Anda di halaman 1dari 45

ASPEK ETIK DAN LEGAL

DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN


EDI SUCIPTO, S.Kep., Ners, M. Kes
KETUA
DEWAN PENGURUS DAERAH
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
KABUPATEN CILACAP
Curiculum Vitae
Nama : H. Edi Sucipto, S. Kep. Ns, M. Kes
Pekerjaan : PNS (Kepala Puskesmas Adipala 1)
Pendidikan : SPK Purwokerto th 1990
Akper Depkes mangkuyudan Yk th 2000
S1 Ners Stikes Muh Gombong th 2009
S2 Kesling Undip Semarang th 2011
Jabatan organisasi : Ketua DPD PPNI Cilacap
Bidang Diklat IPKKI prop Jateng
Sekretaris Paguyuban Kepala Puskesmas
Alamat : Jl Glatik RT 04/04 Slarang Kesugihan,
Cilacap
MOTTO
• Menjadi pribadi Yang bermanfaat

“Sebaik-baik manusia adalah yg paling bermanfaat bagi


orang lain” (HR. Ahmad, Thabrani Daruqutni)

“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik


bagi diri kalian sendiri” (QS. Al-Isra :7
Pendahuluan
Kondisi gawat darurat adalah suatu keadaan
dimana seseorang secara tiba-tiba dalam
keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam anggota badannya dan jiwanya
(akan menjadi cacat atau mati) bila tidak
mendapatkan pertolongan dengan segera.
Pasien yang sebagian besar memiliki
masalah kesehatan yang mengancam
jiwa, tidak sadarkan diri, tidak ada
kerabat dan terkadang tidak
teridentifikasi dirawat di layanan darurat.
Perawat dapat mengalami
Unit gawat darurat memiliki banyak dilema etika yang
tanggung jawab moral untuk dapat mempengaruhi
memberikan layanan kepada pengambilan keputusan segera
mereka dengan cermat saat layanan keperawatan
darurat diberikan
Masalah
Periode waktu
pengamatan/pelayana
n relatif singkat

Pada keadaan gawat


darurat didapati Perubahan klinis yang
beberapa masalah mendadak
utama yaitu

Mobilitas petugas yang


tinggi
ETIK
Kesepakatan tentang praktik moral, keyakinan, sistem
nilai, standar perilaku individu dan atau kelompok tentang
penilaian terhadap apa yang benar dan apa yang salah,
mana yang baik dan mana yang buruk, apa yang
merupakan kebajikan dan apa yang merupakan kejahatan,
apa yang dikendaki dan apa yang ditolak.
Bagaimana dengan
Etik Keperawatan???
SEJARAH KODE ETIK
KEPERAWATAN INDONESIA
• Pertama kali dirumuskan pada tahun 1976 dan beberapa
kali mengalami perubahan

• Kode etik yang berlaku adalah hasil kesepakatan Munas


PPNI tahun 2000, terdiri dari Mukadimah dan 5 pokok etik
KODE ETIK KEPERAWATAN
INDONESIA
Terdiri dari 5 pokok etik, yaitu:

KODE ETIK
KEPERAWATAN
INDONESIA

Perawat dan Perawat dan teman


Perawat dan klien Perawat dan praktik Perawat dan profesi
masyarakat sejawat
• Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia,
keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit,
PERAWAT umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
DAN KLIEN

Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui belajar terus
PERAWAT menerus.
DAN
PRAKTIK

Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung
berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.
PERAWAT DAN
MASYARAKAT
• Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan
sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan
dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja
PERAWAT maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
DAN TEMAN menyeluruh.
SEJAWAT

• Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar


pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya
PERAWAT dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan
DAN PROFESI
PRINSIP ETIK
Respect (Hak untuk dihormati)

Perawat harus menghargai hak-hak pasien/klien

Autonomy (hak pasien memilih)

Hak pasien untuk memilih treatment terbaik untuk dirinya

Beneficence (Bertindak untuk keuntungan orang lain/pasien)

Kewajiban untuk melakukan hal tidak membahayakan pasien/ orang lain dan secara aktif
berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan pasiennya

LANJUT PRINSIP ETIK


Non-Maleficence (utamakan-tidak mencederai orang lain)
kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian atau cidera
Prinsip :
• Jangan membunuh, menghilangkan nyawa orang lain, jangan menyebabkab
nyeri atau penderitaan pada orang lain, jangan membuat orang lain berdaya dan
melukai perasaaan orang lain

Confidentiality (hak kerahasiaan)

menghargai kerahasiaan terhadap semua informasi tentang pasien / klien yang


dipercayakan pasien kepada perawat.

