Anda di halaman 1dari 15

Kurniawati

Materi Presentasi
01 Latar Belakang

02 Tinjauan Kasus

03 Pembahasan

04 Kesimpulan
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2017)
angka kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia
mencapai 6,2%. Kejadian BBLR berdasarkan provinsi bervariasi
dengan rentang 2%-15,1%. ).

Latar Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang menempati


urutan ketiga sebagai negara dengan prevalensi BBLR tertinggi

Belakang (11,1%), setelah India (27,6%) dan Afrika Selatan (13,2%). Selain
itu, Indonesia turut menjadi negara ke dua dengan prevalensi BBLR
tertinggi diantara negara ASEAN lainnya, setelah Filipina (21,2%).

Beberapa penelitian mengungkapkan anak yang lahir dengan


riwayat BBLR mempunyai pola pertumbuhan yang lebih rendah
dibandingkan dengan anak berat lahir normal. Penelitian yang
dilakukan oleh Schart,J.R. et. al, (2016) dengan judul Growth
anddevelopment in children born verylow birthweight mendapatkan
hasil bahwa BBLR akan mengalami perlambatan pada pertumbuhan
dan perkembangannya.
Data Tinjauan
Subjektif
Kasus
Data
Objektif

Analisis

Penata-
laksanaan
Tinjauan Kasus
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL PADA
BY. NY A USIA 16 HARI POSTNATAL DENGAN BBLR DAN CEREBRAL
PALSY DI RSUD DR SLAMET KABUPATEN GARUT TAHUN 2023

Hari, tanggal : Senin 27 Februari 2023


Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Ruang NICU RSUD DR Slamet Garut
2. Biodata Orangtua
Data Subjektif Ibu Ayah
1. Biodata Bayi Nama : Ny. Aldilla Tn. Yogap
Nama : By. Ny. A Usia : 37 tahun 40 tahun
Tanggal Lahir : 27 Februari 2023 Agama : Islam Islam
Usia : 16 Hari Pendidikan : SMP SMA
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Tidak bekerja Buruh
Alamat : Ds. Ngapel Timur, Garut
Lanjutan…
3. Riwayat

Bayi lahir hidup pada tanggal 11 Februari 2023 pukul 10.30 WIB di tolong oleh dr. Sp. OG secara sectio
caesaria karena dilakukannya terminasi atas indikasi eklampsia. Lahir preterm dengan usia gestasi 29-30
minggu, tidak segera menangis, warna kulit kebiruan, tonus otot lemah, berat badan lahir 1750 gram,
panjang badan 41 cm, JK perempuan, BAK +, BAB +, sudah mendapatkan vit k dan salep mata. Setelah
lahir selama dirawat diruang perinatalogi, kemudian pada tanggal 14 keadaan bayi memburuk.
Dilakukan kolaborasi dengan dr. Sp.Anak dan didapatkan advice bayi dipindahkan ke ruang NICU.
Data Objektif
1. Ballard Score
Postur score : 4, Savaro window : 3, Arm
recoil : 5or 4, Poplitea angle score 3, scarp
sign score 1, Head to ear 2. Jumlah score
neoro muscular maturnity 17. Physical
maturnity 9. Total (17+9) = 26

2. Down Score
Frekuensi nafas > 60x/, score 0.
Retraksi ringan, score 1. Tidak ada
cyanosis score, 0. Suara nafas
dikedua paru, score 1. Merintih
dapat didengar dengan stetoskop,
score 3.

3. Antropometri
BB : 1395 gram, PB : 41 cm,
LK/LD : 29/26 cm
Lanjutan…
4. Tanda-Tanda Vital
- HR : 156x/m -R : 42x/m
- S : 36,60 C - Sp02 : 99%
5. Hidung
Tidak ada kelainan. Terpasang
O2 Nasal 0,5

6. Mulut
Tidak ada kelainan. Terpasang OGT
7. Dada/Thorax dekompresi.
Tidak ada kelainan. ada retraksi ringan,
suara nafas ada ronchi, ada suara
wheezing kadang-kadang.

8. Refleks
Refleks Morro : + Refleks Grasping : +
Refleks Babynski : + Refleks Swallowing : +
Refleks Shucking : + Refleks Rooting : lemah
Analisis
By. Ny. A usia 16 hari dengan BBLR dan
cerebral palsy, sesuai masa

Penatalaksanaan
1. Memantau TTV secara intensif, setiap 1 jam
2. Melakukan informed consent pada saat masuk ke NICU, keluarga bersedia banyi nya dilakukan
tindakan. Co inkubasi
3. Menjelaskan terjadinya cerebral palsy karena efek oxygenasi saat hamil, ibu paham
4. Saat pulang untuk therapy cerebral palsy, untuk fisiotherapy dari kepala sampai tungkai
5. Massage, perkusi pada punggung. Bayi terlihat tenang
6. Mengganti OGT, OGT terpasang untuk memenuhi kebutuhan cairan, cairan diberikan secara OGT
dengan jumlah 12,5 ml. Bayi memuntahkan sebagian sufor yang diberikan.
7. Memantau pernafasan saat pergantian dari ventilator ke O2 nasal.
8. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, SOAP telah dibuat.
Pembahasan
Pembahasan
Dalam studi kasus ini penulis membahas tentang asuhan kebidanan kegawatdaruratan pada By. Ny. A usia 16
hari postnatal dengan BBLR dan cerebral palsy. Dalam pembahasan ini penulis akan membahas mengenai
pemberian asuhan kebidanan kegawatdaruratan neonatal yang telah dilakukan pada tanggal 27 Februari 2023
pukul 10.00 WIB di ruang NICU RSUD Dr. Slamet Garut. Sebelum pemeriksaan dilakukan, maka melakukan
pengukuran suhu tubuh bayi terlebih dahulu, suhu By. Ny. A yaitu 36,6°C, suhu tubuh bayi menunjukan suhu
normal. Karena pemeriksaan suhu tubuh bayi dalam keadaan normal maka pemeriksaan dilanjutkan.

Pada data subjektif, didapatkan hasil bahwa ibu telah melahirkan anak kelimanya secara section caesaria yang
di tolong oleh dr. Sp.OG karena dilakukannya terminasi atas indikasi terjadinya eklampsi dengan usia kehamilan
ibu 29- 30 minggu. Menurut Kemenkes (2016) Preeklamsia selama kehamilan menjadi factor predisposisi
terjadinya kelahiran preterm. Persalinan preterm terjadi sebelum usia kehamilan aterm (dibawah 37 minggu),
dimana kondisi bayi lahir dengan berat dibawah normal (BBLR).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusridawati (2021) bahwa prematuritas murni adalah bayi yang
lahir dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu, semakin pendek usia kehamilan maka semakin kurang
sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuh. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Purwanto
(2017) didapatkan hasil analisis bivariat antara hubungan umur kehamilan dengan kejadian BBLR terbukti
signifikan sehingga ada hubungan antara umur kehamilan dengan kejadian BBLR.
Lanjutan…
.

Pada penelitian oleh Sasmita, dkk (2020) juga menyatakan ada hubungan bermakna antara usia kehamilan
dengan kejadian BBLR. Kejadian BBLR juga proporsinya lebih besar terjadi pada usia kehamilan preterm (<37
minggu) yaitu (67,9%) dibandingkan dengan usia kehamilan aterm (≥37 minggu) yaitu (29,2%). Didapatkan
pula usia kehamilan preterm berisiko 4 kali lebih besar menyebabkan bayi mengalami BBLR dibandingkan
dengan usia kehamilan aterm.

Apabila usia kehamilan ibu yang rendah (kurang dari normal) akan menyebabkan pertumbuhan janin yang
terhambat dan akan berakibat terhadap berat badan bayi yang dilahirkan. Lepasnya plasenta lebih cepat
merupakan salah satu penyebab umum bayi kurang bulan. Organ tubuh bayi dengan gestasi yang kurang
akan tidak berfungsi secara normal karena pertumbuhannya yang belum optimal pada saat didalam rahim
sehingga bayi tersebut rentan apabila hidup di luar rahim dan kemungkinan akan sulit untuk bertahan
hidup. Selain itu bayi dengan berat lahir rendah akan mengalami komplikasi karena ketidaksempurnaan
organ tubuhnya akibat usia kehamilan yang terlalu muda atau kurang (Sasmita dkk, 2020).
Lanjutan…
.

Selain itu, pada data subjektif juga didapatkan hasil bahwa berat badan pada By. Ny. A ketika lahir yaitu sebesar 1750 gram
dan ketika pengkajian didapatkan hasil 1395 gram, kondisi tersebut dapat di nyatakan bahwa By. Ny. A termasuk kedalam
kategori BBLR. Hal ini sejalan dengan teori Bickley, LS tahun 2012 pada Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan
mengenai klasifikasi berat badan pada bayi baru lahir yaitu <1000 gram termasuk berat badan lahir extrim rendah (BBLER),
<1500 gram termasuk berat badan lahir sangat rendah (BBLSR), <2500 gram termasuk berat badan lahir rendah (BBLR) dan
>2500 gram termasuk berat badan normal.

Terpasang OGT minum pada bayi Ny. A dikarenakan rooting refleks yang lemah membuat bayi tidak mampu untuk
menyusu secara langsung. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jika bayi tidak mampu untuk mengisap
maka dapat dilakukan dengan cara ASI dapat diperas terlebih dahulu lalu diberikan kepada bayi dengan menggunakan
sendok atau dapat dengan cara memasang sonde ke lambung secara langsung. Jika ASI tidak dapat mencukupi atau bahkan
tidak ada, khusus pada bayi dengan BBLR dapat digunakan susu formula yang komposisinya mirip ASI atau biasanya dapat
disebut susu formula khusus untuk bayi BBLR (Hartini, 2017).

Asuhan yang dilakukan pada bayi Ny. A di ruang NICU RSUD Dr. Slamet Garut sudah sesuai standar, dimulai dari anamnesa,
pengukuran tanda-tanda vital, antropometri, pemeriksaan head to toe dan kondisi bayi stabil.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang di dapat dari pengkajian data mengenai asuhan
kebidanan kegawatdaruratan bayi, yaitu :
1. Berdasarkan data subjektif di dapatkanBy. Ny. A usia 16 hari postnatal dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
2. Berdasarkan data objektif serta semua hasil pemeriksaan yang telah di
lakukan didapatkan bahwa berat By.Ny. A sebesar 1395 gram dan selebihnya
dalam batas normal pada By. Ny. A
3. Berdasarkan data subjektif dan objektif dapat dirumuskan diagnosis By. Ny. A
usia 16 hari postnatal dengan BBLR
4. Dari analisis data tersebut dapat dilaksanakan perencanaan asuhan
kebidanan pada By. Ny. A usia 16 hari postnatal dengan BBLR.
Ada Pertanyaan?

Anda mungkin juga menyukai