Anda di halaman 1dari 43

Pasien dengan TB Paru, HIV St.

IV,
Hipoalbuminemia dan Hipokaliemia

Pembimbing
Dr. Gracia. Y. V. Daimboa, Sp.PD

Oleh
Andri Pratama H.
2019086016474

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2022
PENDAHULUAN
Orang dengan HIV positif memiliki risiko 30 kali lebih besar untuk terkena TB
Menurut WHO, 1,2 juta orang terinfeksi TB dengan HIV positif pada tahun
2015.
57% di antaranya tidak terdiagnosis dan tidak mendapat pengobatan, sehingga
menyebabkan 390.000 kematian karena koinfeksi TB/HIV.
Infeksi HIV akan mempercepat proses dari TB laten menjadi TB aktif, sedangkan
infeksi bakteri TB akan memperburuk keadaan penderita HIV.
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama Pasien : Tn. S. W.
Umur : 32 Tahun
Tanggal Lahir : 01 Januari 1990
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status : Belum Menikah
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Genyem
No.RM : 438644
MRS : 04 September 2022
Anamnesis (Autoanamnesis & Alloanamnesis)

Keluhan Utama
Batuk Berdahak ± 1 bulan

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan membawa rujukan dari puskesmas genyem dengan keluhan badan lemas sejak 3 hari yang lalu,
Batuk Berdahak, mencret, demam, penurunan berat badan, keringat malam hari, mual (+) sejak ± 1 bulan

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengaku minum obat ARV ± 1 bulan. Riwayat malaria (-), riwayat minum OAT (-),
riwayat sakit jantung (-) hipertensi (-), riwayat penyakit ginjal dan riwayat hepatitis (-).

 
Riwayat penyakit keluarga

Malaria (-), Jantung (-), Diabetes Melitus (-), Hipertensi (-), Penyakit Ginjal (-), Hepatitis
(-), HIV (-), TB (-).

Riwayat sosial ekonomi

Pasien tidak pernah merokok maupun mengkonsumsi alkohol. Riwayat minum obat
NSAID (-), Kegiatan sehari hari pasien adalah berkebun.
Pemeriksaan Fisik
A. Vital Sign

Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang


Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 112 x/menit
Pernapasan : 26 x/menit
Temperatur : 36,6 ᵒC

Status Interna
Regio Capitis :
Mata : konjunctiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), edema palpebra(-/-)
Telinga : Simetris, tidak ada kelainan, otore (-/-).
Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung, mukosa tidak hiperemis, sekret tidak
ada, tidak ada deviasi septum.
Mulut : Bibir tidak sianosis, gusi tidak ada perdarahan, tidak terdapat bercak putih pada
lidah dan dinding mulut.
Regio Thorax
 Pulmo :
Inspeksi : Dada kanan dan kiri simetris ketika inspirasi dan ekspirasi, tidak ada yang tertinggal, tidak terlihat retraksi di
supraklavikula, interkostal, dan subcostal.
Palpasi : Nyeri tekan (-), fremitus suara : kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler ↓, ronkhi (+/+) di semua lapang paru, wheezing (-/-).
 Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC IV
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 normal, tidak ada bunyi jantung tambahan, tidak ada murmur, tidak ada gallop.
Regio Abdomen Nyeri tekan: (-)
 Inspeksi HATI Pembesaran: ttb
Bentuk : Simetris LIMFA Pembesaran: ttb

Distensi: (-)

 Perkusi
 Palpasi
Timpani: (+)
Dinding Abdomen : soepel  Auskultasi
Undulasi: (-) Peristaltik usus: normoperistaltik
Regio Ekstremitas
Akral hangat, turgor kulit menurun (-), edema (-), sianosis (-), ulkus (-), CRT< 2 detik.

Pemeriksaan Penunjang

Foto Thoraks
Laboratorium KIMIA DARAH        
Tanggal 03 September 2022 Glukosa Darah   114 <= 140 mg/dL

Pemeriksaan   Hasil Rujukan Satuan Sewaktu

HEMATOLOGI         SGOT H 587.0 <= 40 U/L

Hemoglobin L 6.2 10.9-14.9 g/dL SGPT H 192.8 <= 40 U/L

Hematrokrit LL 18.7 35.2-46.7 % BUN   13.6 7-18 mg/dL

Hitung Jumlah Leukosit   5.74 4.79-11.34 x103/μL Creatinin   0.72 <= 0.95 mg/dL

Hitung Jumlah L 193 216-451 x103/μL Albumin L 2.3 3.5-5.2 g/dL


Trombosit Na, K, Cl        

Hitung Jumlah L 2.91 4.11-5.55 x106/μL Natrium Darah L 119.10 135-148 mEq/L
Eritrosit Kalium Darah L 3.01 3.50-5.30 mEq/L

Hitung Jenis Leukosit   CL Darah L 86.60 98-106 mEq/L

Basofil   0.3 0-1 % Calcium Ion L 0.98 1.15-1.35 mEq/L

Eosinofil L 1.2 2.0-4.0 % SEROLOGI        

Neutrofil H 83.2 50.0-70.0 % HBs Ag (Rapid)   Non   Non

Limfosit L 4.7 25.0-40.0 % Reaktif Reaktif

Monosit H 10.6 2.0-8.0 % Anti HCV   Non   Non

NLR H 17.70 <3.13 Reaktif Reaktif

Malaria (DDR)   Negatif MIKROBIOLOGI        


Diagnosis Kerja

 SUSP TB PARU
 HIV St. III
 HIPOKALEMI
 HIPOALBUMINEMIA
 ANEMIA
Planning Terapi :
 IVFD NS 0,9% 21 tpm Threeway dengan NS 3% 7tpm
 Inj Ceftriaxone 1x2gr (3 hari)
 Drip Albumin 20% 100cc/hari (5 hari)
 Transfusi PRC 1 Kolf/hari (target Hb ≥ 10)
 Hepa Q 3x1
 Urdahex 1x1
 Inj Omeprazole 2x1
 Sucralfat 3x1Cth
 Antasida 3x1
 KSR 3x1
 ARV Lanjut
Follow Up
1. Minggu, 04 September 2022
S: O: A:   P
Lemas (+), Pucat (+), KU: TSS KES: CM SUSP TB PARU - IVFD NS 09% 21 tpm
Pusing(+), mual(+), Vital Sign TD: HIV St. III - Inj Ceftriaxone 1x2gr (H1)
muntah(-), 100/60 HIPOKALEMI - Hepa Q 3x1
batuk(+), sesak(-) N: 112 x/m HIPOALBUMINEMIA
- Urdahex 1x1
RR: 24 x/m ANEMIA
nyeri perut(+), - KSR 3x1
MA/MI(+), BAB/BAK(+) SB: 37ºC  
- Antasida 3x1
SpO2: 98 % Spontan - Onoiwa 3x2 caps
- Inj Omeprazole 2x1 amp
- Sucralfat 4x1
- Zinc 1x20mg
- Transfusi PRC 1 kolf/ hari
- ARV Lanjut

     
Follow Up
Jumat, 09 September 2022

S: O: A:   P
Lemas (+), Pucat KU: TSS KES: - HIV St. III - IVFD NS 09% 21 tpm
(+), Pusing(-), CM - Susp TB paru - Inj Ceftriaxone 1x2gr (H6)
mual(+), Vital Sign TD: - Hipokalemia - Hepa Q 3x1
muntah(-), 110/70 - Hipoalbuminemia - Urdahex 1x1
batuk(+), sesak(-) N: 122 x/m - Anemia
- KSR 3x1
nyeri perut(+), RR: 23 x/m  
- Antasida 3x1
MA/MI(+), BAB/BAK(+) SB: 36.7ºC
- Onoiwa 3x2 caps
SpO2: 98 %
- Inj Omeprazole 2x1 amp
Spontan
- Sucralfat 4x1
- Zinc 1x20mg
- Transfusi PRC 1 kolf/ hari
- ARV Lanjut
Follow Up
•Rabu, 14 September 2022

S: O: A:   P
- HIV St. III - IVFD NS 0.9% 21 tpm
Lemas (+), KU: TSS KES: CM
- Inj Ceftriaxone 1x2gr (H11)
Pusing(+), mual(+), Vital Sign TD: - Susp TB paru - Hepa Q 3x1
muntah(-), 110/80 - Hipokalemia - Urdahex 1x1

- Hipoalbuminemia - KSR 3x1


batuk(+), sesak(-) N: 89 x/m
- Antasida 3x1cth
nyeri perut(+), RR: 20 x/m - Anemia - Sucralfat 4x1 cth

demam (-) SB: 36,6ºC   - Arv lanjut


- GG 3x1
MA/MI(+), SpO2: 97% Spontan - Vestein 3x1
BAB/BAK(+) - Nistatin 3x1
- Onoiwa 3x2 caps
- Inj Omeprazole 2x1 amp
- Transfusi PRC 1 kolf/ hari (STOP)
Drips Albumin 100 cc (3 hari)
PDx :
- DL, Albumin
•Jumat, 16 September 2022

S: O: A:   P
- IVFD NS 0.9% 14 tpm
Demam (+), KU: TSS - HIV St. III
- Inj Ceftriaxone 1x2gr (H13)
batuk(+) KES: CM - TB paru
- Hepa Q 3x1
produksi Vital Sign - Hipokalemia - Urdahex 1x1
dahak (+), TD: - Hipoalbuminemi - KSR 3x1
nyeri perut(+), 110/80 a - Antasida 3x1 cth

sesak N: 80 x/m - Anemia - Sucralfat 3x1 cth


- PCT 3x1
kadang- RR: 22 x/m  
- Onoiwa 3x2 caps
kadang, SB: 36,5ºC - ARV lanjut
MA/MI(+), SpO2: 99% - Inj OMZ 2x1
BAK/BAB(+) Spontan - Sistenol 3x1
- Zinc 1x20mg
- B6 3x1
- Nystatin 3x1
- Vit C 1x500
- Fluconazole 1x150mg
- Vit B comp 2x1
PDx :
- Cek Albumin
Selasa, 20 September 2022

S: O: A: P
 
batuk(+) produksi KU: TSS KES: - TB paru - IVFD NS 09% 14 tpm Threeway
dahak (+), lemas (+) CM - HIV St. III dengan NS 3% 7tpm
nyeri perut(-), Vital Sign TD: - Hipokalemia - NS + KCL 25mg/12Jam
demam (-) 110/70 - Hipoalbuminemia
- KSR 3x1 PO
MA/MI(+), BAB/BAK(+) N: 72 x/m - Post Sepsis
- Inj Ceftriaxone 1x2gr (H17)
RR: 22 x/m  
- OAT FDC 1x3 tab
SB: 36,3ºC
- Vit B6 1x1
SpO2: 98%
Spontan - Inj Omeprazole 3x1
- Drip Albumin 20% 100cc/24 jam
(selama 3 hari)
- Onoiwa 3x2 caps
- Terapi lain lanjut
Rabu, 28 September 2022

S: O: A:   P
- BPL
Lemas KU: TSS - TB paru
- IVFD NS 09% + KCL 25mg/12Jam 14 tpm Threeway dengan NS 3% 7tpm
(-) KES: CM - HIV St. III
- 25mg/12Jam
batuk(-) Vital Sign - Hipokalemi - Inj Ceftriaxone 1x2gr (H25)

nyeri TD: a - Hepa Q 3x1

perut(-), 120/70 - Hipoalbumi - Urdahex 1x1

nemia - Onoiwa 3x2


demam N: 75 x/m
RR: 22 x/m - Post Sepsis - Sucralfate 3x1
(-) - Antasida 3x1
SB: 36,5ºC  
MA/MI(+), - Vestein 3x1
BAB/BAK(+ SpO2: 98% - Sistenol 3x1
) Spontan - Omeprazole 3x1
- B6 3x1
- Vit C 1x500
- Fluconazole 1x150
- Vit B com 2x1
- OAT 1x4
- ARV lanjut
 
Obat Pulang

- FDC OAT 1x3


- FDC ARV 1x1
- Vit B6 1x1
- Vit C 1x1
- VTD 1x1
- KSR 3x1
TINJAUAN PUSTAKA DAN
PEMBAHASAN
1. TB PARU
Definisi :
Tuberkulosis paru (TB) disebabkan infeksi basil Mycobacterium tuberculosis

Etiologi :
• Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang
• berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron,
• Sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut
sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
• Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat atau tertidur atau dormant lama dalam
beberapa tahun
Tuberkulosis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan letak anatomi penyakit
3. Berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat
- Tuberkulosis paru
- Mono resistan (TB MR)
- Tuberkulosis ekstraparu
- Poli resistan (TB PR)
2. Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
- Multi drug resistan (TB MDR)
1) Pasien baru TB
- Extensive drug resistan (TB XDR)
2) Pasien yang pernah diobati TB :
- Resistan Rifampisin (TB RR):
- Pasien kambuh
- Pasien yang diobati kembali setelah gagal
4. Berdasarkan status HIV
- Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat
1) Pasien TB dengan HIV positif (pasien koinfeksi TB-HIV) :
(lost to follow-up):
2) Pasien TB dengan HIV negatif
3) Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
Pada kasus ini klasifikasi Tuberculosis pada pasien adalah :
1. Berdasarkan letak anatomi penyakit
- Tuberkulosis paru : adalah kasus TB yang mengenai parenkim paru.
2. Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
- Pasien baru TB : karena pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB
sebelumnya
3. Berdasarkan status HIV
- Pasien termasuk dalam TB dengan HIV positif (pasien koinfeksi TB-HIV) : dimana
sebelum pasien datang ke rumah sakit pasien telah didiagnosis HIV positif di
Puskesmas Genyem dan telah menjalani pengobatan HRV selama 1 bulan
Diagnosis TB dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
 Anamnesis
- Gejala utama
- Gejala tambahan
- Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya perlu
- Riwayat pengobatannya.
- Adanya keluarga atau tetangga yang memiliki keluhan yang sama
 
Pada kasus ini berdasarkan anamnesis ditemukan gejala utama berupa batuk berdahak selama 1
bulan. Gejala tambahan sesak napas, badan lemas, berat badan menurun, malaise, berkeringat
malam hari tanpa kegiatan fisis, dan demam meriang lebih dari satu bulan. Riwayat atau
keluhan yang sama sebelumnya, Riwayat pengobatan TB sebelumnya, dan Riwayat keluarga
dengan keluhan yang sama sebelumnya disangkal.
 Pemeriksaan Fisis
- Keadaan umum pasien mungkin didapatkan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, demam,
badan kurus dan berat badan turun
- Pada lapang paru : apabila dicurigai adanya infiltrat yang agak luas, maka didapatkan perkusi yang redup dan
auskultasi suara napas bronkial.
- Akan didapatkan juga suara napas tambahan seperti ronkhi basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini
diliputi oleh penebalan pleura, suara napas menjadi vesikuler yang melemah.
- Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan auskultasi
memberikan suara amforik.
 
Pada kasus ini berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien lemah, badan
kurus, dan konjungtiva anemis. Sedangkan pada auskultasi ditemukan suara napas vesikuler
melemah dan terdapat rhonki diseluruh lapang paru.
 Pemeriksaan Penunjang
Beberapa penunjang bisa membantu dalam menegakkan diagnosis TB.

a. Laboratorium Darah
b. Laboratorium Dahak :
• Mikroskopik
• Pemeriksaan Biakan
c. Tes Tuberkulin
d. Radiologi

• Pada laboratorium darah pasien ditemukan kadar Hemoglobin menurun yaitu 6,2 g/dL, Gama
Globulin meningkat 286 μ/L.
• Pemeriksaan dahak ditemukan pemeriksaan mikroskopik BTA postif
• Pemeriksaan Radiologi
Tatalaksana TB dibagi menjadi 2 tahap yaitu :
a. Tahap awal (intensif)
b. Tahap lanjutan

Tatalaksana TB Paru pada pasien ini adalah dengan OAT Fixed Dose Combination dengan
kombinasi Kategori I (2HRZE/4H3R3)
2. TB PARU AKTIF PADA HIV
• Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus RNA yang termasuk family retroviridae
dan genus lentivirus yang menyebabkan penurunan imunitas tubuh pejamu.

• HIV menginfeksi tubuh, memiliki masa inkubasi yang lama (masa laten klinis) dan pada
akhirnya menimbulkan tanda dan gejala AIDS.

• Di Indonesia diperkirakan sekitar 3% pasien TB dengan status HIV positif.

• Sebaliknya TB merupakan tantangan bagi pengendalian Acquired Immunodeficiency


Syndrome (AIDS) karena merupakan infeksi oportunistik terbanyak (49%) pada orang dengan
HIV/AIDS (ODHA).
2. TB PARU AKTIF PADA HIV
Menurut WHO gejala HIV/AIDS dibagi berdasarkan stadiumnya:
Stadium Gejala Klinis Stadium Gejala Klinis
Tidak ada perubahan berat badan Sindroma Wasting (HIV)
Pneumoni Pneumocystis
I Tanpa gejala atau hanya Limfadenopati Generalisata Persisten Pneumonia Bakterial yang berat berulang dalam 6 bulan
Kandidiasis esofagus
  Herpes Simpleks Ulseratif >1 bulan
Penurunan berat badan <10% Limfoma
ISPA berulang: sinusitis, otitis media, tonsilitis, dan faringitis Sarkoma Kaposi
Kanker Serviks yang invasif
Herpes zooster dalam 5 tahun terakhir IV Retinitis CMV
Luka di sekitar bibir (Kelitis Angularis) TB Ekstra paru
II Ulkus mulut berulang Toksoplasmosis
Ruam kulit yang gatal (seboroik atau prurigo) Ensefalopati HIV
Dermatitis Seboroik Meningitis Kriptokokus
Infeksi jamur pada kuku Infeksi mikobakteria non-TB meluas
Lekoensefalopati multifokal progresif
  Kriptosporidiosis kronis, mikosis meluas
Penurunan berat badan >10%
Diare, demam yang tidak diketahui penyebabnya >1 bulan
Kandidiasis oral atau Oral Hairy Leukoplakia
TB Paru dalam 1 tahun terakhir
III Limfadenitis TB
Infeksi bakterial yang berat: Pneumonia, Piomiosis
Anemia(<8gr/dl),Trombositopeni Kronik (<50109 per liter)

 
2. TB PARU AKTIF PADA HIV
Pengobatan TB pada ODHA sedang dalam pengobatan ARV

• Bila pasien sedang dalam pengobatan ARV, sebaiknya pengobatan TB dimulai minimal di RS yang
petugasnya telah dilatih TB-HIV, untuk diatur rencana pengobatan TB bersama dengan pengobatan
ARV (pengobatan ko-infeksi TB-HIV).

• Hal ini penting karena ada banyak kemungkinan masalah yang harus dipertimbangkan, antara lain:
interaksi obat (Rifampisin dengan beberapa jenis obat ARV), gagal pengobatan ARV, IRIS atau
perlu substitusi obat ARV.
• Pada kasus ini, sebelum pasien menjalani pengobatan Tuberkulosis paru di Rumah Sakit RSUD
Dok 2, pasien sebelumnya telah menjalani pemeriksaan dan didiagnosis HIV positif di Puskesmas
Genyem.

• Dari tabel pembagian stadium HIV/AIDS, berdasarkan gejala klinisnya pasien masuk ke dalam
stadium III dimana terjadi telah terjadi Penurunan berat badan >10%, Diare, demam yang tidak
diketahui penyebabnya >1 bulan, TB Paru dalam 1 tahun terakhir dan Anemia (<8gr/dl).

• Pada pasien sudah diberikan FDC ARV dimulai 1 bulan yang lalu dan diberikan profilaksis
Cotrimoxazole 1x960 mg sebagai pencegahan Infeksi Oportunistik.
3. HIPOALBUMINEMIA
Definisi :

• Pada orang dewasa kadar albumin normal adalah 3,5 g/dL – 5,5 g/dL

• Hipoalbuminemia merupakan kondisi menurunnya kadar albumin hingga dibawah


3,5 – 2,5 g/dl.

• Hipoalbuminemia biasanya akan terjadi pada pasien elderly khususnya pasien yang
sedang menjalani perawatan di rumah sakit (rawat inap) atau pada pasien malnutrisi
dan pasien dengan penyakit kronis stadium lanjut.

• Hal yang membahayakan penderita ialah karena terjadinya gangguan keseimbangan


cairan atau tekanan osmotik dan penyakit penyerta yang ditimbulkannya.
3. HIPOALBUMINEMIA
Indikasi Pemberian:

Secara garis besar, indikasi albumin dapat dibagi menjadi 2 yaitu:


Indikasi Umum : Indikasi Spesifik :
a. Perbaikan tekanan onkotik a. Sepsis dengan hipoalbuminemia
b. Perbaikan kadar serum albumin b. Penderita stroke dengan albumin
c. Preeklamsi/eklamsi dengan kadar albumin
c. Redistribusi cairan
d. Pankreatitis akut
d. Pengobatan malaria falciparum disertai e. Asites setelah parasentesis
asidosis f. Sindroma nefrotik dengan edema paru atau edema
e. Pengganti cairan intravascular perifer
f. Asidosis metabolik g. Kehilangan protein (karena enteropati/nefropati)
h. Untuk mengganti cairan pada anak
i. Luka bakar
3. HIPOALBUMINEMIA
Tatalaksana :

• Hipoalbuminemia dapat diterapi dengan albumin injeksi maupun albumin oral.

• Albumin oral merupakan suplemen yang terbuat dari ekstrak ikan gabus
(Ophiocephalus stiratus) yang memiliki kandungan tinggi albumin

• Secara Umum sediaan albumin injeksi ada 3 jenis berdasarkan kekuatannya yaitu
albumin 5%, 20% dan 25%.

• Cara menghitung defisit Albumin=


(Kadar Albumin yang diharapkan – Kadar Albumin aktual) x 0,8 x BB
• Tatalaksana Hipoalbuminemia pada pasien ini adalah dengan pemberian Drips Human
Albumin 20%

• Rumus koreksi Albumin pasien :


Koreksi Albumin = (Target Albumin – Albumin Pasien) x 0,8 x BB
= (3,5 g/dL – 2,3 g/dL) x 0,8 x 55 kg
= 1,2 g/dL x 0,8 x 55 kg
= 52,8 g

• Berdasarkan rumus koreksi Albumin tersebut, maka pada pasien diberikan Injeksi Human
Albumin 20% 100cc (20 g) selama 3 hari (untuk memenuhi target nilai albumin pasien)

• Selanjutnya diberikan terapi oral berupa Onoiwa 3x2 kapsul/hari


4. HIPOKALEMIA
Definisi :
Hipokalemia adalah keadaan konsentrasi kalium darah di bawah 3,5 mEq/L yang
disebabkan oleh berkurangnya jumlah kalium total tubuh atau ataupun adanya gangguan
perpindahan ion kalium ke dalam sel.

Derajat Hipokalemia
 Hipokalemia ringan: kadar serum 3-3,5 mEq/L.
 Hipokalemia sedang: kadar serum 2,5-3 mEq/L.
 Hipokalemia berat: kadar serum < 2,5 mEq/L. Hipokalemia <2 mEq/L biasanya
sudah disertai kelainan jantung dan mengancam jiwa.
4. HIPOKALEMIA
Tatalaksana :

1. Oral
• Penggantian kalium secara oral paling aman tetapi kurang ditoleransi karena iritasi
lambung.

• Pada hipokalemia ringan (kalium 3—3,5 mEq/L) dapat diberikan KCl oral 20 mEq 3
– 4 kali sehari dan edukasi diet kaya kalium.

 Makanan tinggi kalium : kismis, pisang, aprikot,jeruk, advokat, kacang-kacangan,


dan kentang).
2. Intravena
• Jalur intravena harus dibatasi hanya pada pasien yang tidak dapat menggunakan jalur
enteral atau dalam komplikasi berat (contohnya paralisis dan aritmia).

• Dosis intravena perifer biasanya 20-40 mmol K+-Cl- per liter. Konsentrasi lebih
tinggi dapat menyebabkan nyeri lokal flebitis kimia, iritasi, dan sklerosis.

• KCl biasanya digunakan untuk menggantikan defisiensi K+ pada kondisi metabolik


alkalosis dan deplesi Cl-, terutama pada pasien muntah dan pengobatan diuretik.

• K-Cl harus selalu diberikan dalam larutan garam

• Cara menghitung defisit kalium =


(Kalium serum yang diharapkan – Kalium serum aktual) x 0,3 x BB
• Tatalaksana Hipokalemia pada pasien ini adalah dengan pemberian KCl intravena :

• Rumus koreksi Kalium pasien :


Koreksi Kalium = (Target Kalium – Kalium Pasien) x 0,4 x BB
= (4,5 mEq/L – 2,57 mEq/L) x 0,3 x 55 kg
= 1,93 mEq/L x 0,3 x 55 kg
= 31,84 mEq

• Berdasarkan rumus koreksi Kalium tersebut, maka pada pasien diberikan larutan KCL
25 mEq/ 12 jam (untuk memenuhi target nilai Kalium pasien)

• Selanjutnya diberikan terapi oral berupa KSR 3x1 tab/hari


KESIMPULAN
• Pada kasus ini, berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien
didapatkan diagnosis yaitu TB Paru, HIV St. IV, Hipoalbuminemia dan Hipokaliemia.

• Tatalaksana TB Paru pada pasien ini adalah dengan OAT Fixed Dose Combination dengan kombinasi Kategori I
(2HRZE/4H3R3).

• Tatalaksana HIV pada pasien adalah dengan pemberian FDC ARV (dimulai sejak 1 bulan yang lalu saat pasien terdiagnosis
di Puskesmas Genyem) dan diberikan profilaksis Cotrimoxazole 1x960 mg sebagai pencegahan Infeksi Oportunistik.

• Tatalaksana Hipoalbuminemia pada pasien ini adalah dengan pemberian Drips Human Albumin 20% 100cc (20 g) selama 3
hari (untuk memenuhi target nilai albumin pasien). Selanjutnya diberikan terapi oral berupa Onoiwa 3x2 kapsul/hari.

• Tatalaksana Hipokalemia pada pasien ini adalah dengan pemberian KCL 25 mEq/ 12 jam (untuk memenuhi target nilai
Kalium pasien). Selanjutnya diberikan terapi oral berupa KSR 3x1 tab/hari
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai