Anda di halaman 1dari 42

TKS

1218
TEKNOLOGI
FERMENTASI

1
Kelebihan Pemanfaatan Mikroba pada Industri :

a. Ukuran sangat kecil, nisbah permukaan thd volume


tinggi, sehingga difusi nutrien lbh cepat  reaksi
metabolisme lebih cepat
b. Keragaman kemampuan konsumsi substrat tinggi 
industri fermentasi tidak tergantung pada suatu jenis
substrat
c. Pada kondisi proses fermentasi optimal, mikroba
mampu mempertahankan sifat fisiologisnya dan
memproduksi enzim dgn segera
KATEGORI PRODUK YG DIHASILKAN MIKROBA
a.Growth Associated Product = metabolit primer
Produk yg dihasilkan seiring dg pertumbuhan mikroba,
misal produksi enzim, etanol dan vitamin.
qp = α r x
b.Mixed-Growth Associated Product
Produk yg dihasilkan pada saat pertumbuhan lambat dan
fase stasioner, misal produksi xantham gum dan asam
laktat.
qp = α r x + 
c.Non-Growth Associated Product = metabolit sekunder
Produk yg dihasilkan pada saat pertumbuhan fase
stasioner, misal produksi antibiotik (penisilin) dan toksin.
qp = 
X X
P P

t t
a b

X Keterangan :
P a. Pembentukan produk yang
terkait dengan pertumbuhan
b. Pembentukan produk yang
sebagian terkait dengan
pertumbuhan
c. Pembentukan produk yang
t tidak terkait dengan
c pertumbuhan
1. Metabolit (primer & sekunder)

2. Enzim mikrobial (katalase, amilase, protease, pektinase,


glukosa isomerase, sellulase, hemisellulase, lipase, laktase)

3. Biomassa sel mikroba sbg produk (ragi roti,


protein sel tunggal/PST, Lactobacillus )

4. Senyawa kimia hasil biotransformasi


(asam asetat, sorbosa, antibiotika, steroid dll)

5. Recombinant products: insulin, HBV, interferon, GCSF,


streptokinase
Metabolit Primer

 Merupakan senyawa yang diproduksi pada fase


logaritmik (tropophase)  penting untuk hidup &
reproduksi sel

 Senyawa antara pada jalur biosintesis produk akhir,


yaitu asam amino (asam glutamat, lisin dll), nukleotida
(I+G = Ribotide), vitamin, polisakarida, etanol

 Senyawa antara pada jalur Embden-Meyerhof,


Pentosa-Fosfat dan Siklus Krebs, contoh asam-asam
organik (asam sitrat, asam fumarat dll).
Metabolit Sekunder

 Molekul yang disintesis oleh mikroba pada saat akhir hidupnya


(pada fase stasioner/idiophase)

 Tidak diperlukan untuk pertumbuhannya dapat sebagai nutrient


darurat untuk bertahan hidup atau sbg pertahanan diri thd
lingkungan yang buruk

 Ciri-ciri :
1. Spesifik untuk satu/beberapa spesies m.o
2. Produksinya dipengaruhi faktor lingkungan
3. Beberapa diiproduksi sebagai kelompok produk dengan struktur
mirip, contoh :
3 neomisin 10 polimisin
10 basitrasin 20 penisilin
6 tirosidin 20 aktinomisin
8 aflatoksin 5 mitomisin

