Anda di halaman 1dari 14

Pertemuan ke:

12 Fakultas
Fakultas Bisnis
Menyatukan Nilai-Nilai
SubKultur
Program Studi
Manajemen
Ilmu Adm Niaga Diana Silaswara, S.E., M.M.
Pembahasan
1. Pendahuluan

2. Perubahan Tidak Berbentuk Linear


3. Memetakan SubKultur dalam Organisasi

4. Memahami Budaya Organisasi

5. Membuat Nilai-Nilai SubKultur Menjadi


Budaya Korporat

Kreativitas
<@adt_
Me Ak Membangkitkan 22
nu hiri >1_Diana Silaswara
CRM
lotus Inovasi
Pendahuluan

• Pada masa-masa transisi, setiap orang pada suatu


institusi akan mengalami tekanan-tekanan, rasa
takut, cemas, dan tidak percaya, yang akhirnya
dapat merenggangkan ikatan (cohesiveness) suatu
institusi.
• Mereka justru akan meningkatkan ikatan-ikatan
pada kelompoknya masing-masing.
• Akibat yang menonjol adalah nilai-nilai perlawanan
dan ikatan yang kuat pada subkultur.
Kreativitas
<@adt_
Me Ak Membangkitkan 33
nu hiri >1_Diana Silaswara
CRM
lotus Inovasi
Pendahuluan

Transformasi nilai-nilai dalam suatu institusi tidak bisa


langsung dilakukan melalui kultur organisasi itu
sendiri (secara menyeluruh). Transformasi nilai-nilai
organisasi perlu menyentuh akar budaya itu sendiri,
yaitu nilai-nilai subkultur. 

You don’t change culture by trying to change


culture  (W. Warner Burke).

Kreativitas
<@adt_
Me Ak Membangkitkan 44
nu hiri >1_Diana Silaswara
CRM
lotus Inovasi
Perubahan Tidak Berbentuk Linear
• Banyak yang beranggapan bahwa kemajuan yang dicapai
dalam suatu proses perubahan dapat berbentuk linear.

• Namun tingkat kemajuan yang dicapai dalam perubahan


dapat berentuk spiral, karena akan ada banyak
konsekuensi tak terduga yang akan terbaca selama proses
berlangsung.

• Model non-linear tersebut member pesan untuk setiap satu


langkah ke depan, kita mungkin harus kembali dua langkah
ke belakang.
Kreativitas
<@adt_
Me Ak Membangkitkan 55
nu hiri >1_Diana Silaswara
CRM
lotus Inovasi
Memetakan SubKultur dalam Organisasi
 Dalam masa transisi, budaya perusahaan atau institusi terpecah-
pecah ke dalam budaya tiap kelompok dan tiap departemen dalam
perusahaan membentuk subkultur sendiri.

 Cara mereka berbicara, berpakaian, dan mengambil keputusan


sangat mungkin berbeda-beda.
 Tantangan untuk menemukan Nilai-nilai Kolektif karena tidak mungkin
menghapuskan nilai-nilai pada subkultur dan memaksa semuanya
menerima satu tatanan nilai yang seragam.
 Hal yang perlu dilakukan pertama-tama adalah mengakui keragaman
itu dan mengangkatnya ke permukaan sebagai suatu kekayaan
institusi.
 Tantangan terbesar seorang transformer nilai-nilai adalah mencari
cara terbaik untuk menggabung-gabungkan nilai-nilai tersebut ke
dalam suatu orkestra musik yang indah.
Kreativitas
<@adt_
Me Ak Membangkitkan 66
nu hiri >1_Diana Silaswara
CRM
lotus Inovasi
Memetakan SubKultur dalam Organisasi
• Semangat mencari konsensus untuk memperoleh sebuah makna
kolektif memerlukan proses pencarian yaitu ; Melihat – Percaya
Bergerak dan Menyelesaikannya
• Untuk memetakan subkultur, transformer harus memotret seluruh
subkultur tersebut. Tetapi memotret subkultur bukanlah hal yang
mudah. Subkultur bukanlah sesuatu yang bersifat tangible (dapat
dipegang dan dilihat secara kasatmata).

• Dalam memotret subkultur diperlukan beberapa alat bantu, seperti:


a) Bagan organisasi beserta perubahan-perubahannya dalam
sepuluh tahun terakhir.
b) Carrier track dari tokoh-tokoh kunci, baik formal maupun informal.
c) Hubungan kerja serta proses bisnis organisasi.
d) Forum-forum diskusi yang melibatkan berbagai kelompok.

Kreativitas
<@adt_
Me Ak Membangkitkan 77
nu hiri >1_Diana Silaswara
CRM
lotus Inovasi
Memahami Budaya Organisasi
 Pemotretan dilakukan dengan beberapa observasi dan field study, di
samping tentu saja survey, wawancara mendalam, dan tekhnik-tekhnik
riset lainnya.
 Tujuannya adalah memetakan mereka dan mengambil nilai-nilai yang
mereka anut.
 Terdapat dua jenis subkultur yang akan ditemukan yakni:

a. Kelompok 1 : subkultur yang sangat jelas penampakannya.


Terbentuk akibat kurangnya perhatian manajemen terhadap nilai-nilai
keseluruhan institusi, sementara kondisi yang dihadapi fruktuatif.
Mereka cenderung defensive dan sangat resisten untuk berubah.
b. Kelompok 2 : kelompok subkultur yang kurang menonjol
sehingga tidak begitu menampakkan nilai-nilai.
Kreativitas
<@adt_
Me Ak Membangkitkan 88
nu hiri >1_Diana Silaswara
CRM
lotus Inovasi
Membuat Nilai-Nilai SubKultur Menjadi Budaya
Korporat
• Output pada pemrosesan subkultur adalah sebuah dokumen
yang kaya dengan informasi dan cerita yang mengandung
nilai-nilai dari masing-masing subkultur.
• Agar sebuah pernyataan budaya menjadi kaya nilai dan
bermakna dalam harus dirumuskan dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut;
a. Dialogis
b. Partisipatif
c. Memberikan Ruang terhadap “Buy-in Process”
d. Kaya Akan Cerita
e. Praktis dan Mampu Dijabarkan ke dalam Elemen-
elemen Budaya
f. Orisinal dan Berbeda

Kreativitas
<@adt_
Me Ak Membangkitkan 9
nu hiri >
lotus Inovasi
Membuat Nilai-Nilai SubKultur Menjadi Budaya
Korporat
 Tidak mudah dalam merumuskan budaya suatu institusi. karena
itu bukanlah sebuah proses yang bisa dikerjakan semua orang.
 Proses ini membutuhkan keterlibatan semua pihak untuk
merumuskan semacam common grounds di antara subkultur-
subkultur dan merajutnya ke dalam sebuah ikatan bersama.
 Salah satu cara yang banyak dipraktikan adalah membangun
gugus tugas-tugas, yang lalu dipertemukan ke dalam semacam
forum bisnis perusahaan.
 Sepanjang proses tersebut iklim perubahan dengan teknik-teknik
tertentu juga dipengaruhi oleh Visioning.
 Visioning  proses menyatukan nilai-nilai dari masing-masing
subkultur menjadi sebuah rumusan budaya yang diterima semua
pihak (budaya korporat).

Kreativitas
<@adt_
Me Ak Membangkitkan 1
hiri >
nu
lotus Inovasi 0
Membuat Nilai-Nilai SubKultur Menjadi Budaya
Korporat
• Proses Visioning dilakukan dalam tiga tahap sebagai berikut:
a) Merumuskan nilai-nilai masing- masing subkultur.
b) Membawa nilai-nilai subkultur-subkultur tersebut ke dalam
sebuah forum untuk merumuskan nilai-nilai bersama.
c) Memperkaya nilai-nilai dan visi perusahaan ke depan dan
merumuskannya ke dalam strategi budaya.
• Tahap berikutnya dimulai dengan upaya membangun kepercayaan
diantara sub-subkultur yang berbeda-beda dengan memulai
presentasi dan diskusi dalam forum bisnis lintas subkultur yang
membahas 
a) Asal mula munculnya nilai-nilai tersebut pada suatu kelompok
b) Jati diri kelompok
c) Simbol-simbol kelompok
d) Kisah selama bekerja
e) Ritual yang mewarnai kelompok
Kreativitas
<@adt_
Me Ak Membangkitkan 1
hiri >
nu
lotus Inovasi 1
Membuat Nilai-Nilai SubKultur Menjadi Budaya
Korporat

• Bahasa yang digunakan

• Displin

• Cara kerja

• Pandangan terhadap kelompok lain

• Pandangan dua tahun ke depan

• Pandangan lima tahun dan sepuluh tahun ke depan

• Kontribusi budaya subkultur

Kreativitas
<@adt_
Me Ak Membangkitkan 1
hiri >
nu
lotus Inovasi 2
Membuat Nilai-Nilai SubKultur Menjadi Budaya
Korporat

 Tujuan akhir proses visioning  menemukan nilai-nilai,


perilaku, kebiasaan-kebiasaan, pandangan-pandangan dari
setiap subkultur yang dapat untuk membentuk budaya baru.

 Setelah mendengarkan semua masukan-masukan dan


pandangan dari subkultur-subkultur, sebuah team yang
merumuskan budaya korporat dapat segera menganalisis
dan membentuk semacam draft budaya korporat.

Kreativitas
<@adt_
Me Ak Membangkitkan 1
hiri >
nu
lotus Inovasi 3
Membuat Nilai-Nilai SubKultur Menjadi Budaya
Korporat

Hasil dari proses visioning adalah rumusan yang memuat:


 Nilai-nilai utama serta asumsi-asumsi dasar manusia
korporat
 Asal mula nilai-nilai tersebut
 Visible artifacts yang masih relevan dan harus dibentuk
 Rekomendasi untuk menyatukan nilai-nilai tersebut dan
hambatan-hambatan yang mungkin muncul
 Daftar tabu sebagai karyawan/pimpinan di suatu korporat

Kreativitas
<@adt_
Me Ak Membangkitkan 1
hiri >
nu
lotus Inovasi 4

Anda mungkin juga menyukai