Anda di halaman 1dari 97

MANAJEMEN PENGAWASAN

DIKLAT MANAJEMEN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN APIP


Kompetensi Dasar

• Setelah mempelajari modul ini, peserta diklat diharapkan mampu


memahami konsep manajemen pengawasan dalam pelaksanaan
kegiatan pengawasan.

• Indikator Keberhasilan  Peserta mampu:


• menjelaskan konsep dasar pengawasan intern;
• menjelaskan konsep manajemen pengawasan;
• menyusun rencana kegiatan pengawasan;
• mengorganisasikan kegiatan pengawasan;
• melaksanakan/mengaktuasikan kegiatan pengawasan;
• mengendalikan proses kegiatan pengawasan.
agenda

1. Pendahuluan
2. Konsepsi Pengawasan Intern
3. Konsepsi Manajemen Pengawasan
4. Perencanaan Pengawasan
5. Pengorganisasian Pengawasan
6. Aktuasi/Pelaksanaan Pengawasan
7. Pengendalian Pengawasan
KONSEPSI PENGAWASAN INTERN
Indikator Keberhasilan

• Setelah mempelajari bab ini, peserta diklat diharapkan dapat


menjelaskan konsepsi pengawasan intern serta peran dan
kontribusi APIP.
DEFINISI Pengawasan

• adalah semua aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak manajer dalam upaya
memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang direncanakan. (Winardi,
2000)
• pengawasan berhubungan dengan perbandingan antara pelaksanaan aktual rencana,
dan awal untuk langkah perbaikan terhadap penyimpangan dan rencana yang berarti.
(Komaruddin, 1994)
• adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada
perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi untuk membandingkan
kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan untuk menetapkan apakah telah
terjadi suatu penyimpangan serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang
diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan telah digunakan
seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan (Kadarman, 2001).
DEFINISI Pengawasan Intern – SAIPI

• kegiatan yang independen dan objektif dalam bentuk


pemberian keyakinan (assurance activities) dan konsultansi
(consulting activities), yang dirancang untuk memberi nilai
tambah dan meningkatkan operasional sebuah organisasi
(auditi). Kegiatan ini membantu organisasi (auditi) mencapai
tujuannya dengan cara menggunakan pendekatan yang
sistematis dan teratur untuk menilai dan meningkatkan
efektivitas dari proses manajemen risiko, kontrol
(pengendalian), dan tata kelola (sektor publik).
DEFINISI Pengawasan Intern – PP 60/2008
• adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan,
dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan
fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai
bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan
pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
DEFINISI Internal Audit – IIA

• “...an independent, objective assurance and consulting activity


designed to add value and improve an organization’s operations. It
helps an organization accomplish its objectives by bringing a
systematic, disciplined approach to evaluate and improve the
effectiveness of risk management, control, and governance process.”
Karakteristik PENGAWASAN INTERN

• Aktivitas pengawasan intern  assurance dan consulting


• Pengawasan intern dirancang untuk menambah nilai dan
memperbaiki dan meningkatkan operasional organisasi sehingga
membantu organisasi mencapai tujuannya.
• Objek pengawasan intern adalah penilaian penyelenggaraan tugas
dan fungsi pemerintahan untuk kepentingan pimpinan dalam
mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
• Pengawasan intern dilaksanakan dengan pendekatan yang sistematis
dan terstruktur dengan mengevaluasi proses-proses manajemen
risiko, pengendalian, dan tata kelola (governance) organisasi.
AKTIVITAS PENGAWASAN INTERN

• Kegiatan assurance  menilai;


• audit, reviu, evaluasi, dan pemantauan.
• Kegiatan consulting  pemberian bantuan
• asistensi, sosialisasi dan konsultansi.
ASSURANCE vs CONSULTING (1)

Pihak yg terlibat
• Assurance  3 pihak:
• auditor;
• auditi;
• pengguna hasil audit (manajemen puncak)
• Consulting  2 pihak:
• Konsultan (auditor intern)
• Klien (komponen organisasi yg meminta bantuan)
ASSURANCE vs CONSULTING (2)

Standar pelaksanaan
• Assurance  telah diatur secara rinci dalam SAIPI

• Consulting  belum diatur rinci dalam SAIPI, namun di praktek


internasional telah diatur rinci
ASSURANCE vs CONSULTING (3)

Ruang lingkup penugasan


• Assurance  sepenuhnya menjadi kewenangan auditor intern. Auditi
tidak berwenang melibatkan diri atau mempengaruhi penetapan
ruang lingkup penugasan

• Consulting  ditetapkan bersama-sama oleh klien (pihak manajemen


yang meminta bantuan) dan konsultan (auditor intern)
ASSURANCE vs CONSULTING (4)

Tujuan kegiatan
• Assurance  memberikan penilaian; auditor intern harus independen

• Consulting  memberikan bantuan sesuai permintaan; auditor intern


tidak independen
ASSURANCE vs CONSULTING (5)

Penyampaian hasil penugasan


• Assurance  telah diatur rinci dalam SAIPI, al. meliputi kualitas,
metodologi, bentuk, isi, dan frekuensi

• Consulting  belum diatur rinci dalam SAIPI, pada prinsipnya merujuk


pada kesepakatan penugasannya
PENUGASAN KONSULTANSI

• Cermati SAIPI 2021


• Bagaimana pengaturan penugasan Konsultansi dalam SAIPI 2021
• Siapkan bahan paparan singkat.
Evolusi PERAN APIP

• Reperformance  system based auditing  risk based auditing


• Watchdog  consultant  catalyst
• Post audit  post audit/current audit/pre audit
• Paradigma lama  paradigma baru
Paradigma LAMA vs BARU internal auditor
No. Karakteristik Paradigma Lama Paradigma Baru
1. Internal audit Internal control Business risk
process
2. Internal audit Reactive, after-the-fact, Co-active, real-time,
response discontinuous, observers of continous monitoring,
strategic planning activities participants in strategic
planning
3. Risk Risk factors Scenario planning
assessment
4. Internal audit Important controls Important risks
test
Paradigma LAMA vs BARU internal auditor
No. Karakteristik Paradigma Lama Paradigma Baru
5. Internal audit Emphasis on the Emphasis on the significance
methods completeness of detail of the broard business risks
control testing covered
6. Internal audit Internal control: Risk management:
recommenda - Strengthened - Avoid/diversity risk
tions - Cost-benefit - Share/transfer risk
- Efficient/effective - Control/accept risk
7. Internal audit Addressing the functional Addressing the process risks
report controls
8. Internal audit Independent appraisal Integrated risk management
roles in the function and corporate governance
organization
PERUMUSAN Peran APIP

akuntabilita
mandat standar
s
KONDISI peran APIP saat ini
Kapabilitas
Rendah

Indeks Persepsi Hasil survei Opini audit


Korupsi Indonesia integritas KPK  keuangan BPK 
 rendah (2,8) rendah (6,8) banyak tdk WTP

Government
Hasil evaluasi
effectiveness index
laporan kinerja 
WB  rendah
rendah
(minus 0,29)
Sebab Rendahnya Kapabilitas APIP

• Independensi dan objektivitas APIP belum dapat diterapkan sepenuhnya.


• Lemahnya manajemen/tata laksana/bisnis proses APIP.
• Tidak terpenuhinya kebutuhan formasi auditor.
• Kurangnya alokasi anggaran belanja APIP.
• Struktur organisasi dan pola hubungan kerja belum sepenuhnya sesuai
dengan strategi dalam mencapai tujuan APIP yang efektif.
• Kurangnya kegiatan pengembangan kompetensi dan lemahnya manajemen
SDM APIP terutama rekrutmen dan pola karier.
• Organisasi profesi auditor belum terbentuk sehingga standar audit, kode
etik, dan peer review belum sepenuhnya efektif.
Harapan Kapabilitas APIP minimal

• APIP mampu memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan,


kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan
penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah (assurance
activities);
• APIP mampu memberikan peringatan dini dan meningkatkan
efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi
instansi pemerintah (anti corruption activities);
• APIP mampu memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola
penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah (consulting
activities).
KONSEPSI MANAJEMEN PENGAWASAN
DEFINISI Manajemen

• adalah suatu rangkaian prinsip yang berkaitan dengan fungsi-fungsi


perencanaan, pengorganisasian, pengaktualan/aktuasi (actuating),
dan pengendalian (controlling), serta penerapan prinsip-prinsip
tersebut guna memanfaatkan sumber daya secara efisien dan efektif
dalam rangka mencapai tujuan organisasi
Hubungan Fungsi-fungsi Manajemen
3 + 2 KETRAMPILAN DASAR manajer

• Katz 
• Keterampilan konseptual (conceptual skill)
• Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
• Keterampilan teknis (technical skill)
• Griffin 
• Keterampilan manajemen waktu
• Keterampilan membuat keputusan
IACM  model kapabilitas APIP

• yaitu suatu kerangka kerja yang mengindentifikasi aspek-aspek


fundamental yang dibutuhkan untuk pengawasan intern yang efektif
di sektor publik.
• IA-CM menggambarkan jalur evolusi untuk organisasi sektor publik
dalam mengembangkan pengawasan intern yang efektif untuk
memenuhi persyaratan tata kelola organisasi dan harapan profesional.
• IA-CM menunjukkan langkah-langkah untuk maju dari tingkat
pengawasan intern yang kurang kuat menuju kondisi yang kuat,
efektif, serta memiliki kapabilitas pengawasan intern umumnya,
terkait dengan organisasi yang lebih matang dan kompleks.
Fungsi IACM

1. Sarana Komunikasi (a communication vehicles)


2. Kerangka untuk penilaian (a framework for assessment)
3. Peta jalan untuk peningkatan kapabilitas secara sistematis (a road
map for orderly improvement)
Prinsip DASAR Penggunaan IACM

1. Pengawasan intern merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari tata kelola yang
efektif di sektor publik dalam membantu mencapai tujuan organisasi.
2. Tiga variabel yang harus dipertimbangkan saat menilai tingkat kapabilitas suatu APIP
adalah kegiatan pengawasan intern itu sendiri, organisasi, dan lingkungan keseluruhan
dimana organisasi beroperasi.
3. Sebuah organisasi memiliki kewajiban untuk menentukan tingkat optimal kapabilitas
pengawasan intern guna mendukung tata kelola yang dibutuhkan dan untuk mencapai
serta mempertahankan kemampuan yang diinginkan.
4. Tidak setiap organisasi membutuhkan tingkat kapabilitas yang sama, namun semakin tinggi
tingkat kapabilitas adalah semakin baik.
5. Kapabilitas APIP secara langsung terkait dengan tindakan yang diambil oleh pimpinan APIP.
6. Pengawasan intern harus diselenggarakan dengan cara yang hemat biaya.
6 elemen IACM

1. peran dan layanan (service and role);


2. pengelolaan sumber daya manusia (people management);
3. praktik profesional (professional practices);
4. akuntabilitas dan manajemen kinerja (performance management
and acountability);
5. budaya dan hubungan organisasi (organizational relationship and
culture);
6. struktur tata kelola (governance structure).
PERENCANAAN PENGAWASAN
PERENCANAAN

