Kinerja
INTRO PEMBAHASAN LATAR BELAKANG TINJAUAN TEORI
DOSEN : Dr. Hj. Yessi Mutia Basri, SE, M.Si, Ak, CA. AAP
Kelompok 3
SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH DAERAH
INTRO PEMBAHASAN LATAR BELAKANG TINJAUAN TEORI
1. LATAR BELAKANG
2. TINJAUAN TEORI
3. KESIMPULAN
Kelompok 3
SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH DAERAH
INTRO PEMBAHASAN LATAR BELAKANG TINJAUAN TEORI
Kelompok 3
SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH DAERAH
INTRO PEMBAHASAN LATAR BELAKANG TINJAUAN TEORI
Kelompok 3
SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH DAERAH
INTRO PEMBAHASAN LATAR BELAKANG TINJAUAN TEORI
SISTEM AKUNTANSI DAN
PELAPORAN KEUANGAN
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, SAP ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.Setiap entitas pelaporan pemerintah pusat dan pemerintah daerah
wajib menerapkan SAP. Selain itu, diharapkan adanya upaya pengharmonisan berbagai peraturan baik
di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dengan SAP.
Pemerintah indonesia, sebagai pemegang amanat rakyat mempunyai kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan pelaksanaan APBN dan APBD dalam bentuk laporan keuangan. Hal ini
telah di tegaskan dalam Undang-Undang No 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
Kelompok 3
SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH DAERAH
INTRO PEMBAHASAN LATAR BELAKANG TINJAUAN TEORI
SISTEM AKUNTANSI DAN
PELAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan yang dituntut oleh undang-undang nomor 17 tahun 2003 tersebut merupakan
laporan keuangan jenis general purpose financial statement (GPFS) ,yang untuk selanjutnya kita sebut
degan laporan keuangan umum.
Laporan keuangan umum adalah laporan keuangan yang dimaksud untuk memenuhi kebutuhan
pengguna . yang dimaksud dengan pengguna adalah masyarakat dewan perwakilan rakyat(DPR)/
dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), investor/kreditor , manajemen pemerintah ,dan lembaga
internasional.
Kelompok 3
SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH DAERAH
INTRO PEMBAHASAN LATAR BELAKANG TINJAUAN TEORI
Dasar Hukum Penyelenggaraan
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 8 menyatakan bahwa ”dalam rangka
pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas antara lain menyusun
laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.” Undang-undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara Pasal 9 menyatakan bahwa ”Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai pengguna
anggaran/pengguna barang Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas antara lain
menyusun dan menyampaikan laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya.”
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 30 ayat (2) menyatakan bahwa ”Presiden
menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa
laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya.”
Kelompok 3
SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH DAERAH
INTRO PEMBAHASAN LATAR BELAKANG TINJAUAN TEORI
Sistem Akuntansi
Bendahara Umum Negara
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dan Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN). Sistem Akuntansi Bendahara
Umum Negara (SA-BUN) terdiri dari:
Sistem Akuntansi Pusat (SiAP);
Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah (SA-UP&H);
Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP);
Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP);
Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD);
Sistem Akuntansi Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain (SA-BSBL);
Sistem Akuntansi Transaksi Khusus; dan
Sistem Akuntansi Badan Lainnya (SA-BL).
Kelompok 3
SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH DAERAH
INTRO PEMBAHASAN LATAR BELAKANG TINJAUAN TEORI
Levine dkk.(1990) dan dwiyanto (1995) mengemukakan tiga konsep yang dapat dijadikan acuan untuk
mengukur kinerja organisasi publik, yakni responsivitas (reponsiveness), responsibilitas
(responsibility), dan akuntanbilitas (accountability).
Selain ketiga indikator kinerja tersebut , lazim juga dipergunakan indikator lain yang
bersifat lebih khusus (Mulyadi dan Setiawan, 1999) ,yaitu :
Membangun kepuasan pelanggan (custumer satisfaction)
Produktivitas kerja kayawan;
Menghasilkan financial returns yang memadai.
Kelompok 3
SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH DAERAH
INTRO PEMBAHASAN LATAR BELAKANG TINJAUAN TEORI
Definisi dari Whittaker dan Robert Simons tampaknya tidak jauh berbeda dengan definisi yang
tertuang dalam Reference Guide, Province of Alberta, Canada. Dalam reference Guide itu disebutkan
bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu metode untuk menilai kemajuan yang telah dicapai
dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja tidak dimaksudkann untuk
berperan sebagai mekanisme dalam memberikan penghargaan/hukuman (reward/punishment), akan
tetapi pengukuran kinerja berperan sebagai alat komunikasi dan alat manajemen untuk memperbaiki
kinerja organisasi.
Mardiasmo (2002:196) mengemukakan bahwa tolak ukur kinerja organisasi publik berkaitan dengan
ukuran keberhasilan yang dapat dicapai oleh organisass i tersebut. Satuan ukur yang relevan
digunakan adalah efisien pengelolaan dana dan tingkat kulaitas pelayanan yang dapat diberikan
kepada publik.
Kelompok 3
SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH DAERAH
INTRO PEMBAHASAN LATAR BELAKANG TINJAUAN TEORI
Dwiyanto dkk. (2002:48-49) mengemukakan ukuran dari tingkat kinerja suatu organisasi publik secara
lengkap sebagai berikut:
Produktivitas
Orientasi Kualitas Layanan kepada Pelanggan
Responsivitas
Akuntabilitas
Kelompok 3
SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH DAERAH
INTRO PEMBAHASAN LATAR BELAKANG TINJAUAN TEORI
Tujuan sistem pengukuran
kinerja
Kelompok 3
SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH DAERAH
INTRO PEMBAHASAN LATAR BELAKANG TINJAUAN TEORI
Pelaporan Kinerja
Kelompok 3
SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH DAERAH
INTRO PEMBAHASAN LATAR BELAKANG TINJAUAN TEORI
Pelaporan Kinerja
Kemudian pertanyaan berikutnya muncul terkait dengan desain dan bentuk laporan
keuangan itu sendiri . sebagai sebuah media yang menyampaikan informasi tentang
kinerja ,informasi dalam laporan kinerja setidaknya memuat informasi berikut :
• Informasi tentang realisasi input
• Analisis ekonomi
• Informasi tentang realisasi output
• Analisis efisiensi
• Informasi tetang capaian outcome
• Analisis efektive.
Kelompok 3
SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH DAERAH
KESIMPULAN
Salah satu hal strategis dan kritikal untuk dapat memenuhi penyajian laporan keuangan pemerintah
sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan adalah pencatatan transaksi dan kejadian keuangan. Entitas
akuntansi/ pelaporan pemerintah dituntut untuk dapat mencatat transaksi dan kejadian keuangan secara
sistematis dan komprehensif sesuai prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam penyajian laporan
keuangannya, yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial
berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan
anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN.
Informasi kinerja dalam bentuk laporan pertanggungjawaban menjadi infoermasi yang krusial untuk
kepentingan evaluasi. Tanpa laporan kinerja dalam proses pertanggungjawaban, siklus penggangaran
berbasis kinerja menjadi tidak lengkap perencanaan dan kinerja. Karena itu, penggunaan uang dan
pencapaian kinerja yang bersangkutan harus bertanggung jawab pada akhir periode penggangaan. Proses
audit pun seharusnya menjadi satu kesatuan antara audit laporan keuangan dan audit kinerja.
Kelompok 3