Anda di halaman 1dari 45

BRONCHOPNEUMONIA, TB

PARU, gizi kurang

Oleh:
ELVANI KOSTAVINA JAMBORMIAS – Z1C021013

Pembimbing: dr. Windy Oliviany, M.Sc, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2023
Identitas Pasien
1. Nama : An. M.S.A 6. Alamat : Mersi, Purwokerto Timur

2. Usia : 1 tahun 9 bulan 7. Masuk RS : 10 Januari 2023

3. No RM : 02216xxx 8. Tanggal periksa : 11 Januari 2023

4. Ayah

Nama : Tn. S

Pekerjaan : Serabutan

Pendidikan : SMP

5. Ibu

Nama : Ny. H

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMA
2
Keluhan Utama : Sesak
Riwayat Penyakit
Keluhan Tambahan : Demam, batuk, nafsu makan menurun
Sekarang
Pasien datang ke poliklinik anak RS Margono Soekarjo tanggal 10 Januari 2023 dengan
keluhan sesak sejak subuh sebelum masuk rumah sakit. Orang tua pasien mengatakan bahwa
sesak pada pasien muncul setelah sebelumnya pasien demam sejak 2 hari sebelumnya. Demam
sempat membaik setelah diberikan paracetamol namun malam hari setelahnya pasien kembali
demam. Keluhan sesak tidak membaik meskipun pasien sudah mengonsumsi obat dan
beristirahat sehingga pasien dibawa ke poliklinik anak RSMS. Selain sesak, pasien juga demam,
batuk, dan nafsu makan menurun.

Pada 3 bulan yang lalu pasien mulai mengonsumsi obat merah setelah pasien didiagnosa TB
Paru oleh dokter. Sebelumnya pasien mengalami batuk pilek selama 3 bulan yang terjadi terus
menerus dan tidak ada perbaikan, demam naik turun, keringat berlebih pada malam hari, dan
nafsu makan berkurang. Karena keaadan pasien yang tidak kunjung membaik akhirnya orang tua
membawa pasien ke RS S untuk berobat.
Di RS S dilakukan tes Mantoux pada pasien namun hasil yang diperoleh negatif.
Oleh karena itu dokter menganjurkan untuk dirujuk ke RS Margono Soekarjo untuk
mendapatkan pemeriksaan dan terapi lebih lanjut. Pada saat datang ke Poli Anak RS
Margono Soekarjo, pasien dianjurkan untuk cek darah lengkap dan RO Thorax .
Setelah dilakukan pemeriksaan tersebut dokter mengatakan bahwa pasien
didiagnosa TB Paru dan harus rutin minum obat. Selain itu petugas dari puskesmas
juga melakukan skrinning pada keluarga pasien. Dari skrining yang dilakukan
didapatkan bahwa terdapat 2 anggota keluarga pasien yang juga TB Paru.
Riwayat pengobatan : OAT 3 bulan

4
Riwayat Penyakit
Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat Keluhan Serupa (+) 3 bulan yang lalu
 Riwayat TB Paru (+) nenek, tante, dan sepupu
• Riwayat Kejang (-)
 Riwayat Asma (-)
• Riwayat Ikterik (-)
• Riwayat Alergi (-)
 Riwayat Alergi (-)
• Riwayat Asma (-)  Riwayat Hipertensi (+) nenek
• Riwayat penyakit jantung (-)  Riwayat DM (-)
• Riwayat penyakit ginjal (-)  Riwayat Penyakit jantung (-)
Riwayat Keluarga
Stroke Penyakit hati

50 60 58 55

43 12 1 33 30 28 23

Keterangan :

: Laki – laki
5 1
: Perempuan

: Pasien :

: Meninggal :

: Serupa 21 bulan

: Tinggal bersama 6
Riwayat Prenatal
 Ibu G1P0A0, usia 20 tahun hamil 39 minggu. Kontrol ANC 3 kali ke puskesmas dan 1 kali ke Sp.OG
 Anak ke 1 lahir hidup, spontan, 39 minggu, BBL 3.600 gr, PB 50 cm
 Gizi selama hamil: makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur, telur, dan ikan/ayam , dan ngemil. Ibu
pasien tidak pernah mengonsumsi alkohol maupun merokok saat hamil.
Riwayat DM gestasional (-), riwayat infeksi intrauterin (-), riwayat trauma (-), riwayat
preeklampsia/eklampsia (-)

7
Riwayat Natal dan Postnatal
 Pasien lahir secara spontan pada usia kehamilan 39 minggu
 BBL 3.600 gram, Aterm, SMK, Spontan, PB 50 cm
 Riwayat lahir menangis kuat (+)
 Riwayat sianosis (-)
 Riwayat hiperbilirubinemia (-)
 Riwayat kejang (-)

Kesimpulan : Aterm, BBLC, SMK, Spontan, Riwayat kehamilan baik


Riwayat Makan
 0-6 bulan
ASI Eksklusif per 2 jam, minum susu kuat
 6-12 bulan
ASI mulai dikurangi, mulai diberikan MPASI berupa bubur halus dan telur, daging, + sayur
lauk pauk yang dilembutkan.
 1 tahun - sekarang
Kadang masih minum asi dan sudah makan nasi dan lauk pauk seperti ayam, telur, tempe dan
sayur buncis

Kesimpulan: Kualitas dan kuantitas pemberian makanan baik.


Usia 1 tahun 9 bulan
BB : 9 kg  Bbi : 11,8 kg

Kebutuhan kalori
BBi x RDA = 11,8 x 102 = 1.203,6 Kkal
Kebutuhan Protein
11,8 x 1,23 = 14,514 gr
Kebutuhan Cairan
11,8 x 115 – 125 = 1.357 – 1.475 ml

10
ASI/100gr, 1x/hari = 1 x 69 = 69 kcal
1 x 1 = 1 gr protein

Nasi/100gr, 3x/hari = 3 x 130 = 390 kcal


3 x 2,7 = 8,1 gr protein

Ayam goreng/100gr, 3x/hari = 1 x 245 = 245 kcal


1 x 30 = 30 gr protein

Tempe/100gr, 3x/hari = 3 x 193 = 579 kcal


3 x 18,5 = 55,5 gr protein

Sayur Buncis/100gr, 3x/hari = 3 x 30 = 90 kcal


3 x 1,8 = 5,4 gr protein

TOTAL
Kalori 1.113 kcal
Protein 100 gram
Minum sehari sekitar 7-8 botol dot atau gelas belimbing

Kesimpulan :
- Kualitas baik
11
- Kuantitas kurang
Riwayat Perkembangan dan Kepandaian
Ibu pasien tidak terlalu ingat secara rinci riwayat perkembangan pasien, namun ibu pasien menyebutkan
tidak ada keterlambatan yang berarti.
 Motorik Halus
Dapat memegang dot sendiri pada usia sekitar 5 bulan
 Motorik Kasar
Dapat berdiri pada usia 9 bulan lebih dan dapat berjalan pada usia 13 bulan
 Bahasa
Mengeluarkan kata seperti “ma” “ba” (bubbling)
Riwayat Imunisasi

✔ ✔ ✔ ✔
✔ ✔ ✔ ✔

✔ ✔ ✔  
✔ ✔ ✔ Vaksinasi Dasar
✔ ✔ JENIS Usia Tempat

Hepatitis Lahir RS BA
✔ B
BCG <1 bulan PKM

Polio 1,2,3,4, PKM


bulan
DPT - Hib 2,3,4 PKM
bulan
Campak 9 bulan PKM

Imunisasi dasar lengkap sesuai dengan umur pemberian namun pada


Riwayat Sosial Ekonomi
• Pasien tinggal di daerah tempat tinggal yang cukup padat penduduk,
• Pasien tinggal di rumah neneknya bersama kedua orang tuanya, sepupu, dan tantenya.
• Sumber air untuk sehari-hari dari PDAM
• Sumber air untuk minum menggunakan air PDAM yang dimasak
• Pekerjaan Ayah serabutan dan Ibu sebagai ibu rumah tangga (IRT)
• Pendapatan ayah mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari, sebulan sekitar 1.000.000 – 1.500.000
• Pembiayaan kesehatan saat ini menggunakan BPJS non PBI
• Pasien adalah anak yang aktif, dan suka bermain bermain bersama sepupu dan teman sebanyanya.
Anamnesis Sistem

Respirasi GIT
Sesak, terdapat suara rbh, Tidak ada keluhan
rbk

Kardiovaskuler Saraf
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Anamnesis Sistem

Muskuloskeletal
Lemas seluruh tubuh

Urogenital lntegumen
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : lemah
Keadaran : Compos mentis
Nadi : 150x /menit, regular, isi, dan tegangan cukup
Laju Nafas : 57x/menit, regular
Suhu : 38.5 oC
SpO2 : 97% NK 1 lpm

Status Gizi dan Antropometri


Berat Badan : 9.0 kg
Tinggi Badan : 80 cm
Usia : 1 tahun 9 bulan
WAZ : -2.00 sd -3.00 SD  berat badan kurang (underweight)
HAZ : 0 sd -2.00 SD  normal
WHZ : -2 sd +1 SD  normal
BMI/U : -3 sd <-2 SD  Gizi Kurang
WAZ : -2.00 sd -3.00 SD  berat
badan kurang (underweight)
HAZ: -2 sd +3 SD  normal
WHZ : -2 sd +1 SD  normal
BMI/U: -3 sd <-2 SD  Gizi Kurang
Pemeriksaan Fisik
Kepala

Mesosefal

Rambut

Hitam, tidak mudah dicabut

Wajah

Simetris (+), deformitas (-), dismorfik (-), hipertelorisme (-)

Mata

Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebrae (-/-), sekret (-), pupil bulat isokor
3mm/3mm, refleks cahaya (+/+), mata cekung (-/-)

Hidung

Nafas cuping hidung (-), discharge (-), edema concha (-), epistaksis (-)

Telinga

Normotia, tulang rawan terbentuk sempurna, sekret (-), low set ear (-), hiperemis (-)
Pemeriksaan Fisik
Mulut

Bibir pucat, mukosa basah (+), karies (-), faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, lidah kotor (-)

Leher

Tidak terdapat pembesaran KGB, nyeri tekan (-)

Paru-paru (A&P)

Inspeksi : Bentuk dada normal, gerak simetris (+), retraksi (+) subcostal

Palpasi : Ketinggalan gerak (-), Vokal fremitus simetris kiri = kanan

Perkusi : Perkusi sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : SD vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), RBH (+/+), RBK (-/+)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tak terlihat


Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Auskultasi : S1>S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
 Inspeksi : Datar
 Auskultasi : BU (+) normal
 Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
 Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), defense muscular (-), hepar tidak teraba

Genital
Inspeksi : Genitalia masculina (+)
Ekstremitas
 Inspeksi : Edema (-/-//-/-) , sianosis (-/-//-/-)
 Palpasi : Akral hangat (+/+), CRT <2 detik
Kulit
Kulit kering (-), hiperpigmentasi (-)
sianosis (-), ikterik (-), dermatosis (-)
Pemeriksaan Neurologi
Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab RSMS (10/01/2023)
Pemeriksaan Hasil Interpretasi Nilai Normal
Hitung Jenis
Basophil 1,1 H 0–1
Eosinophil 0,5 L 1–5
Batang 0,1 L 3–6
Limfosit 49 N 25 – 50
Monosit 14,3 H 1–6
Darah Lengkap
Hemoglobin 15,5 H (Polisitemia Vera) 10,8 – 12,8
Hematokrit 46 HH (Hemokonsentrasi) 35 – 43
Eritrosit 6,16 H 3,6 – 5,2
Leukosit 2870 L (Leukopeni) 6000 – 17500
Trombosit 254.000 N 217.000 – 497.000
MCV 74,4 N 73 – 101
MCH 25,2 N 23 – 31
MCHC 33,9 N 26 – 34
Fungsi Hepar
SGOT 40 N < 45
SGPT 23 N 25 < 41
PEMERIKSAAN PENUNJANG

RO Thorax (12/01/2023)

• Cor : CTR > 56%


• Pulmo : tampak bercak pada perihilar dan
pericardial kiri
• Diafragma kanan dan kiri intak
• Sinus kostofrenikus kanan lancip, tampak
opasitas homogen pada hemitoraks kiri aspek
lateral
• Sistem tulang yang tervisualisasi intak

KESAN
• Cardiomegaly
• Bronkopneumonia
• Efusi pleura sinistra

26
1. Sindrom I
 Sesak sejak 1 hari SMRS terus menerus tidak membaik setelah minum obat
 Demam sejak 2 hari SMRS terus menerus, membaik jika diberikan obat \
penurun panas namun Kembali demam
 Batuk sejak 3 hari SMRS terus menerus dan bertambah buruk, dahak sulit
keluar
 Thoraks : Retraksi dada subcostal, RBK (-/+), RBH (+/+)
DIAGNOSIS BANDING :
• Bronchopnemonia
• Bronkitis
• Asma
DIAGNOSIS KERJA :
Bronchopnemonia
2. Sindrom II
- Penurunan nafsu makan
- Keringat berlebih pada malam hari DIAGNOSIS BANDING
- Sesak
• TB paru
- Berat badan sulit naik • Pneumonia
• Bronkitis
- Hasil RO Thorax pertama menunjukkan kesan TB Paru
DIAGNOSIS KERJA : TB Paru
- Keluarga dekat yang juga terdiagnosis TB Paru

28
3. Sindrom III
WAZ: -2.00 sd -3.00 SD  berat badan kurang
(underweight)
HAZ : 0 sd -2.00 SD  normal
WHZ : -2 sd +1 SD  normal
BMI/U: -3 sd <-2 SD  Gizi Kurang

29
Tata Laksana
1. Medikamentosa
• KC : 9kg x 100 ml = 900cc/24 jam
• Infus Kaen 1B 500cc 20 tpm mikro
• Infus Paracetamol 100mg/8 jam (10-15mg/kgbb/kali)
• PO Eritromisin 500mg tablet  ¼ tab/8 jam (30-
50mg/kgbb/hari)
• PO FDC fase lanjutan (Rifampisin 75mg, Isoniazid 50mg)
 1 tablet/hari selama 4 bulan
• PO Ambroxol Syrup 5ml/15mg  1cc/8 jam (1,2-
1,5mg/kgbb/hari)

2. Non-Medikamentosa
• O2 Nasal Kanul 1 – 2 liter/menit
• Tirah baring
• Pasang NGT bila anak sulit makan dan minum

30
3. Edukasi 4. Monitoring
• Edukasi rawat inap jika SpO2 <92%, • Monitoring keadaan umum, kesadaran, TTV
sianosis, RR >50x/menit, distress nafas, • Monitoring keluhan pasien
grunting, terdapat tanda dehidrasi, • Monitoring asupan nutrisi
keluarga tidak bisa merawat di rumah • Monitoring balance cairan ketat
• Vaksinasi dengan vaksin pertusis (DTP), • Monitoring respon terapi terutama antibiotic
campak, pneumokokus, dan selama 48-72 jam pertama
• H. influenzae
• Vaksin influenza untuk bayi >6 bl dan usia
remaja
• Edukasi mengenai penyakit, penyebab dan
komplikasi penyakit
• yang terkait
• Berhenti merokok bagi anggota keluaga
yang merokok, atau agar
• tidak merokok di dekat anak.
• Edukasi menjaga higine mulut dan tangan
• Edukasi mengenai terapi yang diberikan

31
PROGNOSIS
SINDROM I SINDROM II
Ad vitam : dubia Ad vitam : dubia
Ad functionam : dubia ad bonam Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia Ad sanationam : dubia

32
BRONKOPNEUMONIA
Gejala Klinis :
- Adanya retraksi epigastric, intercostal, dan suprasternal
- Nafas cepat
- Biasanya didahului infeksi tractus respiratorius bagian atas selama beberapa hari
- Demam, dispneu, kadang disertai muntah dan diare
- Batuk yang kemudian menjadi produktif
- Pada auskultasi ditemukan ronkhi basah halus nyaring
- Pada pemeriksaan RO Thorax ditemukan adanya infiltrat interstitial dan infiltrat alveolar
serta gambaran bronkopnemonia.

33
Faktor risiko bronkopneumonia
• Usia  <5 tahun (30%), 5-12 tahun (30%), <6 Bulan 23%
• Jenis kelamin  tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuan. Insiden >6 tahun laki-laki lebih tinggi
• Status gizi  malnutrisi (gangguan respon imun)
• BBLR

34
• Kurang ASI eksklusif 6 bulan
• Imunisasi  campak, pertussis, difteri
• Pendidikan orang tua rendah
• Status ekonomi social  kesulitan mencukupi nutrisi
• Lingkungan  polusi udara
• Penyakit lain  HIV/AIDS

Buku Ajar Respirologi Anak 2010

35
Klasifikasi bronkopnemonia
1. Bronkopnemonia sangat berat : sianosis sentral, anak tidak dapat minum, maka anak harus
dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotic.
2. Bronkopnemonia berat : terdapat retraksi tanpa sianosis, sanggup minum, maka anak
harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotic
3. Bronkopnemonia : tidak ada retraksi, pernafasan cepat
4. Bukan bronkopnemonia : hanya batuk tanpa adanya gejala dan tanda lain.

Sumber : Latief.A. Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit standar WHO.Jakarta:Depkes;2009

36
How to diagnosed ?
- Kultur sputum/ bilasan cairan lambung
- Kultur nasofaring / throat swab
- Deteksi antigen bakteri

37
KESIMPULAN
Penyakit bronkopneumonia memiliki bermacam – macam penyebab
sehingga perlu mencermati gejala, tanda, dan temuan laboratorium untuk
mengetahui derajat keparahan penyakit dan prognosis dari perjalanan
penyakit. Terapi utama untuk bronkopneumonia adalah terapi suportif

38
TB PARU
Definisi dan Klasifikasi
1. Definisi
Terduga TB anak  mempunyai keluhan atau gejala klinis
pendukung
Kasus TB anak  Kasus TB definitif yaitu pasien TB dengan
ditemukan Mycobacterium tuberculosis kompleks yang
diidentifikasi dari spesimen klinik (jaringan, cairan tubuh, usap
tenggorok dll) dan kultur

39
TB PARU
Definisi dan Klasifikasi
2. Klasifikasi
Pasien TB anak
a. Pasien TB anak terkonfirmasi bakteriologis 

Petunjuk tekknis dan manajemen


tatalaksana TB anak, 2016

b. Pasien TB anak terdiagnosis secara klinis 


tidak memenuhi kriteria secara bakteriologis
tetapi didiagnosis pasien TB oleh dokter dan
diberi pengobatan TB

40
FAKTOR RISIKO
• Anak yang terpajan dengan orang dewasa dengan TB aktif (kontak TB
positif),
• Daerah endemis,
• Kemiskinan,
• Lingkungan yang tidak sehat (higiene dan sanitasi tidak baik),
• Tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara, atau panti
perawatan lain), yang banyak terdapat pasien TB dewasa aktif

41
Buku Ajar Respirologi Anak, 2010
ALUR DIAGNOSIS TB
PARU ANAK

Petunjuk tekknis dan manajemen


42
tatalaksana TB anak, 2016
SISTEM
SKORING TB
ANAK 2016

Petunjuk tekknis dan manajemen


43
tatalaksana TB anak, 2016
Tatalaksana
Pengobatan TB
• Fase intensif (2 bulan pertama) dan sisanya
• Fase lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal tiga macam obat pada fase intensif (2 bulan pertama) dan dilanjutkan
dengan dua macam obat pada fase lanjutan (4 bulan atau lebih)

Berbeda dengan orang dewasa, OAT pada anak diberikan setiap hari, bukan dua atau tiga kali dalam seminggu.

44
Buku Ajar Respirologi Anak, 2010
THANKS!

45

Anda mungkin juga menyukai