IV,
Hipoalbuminemia dan Hipokaliemia
Pembimbing
Dr. Gracia. Y. V. Daimboa, Sp.PD
Oleh
Andri Pratama H.
2019086016474
Keluhan Utama
Batuk Berdahak ± 1 bulan
Riwayat penyakit keluarga
Malaria (-), Jantung (-), Diabetes Melitus (-), Hipertensi (-), Penyakit Ginjal (-), Hepatitis
(-), HIV (-), TB (-).
Pasien tidak pernah merokok maupun mengkonsumsi alkohol. Riwayat minum obat
NSAID (-), Kegiatan sehari hari pasien adalah berkebun.
Pemeriksaan Fisik
A. Vital Sign
Status Interna
Regio Capitis :
Mata : konjunctiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), edema palpebra(-/-)
Telinga : Simetris, tidak ada kelainan, otore (-/-).
Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung, mukosa tidak hiperemis, sekret tidak
ada, tidak ada deviasi septum.
Mulut : Bibir tidak sianosis, gusi tidak ada perdarahan, tidak terdapat bercak putih pada
lidah dan dinding mulut.
Regio Thorax
Pulmo :
Inspeksi : Dada kanan dan kiri simetris ketika inspirasi dan ekspirasi, tidak ada yang tertinggal, tidak terlihat retraksi di
supraklavikula, interkostal, dan subcostal.
Palpasi : Nyeri tekan (-), fremitus suara : kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler ↓, ronkhi (+/+) di semua lapang paru, wheezing (-/-).
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC IV
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 normal, tidak ada bunyi jantung tambahan, tidak ada murmur, tidak ada gallop.
Regio Abdomen Nyeri tekan: (-)
Inspeksi HATI Pembesaran: ttb
Bentuk : Simetris LIMFA Pembesaran: ttb
Distensi: (-)
Perkusi
Palpasi
Timpani: (+)
Dinding Abdomen : soepel Auskultasi
Undulasi: (-) Peristaltik usus: normoperistaltik
Regio Ekstremitas
Akral hangat, turgor kulit menurun (-), edema (-), sianosis (-), ulkus (-), CRT< 2 detik.
Pemeriksaan Penunjang
Foto Thoraks
Laboratorium KIMIA DARAH
Tanggal 03 September 2022 Glukosa Darah 114 <= 140 mg/dL
Hitung Jumlah Leukosit 5.74 4.79-11.34 x103/μL Creatinin 0.72 <= 0.95 mg/dL
Hitung Jumlah L 2.91 4.11-5.55 x106/μL Natrium Darah L 119.10 135-148 mEq/L
Eritrosit Kalium Darah L 3.01 3.50-5.30 mEq/L
SUSP TB PARU
HIV St. III
HIPOKALEMI
HIPOALBUMINEMIA
ANEMIA
Planning Terapi :
IVFD NS 0,9% 21 tpm Threeway dengan NS 3% 7tpm
Inj Ceftriaxone 1x2gr (3 hari)
Drip Albumin 20% 100cc/hari (5 hari)
Transfusi PRC 1 Kolf/hari (target Hb ≥ 10)
Hepa Q 3x1
Urdahex 1x1
Inj Omeprazole 2x1
Sucralfat 3x1Cth
Antasida 3x1
KSR 3x1
ARV Lanjut
Follow Up
1. Minggu, 04 September 2022
S: O: A: P
Lemas (+), Pucat (+), KU: TSS KES: CM SUSP TB PARU - IVFD NS 09% 21 tpm
Pusing(+), mual(+), Vital Sign TD: HIV St. III - Inj Ceftriaxone 1x2gr (H1)
muntah(-), 100/60 HIPOKALEMI - Hepa Q 3x1
batuk(+), sesak(-) N: 112 x/m HIPOALBUMINEMIA
- Urdahex 1x1
RR: 24 x/m ANEMIA
nyeri perut(+), - KSR 3x1
MA/MI(+), BAB/BAK(+) SB: 37ºC
- Antasida 3x1
SpO2: 98 % Spontan - Onoiwa 3x2 caps
- Inj Omeprazole 2x1 amp
- Sucralfat 4x1
- Zinc 1x20mg
- Transfusi PRC 1 kolf/ hari
- ARV Lanjut
Follow Up
Jumat, 09 September 2022
S: O: A: P
Lemas (+), Pucat KU: TSS KES: - HIV St. III - IVFD NS 09% 21 tpm