Masih LANJUT PRINSIP


ETIK
Justice (keadilan)

kewajiban untuk berlaku adil kepada semua orang. Perkataan adil


sendiri berarti tidak memihak atau tidak berat sebelah

Fidelity (loyalty/ketaatan)

Kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan bertanggungjawab


terhadap kesepakatan yang telah diambil

Veracity (Truthfullness & honesty)


Kewajiban untuk mengatakan kebenaran.
• Terkait erat dengan prinsip otonomi, khususnya terkait informed-consent
• Prinsip veracity mengikat pasien dan perawat untuk selalu mengutarakan kebenaran
Bagaimana
Implementasinya saat
ini???
CITRA PERAWAT

Kurang tanggap

Perawat Kurang menghargai


Kurang komunikatif dinilai klien

(Kurniati, 2005)
Menurut (Kurniati, 2005)

Sosok perawat yang


di inginkan klien

Tanggap akan
Menghargai klien Terampil Berpengetahuan Komunikatif Mendidik
kebutuhan klien
ASPEK LEGAL
DALAM PRAKTIK
KEPERAWATAN
Dasar : UU 38/2014 Pasal 2
perikemanusiaan
;
kesehatan dan nilai ilmiah;
keselamatan Klien.

Praktik
Keperawata
n
berasaskan etika dan
pelindungan; profesionalitas
;

keadilan
manfaat;
;
UU no 38/2014 pasal 28

Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) harus didasarkan pada kode etik,
standar pelayanan, standar profesi, dan standar
prosedur operasional.
Uu no 38/2014 pasal 30
….perawat berwenang:
g. memberikan tindakan pada keadaan gawat
darurat sesuai dengan kompetensi;
Uu no 38/2014 pasal 35

(1) Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, Perawat dapat melakukan tindakan
medis dan pemberian obat sesuai dengan kompeten sinya.
(2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien
dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
(3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan yang mengancam nyawa atau
kecacatan Klien.
(4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Perawat sesuai dengan hasil
evaluasi berdasarkan keilmuannya.
Pasal 32 mengatur pelimpahan wewenang (delegative dan mandate)
UU 36/2009 tentang kesehatan pasal 53

• Pelayanan kesehatan harus mendahulukan pertolongan penyelamatan


nyawa pasien dibandingkan kepentingan lainnya
UU 36/2009 pasal 90
Pimpinan yankes dan/atau tenaga kesehatan yang dengan
sengaja tidak memperikan pertolongan pertama pada
pasien gawat darurat dipidana dengan penjara paling
lama 2 tahun dan denda paling banyak 200 juta
A LIT
LEG AKTIK A • LEGAL  SAH SECARA HUKUM  STR – SIPP - SPKK
PR AWAT
P ER
KE N • Pasal 13 (1) (2)
• Nakes tertentu bekerja di RS wajib memiliki izin sesuai dg
No . perundang-undangan dan sesuai dg standar profesi, standar
K es 9
UU h 200 pelayanan RS, SPO yg berlaku, etika profesi, menghormati
36 T • BAB
hak ps II, Pasal 2 - 7
& mengutamakan keselamatan pasien.
• Penyelenggaraan praktik kep’ minimal D3, memiliki SIPP
kecuali yg di yankes diluar praktik mandiri sesuai dg
R S kewenangannya
UU 4
o . 4
N 009
Th 2

1 48
PMK garaan
l en g
en ye Kep
P k tik
P r a
8 T h
N o.3 ang
UU Tent n
0 14 a ta
2 e ra w
Kep

Bagian Ketiga Izin Praktik


• Pasal 19
(1) Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan
wajib memiliki izin.

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan


dalam bentuk SIPP.