 Metabolit sekunder penting: antibiotika, mikotoksin, pigmen


Komponen Proses Fermentasi

1. Formulasi media untuk penyiapan inokulum dan


medium produksi

2. Sterilisasi media & fermentor/bioreaktor +


perlengkapannya

3. Produksi inokulum yang aktif, murni dengan jumlah


yang mencukupi

4. Pertumbuhan mikroba dalam fermentor pada kondisi


optimum untuk pembentukan produk

5. Ekstraksi produk dan pemurniannya (Proses Hilir)

6. Pembuangan buangan/limbah yang dihasilkan selama


proses
SKEMA PROSES FERMENTASI
Biomassa
Pengembangan Inokulum

Cairan Pemisahan Sel


Fermentasi

Kultur
Labu
Stok
Kocok Fermentor Supernatan
Bibit Bebas Sel
Fermentor
Produksi

Sterilisasi Media Ekstraksi Produk

Formulasi Media Penanganan


Purifikasi Produk
Limbah

Bahan-bahan Media
Pengemasan Produk
 Penyiapan inokulum :
 ditujukan untuk memperbanyak sel, bukan pembentukan
produk
 komposisi media untuk inokulum mungkin berbeda dengan
media kultivasi (N tinggi  C/N lebih kecil)
 untuk mempersingkat fase adaptasi, sebaiknya media kultur
untuk inokulum mirip dengan media kultivasi

 Jumlah inokulum 3 – 10 % (v/v), sehingga kultur induk (kultur


stok) yang dorman (tidak aktif) harus dikembangkan beberapa
tahap, tergantung ukuran bioreaktor yang akan digunakan

Pengembangan inokulum bertahap (multistaging)

Kultur
stok

Penyegaran Labu Labu Tangki Teraduk Tangki Teraduk


Kultur Thp I Thp II Thp I Thp II
Nutrient/substrat/media: senyawa yang terdapat di
lingkungan pertumbuhan yang digunakan untuk
proses katabolisme & anabolisme

Makronutrien: senyawa yang dibutuhkan


dalam jumlah banyak
Mikronutrien: senyawa yang dibutuhkan
dalam jumlah kecil (trace elements)

Nutrient utama yang digunakan untuk


pertumbuhan mikroba adalah carbon, nitrogen,
hidrogen, oksigen, fosfor, sulfur, kalium dan
magnesium.
01/08/2023 11
Tabel 1. Delapan unsur Makro dan Peranannya
Unsur Fungsi fisiologis Kebutuhan (M)
C Konstituen bahan organik. sel. 10-2
Sering sebagai sumber energi.
N Konstituen protein, asam nukleat, 10-3
koenzim.
H Bahan organik sel dan air.
10-4-10-3
O Bahan organik sel dan air.
Diperlukan pada respirasi aerobik.
10-4-10-3
Konstituen protein dan beberapa
S 10-4
koenzim.
Konstituen asam nukleat,
P phospholipid, nukleotida, dan 10-4-10-3
beberapa koenzim.
K Kation anorganik dalam sel, dan 10-4-10-3
kofaktor beberapa enzim.
Mg Kofaktor untuk banyak enzim dan 10-4-10-3
klorofil. Ada pada dinding sel dan
membran.
Tabel 2. Beberapa sumber C dan N yang digunakan oleh
bioindustri

Sumber C Sumber N
Limbah pati (jagung&kentang) Tepung kedele
Molasses (tebu&bit) Yeast extract
Whey Produk samping distilasi
N-Alkene Ekstrak biji kapas
Limbah sulfite Darah kering
Limbah rumah tangga Corn steep liquor
Limbah sellulosa Tepung ikan
Kacang-kacangan Tepung kacang tanah
◦ Sumber Phosphat (P-source)
 Kira-kira 3% berat sel kering adalah P. Phosphor ada tersedia sebagai
ion (PO4---) atau dalam molekul organik yaitu asam nukleat/RNA dan
pada dinding sel bakteri gram positif. P adalah elemen kunci dalam
pengaturan metabolisme sel.
 Sumber P yang utama adalah garam phosphat anorganik seperti KH 2PO4
dan K2HPO4.
 Banyak bakteri mengeluarkan enzyme phosphatase untuk melepaskan
phosphate dari molekul organik guna memperolehnya untuk
pertumbuhannya sendiri.
 Often limiting for growth.