(+), Pusing(-), CM - Susp TB paru - Inj Ceftriaxone 1x2gr (H6)
mual(+), Vital Sign TD: - Hipokalemia - Hepa Q 3x1
muntah(-), 110/70 - Hipoalbuminemia - Urdahex 1x1
batuk(+), sesak(-) N: 122 x/m - Anemia
- KSR 3x1
nyeri perut(+), RR: 23 x/m
- Antasida 3x1
MA/MI(+), BAB/BAK(+) SB: 36.7ºC
- Onoiwa 3x2 caps
SpO2: 98 %
- Inj Omeprazole 2x1 amp
Spontan
- Sucralfat 4x1
- Zinc 1x20mg
- Transfusi PRC 1 kolf/ hari
- ARV Lanjut
Follow Up
•Rabu, 14 September 2022
S: O: A: P
- HIV St. III - IVFD NS 0.9% 21 tpm
Lemas (+), KU: TSS KES: CM
- Inj Ceftriaxone 1x2gr (H11)
Pusing(+), mual(+), Vital Sign TD: - Susp TB paru - Hepa Q 3x1
muntah(-), 110/80 - Hipokalemia - Urdahex 1x1
S: O: A: P
- IVFD NS 0.9% 14 tpm
Demam (+), KU: TSS - HIV St. III
- Inj Ceftriaxone 1x2gr (H13)
batuk(+) KES: CM - TB paru
- Hepa Q 3x1
produksi Vital Sign - Hipokalemia - Urdahex 1x1
dahak (+), TD: - Hipoalbuminemi - KSR 3x1
nyeri perut(+), 110/80 a - Antasida 3x1 cth
S: O: A: P
batuk(+) produksi KU: TSS KES: - TB paru - IVFD NS 09% 14 tpm Threeway
dahak (+), lemas (+) CM - HIV St. III dengan NS 3% 7tpm
nyeri perut(-), Vital Sign TD: - Hipokalemia - NS + KCL 25mg/12Jam
demam (-) 110/70 - Hipoalbuminemia
- KSR 3x1 PO
MA/MI(+), BAB/BAK(+) N: 72 x/m - Post Sepsis
- Inj Ceftriaxone 1x2gr (H17)
RR: 22 x/m
- OAT FDC 1x3 tab
SB: 36,3ºC
- Vit B6 1x1
SpO2: 98%
Spontan - Inj Omeprazole 3x1
- Drip Albumin 20% 100cc/24 jam
(selama 3 hari)
- Onoiwa 3x2 caps
- Terapi lain lanjut
Rabu, 28 September 2022
S: O: A: P
- BPL
Lemas KU: TSS - TB paru
- IVFD NS 09% + KCL 25mg/12Jam 14 tpm Threeway dengan NS 3% 7tpm
(-) KES: CM - HIV St. III
- 25mg/12Jam
batuk(-) Vital Sign - Hipokalemi - Inj Ceftriaxone 1x2gr (H25)
Etiologi :
• Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang
• berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron,
• Sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut
sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
• Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat atau tertidur atau dormant lama dalam
beberapa tahun
Tuberkulosis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan letak anatomi penyakit
3. Berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat
- Tuberkulosis paru
- Mono resistan (TB MR)
- Tuberkulosis ekstraparu
- Poli resistan (TB PR)
2. Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
- Multi drug resistan (TB MDR)
1) Pasien baru TB
- Extensive drug resistan (TB XDR)
2) Pasien yang pernah diobati TB :
- Resistan Rifampisin (TB RR):
- Pasien kambuh
- Pasien yang diobati kembali setelah gagal
4. Berdasarkan status HIV
- Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat
1) Pasien TB dengan HIV positif (pasien koinfeksi TB-HIV) :
(lost to follow-up):
2) Pasien TB dengan HIV negatif
3) Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
Pada kasus ini klasifikasi Tuberculosis pada pasien adalah :
1. Berdasarkan letak anatomi penyakit
- Tuberkulosis paru : adalah kasus TB yang mengenai parenkim paru.
2. Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
- Pasien baru TB : karena pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB
sebelumnya
3. Berdasarkan status HIV
- Pasien termasuk dalam TB dengan HIV positif (pasien koinfeksi TB-HIV) : dimana
sebelum pasien datang ke rumah sakit pasien telah didiagnosis HIV positif di
Puskesmas Genyem dan telah menjalani pengobatan HRV selama 1 bulan
Diagnosis TB dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
- Gejala utama
- Gejala tambahan
- Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya perlu
- Riwayat pengobatannya.
- Adanya keluarga atau tetangga yang memiliki keluhan yang sama
Pada kasus ini berdasarkan anamnesis ditemukan gejala utama berupa batuk berdahak selama 1
bulan. Gejala tambahan sesak napas, badan lemas, berat badan menurun, malaise, berkeringat
malam hari tanpa kegiatan fisis, dan demam meriang lebih dari satu bulan. Riwayat atau
keluhan yang sama sebelumnya, Riwayat pengobatan TB sebelumnya, dan Riwayat keluarga
dengan keluhan yang sama sebelumnya disangkal.
Pemeriksaan Fisis
- Keadaan umum pasien mungkin didapatkan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, demam,
badan kurus dan berat badan turun
- Pada lapang paru : apabila dicurigai adanya infiltrat yang agak luas, maka didapatkan perkusi yang redup dan
auskultasi suara napas bronkial.
- Akan didapatkan juga suara napas tambahan seperti ronkhi basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini
diliputi oleh penebalan pleura, suara napas menjadi vesikuler yang melemah.
- Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan auskultasi
memberikan suara amforik.
Pada kasus ini berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien lemah, badan
kurus, dan konjungtiva anemis. Sedangkan pada auskultasi ditemukan suara napas vesikuler
melemah dan terdapat rhonki diseluruh lapang paru.
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa penunjang bisa membantu dalam menegakkan diagnosis TB.
a. Laboratorium Darah
b. Laboratorium Dahak :
• Mikroskopik
• Pemeriksaan Biakan
c. Tes Tuberkulin
d. Radiologi
• Pada laboratorium darah pasien ditemukan kadar Hemoglobin menurun yaitu 6,2 g/dL, Gama
Globulin meningkat 286 μ/L.
• Pemeriksaan dahak ditemukan pemeriksaan mikroskopik BTA postif
• Pemeriksaan Radiologi
Tatalaksana TB dibagi menjadi 2 tahap yaitu :
a. Tahap awal (intensif)
b. Tahap lanjutan
Tatalaksana TB Paru pada pasien ini adalah dengan OAT Fixed Dose Combination dengan
kombinasi Kategori I (2HRZE/4H3R3)
2. TB PARU AKTIF PADA HIV
• Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus RNA yang termasuk family retroviridae
dan genus lentivirus yang menyebabkan penurunan imunitas tubuh pejamu.
• HIV menginfeksi tubuh, memiliki masa inkubasi yang lama (masa laten klinis) dan pada
akhirnya menimbulkan tanda dan gejala AIDS.
2. TB PARU AKTIF PADA HIV
Pengobatan TB pada ODHA sedang dalam pengobatan ARV
• Bila pasien sedang dalam pengobatan ARV, sebaiknya pengobatan TB dimulai minimal di RS yang
petugasnya telah dilatih TB-HIV, untuk diatur rencana pengobatan TB bersama dengan pengobatan
ARV (pengobatan ko-infeksi TB-HIV).
• Hal ini penting karena ada banyak kemungkinan masalah yang harus dipertimbangkan, antara lain:
interaksi obat (Rifampisin dengan beberapa jenis obat ARV), gagal pengobatan ARV, IRIS atau
perlu substitusi obat ARV.
