Anda di halaman 1dari 63

JENIS KULIT MENURUT

BAUMANN
Tim Kulit dan Kelamin
 OILY SKIN
 DRY SKIN
 SENSITIVE SKIN
OILY SKIN
 produksi sebum memainkan peran penting dalam
hidrasi kulit dengan memproduksi gliserol yang
diperlukan untuk barrier kulit
 pasokan sebum lipid pada permukaan epidermis
dapat membantu dalam mencegah transepidermal
water loss (TEWL).
 Produksi sebum berlebih menghasilkan kulit
berminyak  jerawat
IMPLIKASI KOSMETIK KULIT BERMINYAK
 Kulit berminyak adalah keluhan terutama usia remaja.
 Pada keluhan kulit berminyak berat  penderita sering
mencuci wajah beberapa kali sehari (beberapa jam setelah
cuci sudah tampak mengkilap kembali)  dianggap
masalah kosmetik berat dan mungkin mempengaruhi
interaksi sosial
 Kulit berminyak  sekresi lipid-laden sehingga tampak
mengkilap pada wilayah T -Zone (dahi, hidung, dagu).
 Kelenjar sebasea mengalami hiperplasia dan banyak
pasien dengan kulit berminyak mengeluh pori-pori besar .
Kulit berminyak sering muncul mengkilap di daerah
T -Zone
Kelenjar Sebasea
 Uni atau multilobular
 Berhubungan dengan folikel, dari struktur yang dikenal
sebagai unit pilosebasea
 Jumlah kelenjar sebasea kurang lebih sama sepanjang hidup,
sedangkan ukuran cenderung meningkat dengan usia.
 Terletak di seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan kaki
 Konsentrasi tertinggi dari kelenjar sebasea ditemukan pada
wajah dan kulit kepala. Namun sedikit ditemukan di bibir 
bibir memiliki kadar vitamin E lebih rendah karena kurangnya
sebum
 Kelenjar sebasea juga ditemukan di beberapa daerah yang
tidak ditumbuhi rambut seperti kelopak mata  "kelenjar
meibom"
FUNGSI SEBUM
 Fungsi yang tepat dari sebum tidak sepenuhnya diketahui
 Sebum dikenal memainkan peran penting dalam skin surface lipids(SSL),
produksi gliserol yang diperlukan untuk hidrasi kulit dan sebagai agen
pelembab oklusif
 Sebum melindungi kulit terhadap stres oksidatif karena mengandung
vitamin E, antioksidan kuat. Sebum juga menunjukkan aktivitas
antimikroba karena mengandung IgG, yang membantu mencegah infeksi
 Sel-sel aktif dari kelenjar sebaceous, sebocytes, mengekspresikan sifat pro
dan anti inflamasi  memanfaatkan kolesterol sebagai substrat untuk
steroidogenesis lengkap  menyajikan program peraturan untuk
neuropeptida  selektif mengontrol tindakan hormon dan xenobiotik pada
kulit
 Pentingnya kedua kelenjar sebasea dan produksi sebum di kulit
homeostasis dibuktikan lebih lanjut dengan gangguan kulit terkait aktivitas
 jerawat
PERHITUNGAN KELENJAR SEBASEA

 Kelenjar sebasea bisa mencapai tebal 400-900 kelenjar per cm2 pada
wajah dan kurang dari 100 per cm2 kelenjar pada tempat lain dalam
tubuh
 Jumlah produksi lipid per cm2 dari permukaan kulit diukur dengan
menggunakan somium tetroxide pada suhu kamar untuk
memvisualisasikan daerah kecil lipid pada kertas collectin di
permukaan kulit selama 7 menit. Tambahkan ferri osmium,
menghasilkan bintik-bintik hitam kecil  dihitung bawah mikroskop
binokuler
 Teknik langsung yang melibatkan pewarnaan kulit dengan Minyak
Red O ( noda lipofilik ) dan visualisasi dengan mikroskop permukaan
Leitz MZ , yang memiliki graticule melekat pada pilosebaceous
saluran keluar yang akan diukur
STRUKTUR & SEKRESI SEBASEUS

 Regenerai kelenjar sebasea lebih lambat pada orang yang


lebih tua dari pada orang dewasa muda.
 Kelenjar sebasea terdiri dari dua jenis sel  sel yang
memproduksi lipid (sebocytes) dan sel-sel skuamosa berlapis
epitel duktal.
 Mekanisme sekresi dari kelenjar sebasea  holocrine melalui
pecahnya sebocytes individu melepaskan sebum (merupakan
produk ekskretoris dari kelenjar sebasea). Sebum manusia
mengandung kolesterol, kolesterol ester, asam lemak,
digliserida, dan trigliserida
FAKTOR PREDISPOSISI UNTUK KULIT
BERMINYAK
 Mekanisme yang tepat dari produksi sebum belum dijelaskan
tetapi faktor yang berpengaruh dianggap multifaktorial 
Retinoid , hormon , dan faktor pertumbuhan mempengaruhi
aktivitas kelenjar sebasea dan diferensiasi.
 Androgen memainkan peran dalam proses ini karena sekresi
sebum meningkat saat pubertas dimulai dan wanita dengan
polikistik ovarium  berperan dalam timbulnya jerawat. Jerawat
cenderung terjadi tepat sebelum siklus menstruasi wanita.
Menstruasi disertai dengan dilatasi duktus pilosebasea mencapai
maksimum selama ovulasi dan menunjukkan jumlah maksimum
sekresi sebum.
 Testosteron tidak dianggap langsung berhubungan dengan sekresi
sebum. Lemahnya dihydroepiandrosterone sulfat androgen
(DHEAS) mungkin memainkan peran dalam jerawat.
STRES DAN PRODUKSI SEBUM
 stres berhubungan dengan peningkatan jumlah asam lemak bebas
pada kulit. Corticotrophin - releasing hormone (CRH), yang juga
dikenal sebagai hormon stres, telah ditemukan di kelenjar sebasea
dan memiliki reseptor CRH - R.
 CRH langsung menginduksi sintesis lipid dan meningkatkan
konversi DHEAS untuk testosteron pada sebocytes . Hal ini
memainkan peran penting dalam hubungan antara stres dan
produksi sebum.
 Kelenjar sebasea juga memiliki reseptor untuk substansi P, yang
merupakan neuromediator dirilis dalam respon terhadap stres.
Substansi P merangsang sekresi sebaceous secara In vitro 
sehingga terbukti berperan dalam jerawat sebagai respon terhadap
stres.
SEBUM DAN GENETIK
 produksi sebum juga dipengaruhi oleh genetik. Berdasarkan
penelitian pada tahun 1989, menunjukkan bahwa ekskresi
sebum berada di bawah kontrol genetik , tetapi faktor
lingkungan memainkan peran dalam perkembangan jerawat.
 Sebuah mutasi sitokrom P450 bisa menyebabkan degradasi
yang dapat menyebabkan pematangan SG teratur dan sekresi
yang menyebabkan kulit berminyak.
PERUBAHAN PARAMETER SEBUM PADA PENDERITA JERAWAT

 secara ilmiah didapatkan bahwa keparahan jerawat berkorelasi, dan


berbanding lurus dengan tingkat sekresi sebum.
 Banyak studi terbaru menunjukkan bahwa kadar sebum memang
lebih tinggi dalam populasi jerawat.
 Acne vulgaris adalah penyakit unit pilosebacous  kondisi
multifaktorial dengan faktor patologis yang berbeda termasuk
peningkatan produksi sebum, kolonisasi saluran oleh bacteri
proponibacterium acne (P. acnes), dan peradangan.
 PPARs α, β, dan γ mungkin memainkan peran dalam jerawat dan
peningkatan produksi sebum. Reseptor ini telah diidentifikasi dalam
sebocytes. Oleh karena itu PPARs terlibat dalam pematangan SG dan
inisiasi reaksi inflamasi pada jerawat.
SEBOSUPRESSIVE AGENT
 Agen topikal
Meskipun banyak produk mengklaim dapat menginhibisi produksi sebum,
namun sangat sedikit yang terbukti bekerja. Antiandrogen seperti ketokonazol
dan spironolactone telah menunjukkan beberapa pengaruh. Progesteron
menunjukkan efek yang lebih pendek ( 2-3 bulan ) ketika diberikan pada
wanita. Namun belum mengurangi ekskresi sebum pada pria

Agen sistemik
inhibitor farmakologis yang paling ampuh untuk sekresi sebum adalah
isotretinoin retinoid ( retinoic acid 13 - cis ) . Penurunan tingkat ekskresi sebum
dapat dikurangi 90 % dalam 2 minggu setelah memulai treatement dengan
isotretinoin
DRY SKIN
What is dry skin?
 Dry skin , atau kulit kering ditandai dengan
kurangnya kelembaban pada stratum korneum.
 Normalnya kadar air pada stratum korneum harus
lebih besar dari 10%, jika kurang akan
menimbulkan defek pada barrier permeabilitas
sehingga akan menambah evaporasi.
 Ketika kulit terlalu kering, lapisan terluar kulit
akan tampak retak yang nantinya kulit menjadi
mudah terkena iritasi, inflamasi dan gatal
Insidensi
Mandi atau mencuci muka menggunakan
 Hot water

 Foaming cleanser

 fragranced bubble baths

 Bath salts
Environtmental agent

Hot water

detergent

Friction from clothing

Frequent air travel

Pollution

Air conditioning
Gejala klinis
Dull, gray white color, increased
topographic skin marking

The skin feel less pliable with stretching and


bending

Reduced elasticity  Crack and fissures

Xerosis
Etiologi
 kurangnya kandungan air pada subkutan 
abnormalitas deskuamasi korneosit.
Hidrasi subkutan sebagian besar dilakukan oleh
korneosit pada bagian luar subkutan karena
korneosit bagian dalam relatif rendah terhidrasi dan
mampu menyerap air ketika terjadi stress hipotonik
Kulit kering atau kulit berminyak?
Kulit kering

• Kurangnya kelembaban dalam stratum korneum

Kulit berminyak

• Meningkatnya sekresi kelenjar sebasea

Campuran

• Memungkinkan
• Kulit berminyak pada area T-Zone
• Kuliy kering pada area wajah yang lain
Patofisiologi
 Berkurangnya kandungan air dalam stratum korneal 
deskuamasi abnormal korneosit  kulit kering
 Desmosome sifatnya intak ketika jumlahnya banyak dalam
sub korneal dan desmoglein I jumlahnya meningkat di
stratum korneal superfisial pada orang yang memiliki kulit
kering
 Hal ini dikarenakan terdapat enzim yang dibutuhkan untuk
digestiv desmosom tidak berfungsi ketika jumlah air
berkurang, sehingga menyebabkan deskuamasi abnormal
yang menghasilkan suatu “clumps” pada korneosit dan
mengarah ke fenotip kulit kering atau bersisik
Skin barrier
Terdiri dari lipid bilayer yang berfungsi:
 mencegah evaporasi

 Melindungi kulit dari komponen yang tidak


diinginkan (alergen dan bahan iritan)
 Mekanisme pertahanan terhadap infeksi dan fungsi

pertahanan stratum korneum ini bergantung pada


fungsi korneosit dan matriks ekstraseluler yang
mengelilinginya
Cornified Cell envelope
 Membungkus korneosit dengan lapisan yang tidak
larut yang terdiri dari protein
 Protein : lorictin, involucrin, desmoplakin,
periplakin; enzim TG-1
 Defek pada protein CE ataupun enzimnya
menimbulkan kelainan genetik dengan kerusakan
kornifikasi, dan menghasilkan fenotip kulit kering
Extracellular Matrix and SC lipids

 Matriks ekstraseluler yang mengelilingi korneosit


merupakan komponen kaya lipid yang dibutuhkan untuk
fungsi barrier epidermal
 Badan lamelar merupakan organel sekretori terletak di
stratum granulosum mempunyai peranan dalam
pembentukan lipid bilayer barrier dengan melepaskan
kandungannya ke penghubung antara stratum granulosum
dan stratum korneum
 Terdiri dari campuran lipid (seperti keramid 50%,
kolesterol 25% dan asam lemak bebas 15%), enzim
pemroses lipid, protease dan inhibitornya masing-masing.
Cholesterol
 Sel basal memiliki kemampuan menyerap
kolesterol dari sirkulasi, meskipun demikian
kebanyakan kolesterol disintesis asetat dalam sel
seperti keratinosit.
 Sintesa kolesterol meningkat ketika barier
epidermis rusak.
Ceramides
 Komposisi ceramide mencapai 40% pada lipid
stratum korneal.
 Terdapat sedikitnya 9 kelas ceramide oada stratum
korneal yang diklasifikasikan sebagai ceramide 1
hingga ceramid 9, dinamai berdasarkan polaritas dan
struktur molekulnya.
 Ceramide 1, 4, dan 7 memiliki peranan penting pada
integritas epidermis dengan menyediakan area asam
linoleat, asam lemak yang merupakan kunci dari lipid
epidermal.
Fatty acid
 Kulit terdiri dari asam lemak bebas.
 Asam lemak bebas berikatan dengan trigliserida,
glikosilceramid, ceramid, dan fosfolipid
 Perubahan pada salah satu atau 3 komponen
(ceramid, kolesterol dan asam lemak) atau
pengaturan enzim tesebut akan menghasilkan
kerusakan pada barrier epidermis
Komponen Lain yang Berperan dalam
Kulit Kering
Natural Moisturizing Factor
 Hidrasi stratum korneum kebanyakan diregulasi oleh
natural moisturizing factor (NMF) dan komponen
larut air pada filaggrin.
 Korneosit merupakan komponen yang terdiri dari
filamen kerati dan filaggrin yang dibungkus oleh CE.
 Filaggrin merupakan filamen agregasi yang berperan
dalam fungsi barrier epidermis
 Histidin, glutamin, dan arginin merupakan metabolit
filaggrin pada stratum korneum
Aquaporins and The Epidermis
 Air diketahui dapat meresap diantara lapisan lemak (lipid
bilayer).
 Aquaporins (AQPs) yang berbentuk channel air , merupakan
suatu intergral membran protein yang memfasilitasi transport air
pada epidermis
 Terdapat 13 isoform aquaporins, dan dibagi menjadi 2 subtipe :
AQPs yang hanya mentransport air dan AQPs yang mengangkut
substansi lain dalam air
 AQP 3 merupakan predominan channel air yang permeabel
terhadap air dan gliserin. Jika terjadi defek maka jumlah air dan
gliserin juka akan berkurang sehingga elastisitas kulit akan
berkurang dan terjadi kerusakan pada barrier epidermis
Sebum
 Sebum turunan lemak juga berperan dalam
patofisiologi kulit kering dengan mencegah
kehilangan air dengan membentuknya menjadi
selaput lipid pada permukaan kulit yang berfungsi
sebagai emolient.
 Produksi sebum pada pria lebih besar 30-40%
dibandingkan dengan wanita
Dry Skin and Inflammation
 Gangguan pada fungsi barrier kulit akan
menstimulasi produksi sitokin epidermis, khusunya
interleukin-1 (IL-1) yang nantinya akan memicu
sitokin atau molekul proinflamasi yang lain.
 Pada kondisi lembab dan musim dingin akan
memicu timbulnya eksaserbasi dermatitis atopik,
gatal-gatal, hiperproliferasi dan inflamasi
Stress and The Barrier Skin
 Stres fisiologik berhubungan dengan kondisi kulit :
dermatitis atopik, psoriasis, dermatitis seboroik.
 Gangguan pada barrier kulit terjadi selama stress
 glukokortikoid (hormon stres)  eksaserbasi
pada kulit kering
Treatment
 Meningkatkan level hidrasi pada stratum korneum
dengan bahan-bahan penghambat atau humectan
dan melembutkan permukaan dengan emolien
 Mosturizer (emulsi lemak dalam air) : cream, lotion
 Emulsi air dalam lemak : hand cream
Supplement and Diet
 Asam linoleat tidak diproduksi di epidermis 
topikal dan diet
 Defisiensi asam lemak saat linoleat tidak tersedia
 oleat
 α- asam linoleat dan ω-3 asam lemak terdapat pada
minyak ikan dan salmin, seperti pada minyak hati
ikan cod.
SENSITIVE SKIN
PENDAHULUAN
 Kulit sensitif adalah kondisi yang disebabkan oleh faktor lingkungan yang
hiperaktif.
 Individu yang mengalami, melaporkan reaksi terhadap produk perawatan
topikal.
 Sekitar 50% pasien dengan kulit sensitif “manifest” gejala
ketidaknyamanan mereka tanpa disertai peradangan.
PERANCIS

Lebih dari 2000 orang ditemukan bahwa mereka yang


memiliki kulit sensitif melaporkan kualitas hidup yang lebih
buruk dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kulit
sensitif.
Survei Epidemiologi

 Dari 800 perempuan etnis beragam di AS ,


Amerika Serikat 52% memiliki kulit sensitif

 Dari 2058 orang , 51,5% wanita dan 38,2


Inggris % pria dilaporkan memiliki kulit sensitif .
Kulit sensitif ini paling sering dilaporkan
pada wajah .

 Satu studi menunjukkan 85% dari 400


subyek mengalami kulit sensitif pada
wajah , sementara 70% dilaporkan kulit
sensitif di daerah lain : tangan (58%) , kulit
kepala (36%) , kaki (34%) , leher (27%) ,
badan (23%) , dan kaki (21%) .
JENIS KULIT SENSITIF MENURUT PARA
AHLI
Yokota et al
Tipe 1 didefinisikan sebagai kelompok fungsi low- barner

Tipe 2 didefinisikan sebagai kelompok peradangan dengan fungsi


penghalang normal dan perubahan inflamasi .

Tipe 3 ini disebut "kelompok pseudohealthy " dalam hal fungsi


penghalang normal dan tidak ada perubahan inflamasi .
 Dalam semua jenis kulit sensitif Yokota , kandungan tinggi
faktor pertumbuhan saraf diamati pada stratum korneum (SC).
Dalam kedua jenis 2 dan 3, kepekaan terhadap rangsangan
listrik tinggi. Data ini menunjukkan bahwa reaksi hipersensitif
terlihat pada tipe ini yang dimana berkaitan erat dengan
serabut saraf innervating epidermis.
Pons - Guiraud
 “ Kulit yang sangat sensitif “ digambarkan sebagai reaktif terhadap
berbagai faktor-faktor endogen dan eksogen . Tipe ini dikaitkan dengan
kedua gejala akut dan kronis dan komponen psikologis yang kuat .
 Tipe kedua disebut " lingkungan sensitif " dan digambarkan sebagai
berikut; bersih, kering , kulit tipis dengan kecenderungan untuk
kemerahan sebagai reaksi terhadap faktor lingkungan.
 Tipe ketiga adalah " kulit kosmetik sensitif " , yang secara sementara
reaktif terhadap produk kosmetik tertentu dan dapat ditegaskan karna
produk kosmetik.
Muizzudin and others from the estee
lauder companise
 Sub kelompok pertama disebut " kulit halus " , dibedakan oleh fungsi
barrier mudah terganggu tidak disertai dengan respon inflamasi yang cepat
atau intens .
 Sub kelompok kedua adalah " kulit reaktif ' , ditandai dengan respon
inflamasi yang kuat tanpa peningkatan yang signifikan dalam kehilangan
air transepidermal.
 Kelompok ketiga dikenal sebagai " sengatan " ( istilah yang diciptakan
oleh Kligman pada tahun 1977 ) , yang digambarkan sebagai persepsi
neurosensory tinggi stimulasi kulit minor .
The baumann skin typing system
membagi kulit sensitif menjadi empat jenis berdasarkan diagnosis