◦ Sumber Sulfur (S-source)


 Lebih kurang 1% berat kering sel adalah S.
 S ada dalam protein dan beberapa koenzim. Sumber S yang utama
adalah garam sulfat seperti (NH4)2SO4. Sumber S yang lain adalah asam
amino yang mengandung S.
 Beberapa bakteri autotrop menggunakan S2– dan S0 sebagai sumber
energi.
◦ Sumber Oksigen
• Lebih kurang 20% berat kering sel adalah Oksigen. Oksigen ada dalam
semua komponen organik sel dan air.
• Molekul oksigen diperlukan sebagai akseptor elektron terakhir dalam
metabolisme aerobik senyawa karbon.
• Gas O2 disuplai ke dalam bioreaktor dengan aerasi.

◦ Sumber Hidrogen
• Kira-kira 8% berat sel kering adalah hidrogen.
• Unsur H didapatkan dari senyawa karbon seperti karbohidrat.
• Bakteri methanogen menggunakan H sebagai sumber energi.

◦ Sumber Potassium (K)


• P adalah kofaktor untuk beberapa enzim, dan diperlukan dalam
metabolisme karbohidrat.
• Sumber K utama adalah garam KH2PO4 dan K2HPO4.

◦ Sumber Magnesium
• Mg adalah kofaktor untuk beberapa enzim, ada pada dinding sel dan
membran. Ribosom memerlukan ion Mg2+.
• Magnesium umumnya disuplai dalam bentuk garam MgSO4.7H2O atau
MgCl.
Mikronutrient

◦ Kekurangan unsur-unsur ini akan memperpanjang fase lag,


menurunkan laju pertumbuhan spesifik dan yield produk.
◦ Unsur nutrient mikro yang paling banyak diperlukan adalah
Fe, Zn dan Mn. Semua merupakan kofaktor penting.
◦ Unsur nutrient mikro yang diperlukan untuk pembentukan
produk-produk spesifik adalah Cu, Co, Mo, Ca, Na, Cl, Ni,
dan Se.
◦ Unsur nutrient mikro yang jarang dibutuhkan adalah seperti
B, Al, Si, Cr, V, Sn, Be, F, Ti, Ga, Ge, Br, Zr, W, Li, I. Bila
diperlukan harus dalam konsentrasi <10-6 M dan toksik pada
konsentrasi 10-4 M.

Catatan: beberapa ion spt Mg2+, Fe3+ dan PO43-, dapat


mengendap dalam medium. Untuk itu diperlukan bahan
penkelat (chelating agent) untuk melarutkannya. Bahan
pengkelat mempunyai ligand (spt karboksil, amine,
merkapto) untuk mengikat ion logam untuk membentuk
senyawa kompleks yang larut didalam air. Asam sitrat,
EDTA, polyphosphate, histidine, tyrosine, dan cystein
MEDIA PERTUMBUHAN

 Media dapat berupa padat maupun cair dan digunakan untuk


tujuan yang berbeda-beda.

A. Media cair (Liquid media):


mudah dalam penyiapan dan penggunaannya, baik untuk
analisa atau eksperimen pertumbuhan mikroba.
Liquid state fermentation

B. Media padat (Solid media)


biasanya dibuat dengan penambahan agar, ekstrak rumput laut
pada media cair yang dibutuhkan. 1.5% agar biasanya standar
digunakan untuk media pada plate. Agar meleleh pada suhu
80-90 0C, akan tetap cair sampai temperatur 40-42 0C.
Solid state fermentation produk pertanian, limbah pertanian,
limbah hutan, atau limbah pengolahan makanan. Proses
pembuatan tempe, angkak (red rice), dan proses koji pada
pembuatan kecap merupakan aplikasi proses SSF secara
tradisional.
Media juga dapat dibedakan menjadi::

Synthetic of Defined Media: biasanya adalah media yg relatif


sederhana, mengandung jumlah tertentu senyawa kimia
murni yang semua komposisinya diketahui. Berguna untuk
golongan photoautotrophs, juga pada beberapa experiment
dimana ingin menggunakan mikroba yang tidak dapat
menggunakan komponen media tertentu. Contoh: ingin
menggunakan mikroba yang dapat memperoleh semua N2nya
dari udara, maka media yang disiapkan adalah medium
sintetis dengan sumber C, P, dan S, tidak ada sumber N-nya.
Organisma tidak akan dapat tumbuh tanpa sumber nitrogen
kecuali mereka dapat mengambil nitrogen dari udara.

