FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SATRA INDONESIA TAHUN 2022/2023 Pengertian Makna Makna adalah gejala dalam ujaran (utterance-internal phenomenon). Ferdinand de Saussure, setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur yaitu : 1) Yang diartikan (Perncis : signife, Inggris, Signified) 2) Yang mengartikan (Perancis, signifiant, inggris, signifier) Misalnya meja hijau yang bermakna pengadilan, sampul surat yang bermakna amplop, dan mata sapi yang berarti telor yang digoreng tanpa dihancurkan. Informasi Informasi adalah gejala-luar-ujaran (utterance-external phenomenon ). informasi menyangkut segi objek yang dibicarakan. - kata ayah dan bapak karena bentuknya berbeda maka maknanya pun berbeda. - Dika menendang bola dan kalimat Bola ditendang Dika, maknanya juga berbeda. Maksud Maksud adalah sesuatu yang lain yang juga luar ujaran.Maksud dilihat dari segi Si pengujar, orang yang berbicara atau pihak subjeknya. Contoh: seorang ayah setelah memeriksa buku rapor anaknya, dan melihat bahwa angka-angka dalam buku rapor itu banyak yang merah, berkata kepada anaknya dengan nada memuji “Rapormu bagus sekali, Nak!”, Jelas, dia tidak bermaksud memuji walaupun nadanya memuji. Dengan kalimat itu dia sebenarnya bermaksud menegur atau mungkin juga mengejek anaknya itu. Tanda, Lambang, Konsep, dan Definisi -Tanda dalam bahasa Indonesia pertama-tama adalah berarti “bekas”. Contoh: Pukulan rotan yang cukup keras pada punggung akan memberi bekas. -Lambang sebenarnya juga adalah tanda. Hanya bedanya lambang ini tidak memberi tanda secara langsung, melainkan melalui sesuatu yang lain. Contoh: Warna merah pada bendera sang merah putih merupakan lambang “kesucian”. - Konsep sebagai referen dari suatu lambang memang tidak pernah bisa “sempurna”. Contoh: kalau kita menyebut (kursi) atau lambang apa saja, orang sering bertanya “apa yang anda maksud dengan kursi itu ?” Semua itu berusaha merumuskan konsep-konsep yang ada dalam dunia, idenya dalam suatu rumusan yang disebut definisi atau batasan. Beberapa Kaidah Umum 1) Hubungan antara sebuah kata/leksem dengan rujukan atau acuannya bersifat arbitrer. 2) Secara sinkronik makna sebuah kata/leksem tidak berubah, secara diakronik ada kemungkinan berubah. 3) Bentuk-bentuk yang berbeda akan berbeda pula maknanya. 4) Setiap bahasa memiliki sistem semantik sendiri yang berbeda dengan sistem semantik bahasa lain. 5) Makna setiap kata/leksem dalam suatu bahasa sangat dipengaruhi oleh pandangan hidup dan sikap anggota masyarakat yang bersangkutan. 6) Luasnya makna yang dikandung sebuah bentuk gramatikal berbanding terbalik dengan luasnya bentuk