Anda di halaman 1dari 25

STRUKTUR KEPEMILIKAN

DAN PRILAKU BISNIS YANG


BERETIKA DALAM
PRAKTIK CGC
KELOMPOK 3

Sintya Indah Chandra Tiarini Silawati Dita Damayanti


05 / 2002622010153 23 / 2002622010171 26 / 2002622010174 27 / 2002622010175
TRUKTUR KEPEMILIKAN PERUSAHAAN

Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara
pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta
para pemegang kepentingan intern dan esktern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan
kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan.
Struktur kepemilikan merupakan suatu tata kelola perusahaan yang digunakan untuk
mengendalikan masalah keagenan atau benturan kepentingan yang mungkin terjadi antara
pemegang saham (pemilik perusahaan) dan manajer atau pihak yang menjalankan perusahaan.
Struktur kepemilikan bertujuan untuk memaksimalkan pengendalian dan pengawasan terhadap
para manajer dalam melaksanakan tugasnya untuk mengelola perusahaan sehingga dapat
memaksimalkan nilai perusahaan.
STRUKTUR KEPEMILIKAN
PERUSAHAAN

Kepemilikan Institusional Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Publik


Kepemilikan institusional adalah Umumnya, Kepemilikan Manajerial Kepemilikan publik adalah
kepemilikan saham suatu perusahaan oleh adalah situasi dimana manajer memiliki proporsi atau jumlah kepemilikan
institusi atau lembaga seperti perusahaan saham perusahaan atau dengan kata lain saham yang dimiliki oleh publik atau
asuransi, bank, perusahaan investasi dan manajer tersebut sekaligus sebagai masyarakat umum yang tidak
kepemilikan institusi lainnya. pemegang saham perusahaan. memiliki hubungan istimewa dengan
perusahaan.
STRUKTUR KEPEMILIKAN PERUSAHAAN

Struktur kepemilikan saham dirancang untuk memaksimalkan pengendalian dan pengawasan manajer untuk
menjalankan tugasnya dalam pengelolaan perusahaan, sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan.
Struktur kepemilikan merupakan satu mekanisme corporate governance untuk mengurangi konflik antara
manajemen dan pemegang saham. Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah bagian dari
struktur kepemilikan yang termasuk dalam mekanisme corporate governance yang dapat mengurangi
masalah keagenan. Good Corporate Governance (GCG) sebagai suatu sistem tata kelola perusahaan yang
baik, dapat mengatur pola hubungan yang harmonis antara pemegang saham dan pihak manajemen.
PERLINDUNGAN HAK TERHADAP
PEMEGANG SAHAM
Hak- Hak Pemegang Saham:
Saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk:
1. Hak untuk menghadiri dan memberikan suara dalam RUPS
berdasarkan prinsip satu saham satu suara.
2. Hak untuk mendapatkan informasi mengenai Perseroan secara tepat
waktu dan teratur.
3. Hak untuk diperlakukan secara adil dan ikut serta dalam pembagian
keuntungan/ deviden.
Perlindungan Hukum
Terhadap Pemegang
Saham Minoritas
Setiap pemegang saham berhak
mengajukan gugatan terhadap Perseroan
ke Pengadilan Negeri yang meliputi daerah
hukum kedudukan Perseroan, apabila
01 dituntut karena Tindakan Perseroan yang
Mengajukan Gugatan Terhadap dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar
Perseroan, Anggota Direksi dan Anggota sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi
Dewan Komisaris dan/atau Dewan Komisaris (pasal 61 ayat
(1) dan (2) UUPT).
Setiap pemegang saham yang berhak meminta kepada
Perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang
wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui
02 tindakan Perseroan yang merugikan pemegang saham
Membeli Saham dengan Harga atau Perseroan, berupa:
a) Perubahan anggaran dasar;
Kurang Wajar b) kejahatan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang
mempunyai nilai lebih dari 50% (lima puluh persen)
kekayaan bersih Perseroan; atau
c) Penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau
dekorasi (pasal 62 ayat (1) UUPT).
Penyelenggaraan RUPS tahunan dan
RUPS lainnya dapat dilakukan atas
permintaan 1 (satu) orang atau lebih
pemegang saham yang bersama-sama
03 mewakili 1/10 (satu persepuluh) atau lebih
Menyelenggarakan RUPS dari jumlah seluruh saham dengan hak
suara, kecuali anggaran dasar yang
menentukan suatu jumlah yang lebih kecil
(pasal 79 ayat (2) huruf a UUPT).
Pemeriksaan terhadap Perseroan dapat dilakukan
dengan tujuan untuk mendapatkan data atau keterangan
04 dalam hal terdapat dugaan bahwa:
Pemeriksaan Terhadap Perseroan a) Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum
yang merugikan pemegang saham atau pihak ketiga;
b) anggota Direksi atau Dewan Komisaris melakukan
perbuatan melawan hukum yang merugikan
Perseroan atau pemegang saham atau pihak ketiga.
( pasal 138 ayat (1), (2) dan (3) huruf a UUPT).
05 Mengajukan Pembubaran Perseroan