• Perencanaan merupakan suatu proses untuk mengarahkan dan


mencocokkan tujuan dan sasaran dengan sumber daya yang tersedia
dalam rangka pemanfaatan yang optimal dan efektif dari sumber daya
tersebut.
Perencanaan – SAIPI

• Paragraf 3010 SAIPI menyatakan bahwa pimpinan APIP harus menyusun rencana
strategis dan rencana kegiatan audit intern tahunan dengan prioritas pada
kegiatan yang mempunyai risiko terbesar dan selaras dengan tujuan APIP.
• untuk menetapkan apakah yang dimaksud dengan tujuan APIP, perlu diperhatikan
definisi yang digunakan SAIPI terkait dengan tujuan APIP. SAIPI menegaskan
bahwa kegiatan audit intern harus dirancang untuk memberi nilai tambah dan
meningkatkan operasional sebuah organisasi (auditi) untuk membantu organisasi
(auditi) mencapai tujuannya.
• Penegasan ini menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan “selaras dengan
tujuan APIP” adalah tercapainya tujuan organisasi
(pemerintah/kementerian/lembaga/ pemerintah daerah/instansi pemerintah
lainnya) sesuai dengan lingkungan organisasi dimana APIP berada.
PERENCANAAN STRATEGIS PENGAWASAN

• pedoman bagi auditor APIP dalam melaksanakan aktivitas penugasannya;


• dukungan untuk permintaan anggaran audit;
• salah satu cara untuk mengajak manajemen berpartisipasi di dalam menyusun
rencana pengawasan jangka panjang (rencana strategis) dan sekaligus meminta
komitmen mereka mengenai tujuan dan ruang lingkup pengawasan yang
ditetapkan;
• dasar bagi auditor APIP untuk mengukur kinerjanya;
• bukti bahwa pekerjaan pengawasan memiliki alat pengendalian yang memadai;
• informasi kepada auditor eksternal mengenai rencana cakupan pekerjaan
pengawasan yang menjadi tanggung jawab fungsi pengawasan untuk dievaluasi.
Manfaat Perencanaan Strategis Pengawasan

1. dipakai untuk memastikan cakupan pengawasan oleh APIP sudah cukup memadai
sehingga tidak ada kegiatan maupun program di lingkungan kementerian/lembaga
dan pemerintahan daerah yang terlewatkan untuk dievaluasi.
2. harus dapat digunakan sebagai alat kendali setiap pekerjaan pengawasan yang
telah ditetapkan dan untuk menghindarkan tumpang tindih pekerjaan pengawasan
yang tidak perlu.
3. dimaksudkan untuk penugasan staf APIP dan mendorong tingkat disiplin staf APIP.
4. menyajikan arah urutan kegiatan pengawasan yang akan dilaksanakan di setiap
periodenya.
5. untuk mendapatkan komitmen dan partisipasi manajemen (kementerian/lembaga
dan pemerintah daerah) dan seluruh unit kerja (satuan kerja perangkat daerah).
Langkah Penyusunan Perencanaan Strategis Pengawasan

1. Penetapan audit universe, yaitu populasi unit-unit yang layak diaudit


dari organisasi auditi.
2. Penetapan kegiatan audit (termasuk reviu dan aktivitas audit intern
lainnya) yang sifatnya mandatori, seperti reviu Laporan Keuangan.
Penetapan ini digunakan untuk memperhitungkan sumber daya
(waktu, anggaran, dan SDM) yang masih tersisa untuk dibuatkan
rencana penugasannya.
3. Penetapan pendekatan frekuensi audit untuk masing-masing unit
layak audit.
4. Penyusunan rencana strategis pengawasan lima tahunan.
PENDEKATAN PENETAPAN FREKUENSI AUDIT

1. Penetapan frekuensi audit dengan menggunakan model algoritma


2. Penetapan frekuensi audit dengan menggunakan nilai risiko auditi
dan variabel lainnya.
a. Tabel matriks risiko dan kinerja auditable unit
b. Tabel matriks risiko dan posisi penting auditable unit
Model Algoritma

Rencana audit tahunan = H + M/2 + L/3

Prioritas Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V


Prioritas I Unit A Unit A Unit A Unit A Unit A
Unit B Unit B Unit B Unit B Unit B
Unit C Unit C Unit C Unit C Unit C
Prioritas II Unit D Unit E Unit D Unit E Unit D
Prioritas III Unit F Unit G Unit H Unit F Unit G
Tabel Matriks Risiko dan Kinerja

Memuaskan Cukup Tidak


Risiko/kinerja
sekali memuaskan memuaskan
Tinggi 12 9 6

Sedang 18 12 9

Rendah 24 18 12
Tabel Matriks Risiko dan Posisi Penting

Risiko/Posisi
Tinggi Sedang Rendah
Penting
Tinggi 6 12 18
Sedang 12 18 24
Rendah 18 24 30
PERENCANAAN PENGAWASAN TAHUNAN

Tahapan audit berbasis risiko – IIA


1. Tahap 1 – penetapan tingkat maturitas pengelolaan risiko
organisasi.
2. Tahap 2 – penyusunan rencana audit tahunan.
3. Tahap 3 – penugasan audit individual.
Tahap 1 – penetapan tingkat
maturitas pengelolaan risiko
organisasi.

• Untuk menetapkan:
• Strategi kegiatan pengawasan  consulting atau assurance
• Penetapan daftar risiko yg akan digunakan dlm proses penyusunan rencana
pengawasan tahunan  menggunakan ketentuan dlm Tabel (hal berikutnya)
Risk Maturity Karakteristik Pendekatan Perencanaan
Level
Risk naïve Organisasi belum membangun Dorong penerapan manajemen
manajemen risiko sama sekali atau
risiko dan gunakan metode
sudah ada manajemen risiko perencanaan audit alternatif
namun masih sangat lemah. (selain dengan daftar risiko
manajemen).
Risk aware Organisasi relatif sudah Dorong penerapan manajemen
membangun manajemen risiko risiko pada tingkat organisasi
namun belum diterapkan atau secara keseluruhan dan gunakan
penerapannya belum memadai. metode perencanaan audit
alternatif (selain dengan daftar
risiko manajemen).

Risk defined Organisasi relatif sudah Fasilitasi/dampingi organisasi


membangun manajemen risiko untuk menerapkan manajemen
namun penerapannya masih risiko dan sedapat mungkin
banyak kelemahan. menggunakan daftar risiko yang
disusun manajemen sebagai acuan
metode perencanaan auditnya.
Risk Maturity Karakteristik Pendekatan Perencanaan
Level
Risk managed Organisasi sudah membangun Lakukan audit terhadap proses
manajemen risiko dan telah manajemen risiko organisasi
diterapkan dengan baik
dan sedapat mungkin
meskipun masih terdapat
menggunkan daftar risiko hasil
beberapa kelemahan dalam asesmen manajemen sebagai
pelaksanaannya. acuan metode perencanaan
auditnya.
Risk enabled organisasi sudah membangun Lakukan audit terhadap proses
manajemen risiko dan telah manajemen risiko organisasi
diterapkan dengan baik. dan sedapat mungkin
menggunkan daftar risiko hasil
asesmen manajemen sebagai
acuan metode perencanaan
auditnya.
Tahap 2 – penyusunan rencana pengawasan tahunan

1. Penetapan audit universe.


2. Penetapan faktor risiko yang akan digunakan dalam perencanaan.
3. Penetapan kriteria skoring untuk setiap faktor risiko.
4. Menghitung skor masing-masing auditable unit berdasarkan kriteria skoring tersebut di
atas. Dalam tahapan ini, jika perlu, bobot masing-masing faktor risiko dapat dibedakan
sesuai dengan pertimbangan tingkat kepentingan dari masing-masing faktor risiko.
5. Menetapkan urutan prioritas masing-masing auditable units.
6. Menetapkan kebutuhan waktu/sumber daya audit untuk masing-masing auditable unit
atau berdasarkan kelompok auditable unit.
7. Menetapkan jumlah sumber daya yang tersedia. Sumber daya yang perlu diperhatikan
adalah anggaran, hari yang tersedia, dan jumlah auditor.
8. Menyusun rencana pengawasan tahunan berdasarkan pertimbangan ketersediaan
sumber daya.
Audit Universe

• Audit universe terdiri atas seluruh auditable unit yang ada pada suatu
organisasi.
• Auditable unit adalah bagian dari organisasi yang, baik secara nyata
maupun potensial, dapat mengandung risiko pada tingkatan yang
memerlukan adanya pengendalian dan audit.
• Kriteria umum untuk menentukan bagian organisasi menjadi
auditable unit adalah:
• peran dan kontribusi terhadap pencapaian tujuan organisasi;
• tingkat signifikansi dan materialitas dampak terhadap organisasi;
• pertimbangan biaya dan manfaat audit.
Faktor Risiko – IIA

• iklim etika kerja dan tekanan kepada • tingkat komputerisasi sistem


manajemen untuk memenuhi tujuan informasi;
dan target yang ditentukan; • ketersebaran lokasi geografis;
• kompetensi, integritas, dan • kecukupan dan efektivitas struktur
kecukupan jumlah pegawai; pengendalian internal;
• jumlah aset, tingkat likuiditas, dan • perubahan-perubahan organisasi,
volume transaksi; operasi, teknologi, dan ekonomi;
• kondisi ekonomi dan keuangan; • judgement manajemen dan
• tingkat persaingan; kebijakan akuntansi;
• kompleksitas dan fluktuasi kegiatan; • respon dan tindak lanjut atas
• dampak terhadap pelanggan, temuan audit;
pemasok, dan peraturan pemerintah • waktu dan hasil audit sebelumnya
CONTOH – Kriteria Skoring Faktor Risiko

Skor Anggaran Nilai SAKIP Jumlah Jmlh Temuan Kondisi SPI


Temuan (Rp) (kejadian)

1 < 1 milyar > 78 < 25 juta 1 kejadian Sangat baik


2 1 – 5 milyar 70 – 78 25 – 100 juta 2 – 3 kejadian Baik
3 5 – 10 milyar 65 – 70 100 – 250 juta 4 – 6 kejadian Cukup

4 10 – 25 milyar 60 – 65 250 – 500 juta 7 – 9 kejadian Buruk

5 > 25 milyar < 60 > 500 juta ≥ 10 kejadian Sangat buruk


Bagan arus penyusunan rencana pengawasan tahunan dengan menggunakan daftar risiko
PENGORGANISASIAN PENGAWASAN
MATERI HARI KE-3
Indikator Keberhasilan:

Mampu memahami pengelolaan sumber daya


dalam organisasi pengawasan
TOPIK BAHASAN:

PENGERTIAN
PENGORGANISASIAN
ORGANISASI PENGAWASAN
KEWENANGAN ORGANISASI
PENGAWASAN
SUMBER DAYA MANUSIA

PENGELOLAAN ANGARAN
METODE KERJA
PENGERTIAN PENGORGANISASIAN PENGAWASAN

Fungsi manajemen untuk mengelola sumber daya organisasi


yang dimiliki untuk dapat diarahkan dalam pencapaian
tujuan.
Sumber daya tersebut dapat berupa manusia, dana, maupun
sumber daya lain yang bersifat fisik
ORGANISASI PENGAWASAN