• Pada kasus ini, sebelum pasien menjalani pengobatan Tuberkulosis paru di Rumah Sakit RSUD
Dok 2, pasien sebelumnya telah menjalani pemeriksaan dan didiagnosis HIV positif di Puskesmas
Genyem.
• Dari tabel pembagian stadium HIV/AIDS, berdasarkan gejala klinisnya pasien masuk ke dalam
stadium III dimana terjadi telah terjadi Penurunan berat badan >10%, Diare, demam yang tidak
diketahui penyebabnya >1 bulan, TB Paru dalam 1 tahun terakhir dan Anemia (<8gr/dl).
• Pada pasien sudah diberikan FDC ARV dimulai 1 bulan yang lalu dan diberikan profilaksis
Cotrimoxazole 1x960 mg sebagai pencegahan Infeksi Oportunistik.
3. HIPOALBUMINEMIA
Definisi :
• Pada orang dewasa kadar albumin normal adalah 3,5 g/dL – 5,5 g/dL
• Hipoalbuminemia biasanya akan terjadi pada pasien elderly khususnya pasien yang
sedang menjalani perawatan di rumah sakit (rawat inap) atau pada pasien malnutrisi
dan pasien dengan penyakit kronis stadium lanjut.
• Albumin oral merupakan suplemen yang terbuat dari ekstrak ikan gabus
(Ophiocephalus stiratus) yang memiliki kandungan tinggi albumin
• Secara Umum sediaan albumin injeksi ada 3 jenis berdasarkan kekuatannya yaitu
albumin 5%, 20% dan 25%.
• Berdasarkan rumus koreksi Albumin tersebut, maka pada pasien diberikan Injeksi Human
Albumin 20% 100cc (20 g) selama 3 hari (untuk memenuhi target nilai albumin pasien)
Derajat Hipokalemia
Hipokalemia ringan: kadar serum 3-3,5 mEq/L.
Hipokalemia sedang: kadar serum 2,5-3 mEq/L.
Hipokalemia berat: kadar serum < 2,5 mEq/L. Hipokalemia <2 mEq/L biasanya
sudah disertai kelainan jantung dan mengancam jiwa.
4. HIPOKALEMIA
Tatalaksana :
1. Oral
• Penggantian kalium secara oral paling aman tetapi kurang ditoleransi karena iritasi
lambung.
• Pada hipokalemia ringan (kalium 3—3,5 mEq/L) dapat diberikan KCl oral 20 mEq 3
– 4 kali sehari dan edukasi diet kaya kalium.
• Dosis intravena perifer biasanya 20-40 mmol K+-Cl- per liter. Konsentrasi lebih
tinggi dapat menyebabkan nyeri lokal flebitis kimia, iritasi, dan sklerosis.
• Berdasarkan rumus koreksi Kalium tersebut, maka pada pasien diberikan larutan KCL
25 mEq/ 12 jam (untuk memenuhi target nilai Kalium pasien)
• Tatalaksana TB Paru pada pasien ini adalah dengan OAT Fixed Dose Combination dengan kombinasi Kategori I
(2HRZE/4H3R3).
• Tatalaksana HIV pada pasien adalah dengan pemberian FDC ARV (dimulai sejak 1 bulan yang lalu saat pasien terdiagnosis
di Puskesmas Genyem) dan diberikan profilaksis Cotrimoxazole 1x960 mg sebagai pencegahan Infeksi Oportunistik.
• Tatalaksana Hipoalbuminemia pada pasien ini adalah dengan pemberian Drips Human Albumin 20% 100cc (20 g) selama 3
hari (untuk memenuhi target nilai albumin pasien). Selanjutnya diberikan terapi oral berupa Onoiwa 3x2 kapsul/hari.
• Tatalaksana Hipokalemia pada pasien ini adalah dengan pemberian KCL 25 mEq/ 12 jam (untuk memenuhi target nilai
Kalium pasien). Selanjutnya diberikan terapi oral berupa KSR 3x1 tab/hari
TERIMA KASIH