Complex Media: mengandung senyawa alami yang komposisi


kimiawinya tidak diketahui dengan pasti. Biasanya juga
mengandung faktor pertumbuhan, vitamin dan hormon,
mikronutrien sehingga menghasilkan sel yang lebih banyak.
Sering terbuat dari material organik yang murah misalnya
peptone, soybeans, molases, yeast extract dari produksi
minuman beralkohol (sumber yang kaya akan vitamin), corn
steep liquor, dll.
Selective Media: media yang diinginkan untuk
pertumbuhan oleh satu atau beberapa mikroba.
Contoh: garam-garam menghambat pertumbuhan
bakteri gram-positive dan beberapa bakteri gram-
negative, tetapi enteric bacteria dapat beradaptasi
dan tumbuh dengan baik pada hewan. Contoh
garam-garam tsb terdapat dalam media seperti
EMB, MacConkey agar.
Differential Media: media yang dapat membedakan
antara bakteri berbeda yang tumbuh. Contoh:
MacConkey agar mempunyai indikator warna yang
dapat melihat kehadiran asam. Bakteri yang dapat
memfermentasikan gula tertentu (misal, glukosa
pada media kultur) akan menghasilan asam pada
piring plate, indikator pH menunjukkan warna
merah. Bakteri yang tidak dapat
memfermentasikannya akan tetap tumbuh tetapi
tidak berefek pada pH, sehingga koloni bakteri
akan tetap berwarna putih.
01/08/2023 19
METODE FERMENTASI/KULTIVASI

 Metode fermentasi berdasarkan cara operasi bioreaktor :

 - curah (batch)
- sinambung (continuous)
- semi sinambung (fed- batch)  
KULTUR CURAH (BATCH)

Pelaksanaan kultivasi:

Bioreaktor steril diisi dg media segar steril


lalu diinokulasi dengan inokulum
KULTIVASI (merupakan sistem tertutup)
Pada akhir kultivasi, isi bioreaktor
dikeluarkan untuk dilakukan pemanenan
produk (proses hilir)
Bioreaktor selanjutnya dibersihkan dan
disterilisasi untuk digunakan pada kultivasi
berikutnya.
X=biomassa sel; P=produk dan; S=substrat 23
 Fase eksponensial: dalam suatu interval waktu yg
sangat singkat (dt), terjadi kenaikan jumlah
biomassa (dx) yg proposional dengan jumlah
biomassa yg ada

dX = µ X dT

 Keterangan:
X = jumlah biomassa atau sel
µ = laju pertumbuhan spesifik (jam-1)
t = waktu (jam)
dX/dt = kecepatan pertumbuhan populasi
 Mengapa populasi sel meningkat secara
eksponensial?
 Perhatikan sel tunggal didalam biorektor, sel ini
membelah diri tiap jam (ingat pembelahan
biner)
 Populasi sel pada tiap waktu generasi dapat
digambarkan sbb:

Bila 1 sel membelah menjadi 2 sel 2 4 8…dst


1 21 22 23 24 2n = N (jumlah sel)
Pangkat (eksponen) n = jumlah generasi
Bila µ konstan, integrasi persamaan diatas menghasilkan
 ln x = ln x0 + µ.t

Dimana x0 adalah jumlah biomassa pada t = 0 , dan x adalah


jumlah biomassa setelah waktu t.
Apabila dilukiskan dgn grafik hubungan antara waktu dgn ln x
(see next figure), maka diperoleh suatu garis lurus dengan slope
sebesar µ. Jika persamaan dilog-kan maka diperoleh persamaan