 Tipe 1 kulit sensitif rentan untuk mengembangkan komedo dan jerawat
terbuka dan tertutup dan dikenal sebagai jenis jerawat atau jenis tipe S1 .
 Tipe 2 kulit sensitif ditandai dengan kemerahan pada wajah karena panas ,
makanan pedas , emosi , atau vasodilatasi dari setiap penyebab dan dikenal
sebagai tipe pembilasan rosacea atau jenis S2 .
 tipe 3 kulit sensitif , atau jenis S3 , ditandai dengan terbakar ,
menimbulkan rasa gatal.
 Tipe 4 kulit sensitif adalah fenotipe yang rentan untuk mengembangkan
dermatitis kontak dan dermatitis iritan .
Acne
 Kulit sensitif Baumann S1 ditandai dengan jerawat berwujud komedo
yang terbuka atau tertutup serta papules dan pustul.
 Oleh Klingman dan Mills pada tahun 1972 subtipe ini disebut ' jerawat
kosmetik.
Bahan dalam perawatan kulit dan perawatan rambut produk seperti
minyak kelapa dan isopropil miristat dapat menyebabkan jerawat .
Pembersih , lipstik , dan kosmetik warna lain yang mengandung D & C
( Drug & Cosmetic ) pewarna merah , yang merupakan turunan tar
batubara , yang comedogenic . (tabel 12-2 )
Topical ingredients in skin care and hair
care products that may cause acne
Rosacea
 Kulit sensitif Baumann S2 disebabkan oleh pembilasan dan facial. Tidak
semua orang yang termasuk dalam kategori ini memiliki ruam pada wajah,
namun , mereka semua menderita kemerahan pada wajah yang mungkin
menjadi prediktor. Pasien yang termasuk dalam kategori ini harus
ditangani dengan produk perawatan kulit anti - inflamasi untuk
mengurangi peradangan.
Burning and stinging
 Kulit sensitif Baumann S3 ditandai dengan rasa terbakar dan
menimbulkan rasa gatal pada aplikasi produk perawatan kulit atau paparan
faktor lingkungan seperti angin , dingin atau panas . Tanda-tanda subjektif
biasanya tidak disertai dengan kemerahan pada wajah.
Contact Dermatitis and irritant
Dermatitis
 Kulit sensitif Baumann S4 dialami oleh individu yang memiliki riwayat
sering scaling, kemerahan atau iritasi terhadap alergen dan irritans .
Penderita dermatitis atopik akan jatuh ke dalam kategori ini . Pasien-
pasien ini lebih rentan untuk bereaksi terhadap zat-zat yang tidak umum
dianggap iritasi , kemungkinan disebabkan oleh barrier terganggu. Zat-zat
ini termasuk banyak bahan kosmetik seperti : sulfoxide dimetil , benzoil
peroksida , asam salisilat , propylene glycol , asam
amyldimethylaminobenzoic , dan 2 - Ethoxyethyl metoksisinamat . barrier
kulit yang terganggu memungkinkan masuknya bahan kimia ke dalam
kulit , menyebabkan vasodilatasi , gatal , scaling , dan gejala lainnya.
Seasonality and gender effects on sensitive skin