Struktur organisasi APIP hendaklah memiliki kaitan yang erat dengan independensi
(kemandirian) dan objektivitasnya dalam melaksanakan tugas pengawasan

Contoh struktur organisasi :

Menteri

Sekretaris Inspektorat
Jenderal Jenderal

Direktorat Direktorat Direktorat


Jenderal Jenderal Jenderal

Menggambarkan pengawas internal mempunyai jarak pandang, wewenang dan tanggung jawab yang
memadai untuk mengevaluasi penilaian manajemen atas aktivitas pengendalian internal yang terpasang di
organisasi pemerintahan.
PENUGASAN
ORGANISASIAUDITOR
PENGAWASAN
Dalam pelaksanaan penugasan pengawasan terdapat empat jabatan
yang perlu diketahui, yaitu:
1. Pimpinan Tertinggi Organisasi (PTO),
2. Pimpinan Tertinggi Unit Audit Intern (PTUAI),
3. Manajer Pengawasan (MP),
4. Jabatan Fungsional Auditor, yang terdiri dari
a. Pengendali Mutu Audit (PM),
b. Pengendali Teknis Audit (PT),
c. Ketua Tim Audit (KT),
d. Anggota Tim Audit (AT).

Jabatan BPKP ITJEN Inspektorat Inspektorat


Prov Kab/Kota
PTO Presiden Menteri Gubernur Bupati/Walikota
PTUAI Ka BPKP Irjen Ka Bawas Ka Bawas
MP Dir /Kaper Inspektur Ka Bidang Ka Bidang
PENUGASAN AUDITOR
ORGANISASI PENGAWASAN

Dalam pelaksanaan tugasnya, terdapat tiga hal yang menjadi tanggung jawab Pimpinan
APIP, yaitu:

Pelaksanaan pengawasan telah memenuhi harapan Pimpinan Tertinggi Organisasi


(tujuan);

Pelaksanaan pengawasan telah memenuhi Standar Profesi Pengawasan Audit


(mutu profesi);

Pelaksanaan pengawasan telah dilaksanakan secara ekonomis, efisien dan efektif.


KEWENANGAN ORGANISASI
Kewenangan organisasi APIP sangat tergantung komitmen
Pimpinan Organisasi

Audit Charter menjadi hal penting dalam kejelasan kewenangan


APIP

Audit Charter setidaknya memuat hal berikut :

Pernyataan wewenang dan Pernyataan Kebijakan Fungsi


tanggung jawab APIP Pengawasan

• perhatian pemerintah terhadap • Berupa dukungan dan komitmen


tujuan, misi, dan wewenang APIP terhadap eksistensi, peran dan
di lingkungan fungsi dari APIP harus dinyatakan
pemerintahan/organisasi dengan jelas dan tertulis serta
pemerintahan disebarluaskan kepada yang
berkepentingan
SUMBER DAYA MANUSIA
dalam menentukan kebutuhan dan pengembangan sumber daya
manusia auditor sekurang-kurangnya meliputi kegiatan sebagai
berikut:

Penyiapan uraian tugas tertulis untuk setiap jenjang auditor.

Perekrutan dan pemilihan auditor yang memiliki kualifikasi dan kompetensi.

Pemberian pendidikan dan pelatihan teknis yang sesuai dengan kebutuhan


dan pemberian kesempatan untuk pendidikan profesi yang berkelanjutan.

Evaluasi kinerja auditor sekurang-kurangnya setiap tahun sekali.

Penyediaan sarana konsultasi bagi setiap auditor atas kinerja dan


pengembangan profesionalitasnya
SUMBER DAYA MANUSIA
Standar profesional auditor intern mengatur tentang
kecakapan seorang auditor intern sebagai berikut:

• Setiap auditor intern memiliki pengetahuan dan keahlian tertentu


• Seorang auditor hendaknya memiliki keahlian dalam berhubungan
dengan orang lain (interpersonal skill) dan mampu berkomunikasi
dengan efektif.
• Penetapan tingkat pendidikan dan pengalaman yang sesuai dengan
cakupan pekerjaan dan tingkat pertanggungjawaban yang akan
dilakukan.
• Staf audit intern secara kolektif memiliki pengetahuan dan keahlian
dasar yang diperlukan dalam pelaksanaan profesinya dalam organisasi
pengawasan intern.
SUMBER DAYA MANUSIA
Pengetahuan dan keahlian tertentu bagi Auditor:

Kecakapan dalam menerapkan standar,


prosedur, dan teknik audit intern dalam
penugasannya;

Kecakapan dalam prinsip dan teknik


akuntansi;

Pemahaman akan prinsip-prinsip manajemen


dan teknologi informasi.
SUMBER DAYA MANUSIA
Manajemen Pengetahuan untuk peningkatan kompetensi Auditor
(Pengetahuan sebagai aset organisasi harus dikelola dengan baik)
Proses Manajemen Pengetahuan:
Perolehan dan pengembangan Pengetahuan

Penyimpanan pengetahuan

Pengolahan dan pengambilan kembali

Penggunaan dan penyebaran

Evaluasi dan penyempurnaan

Contoh : Diskusi kelompok kecil, Pelatihan mandiri


PENGELOLAAN ANGGARAN

Anggaran organisasi pengawasan digunakan untuk:

• beban administrasi
• kegiatan terkait hari pengawasan
• pengembangan SDM,
• biaya bantuan dari tenaga ahli pihak luar.

Beban anggaran untuk kegiatan pengawasan juga dapat


memperhitungkan kegiatan yang belum terjadwal sebelumnya.

Kegiatan yang belum terjadwal bisa berupa permintaan dari unit kerja
dalam internal organisasi pemerintahan, seperti sosialisasi, bimbingan
teknis, maupun kegiatan audit khusus.
METODE KERJA

Pembagian Tugas dan Pemisahan Fungsi

• Pembagian tugas dalam penugasan, dan pemisahan


tugas struktural dan fungsional

Pengembangan Kebijakan dan Pedoman


Audit
• digunakan untuk membimbing dan mengarahkan
auditor dalam melaksanakan pekerjaan pengawasan
METODE KERJA dan SO
Struktur organisasi fungsional
auditor :
Manajer
Pengawasan

Pengen Pengen
dali dali
Mutu Mutu

Pengen Pengen
dali dali
Teknis Teknis

Ketua Ketua
Tim Tim

Anggota Anggota
Tim Tim
METODE KERJA

MANUAL KEBIJAKAN

Beberapa manual kebijakan yang diperlukan oleh


organisasi pengawasan APIP adalah :
• Kebijakan penganggaran dan keuangan
• Kebijakan pelayanan kepada stakeholder
• Kebijakan transparansi dan informasi
• Kebijakan pelaporan hasil pengawasan
• Kebijakan pengawasan berjenjang
• Kebijakan penugasan pengawasan
• Kebijakan pengembangan SDM
• Kebijakan aturan perilaku dan kode etik auditor
• Kebijakan tindak lanjut hasil pengawasan
• Kebijakan perlindungan kertas kerja
METODE KERJA

PEDOMAN AUDIT/PROGRAM AUDIT

Pedoman audit adalah suatu media komunikasi antara


pimpinan dengan auditor yang berisi instruksi dan prosedur
kepada auditor mengenai bagaimana kegiatan audit dilakukan.

Pedoman audit dibuat untuk dapat mencegah adanya individu


yang bergerak menyimpang atau tidak konsisten, dan dapat
memberikan keyakinan bahwa produk akhir dari aktivitas audit
telah memenuhi standard mutu.
AKTUASI/PELAKSANAAN PENGAWASAN
Indikator Keberhasilan:

Mampu memahami pelaksanaan kegiatan


pengawasan
dengan memperhatikan
koordinasi dan komunikasi serta jaminan kualitas
TOPIK BAHASAN:

PENGERTIAN PELAKSANAAN
PENGAWASAN
PENUGASAN AUDITOR

KOORDINASI DAN KOMUNIKASI

DOKUMENTASI PENGAWASAN

JAMINAN KUALITAS

TINDAK LANJUT
PENGERTIAN PELAKSANAAN PENGAWASAN

Proses pelaksanaan pengawasan adalah


tahapan eksekusi dari apa yang telah direncanakan dan
ditunjang dengan apa yang telah diorganisasikan dalam
organisasi pengawasan
PENUGASAN AUDITOR

Hal penting perlu diperhatikan dalam penetapan penugasan :

PEMILIHAN AUDITOR

• Seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan


teknis yang cukup sebagai auditor

INDEPENDENSI DAN OBJEKTIVITAS

• Penugasan agar dilakukan tidak bias dan tidak mengandung


konflik kepentingan
PENUGASAN AUDITOR
PEMILIHAN AUDITOR
Standar Audit APIP :
audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menugaskan auditor adalah:

Faktor Penugasan : Faktor Personalia:

• Jenis dan kompleksitas objek • Kualifikasi personalia;


audit (obrik); • Tersedianya waktu yang telah
• Kondisi objek audit diproyeksikan;
• Industri yang bersifat khusus • Hubungan dengan objek audit;
• Pertimbangan waktu; • Mutasi petugas secara periodik
• Kesempatan untuk melakukan • Kesempatan mengembangkan
pelatihan di lapangan profesi.
PENUGASAN AUDITOR

INDEPENDENSI DAN OBJEKTIVITAS


INDEPENDENSI :
Bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan, tidak tergantung pihak lain

INDEPENDENSI DALAM INDEPENDENSI DALAM


INDEPENDENSI DALAM
PENAMPILAN (IN KOMPETENSI (IN
KENYATAAN (IN FACT)
APPEARANCE) COMPETENCIES)

• Auditor mempunyai • Auditor dipandang dari • Memandang


sifat jujur/integritas pihak lain tidak mudah permasalahan tidak
tinggi dipengaruhi hanya dari satu sudut
pandang (berhubungan
dengan objektifitas)
PENUGASAN AUDITOR
INDEPENDENSI DAN OBJEKTIVITAS

Beberapa cara untuk menjaga independensi :

Memiliki data base supervisi lebih


berisi informasi diperketat jika
Adanya aturan/SOP
kemungkinan Rotasi secara penugasan auditor
pelaporan
terjadinya konflik reguler kemungkinan
Independensi
kepentingan bagi terganggu
setiap auditor. independensi nya
KOORDINASI DAN KOMUNIKASI

KOORDIN • Pemilihan auditor

ASI • Pemilihan obyek audit (perencanaan)


• Saat pelaksanaan kegiatan

INTERNAL

KOORDIN • Penyamaan persepsi dengan

ASI obyek/mitra
• Koordinasi dengan APIP lain

EKSTERNA • Koordinasi dengan auditor eksternal

L
KOORDINASI DAN KOMUNIKASI

KOMUNIKASI HASIL PENGAWASAN

Menurut IIA (Institute of Internal Audit) :


Setiap kegiatan pengawasan assurance maupun consultative harus
dikomunikasikan kepada mitra dan pihak lain yang berkepentingan.

PEMBAHASAN DENGAN
OBJEK/MITRA
KOMUNIKASI HASIL +
adalah
PENGAWASAN LAPORAN HASIL
PENGAWASAN
JAMINAN KUALITAS
DOKUMENTASI PENGAWASAN

Informasi dari kegiatan pengawasan :


bukti, hasil pengamatan, hasil analisis, maupun dokumen permanen yang
didapat dari objek pengawasan

Didokumentasikan dalam Kertas Kerja

Harus dibuat pedoman penyusunan pemeliharaan kertas kerja

yang memuat informasi tentang:


• Status kepemilikan kertas kerja,
• Sistem kearsipan kertas kerja yang berisi penentuan lokasi dan berisi
penyimpanan kertas kerja,
• Aturan tingkat kerahasian kertas kerja.
JAMINAN KUALITAS

JAMINAN KUALITAS MAKRO

• standar kualitas unit pengawasan intern (sebagai


organisasi)

JAMINAN KUALITAS MIKRO

• Standar kualitas pada tingkat kegiatan pengawasan


JAMINAN KUALITAS
PERMENPAN 19 TH 2009
TENTANG PEDOMAN KENDALI MUTU AUDIT
APARAT PENGAWASAN INTERNAL PEMERINTAH

Memuat 9 Aspek Kendali Mutu (Makro dan Mikro) :

Rencana Strategis

Perencanaan Audit

Penyusunan Rencana dan Program Kerja Audit pada Tingkat Tim Audit

Supervisi Audit

Pelaksanaan Audit

Pelaporan Audit

Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Audit

Tata Usaha

Sumber Daya Manusia


SUPERVISI DAPAT DILAKUKAN DENGAN CARA :
Lisan atau tatap muka

Tertulis di kertas kerja audit pelaksana

Menggunakan lembar reviu

SUPERVISI DILAKUKAN UNTUK MEMASTIKAN HAL BERIKUT :

Tim audit memahami tujuan dan rencana audit;

Audit diselenggarakan sesuai dengan standar audit APFP (APIP);

Rencana dan prosedur audit telah diikuti;

Kertas kerja audit memuat bukti yang mendukung pendapat, simpulan, dan rekomendasi;

Tujuan audit telah dicapai;

Laporan audit memuat pendapat, simpulan, atau rekomendasi


JAMINAN KUALITAS
REVIU INTERNAL

dilakukan untuk memberikan keyakinan pada Pimpinan APIP, bahwa seluruh staf
audit termasuk para supervisor (Pengendali Teknis dan Pengendali Mutu) telah
menjalankan pekerjaan auditnya dengan benar

CAKUPAN REVIU INTERNAL :


• Kepatuhan terhadap Standar dan Kode Etik
• Kecukupan atas penerapan kebijakan audit, tujuan, sasaran, ruang
lingkup dan prosedur yang dijalankan
• Kontribusi terhadap manajemen risiko, pelaksanaannya dan proses
pengendalian
• Kepatuhan terhadap ketentuan hukum, peraturan pemerintah dan
kebijakan lain yang ditetapkan.
• Efektivitas operasi
• Nilai tambah dan peningkatan operasi.
TINDAK LANJUT

PRINSIP TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN

Auditor harus mengkomunikasikan kepada auditi bahwa


tanggung jawab untuk menyelesaikan atau menindaklanjuti
temuan audit dan rekomendasi berada pada auditi.

Komunikasi mengenai tanggung jawab penyelesaian tindak


lanjut untuk menegaskan bahwa auditi bertanggung jawab
untuk menindaklanjuti temuan dan rekomendasi audit.

Sebelum kegiatan audit berakhir, auditor harus memperoleh


pernyataan atau penegasan tertulis dari auditi bahwa hasil
auditnya akan ditindaklanjuti.
TINDAK LANJUT

PROSEDUR PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN

Auditor harus memantau dan mendorong tindak lanjut atas temuan beserta
rekomendasi.

Auditor harus mendokumentasikan data temuan audit untuk keperluan


pemantauan tindak lanjut dan memutakhirkan

Pemantauan dan penilaian tindak lanjut bertujuan untuk memastikan bahwa


tindakan yang tepat telah dilaksanakan oleh auditi sesuai rekomendasi.

Apabila auditi telah menindaklanjuti temuan dengan cara yang berlainan


dengan rekomendasi yang diberikan, auditor harus menilai efektifitas
penyelesaian tindak lanjut.
PENGENDALIAN PENGAWASAN
MATERI HARI KE EMPAT
Indikator Keberhasilan:

Mampu memahami pengendalian pengawasan


dengan prinsip pengendalian diri
berdasar SPIP untuk menjamin hasil pengawasan yang berkualitas
Formulir Kendali Mutu sesuai PerMenneg PANRB
No. 19 Tahun 2009
Tahapan Audit Jenis Formulir Nama Formulir
Rencana Strategis 1. Formulir Tujuan, Sasaran dan Strategi Audit Formulir KMA 01
Perencanaan Audit 2. Formulir Peta Audit APIP Formulir KMA 02
APIP 3. Formulir Rencana Audit Jangka Menengah Lima Formulir KMA 03
Tahunan  
4. Formulir Usulan Program Kerja Audit Tahunan (UPKAT) Formulir KMA 04
5. Formulir Program Kerja Audit Tahunan Formulir KMA 05

Penyusunan 6. Formulir Kartu Penugasan Formulir KMA 06


Rencana dan 7. Formulir Alokasi Anggaran Waktu Audit Formulir KMA 07
Program Kerja 8. Formulir Laporan Mingguan Formulir KMA 08
Audit pada Tingkat 9. Program Kerja Audit Formulir KMA 09
Tim Audit 10. Formulir Check List Penyelesaian Penugasan Formulir KMA 10
Perencanaan  
11. Notulensi Kesepakatan Formulir KMA 11
Formulir Kendali Mutu sesuai PerMenneg PANRB No. 19 Tahun
2009

