan secara topikal. Memiliki rumus kimia C ₇H ₆O ₃, aspirin dapat mengalami
reaksi esterifikasi menghasilkan derivatnya yaitu asam asetilsalisilat dan metil salisilat.
Asam Asetilsalisilat
Aspirin atau asam asetilsalisilat adalah obat turunan dari salisilat yang sering
digunakan sebagai analgesik, antipiretik, dan anti-inflamasi. Memiliki rumus
molekul C₉H₈O₄ , aspirin dapat disintesis dari asam salisilat melalui reaksi
esterifikasi dengan cara direaksikan dengan anhidrida asam.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Spatula
2. Tissue
3. Pipet tetes
Bahan :
1. Sampel Asam Salisilat dan Asam Asetil
Salisilat
2. Etanol 96%
D. URAIAN BAHAN
Pada sampel asetosal terdapat gugus asam karboksilat (OH) yang terbaca
pada frekuensi 2584,54 , gugus asam karboksilat (C=O) terbaca pada frekuensi
1679,31 , gugus ester (C=O) terbaca pada frekuensi 1746,31 , gugus alkana (C-
H) terbaca pada frekuensi 3491,20 , dan gugus aromatis (C=C) terbaca pada
frekuensi 1602,33
Secara prinsip, tingkat energi cahaya di daerah sinar infra merah sesuai
dengan energi vibrasi dan rotasi dari ikatan-ikatan yang ada di dalam molekul.
Apabila sinar infra merah mengenai ikatan ikatan yang ada di dalam molekul
yang tingkat energinya sesuai atau sama dengan tingkat energi tersebut, maka
sinar infra merah akan diserap. Karena setiap jenis ikatan mempunyai tingkat
energi yang berbeda, maka nilai bilangan gelombang sinar infra merah yang
diserap juga akan berbeda. Inilah yang menyebabkan spektrofotometri infra
merah dapat dipergunakan untuk menentukan gugus fungsi yang ada di dalam
suatu molekul.
Adapun faktor yang menyebabkan hasil spektrum tidak akurat salah
satunya adalah molekul sampel uji yang besar, Jika suatu molekul yang
ukurannya besar ditembak dengan menggunakan sinar infra merah, sinar itu
juga akan terhambur dan penyerapan yang terjadi tidak maksimal. Hasilnya,
puncak-puncak yang dihasilkan oleh spektra infra merah juga tidak akurat.
H. KESIMPULAN
Dari data dan hasil yang telah didapatkan dapat diambil kesimpulan bahwa
pada senyawa asam salisilat memunyai gugus fungsi OH fenol (f = 3230,32) ,
OH asam karboksilat (f = 2846,85), C=O asam karboksilat (f = 1657,93) dan
C=C aromatis (f = 1602,33). Sedangkan pada senyawa asam asetilsalisilat
mempunyai gugus fungsi C-H alkana (f = 3491,20), OH asam karboksilat (f =
2584,54), C=O ester (f = 1746,31), C=O karboksilat (f = 1679,31), dan C=C
aromatis (f = 1602,33).
I. DAFTAR PUSTAKA
Alat Spektrofotometri
Infra Merah
Pembacaan
Frekuensi Vibrasi