Direksi, Dewan Komisaris atau 1 (satu) pemegang saham atau lebih


yang mewakili 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara, dapat mengajukan usul pembubaran Perseroan kepada
RUPS (pasal 144 ayat (1) UUPT).
Kasus PT. Matahari Putra Prima
Tbk
Matahari berubah nama menjadi PT Matahari
Department Store Tbk (MDS) sesudah menjadi entitas
terpisah dari PT Matahari Putra Prima Tbk (MPP) pada
tahun 2009

PT Matahari Department Store Tbk. adalah salah satu


perusahaan ritel terkemuka di Indonesia yang
menyediakan perlengkapan pakaian, aksesoris. produk-

Profil PT. Matahari produk kecantikan dan rumah tangga dengan harga
terjangkau
Departement Store
Asia Color Company Limited, anak Perseroan CVC Capital

Tbk (MDS) Partners Asia menjadi pemegang saham mayoritas Matahari


pada bulan April 2010 sebesar 98,15% (90.76% dibeli dari PT
Matahari Putra Prima Tbk dan 7,24% dibeli dari PT. Pasific
Asia Holding Ltd) dan sisanya 1.85% dimiliki oleh publik dan
lain-lain.
PT Matahari Putra Prima Tbk. adalah perusahaan ritel
Indonesia yang merupakan anak perusahaan dari
perusahaan Grup Lippo. Pada tahun 1972, toko ini
kemudian berkembang menjadi perintis departement store
pertama di Indonesia

Struktur kepemilikan saham MPP adalah PT. Multipolar

Profil PT. Matahari Tbk sebesar 50,01%, dan pemilik saham minoritas dan lain-
lain sebesar 43,21%.
Putra Prima Tbk
Tahun 2010 PT. Matahari Putra Prima (MPP) melakukan joint
venture dengan CVC Capital Partners (CVC) untuk
mendirikan PT. Meadow Asia Company (MAC), Struktur
kepemilikan sahamnya adalah 80% dimiliki oleh CVC dan 20%
dimiliki oleh MPP. Pada tahun 2010 pula MAC mengakuisisi
90,7% saham MDS dari MPP dan 7,24% dari PT. Pasific Asia
Holding Ltd, sehingga total kepemilikan saham MDS sebesar
98.15%
KRONOLOGI PERMASALAHAN
1. Pada Januari 2010 MPP melakukan penandatanganan sales purchase agreement dengan PT CVC
dimana CVC akan mengakuisisi MDS dengan total kepemilikan 90,76% melalui anak
perusahaannya yaitu Meadow Asia Company Limited.
2. 5 Maret 2010, Matahari Putra Prima berniat menggelar RUPS dengan agenda persetujuan
penjualan saham tersebut. MAC mengalokasikan Rp 7,16 triliun untuk membeli 90,76% saham
Matahari Putra Prima di Matahari Department Store. MPP akan menerima pembayaran tunai
sebesar Rp. 5.28 triliun, piutang sebesar Rp. 1 triliun, 20% saham biasa MAC, 20,72% saham
preferen MAC, dan 8 juta warrant dengan total transaksi sebesar Rp. 7.16 triliun. Selain membeli
saham MPP yang ada pada MDS. MAC juga berencana membeli saham Pasific Asia Holding Ltd
sebesar 7,24% sehingga total kepemilikan saham MAC pada MDS adalah sebesar 80%
KRONOLOGI PERMASALAHAN
3. Indikasi pertama, sebelumnya perlu diketahui insider trading adalah aktivitas perdagangan saham
ataupun sekuritas tertentu oleh individu yang mempunyai akses tentang informasi non publik dari
perusahaan tersebut. Dengan kata lain, perdagangan efek perusahaan yang dilakukan oleh orang
yang dikategorikan sebagai orang dalam. Individu tersebut melakukan aktivitas trading dengan
memanfaatkan informasi yang sebetulnya tidak bisa diakses oleh publik.
4. indikasi kedua adanya praktek korporasi yakni praktek "penggorengan saham" atau pengumpulan
saham, guna menaikan harga saham MDS, dapat dilihat dari danya lonjakan kenaikan harga saham
MDS yang tidak wajar dari akhir 2009 sampai Februari 2010, sejak adanya desas-desus mengenai
penjualan saham MDS kepada MAC. Dampak dari transaksi ini, harga saham MDS naik dari Rp.
50 per lembar ke tingkat harga Rp. 1350 per lembar pada tanggal 22 Januari 2010, beberapa hari
sebelum MPP mengumumkan penjualan saham MDS kepada MAC.
KRONOLOGI PERMASALAHAN
5. Kemudian berkaitan pula dengan kasus penjualan saham MDS kepada MAC tersebut, para
pengamat mengindikasikan adanya perlakuan yang tidak setara untuk setiap pemegang saham
MPP, pemegang saham mayoritas dirasa yang paling diuntungkan dalam penjualan tersebut
terutama PT. Multipolar Tbk yang memegang saham terbesar (50,01%) MPP.

6. Permasalahan yang lain adalah adanya unsur leverage buyout (pembelian saham dengan
menggunakan dana pinjaman) mengenai sumber dana tunai untuk membeli MDS yang sebesar Rp.
3.25 triliun. Setelah dilakukan penelusuran, dana sebesar Rp. 3.25 triliun itu ternyata berasal dari
dana pinjaman pada bank CIMB Niaga dan Standard Chartered yang diajukan MDS, jaminan
terhadap kedua bank tersebut adalah saham MDS sendiri sebesar 98% yang akan dibeli oleh
MAC.
Pelanggaran yang Dilakukan Oleh
MPP
PELANGGARAN YANG DILAKUKAN:
1. Pelanggaran Regulasi
Berdasarkan ketentuan dalam UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Dalam kasus ini
terdapar sejumlah unsur pidana, yaitu unsur menipu (Pasal 90), unsur transaksi semu Pasal 91) unsur
orang dalam (Pasal 95), unsur transaksi orang dalam (Pasal 96), dan unsur keuntungan pihak tertentu
(Pasal 92). Kemudian juga terdapat beberapa pelanggaran dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas antara lain:
a. Pasal 3 Ayat 2 ( Pemisahan antar kepentingan Pemegang saham dengan kegiatan perseroan)
b. Pasal 84 Ayat 1 ( Setiap satu saham memiliki satu hak suara)
c. Pasal 86 Ayat 1 ( RUPS dapat dilanjutkan apabila ada ½ seluruh saham)
d. Pasal 52 Ayat 1 mengenai hak-hak pemegang saham

2. Pelanggaran Standar
Ketika Indonesia mengadopsi standar corporate governance dari OECD maka pelanggaran standar yang
dilakukan adalah terhadap prinsip-prinsip OECD terutama pada prinsip ketiga
PELANGGARAN YANG DILAKUKAN:
3. Pelanggaran Peraturan
Transaksi penjualan MDS kepada MAC yang syarat akan benturan kepentingan. transaksi tersebut
diatur secara lebih tegas dalam Peraturan Bapepam No.IX.E.1 sebagaimana telah diperbarui dengan
Keputusan Ketua Bapepam LK No: Kep- 412/BL/2009. Berikut transaksi yang mengandung benturan
kepentingan berdasarkan Peraturan Bapepam No.IX.E.I yang berkaitan dengan kasus Matahari:
a. Membeli saham perseroan lain dimana pemegang saham pemegang saham utama, komisans atau
direksi menjadi pemegang saham atau anggota direksi atau komisaris.
b. Memberi pinjaman kepada perusahaan lain dimana direktur, komisans. Atau pemegang saham
pengendali merupakan pemegang saham, direktur atau komisaris.
c. Memperoleh pinjaman dari perusahaan lain dimana pemegang saham utama, direktur, komisaris
menjadi pemegang saham, direktur, atau komisaris
Penyelesaian Kasus
PENYELESAIAN KASUS
Menganggapi isu penjualan 90,7% saham MDS tersebut, Bapepam-LK selaku badan pengawas pasar modal di
Indonesia melakukan penyelidikan terhadap transaksi tersebut. Kemudian Bapepam-LK menyelenggarakan pertemuan
dengan pihak menejemen MPP. Pada pertemuan tersebut Bapepam LK meminta kepada pihak menejemen MPP untuk
memberikan penjelasan secara lebih rinci kepada publik mengenai transaksi yang bernilai triliunan rupiah tersebut. Dan
kemudian memperoleh hasil bahwa hasil penjualan tersebut akan digunakan untuk melunasi hutang MPP kepada PT.
Multipolar dan juga untuk membagikan dividen yang sebagian juga mengalir ke PT. Multipolar.
Selanjutnya karena hasil keterangan tersebut oleh Bapepam-LK dirasa kurang jelas, Bapepam-LK pun meminta MPP
untuk menunda pelaksanaan RUPS dan membuat bussines plan mengenai penggunaan dana hasil penjualan tersebut dan
ditampilkan dalam bentuk public expose guna menjamin transparansi agar pihak pemegang saham minoritas pun dapat
mengetahui tujuan dari penjualan saham tersebut.
Walaupun analisa Bapepam-LK menemukan indikasi transaksi mencurigakan. tetapi untuk melakukan proses hukum
memerlukan bukti yang materiil. Dan kemudian tanggal 26 Maret 2010 dilaksanakanlah RUPS guna membahas rencana
penjualan saham MDS kepada MAC dan semua shareholder menyetujui rencana penjualan tersebut. PT. Matahari Putra
Prima pun secara resmi menjual 90,7% saham PT. Matahari Department Store kepada PT. Meadow Asia Company.
SIMPULAN KASUS
Dari pembahasan kasus diatas terlihat bahwa tidak terdapat bukti yang materiil terhadap
kasus transaksi penjualan MDS oleh MPPA yang banyak menuai protes. Namun transaksi
insider trading dan praktek korporasi untuk menaikan saham memanglah sangat jelas
terlihat dalam transaksi tersebut terutama dalam dua transaksi berikut:
1. MPPA menjual saham MDS kepada MAC pada tahun 2010 dimana MAC juga baru
dibentuk pada tahun tersebut dan MPP memiliki 20% kepemilikan terhadap MAC. Pada
saat isu penjualan saham tersebut muncul harga saham MDS melonjak naik.
2. Dana yang digunakan untuk pembelian saham tersebut adalah dana yang dipinjam oleh
MPP kepada dua bank CIMB Niaga dan Standard Chartered dengan jaminan 90,7%
saham MDS, yang kemudian dana tersebut dipinjamkan kepada MAC untuk membeli
saham MDS
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai