Anda di halaman 1dari 13

Oleh

Apria Wayah Patra S.N.(165060401111010)


Novansyah Fajri()
Muhamad Farid Nurkholis(165060401111020)
Moch. Nur fahrudin farid(165060400111025)
Kearifan lokal dapat dimaknai sebuah pemikiran tentang
hidup. Pemikiran tersebut dilandasi nalar jernih, budi yang baik,
dan memuat hal-hal positif. Kearifan lokal dapat diterjemahkan
sebagai karya akal budi, perasaan mendalam, tabiat, bentuk
perangai, dan anjuran untuk kemuliaan manusia. Penguasaan atas
kearifan lokal akan mengusung jiwa mereka semakin berbudi
luhur.
Menurut Rahyono (2009:7) kearifan lokal merupakan kecerdasan
manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang
diperoleh melalui pengalaman masyarakat. Artinya, kearifan
lokal adalah hasil dari masyarakat tertentu melalui pengalaman
mereka dan belum tentu dialami oleh masyarakat yang lain.
Nilai-nilai tersebut akan melekat sangat kuat pada masyarakat
tertentu dan nilai itu sudah melalui perjalanan waktu yang
panjang, sepanjang keberadaan masyarakat tersebut.
SUBAK (Bali): Salah satu teknologi tradisional pemakaian air
secara efisien dalam pertanian dilakukan dengan cara Subak.
Lewat saluran pengairan yang ada pembagian aliran berdasarkan
luas areal sawah dan masa pertumbuhan padi dilakukan dengan
menggunakan alat bagi yang terdiri dari batang pohon kelapa
atau kayu tahan air lainnya. Kayu ini dibentuk sedemikian rupa
dengan cekukan atau pahatan dengan kedalaman berbeda
sehingga debit air yang mengalir di satu bagian berbeda dengan
debit air yang mengalir di bagian lainnya. Kayu pembagi air ini
dapat dipindah-pindah dan dipasang diselokan sesuai dengan
keperluan, yang pengaturannya ditentukan oleh Kelihan Yeh
atau petugas pengatur pembagian air.
• Hutan Larangan Adat ( Desa Rumbio Kec. Kampar Prov. Riau )
Kearifan Lokal ini dibuat dengan tujuan untuk agar masyarakat sekitar bersama-sama
melestarikan hutan disana, dimana ada peraturan untuk tidak boleh menebang pohon
dihutan tersebut dan akan dikenakan denda seperti beras 100 kg atau berupa uang
sebesat Rp 6.000.000,-  jika melanggar.
• Awig-Awig ( Lombok Barat dan Bali )
Merupakan aturan adat yang menjadi pedoman untuk bertindak dan bersikap terutama
dalam hal berinteraksi dan mengolah sumber daya alam dan lingkungan didaerah
Lombok Barat dan Bali.
• Cingcowong ( Sunda / Jawa Barat )
Merupakan upacara untuk meminta hujan, tradisi Cingcowong ini dilakukan turun
temurun oleh masyarakat Luragung guna untuk melestarikan budaya serta menunjukan
bagaimana suatu permintaan kepada yang Maha Kuasa apabila tanpa adanya patuh
terhadap perintahNya.
• Bebie ( Muara Enim – Sumatera Selatan )
Merupakan tradisi menanam dan memanen padi secara bersama-sama dengan tujuan
agar pemanenan padi cepat selesai, dan setelah panen selesai akan diadakan perayaan
sebagai bentuk rasa syukur atas panen yang sukses.
1. untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.
2. untuk mengembangkan sumber daya alam.
3. sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu
pengetahuan.
4. sebagai petuah, kepercayaan, sastra, pantangan .
• Kearifan lokal merupakan fenomena yang luas dan
komprehensif. Cakupan kearifan lokal cukup banyak dan beragam
sehingga sulit dibatasi oleh ruang. Kearifan tradisional dan kearifan
kini berbeda dengan kearifan lokal. Kearifan lokal lebih menekankan
pada tempat dan lokalitas dari kearifan tersebut sehingga tidak harus
merupakan sebuah kearifan yang telah diwariskan dari generasi ke
generasi. Kearifan lokal bisa merupakan kearifan yang belum lama
muncul dalam suatu komunitas sebagai hasil dari interaksinya
denganlingkungan alam dan interaksinya dengan masyarakat serta
budaya lain. Oleh karena itu, kearifan lokal tidak selalu bersifat
tradisional karena dia dapat mencakup kearifan masa kini dan karena
itu pula lebih luas maknanya daripada kearifan tradisional.

INTEGRASI NASIONAL
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan
perbedaan perbedaan (tidak peleburan) yang ada pada suatu
negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara
nasional.
• Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.

• Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.

• Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan merebut,
menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.

• Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh banyak
pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.

• Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan
UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan bahasa Indonesia.

• Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila, dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

• Pengembangan budaya gotong royong yang merupakan ciri khas kepribadian bangsa Indonesia secara
turun temurun.
• Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) .
• Wilayah negara yang begitu luas
• Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan dan persatuan
bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
• Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan
pembangunan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa.
• Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa
yang menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
• Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh
budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
• Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran
dan kehendak untuk bersatu.
• Menciptakan kondisi dan membiasakan diri untuk selalu
membangun konsensus.
• Membangun kelembagaan (pranata) yang berakarkan nilai dan
norma (nilai-nilai Pancasila) yang menyuburkan persatuan dan
kesatuan bangsa.
• Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan
tepat dalam aspek kehidupan dan pembangunan bangsa yang
mencerminkan keadilan bagi semua pihak, semua wilayah.
• Upaya bersama dan pembinaan integrasi nasional memerlukan
kepemimpinan yang arif dan bijaksana, serta efektif.
SEKIAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai