TAHUN
Samuel Nico Lunardi 102018099
Annisa Hanief Wulandari 102018026
Tia Teva 102018114
Ovi Hawila Tiran 102016113
Vilia Marina 102017231
Michael Esra Yorista 102018048
Valerio Christopher 102018059
SKENARIO 6
Seorang anak laki-laki umur 5 tahun dibawa ke IGD RS dengan
keluhan nyeri seluruh perut sejak 1 jam yang lalu setelah jatuh
dari sepeda motor ketika pasien dibonceng ayahnya.
RUMUSAN MASALAH
Anak laki-laki 5 tahun ke IGD Rs dengan keluhan nyeri seluruh
perut sejak 1 jam yang lalu setelah jatuh dari sepeda motor.
Anamnesis
Pemeriksaan
Fisik
Patofisiologi
dan
Penunjang
RM
Primary &
Etiologi secondary
survey
Diagnosis
Epidemiologi
Kerja
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK
Identitas : Anak laki-laki 5 tahun Airway clear
KU : Nyeri perut 1 jam yang lalu setelah jatuh dari Breathing RR: 28x/menit
motor Circulation T: 90/60 mmHg
Abdomen : Nyeri di seluruh perut, bising usus N : 130x/menit
menurun, abdomen datar, bising usus menurun, Disabilty: GCS somnolen 10-11
ekstremitas jejas pada pinggang kiri, akral dingin dan Exposure : jejas pada pinggang kiri
lembab PF TORAKS : rongga dada simetris
Lien : cedera lien grade 5 PF PELVIS : menekan kedua sias
PF EKSTREMITAS : ada tanda-tanda fraktur
AIRWAY MANAGEMENT
Foto rontgen toraks dan pelvis dilakukan pada kasus syok hemoragik. Foto rontgen toraks untuk evaluasi
hemotoraks yang ditandai opasitas pada satu atau kedua rongga pleura. Foto rontgen pelvis dilakukan untuk
mengidentifikasi fraktur pelvis.
CT scan abdominal mengevaluasi organ-organ perut seperti hati, limpa, pankreas, ginjal, kelenjar getah
bening, vaskular, lambung, duodenum, usus kecil, usus besar, dan rektum, kandung kemih.
Angiografi merupakan salah satu pemeriksaan terbaik dalam melokalisasi sumber perdarahan pada kasus
perdarahan gastrointestinal akut bagian bawah. Angiografi dapat mendeteksi perdarahan minimal 1-2 menit
mL/menit. Angiogram selektif dari celiac, mesenterika superior, dan arteri mesenterika inferior untuk
menemukan area perdarahan.
Pemeriksaan Laboratorium
Analisa gas darah sangat penting pada kasus syok berat dimana biasa terjadi asidosis akibat
ketidakseimbangan oksigen dalam jaringan.
Hematologi dimana kadar Hb dan Ht biasanya tetap normal selain itu pemeriksaan golongan darah
perlu dilakukan untuk persiapa keperluan transfusi darah.
Pemeriksaan koagulasi dimana hasil pemeriksaan biasa normal pada perdarahan akut kecuali terdapat
riwayat penggunaan warfarin, antiplatelet, riwayat insufisiensi hepar.
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan
pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk.
• Trauma tajam/tembus (trauma perut dengan penetrasi ke dalam rongga peritonium) yang disebabkan oleh:
luka tusuk, luka tembak.
• Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritoneum) yang dapat disebabkan oleh
pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (sit-belt).
LIEN
Mekanisme terjadinya trauma pada trauma tumpul disebabkan adanya deselerasi cepat dan adanya
organ-organ yang tidak mempunyai kelenturan (non complient organ) seperti hati, lien, pankreas, dan
ginjal.
Ruptur lien dapat disebabkan oleh trauma tumpul, trauma tajam, atau ruptur spontan.
Ruptur lien terjadi akibat deselerasi cepat, kompresi, transmisi energi melalui dinding dada posterolateral
lalu menuju lien, atau bisa juga akibat fraktur iga sekitar yang menusuk ke dalam. Deselerasi cepat
menyebabkan lien terus terlempar ke depan, namun tetap terlambat pada titik pelekatannya.
Ruptur lien yang lambat dapat terjadi dalam jangka waktu beberapa hari sampai beberapa minggu
setelah trauma.
LIEN
LIEN
CT scan dapat membantu menentukan tata laksana yang akurat dan menentukan klasifikasi dari
beratnya cedera.
Indikasi pembedahan lien adalah hipersplenisme, anemia hemolitik jenis tertentu, kista, abses,
ruptur, tumor, dan aneurisma arteri lienalis.
Pembedahan lien mencakup pengangkatan seluruh lien, reseksi parsial, atau perbaikan.
Perdarahan merupakan hal yang paling memerlukan perhatian karena besarnya jumlah darah
yang terkandung di dalam organ lien. Curiga ruptur lien segera dioperasi bila ada tanda meliputi
hipotensi (Tekanan darah sistol < 90 mmHg), takikardi (heart rate > 100x/mnt), hematokrit < 30.%,
protrombin time >14 detik, cedera multipel dan memerlukan transfusi darah.
ETIOLOGI
Trauma : Penyebab tersering perdarahan akut seperti pada laserasi, trauma tembus pada toraks
dan abdomen serta ruptur pada pembuluh darah besar.
Perdarahan Gastrointestinal : Varises esofagus, esophagogastric mucosal tear, kanker kolon,
kanker gaster dan esofagus serta gastritis.
Obstetrik/ Ginekologi : Perdarahan sampai syok hemoragik seperti plasenta previa, solusio
plasenta, ruptur kehamilan ektopik serta ruptur kista ovarium.
Koagulopati : Demam berdarah, disseminated intravascular coagulation (DIC).
Ruptur Aneurisma
Terapi Antitrombotik : Antikoagulan (heparin, warfarin dan direct thrombin inhibitors) serta
antiplatelet (aspirin, clopidogrel dan glycoprotein IIb/IIIa receptor antagonists) dapat menyebabkan
perdarahan sampai syok hemoragik.
Pulmonal : Emboli pulmonal, kanker paru-paru, penyakit tuberkulosis, aspergillosis serta
Goodpasture's syndrome dapat menyebabkan terjadinya perdarahan akut sampai syok.
EPIDEMIOLOGI
Syok hemoragik terjadi akibat menurunnya volume intravaskular akibat kehilangan darah yang menyebabkan
tidak terpenuhinya kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan. Akibatnya, mitokondria tidak lagi
mampu mempertahankan metabolisme aerob untuk memproduksi oksigen dan beralih ke metabolik anaerob
yang kurang efisien untuk memenuhi kebutuhan sel untuk adenosin trifosfat (ATP).
TANDA DAN GEJALA KLINIS SYOK
1. Esktravasasi aktif dari pembuluh darah besar abdomen atau hematoma di dekat pembuluh darah besar.
2. Cedera organ padat dengan ekstravasasi aktif yang gagal dengan angioembolisasi
3. Cedera pankreas dengan robekan duktus pancreaticus mayor
4. Cedera usus
5. Rupture buli intraperitoneal
6. Cedera diafragma
TATALAKSANA DEFINITIF PADA TRAUMA TUMPUL ABDOMEN
1. Pasien dengan cedera organ padat (hati, limpa, ginjal, pankreas) yang dikelola tanpa operasi
yang kemudian mengalami ketidakstabilan hemodinamik atau memerlukan >2 unit transfuse
PRC yang gagal dengan angioembolisasi
2. Timbul peritonitis
3. Kebocoran urin atau hematuria yang menetap dalam obseravsi 48-72 jam
4. Pasien dengan penilaian awal negtaif tapi tidak menunjukan perbaikan atau menunjukan
perburukan klinis tanpa bisa di jelaskan
TATALAKSANA DEFINITIF PADA TRAUMA TUMPUL ABDOMEN
Status First line therapy pada orang First line therapy pada
AAST
hemodinamik dewasa pediatri
I-II Stabil Manajemen non-operatif + Manajemen non-operatif +
observasi gejala observasi gejala
klinis/laboratorium/radiologi klinis/laboratorium/radiologi
secara ketat dan berkala secara ketat dan berkala
Penilaian respons terhadap resusitasi cairan Resusitasi awal digunakan larutan isotonik
awal, terbagi menjadi 3 kelompok yakni seperti larutan RL (ringer laktat), kemudian
respons cepat, sementara, dan minimal/tidak pilihan kedua adalah NaCl.
respons. Pada anak-anak disarankan untuk dilakukan
Untuk respon sementara umumnya terjadi pemberian kristaloid isotonik dan seimbang
pada syok hemoragik kelas II dan III. (20 mL/kgbb). diberikan dalam 30-60 menit
Terjadinya penurunan perfusi saat pemberian pertama.
cairan diperlambat ke tingkat pemeliharaan,
menunjukkan kehilangan darah sedang
berlangsung atau resusitasi tidak memadai. Setelah di berikan cairan kristaloid 500cc
Pada kelompok ini, diindikasikan dalam 1 jam.
pemberian transfusi darah, tetapi lebih TTV
penting untuk mengevaluasi kemungkinan TD : 100/70, nadi 120,Rr 24, Suhu 36,8
memerlukan operasi atau angiografi untuk
kontrol perdarahan.
PROGNOSIS
Prognosis syok hemoragik memberikan tingkat mortalitas yang tinggi, sekitar 40% kematian akibat perdarahan
akut dengan tingkat kematian mendekati 50% pada yang membutuhkan transfusi darah. Dengan prognosis
secara keseluruhan akan sangat bergantung pada kondisi pasien secara etiologi, komorbiditas yang dialami,
respon yang terdapat resusitasi, serta penatalaksanaan yang diberikan.
KESIMPULAN
Syok merupakan suatu sindroma klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik
yang ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke
organ – organ vital tubuh. Berdasarkan temuan dan volume kehilangan darah, syok hemoragik
menjadi 4 stadium. Penatalaksaan awal pada pasien trauma dapat dilakukan melalui survey primer
dan diikut survey sekunder yang disesuaikan berdasarkan urutan dari Advanced Trauma Life
Support (ATLS) selain itu penatalaksanaan lanjutan dapat dilakukan juga seperti terapi cairan,
pemasangan kateter urin, dan pemberian transfusi darah sesuai indikasi.
TERIMA KASIH