(3) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota
8 T h
N o.3 ang
UU Tent n
0 14 a ta
2 e ra w
Kep

• Pasal 20
(1) SIPP hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik.
(2) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
kepada Perawat paling banyak untuk 2 (dua) tempat.
• Pasal 21
Perawat yang menjalankan praktik mandiri harus
memasang papan nama Praktik Keperawatan.
• Pasal 28
(1) Praktik Keperawatan dilaksanakan di Fasilitas
8 T h
N o. 3 g
UU n t a n • (2) Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada
4 T e a n
1
20 eraw a t ayat (1) terdiri atas:
Kep a. Praktik Keperawatan mandiri; dan
b. Praktik Keperawatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
• (3) Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus didasarkan pada kode etik, standar
pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur
operasional.
• (4) Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) didasarkan pada prinsip kebutuhan pelayanan
kesehatan dan/atau Keperawatan masyarakat dalam
suatu wilayah.
. 4 9
N o g
PM K t an
en
T e
13
20 omit n
K w at a
pe ra
Ke • Kredensial adalah proses evaluasi terhadap
tenaga keperawatan untuk menentukan
kelayakan pemberian Kewenangan Klinis.

• Pasal 2
• Penyelenggaraan Komite Keperawatan bertujuan
untuk meningkatkan profesionalisme tenaga
keperawatan serta mengatur tata kelola klinis
yang baik agar mutu pelayanan keperawatan dan
pelayanan kebidanan yang berorientasi pada
keselamatan pasien di Rumah Sakit lebih
01 3
4 9 2 t e
N .
o Kom i
M K n g
P nta awa ta n • Pasal 4
Te eper • (1) Untuk mewujudkan tata kelola klinis
K yang baik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2, semua asuhan keperawatan dan
asuhan kebidanan yang dilakukan oleh
setiap tenaga keperawatan di Rumah
Sakit dilakukan atas Penugasan Klinis dari
kepala/direktur Rumah Sakit.

• (2) Penugasan Klinis sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian
Kewenangan Klinis tenaga keperawatan
oleh kepala/direktur Rumah Sakit melalui
penerbitan Surat Penugasan Kewenangan
DOKUMENTASI KEPERAWATAN SEBAGAI BUKTI
HUKUM
• Alat bukti terdiri : bukti tulisan, bukti saksi, sangkaan, pengakuan, sumpah.
Pasal
1866

• Pembuktian dg tulisan di buktikan dg tulisan-tulisan otentik maupun dg tulisan-tulisan di bawah


Pasal tangan
1867

• Suatu tulisan tentang suatu peristiwa yang di buat untuk kepentingan hukum (Subekti 1993)
• Akta ontentik di buat oleh pejabat berwenang
AKTA • Akta di bawah tangan di buat oleh bukan pejabat berwenang

• Suatu akta di bawah tangan yg tanda tangannya diakui olh yg menandatangani maka
Pasal dianggap sempurna layaknya akta otentik
1875
Mengapa pelatihan ppgd?
Anderson Henrik & Nilsson Kerstin (2009)
pendidikan dasar keperawatan tidak memberikan
kompetensi keperawatan gawat darurat yang
memadai. Akibatnya, ada kebutuhan untuk pendidikan
keperawatan darurat formal tambahan.
Mengapa pelatihan PPGD?

pendidikan dasar keperawatan tidak memberikan kompetensi keperawatan gawat darurat yang
memadai. Akibatnya, ada kebutuhan untuk pendidikan keperawatan darurat formal tambahan.

Anderson Henrik & Nilsson Kerstin (2009)


Permasalahan....?
Keluhan Masyarakat
Keluhan Stekholder
Etika (masih ingat dengan kasus
ini??)
Prinsip – prinsip etiket dalam penanganan pelanggaran etik dan hukum
Indipendensi
Dalam malakukan proses penanganan dugaan pelanggaran etik dan hukum tidak boleh
dipengaruhi oleh apapun termasuk hubungan baik, hubungan saudara, atasan kerja, pemberian
sesuatu pun dan ras, suku, agama dll
Praduga tidak bersalah
Memiliki persepsi atau opini bahwa pihak yang terduga malakukan pelanggaran etika dan
hukum yang sedang di tangani adalah tidak bersalah sampai dengan di nyatakan bersalah baik
oleh tim yang berwenang atau oleh pengadilan.
Penghargaan terhadap profesi dan lembaga
Dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mencederai kewibawaan time yang berwenang,
organisasi prosfesi maupun fasilitas pelayanan kesehatan atau lembaga lain yang teralibat di
dalamnya.
Akuntabilitas
Semua tim dan lembaga yang terlibat dalam penanganan pelanggaran etik dan hukum harus
dapat mempertanggung jawabkan segala sesuatu yang di kalukan sampai pada putusan yang
di berikan pada terduga pelanggaran etik dan hukum.
Kehati hatian dan kerahasiaan
Prinsip kehati hatian dan kerahasiaan di maksudkan bahwa setiap kegiatan pemeriksaan yang
berkaitan dengan dugaan pelanggaran etik dan hukum di lakukan secara hati – hati dan
hasilnya bersifat rahasia.
Prinsip – prinsip etiket dalam penanganan pelanggaran etik dan hukum
Obyektifitas
Prinfip obyektifitas dimaksudkan bahwa setiap kegiatan penaganan yang berkaitan dengan
dugaan pelanggaran etik dan hukum di lakukan dengan parameter yang jelas

Efkeitf dan efisien


Efkeitf dan efisien dimaksudkan bahwa setiap kegiatan pemeriksaan dan penanganan yang
berkaitan dengan dugaan pelanggaran etik dan hukum di lakukan dengan tepat waktu tepat
sasaran
Perlakukan yang sama
Perlakukan yang sama bahwa setiap kegiatan pemeriksaan dan penanganan yang berkaitan
dengan dugaan pelanggaran etik dan hukum pihak pelapor dan pihak terlapor di berikan
kesempatan yang sama
Prinsip perilaku rendah hati
Prinsip perilaku rendah hati dimaksudkan setiap kegiatan pemeriksaan dan penanganan yang
berkaitan dengan dugaan pelanggaran etik dan hukum harus dilakukan dengan rasa empati
dan tidak berbicara kasar serta menyudutkan.

 Respon Time Cepat


Golden Periode menjadi sangat penting agar tidak menimbulkan masalah baru
Mulai
ALUR PENYELESIAN
PELAPOR PELANGGARAN ETIK
=====================
Menyusun laporan kejadian terperinci tertulis/lisan
KEPALA RUANG/KA INSTALASI
========================
1.Melakukan konfirmasi & kajian mendalam
2.Melakukan rapat koordinasi intern tingkat Instalasi
3.Membuat putusan sementara ada tidaknya pelanggaran
4.Menyusun laporan hasil ke Komite Keperawatan

Tidak Pelanggaran Ya Laporan

Corective Action KOMITE KEPERAWATAN & SUB KOMITE ETIK & DISIPLIN PROFESI
================================
1.Melakukan konfirmasi & kajian mendalam
2.Melakukan rapat koordinasi dg Direktur Medik & Keperawatan ( bila perlu )
REKOMENDASI & LAPORAN 3.Membuat putusan ada tidaknya pelanggaran & tingkat kesalahan ( ringan,
========================= sedang, berat ) & jenis pelanggaran
Jenis Pelanggaran 4.Menyusun laporan hasil
1.Pelanggaran Etik ( tingkat ? ) 5.Menyusun rekomendasi panishment
2.Pelanggaran Disiplin Profesi
(tingkat ?)
Ya Tidak
Pengembalian Nama
Sangsi /Panishment Pelanggaran Baik
3.SP 1, SP 2, SP 3
4.Pencabutan sementara SIPP dll
DIAGRAM ALUR PENANGANAN KASUS MALPRATIK
TEMPAT KEJADIAN
1.Menyusun laporan kronologi kejadian
2.Laporan ke Komite Keperawatan

Komite Keperawatan / MKEK


1.Menelaah laporan
2.Infestigasi & Koordinasi
3.Menilai-memutuskan-merekomendasikan

tdk LIGITASI ya PIDANA

PENYIDIK
Direktur RS MEDIASI PERDATA
HPP & MKEK JPU
OP 1.Menelaah laporan
2.Infestigasi PENGADILAN
3.Menyediakan LBH
4.Menyediakan saksi ahli
TERIMA KASIH....

Anda mungkin juga menyukai