Juga dapat diubah menjadi


log x = log x0 + ( µ. t/2.303)
ln (x/x0) = µ.t
Atau

x = x0 eµ.t  pertumbuhan logaritmik/eksponensial


Plot antara ln [sel] vs waktu
Akan menghasilkan hubungan garis lurus pada fase
eksponensial
Slope digunakan untuk menentukan µ

Slope = μ

Penentuan laju pertumbuhan spesifik:


ln Xt – ln Xo = µ (tt-t0)
Hubungan antara kecepatan pertumbuhan spesifik (µ) dgn
waktu penggandaan (td) atau waktu generasi biomassa dgn
ketentuan x = 2 x0 dan t = td

ln (x/x0) = µ t  ln 2 = µ td  0.693 = µ td

atau
td =0.693/µ

Selama fase eksponensial tD relatif konstan.

Bakteri pada umumnya memiliki generation time is cukup


singkat, 20-60 menit pada kondisi optimum. Pathogen di dalam
tubuh manusia umumnya memiliki generation time sekitar 5-10
jam.
APLIKASI KULTUR CURAH
Digunakan untuk memproduksi biomassa,
metabolit primer & metabolit sekunder

Untuk produksi biomassa digunakan kondisi


kultivasi yang mendukung pertumbuhan biomassa,
sehingga mencapai maksimal

Untuk produksi metabolit primer kondisi


kultivasi harus dapat memperpanjang fase
eksponensial yang dibarengi dengan sintesis produk

Untuk produksi metabolit sekunder kondisi


kultivasi harus dapat memperpendek fase
eksponensial dan memperpanjang fase stasioner
FERMENTASI ASAM LAKTAT  Produksi secara Curah

 Asidulan yang paling efektif, rasanya enak dan


pengawet kuat pangan

 Aplikasi : obat-obatan, minuman, makanan (acar,


sauekraut, fermented cereals, yogurt, sour dough
bread & susu fermentasi), bioplastik PLA dan
penyamakan kulit

 Kelebihan sisi kesehatan : tidak menciptakan


unsur asing di pangan, dapat digunakan pada
produk berkalsium, mudah larut dan digunakan
pada minuman olahraga/sport serta dapat untuk
mengatur pH .
Diagram Alir Fermentasi Asam Laktat

Kultur Murni L. casei FNCC266

Propagasi dalam media hidrolisat pati 2%


(20 – 24 jam, 37 0C, 150 rpm)

Kultur inokulum

Fermentasi dalam Waterbath Shaker


(150 rpm, 370C, 72 jam)

Asam Laktat

Parameter : pH, Bobot Sel Kering, Total Asam/Asam Laktat,


Gula Sisa
Karakteristik Kultur Sinambung (Kontinyu)

 Media segar secara kontinyu ditumpankan ke dalam


bioreaktor, dan pada saat yang bersamaan cairan
kultivasi dikeluarkan (Sistem Terbuka)

 Sel mikroba secara kontinyu berpropagasi &


mensintesis produk menggunakan media segar yang
diumpankan, dan pada saat yang bersamaan produk,
dan sel dikeluarkan dari bioreaktor (laju alir sama, shg
V sama)
 X, P & S tetap thd waktu (steady-state), μ = D

 Bioreaktor kultur sinambung membutuhkan lebih


sedikit pembersihan dibandingkan sistem curah.

 Sel mikroba/enzim diimobilisasi untuk meningkatkan


kestabilannya & dapat digunakan berulang-ulang
KULTUR SINAMBUNG
 Media segar secara kontinu ditambahkan kedalam biorektor dan
pada saat yang bersamaan cairan kultivasi dikeluarkan (sistem
terbuka)

 Sel mikroba secara kontinu berpropagasi menggunakan media


segar yang masuk, dan pada saat yang bersamaan produk, produk
samping metabolisme dan sel dikeluarkan dari bioreaktor (volume
tetap)

 Bioreaktor kultur sinambung membutuhkan lebih sedikit


pembersihan dibandingkan sistem curah
 Dapat menggunakan sel mikroba imobil untuk memaksimumkan
waktu tinggalnya (retensi), sehingga meningkatkan
produktivitasnya.

Imobilisasi sel: penempatan mikroba pada ruang/daerah tertentu,


sehingga dapat mempertahankan kestabilannya dan dapat
digunakan berulang-ulang (contoh: menumbuhkan/melekatkan
mikroba pada carrier/support)
KULTUR SINAMBUNG

Kelebihan:

1.Produktivitas lebih tinggi, sebab:


-lebih sedikit waktu persiapan bioreaktor persatuan
produk yang dihasilkan
-laju pertumbuhan dan konsentrasi sel dapat
dikontrol dengan mengatur laju dilusi
Dg demikian hanya butuh pabrik kecil
(pengurangan biaya modal untuk fasilitas baru)
2.Dapat dijalankan pada waktu yang lama
3.Cocok untuk proses yang resiko kontaminasinya
rendah (contohnya penanganan limbah cair) &
produk yang berasosiasi dengan pertumbuhan
4.Pemantauan dan pengendalian proses lebih
sederhana
KULTUR SINAMBUNG

Dg mengontrol laju dilusi (D=F/V), dimungkinkan


untuk mempertahankan laju pertumbuhan spesifik
yang optimal untuk pembentukan produk

Kelemahan:
Aliran umpan yg lama (resiko kontaminasi besar
(operasi harus hati-hati & desain peralatan lebih baik)
Peralatan untuk operasi dan pengendalian proses
harus bisa tetap bekerja baik untuk waktu yang lama
Memerlukan mikroba dengan kestabilan genetik
tinggi, karena digunakan untuk waktu yang lama.
Terjadinya degenerasi galur mikroba yang
digunakan akibat mutasi spontan menyebabkan
penurunan produk yang dihasilkan
Sebaiknya ada konsumen/permintaan yang tetap
terhadap produk supaya efisien.
KULTUR SINAMBUNG
Start-up
 Kultivasi sinambung diawali dengan kultur curah
 Setelah kultur mencapai fase eksponensial, lalu umpan
dimasukkan
 Bila komposisi media saat start up sama dengan umpan,
perubahan dari curah ke sinambung menyebabkan konsentrasi
sel atau produk berosilasi (A). Penyebab: kultur mikroba
mengalami hambatan oleh substrat, dicegah dg komposisi
media saat start up 1/2 umpan (B)
 Penambahan umpan dilakukan kira-kira setelah konsentrasi
sel saat steady state (biomassa, substrat dan produk tidak
berubah & laju metabolisme sel konstan)
KULTUR SINAMBUNG

Model hubungan laju pertumbuhan sel dengan


konsentrasi substrat pada kultivasi sinambung
Model MONOD
µ = S
µmaks Ks + S
Keterangan:
µ = laju pertumbuhan spesifik (jam-1)
µmaks= laju pertumbuhan spesifik maksimum (jam-1)
S = konsentrasi substrat pembatas (g/l)
Ks = konsentrasi substrat (g/l) pada saat ½ laju
pertumbuhan spesifik maksimum (menggambarkan
efisiensi mikroba dalam mengkonsumsi substrat
APLIKASI KULTUR SINAMBUNG
Digunakan untuk penelitian fisiologi dan biokimia
mikroba, dikarenakan kondisinya mantap, laju
pertumbuhan dapat diatur oleh laju alir dan laju
pertumbuhan dibatasi oleh konsentrasi substrat
pembatas dapat digunakan untuk penelitian
pengaruh substrat pembatas thd kinerja mikroba,
untuk perbaikan sistem curah/semi sinambung
Untuk isolasi dan seleksi mikroba penghasil enzim
menggunakan media diperkaya
Untuk produksi biomassa, contoh ICI (Imperial
Chemical Industries, kapasitas bioreaktor 3000 m3,
substrat metanol)
Untuk produksi bir menggunakan bioreaktor
menara (tower bioreactor)
Fermentasi Semi Sinambung (Fed-Batch)
Kultur ini merupakan kultur curah yang diberi umpan
secara sinambung atau sekuensial, tanpa pengeluaran
isi bioreaktor, sehingga volume bervariasi selama
kultivasi  konsentrasi nutrien bervariasi
Keuntungan : dapat menekan efek represif sumber
karbon dan mempertahankan kapasitas aerasi dalam
bioreaktor

Meskipun total biomassa meningkat terhadap waktu,


namun konsentrasi sel tetap mengingat volume juga
meningkat, akibat ada penambahan media/umpan

dX/dt = 0  μ ~ D (quasy-steady state)


KULTUR SEMI SINAMBUNG (FED-BATCH)
Media segar ditambahkan kedalam bioreaktor tanpa
pengeluaran isi bioreaktor
Pada kultur fed-batch, media segar ditambahkan
kedalam bioreaktor tanpa pengeluaran isi
bioreaktor secara kontinu
Harus disediakan ruang dalam bioreaktor untuk
penambahan media
Pada saat isi bioreaktor penuh, bioreaktor
dikosongkan, baik sebagian atau seluruhnya dan
proses dimulai kembali
Dapat mengurangi efek represif sumber karbon
akibat penggunaan konsentrasi substrat yang tinggi
dan mempertahankan kapasitas aerasi dalam
bioreaktor
Dapat mencegah efek toksik komponen media
APLIKASI KULTUR SEMI SINAMBUNG (FED-
BATCH)
Untuk produksi antibiotika penisilin (metabolit
sekunder): kultivasi 2 tahap: fase pertumbuhan sel
cepat dan fase produksi yang diatur dengan
mengatur umpan substrat glukosa – Nafenilasetat
(prekursor) toksik thd Penicillium Chrysogenum,
pengumpanan harus diatur

Untuk memproduksi enzim yang rentan thd


represi katabolit
Contohnya: selulase oleh Trichoderma reesei
APLIKASI KULTUR SEMI SINAMBUNG (FED-
BATCH)
 Untuk PHA (produk intraseluler)  tergantung
konsentrasi sel
Akumulasi PHA oleh R. eutropha dipicu oleh kondisi tak
seimbang, [C]>>, nutrisi lain terbatas :
 Tahap 1 (batch) : nutrisi seimbang ~ laju pertumbuhan
spesifik tinggi => pembentukan biomassa
 Tahap 2 (fed-batch) : nutrisi tidak seimbang ~ induksi
akumulasi PHA

 Produksi Saccharomyces cerevisiae (ragi roti) :


secara industri diproduksi dengan cara semi
sinambung dengan mempertahankan konsentrasi
glukosa tetap rendah, sehingga rendemen biomassa
maksimum dan meminimumkan produksi hasil
samping etanol.
PERBANDINGAN BERBAGAI METODE KULTIVASI
Kultur Curah Kultur Semi Kultur
Sinambung Sinambung
Aliran Masuk (Fin)
Aliran Keluar (Fout) (Fin) = (Fout) = 0 (Fin) > 0 , (Fout) = 0 (Fin) = (Fout) > 0

Volume kultur Konstan Meningkat Konstan


Pengendalian kons Tdk mungkin Mungkin (konstan) Mungkin (konstan)
substrat (menurun)
Konsentrasi sel Rendah (<5g/l) Kons. tertentu Kons. tertentu
(>100g/l)

Konsentrasi produk Meningkat s.d tk Meningkat s.d tk Konstan


rendah tinggi

Kemudahan bagi Mudah Agak mudah Sulit


pengguna
Bahaya kontaminasi Tidak serius Tidak serius Serius

Anda mungkin juga menyukai