Supervisi Audit 12.Formulir LembarReviu Supervisi Formulir KMA 12


Pelaksanaan Audit 13.Formulir Laporan Mingguan Pengujian dan Evaluasi Formulir KMA 13
14.Checklist Penyelesaian Pengujian dan Evaluasi Formulir KMA 14

Pelaporan Audit 15.Formulir Pengendalian Penyusunan Laporan Formulir KMA 15


16.Formulir Reviu Konsep Laporan Formulir KMA 16
17.Formulir Checklist Penyelesaian Laporan Formulir KMA 17

Pemantauan 18.Formulir Konsep Temuan dan Rencana Tindak Lanjut Formulir KMA 18
Tindak Lanjut Hasil 19.Formulir Laporan Tindak Lanjut Temuan Audit Formulir KMA 19
Audit 20.Formulir Laporan Pemantauan Tindak Lanjut Formulir KMA 20
21.Berita Acara Pemutakhiran Data Formulir KMA 21
Formulir Kendali Mutu sesuai PerMenneg PANRB No. 19 Tahun 2009

Tata Usaha 22.Rencana Audit Dilihat Dari Objek Audit Formulir KMA 22
23.Perencanaan Petugas Audit (Auditor) Formulir KMA 23
24.Anggaran Biaya Audit Formulir KMA 24
25.Rekapitulasi Anggaran Biaya Formulir KMA 25
26.Bon Peminjaman Bertas Formulir KMA 26
27.SuratTugas Formulir KMA 27
28.Surat Penyampaian Temuan Formulir KMA 28

SDM 29.Penilaian Kinerja Auditor Atas Penugasan Audit Formulir KMA 29


30.Kartu Penilaian Kinerja Auditor Formulir KMA 30
Surat Edaran Kepala BPKP
No: SE – 448/K/1990
1. Rencana Pengawasan dilihat dari segi auditor 7. Daftar Rincian Pemakaian Hari Kerja yang
(Formulir KM 1); disusun untuk semua auditor setiap bulan
(Formulir KM 7);
2. Rencana Pengawasan dilihat dari segi obyek
pengawasan (Formulir KM2); 8. Laporan Pengawasan Pelaksanaan Pengawasan
(Formulir KM 8);
3. Anggaran Waktu Pengawasan (hari
pengawasan) per penugasan pengawasan 9. Format Program Pengawasan (Formulir KM 9);
(Formulir KM 3 dan KM 3A);
10. Daftar Pengujian Akhir/Check List (Formulir KM
4. Kartu Penugasan (Formulir KM 4); 10);
5. Laporan Mingguan (perbandingan rencana dan 11. Pengendali Rencana Mulai Pemeriksaan/Audit
realisasi pekerjaan per auditor) (Formulir KM 5); (RMP/RMA) dan Rencana Penerbitan Laporan
(RPL) (Formulir KM 11);
6. Daftar Analisis Tugas-Tugas Mingguan yang
dibuat bulanan dengan membandingkan secara 12. Laporan Rencana dan Realisasi Mingguan
bertahap setiap minggu anggaran waktu hari RMP/RPL (Formulir KM 12);
pengawasan produktif dan realisasinya
(Formulir KM 6 dan Formulir KM 6 A).
KENDALI MUTU BPKP: 1240: 2010
KM 1 Peta Pengawasan
KM 2 Perencanaan Pengawasan dari Segi Pelaksana.
KM 3 Rencana Pengawasan Dilihat dari Objek Pengawasan.
KM 4 Alokasi Waktu Pengawasan.
KM 5 Kartu Penugasan.
KM 6 Program Kerja Pengawasan.
KM 7 a Laporan Harian Pertjwban Penggunaan Jam Penugasan Kegiatan Pengawasan.
KM 7 b Laporan Rekapitulasi Pertjwbn Penggunaan Jam Penugasan Kegiatan Peng.
KM 8 Lembar Reviu Supervisi.
KM 9 Evaluasi Pemakaian Jam Penugasan.
KM Daftar Pengujian (Check List) untuk Ketua Tim, Dalnis, dan Daltu.
KM 11 Lembar Reviu Konsep Laporan Hasil Pengawasan.
KM 12 Konsep Laporan Hasil Pengawasan (LHP).
REVIU INTERNAL

• bukti pemahaman auditor terhadap aktivitas operasi mitra audit;


• indikasi bahwa auditor menyadari sikap pihak mitra audit terhadap
faktor-faktor pengendalian yang berhubungan dengan tingkat
kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, tingkat efisiensi,
ekonomis, dan efektivitas operasi;
• Penentuan tingkat risiko, tingkat kerentanan, dan materialitas dari
proses operasi/aktivitas mitra audit.
• Sejauh mana tingkat pengujian menghasilkan audit yang produktif,
tetapi tetap menghemat sumber daya unit pengawasan intern yang
ada.
PEER REVIEW

1. audit telah memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang memerlukan;


2. pelaksanaan audit telah dijalankan dengan benar;
3. audit telah mengacu pada standar profesi yang berlaku.
MANFAAT PEER REVIEW

1. kepatuhan terhadap Standar dan Kode Etik;


2. kecukupan atas penerapan kebijakan audit, tujuan, sasaran, ruang
lingkup, dan prosedur yang dijalankan;
3. kontribusi terhadap manajemen risiko, pelaksanaannya, dan proses
pengendaliannya;
4. kepatuhan terhadap ketentuan hukum, peraturan pemerintah, dan
kebijakan lain yang ditetapkan;
5. efektivitas operasi;
6. nilai tambah dan peningkatan operasi

Anda mungkin juga menyukai