 Kulit Sensitif seperti terbakar, menyengat , dan jenis gatal ditemukan lebih
sering selama musim panas dari pada musim dingin dalam satu penelitian .
Dalam penelitian yang sama , perempuan yang ditemukan menjadi lebih
mungkin dibandingkan pria untuk memiliki kulit sensitif . Hal ini mungkin
mencerminkan fakta bahwa perempuan memiliki eksposur yang lebih
tinggi , dalam hal frekuensi dan variasi , untuk produk perawatan pribadi
dari pada laki-laki . Ketebalan epidermis diamati lebih besar pada laki-laki
daripada perempuan , yang mungkin berarti bahwa laki-laki memiliki
penghalang lebih kuat untuk masuknya iritan dan alergen . Perbedaan
hormonal dapat menghasilkan peningkatan sensitivitas inflamasi pada
wanita .
Ethnicity and sensitive skin
 Studi menunjukkan bahwa orang kulit hitam kurang reaktif dan Asia lebih
reaktif dibandingkan kulit putih , tetapi tidak ada penelitian yang
meyakinkan . Sebuah studi Perancis berdasarkan kuesioner menunjukkan
bahwa jenis kulit yang kuning langsat lebih sering dikaitkan dengan kulit
sensitif atau sangat sensitif . Sebuah studi di Amerika , oleh Jourdain et al ,
digunakan survei sekitar 200 masing-masing dari Afrika Amerika, Asia ,
Eropa Amerika , dan Hispanik dan tidak menemukan perbedaan dalam
prevalensi kulit sensitif antara kelompok-kelompok etnis . Dalam sebuah
penelitian di Jerman - Jepang , wanita Jepang lebih sering melaporkan
perasaan subjektif dari iritasi kulit yang dialami perempuan.
Testing for sensitive skin
 Baumann S1 type skin
Selama bertahun-tahun , model telinga kelinci digunakan untuk menguji
bahan kosmetik yangmenyebabkan komedo . Berdasarkan uji , ternyata
banyak bahan yang digunakan dalam kosmetik menyebabkan respon
comedogenic pada hewan . Sebagai pengujian hewan menjadi tidak suka,
metode baru pengujian comedogenicity dikembangkan . Selanjutnya ,
Mills dan Klingman menerbitkan sebuah studi mengeksplorasi efek dari
bahan kimia ini pada manusia dan menemukan bahwa hasilnya berbeda
dari yang diamati pada model telinga kelinci .
 Baumann S2 type skin
Tes Vasoreactive memeriksa vasodilatasi kulit . Yang paling populer tes menggunakan
metil nicotinate , vasodilator kuat . MN diterapkan pada sepertiga atas lengan bawah
ventral dalam konsentrasi bervariasi antara 1,4 % dan 13,7 % untuk jangka waktu 15
detik . Efek vasodilatasi dinilai dengan mengamati eritema diinduksi dan mengukurnya
dengan alat seperti spektrometer atau laser Doppler velocimeter ( LDV ) .Tes lain yang
digunakan untuk mengukur kecenderungan kemerahan pada wajah adalah tes provokasi
anggur merah , namun tes ini tidak sangat spesifik . Pasien rentan melaporkan rasa
hangat dimulai sekitar kepala atau leher dan bergerak ke atas di wajah 10 sampai 15
menit setelah konsumsi enam ons anggur merah . Dalam waktu 30 menit , klinis
menjadi jelas. Kerugian dari tes ini , meskipun, adalah bahwa ia tidak memiliki
kekhususan untuk S2 jenis kulit sensitif , mungkin menjadi positif ketika kondisi lain ,
seperti sindrom alkohol dehidrogenase .
 Baumann S3type skin
Tes reaktivitas sensorik berfokus pada komponen neurosensorik dari
respon kulit sensitif . Yang paling populer tes menyengat , zat seperti asam
laktat atau agen lainnya termasuk capsaicin , etanol , mentol , asam
sorbat , dan asam benzoat yang diterapkan pada kulit.
 Baumann S4 type skin
Untuk menguji jenis kulit , tes reaktivitas iritan dilakukan . Hal ini juga
disebut " tes patch" . Dalam tes ini , iritasi atau alergen dioleskan pada
kulit untuk jumlah waktu tertentu , biasanya 48 sampai 72 jam , dan
langkah-langkah tujuan iritasi seperti eritema dan scaling yang diukur .
Iritasi primer seperti SLS atau alergen yang dicurigai dapat diterapkan.
Summary
 Kulit sensitif adalah keluhan yang sangat umum di seluruh dunia . Ini
memiliki beberapa presentasi yang telah menyebabkan sistem klasifikasi
yang berbeda . The Baumann Skin Typing Sistem membagi mereka yang
memiliki kulit sensitif menjadi empat subtipe yang unik , yang dibahas
panjang lebar dalam bab-bab lain . Menggunakan sistem ini dapat
membantu memberikan wawasan ke dalam penyebab berbagai sub
kelompok kulit sensitif , termasuk peran potensial dari jenis kelamin dan
etnis yang berkaitan dengan subtipe , dan membantu kemajuan dalam
pengobatan subtipe ini .

Anda mungkin juga menyukai