Yulistina 102018044
Abstrak
Sindrom Turner adalah kumpulan gejala dengan karakteristik fisik dan hilangnya satu
kromosom X baik secara komplit maupun parsial, dan sering pula berupa sel mosaik.
Manifestasi klinis yang sering muncul pada kasus ini adalah amenorea primer, perawakan
pendek, webbed neck, limfedema. Diagnosis pasti Sindrom Turner dapat ditegakkan dengan
melakukan analisa kromosom yang akan menunjukkan aneuploidy dari kromosom seks yang
seharusnya 46,XX pada wanita menjadi 45,XO. Belum ada tatalaksana yang dapat
menyembuhkan Sindrom Turner tetapi ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
mengobati beberapa gejala klinis dari Sindrom Turner.
Abstract
Makalah ini dibuat berdasarkan skenario yang berbunyi, "Seorang siswa perempuan
AA, 16 tahun diantar orangtuanya ke dokter untuk berkonsultasi karena belum menstruasi.
Selama sekolah, AA bisa mengikuti pelajaran dengan cukup baik. Ia selalu naik kelas
walaupun dengan nilai yang pas-pasan. AA adalah anak pertama dalam keluarga, namun
tinggi badannya kalah cukup jauh dari adiknya. Menurut orangtuanya, AA pernah didiagnosa
kelainan jantung bocor tetapi sembuh sendirinya tanpa operasi. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan perawakan AA yang pendek yaitu 140 cm (Normalnya 160-162,5 cm), berat
badan 53 kg (Normalnya 55-60 kg). Didapatkan leher yang pendek dan webbed neck, jarak
papilla mammae yang berjauhan satu sama lainnya. Tidak terdeteksi bising jantung".
Sindrom Turner adalah salah satu kelainan kromosom yang paling sering terjadi pada
manusia tanpa memandang latar belakang etnisnya. Anak perempuan yang menderita
sindrom Turner mengalami kehilangan atau abnormalitas struktur pada salah satu kromosom
X. Manifestasi klinis sindrom Turner yang klasik adalah perawakan pendek, disgenesis
gonad, wajah dismorfik, limfedema dan masalah lainnya. Sekitar 50-60% pasien sindrom
Turner dilaporkan memiliki kariotipe 45,X. Sebanyak 20-30% pasien mengalami kelainan
struktur pada kromosom X, seperti cincin, isokromosom pada lengan panjang, dan delesi
parsial lengan pendek; dan 30-40% memiliki pola mosaik (kariotipe yang memiliki dua atau
lebih tipe sel yang khas). 1
Rumusan Masalah
Siswa perempuan AA usia 16 tahun datang ke dokter karena belum mengalami menstruasi.
Hipotesis
Sasaran Belajar
3. Mahasiswa mengerti resiko dan komplikasi yang dapat terjadi pada Sindrom Turner
Setiap manusia normal memiliki jumlah kromosom yang sama yaitu 46,XX pada
wanita atau 46,XY pada pria. Konstitusi kromosom yang normal akan bermanifestasi dengan
kemunculan fenotip yang normal, meskipun dapat terjadi variasi antar individu akibat adanya
pengaruh genetik dan lingkungan. Dalam peranan kemunculan fenotip secara normal,
kromsom seks yaitu kromosom X dan Y memainkan peran yang penting, terutama dalam
penentuan jenis kelamin. Selama proses pembelahan sel, baik proses mitosis atau meosis,
dapat terjadi kesalahan yang menimbulkan kelainan kromosom. Kelainan yang terjadi dapat
berupa kelainan jumlah maupun struktur yang dapat terjadi baik pada kromosm autosom atau
kromosom seks. Aneuplodi kromosom seks adalah penyebab kelainan jumlah kromosom
yang paling banyak ditemukan. Aneuploidi adalah berkurangnya atau bertambahnya jumlah
kromosom. Aneuploidi dapat disebabkan oleh kegagalan segregasi kromosom atau kromatid
pada tahap pembelahan sel baik dalam proses meiosis atau mitosis (non-disjunction) atau
juga bisa disebabkan oleh suatu kesalahan dalam proses anafase (anaphase lag). Beberapa
sindrom utama yang diakibatkan oleh mekanisme ini antara lain sindrom Turner, sindrom
Klinefelter, sindrom Tripel X dan sindrom XYY.2
Sindrom Turner
Sindrom Turner (ST) disebut juga monosomi X atau Ulrich - Turner adalah
sekumpulan kelainan kongenital akibat hilangnya sebagian atau keseluruhan kromosom X,
dan diperkenalkan oleh Turner pada tahun 1938. Insidensinya 2,5- 5,5 per 10.000 kelahiran
hidup bayi perempuan. Insidensi di Jepang 7-21 per 10.000 kelahiran hidup bayi perempuan.
Sesungguhnya angka kejadiannya jauh lebih tinggi, karena ST merupakan salah satu dari
empat penyebab abortus spontan yang disebabkan oleh anomali kromosom yang secara klinis
belum sempat terdiagnosis. Kromosom X yang tidak lengkap (45, XO), pada umumnya
terjadi secara sporadik, dan sekitar 8-16% dari semua kasus tersebut adalah mosaik. Usia
orang tua tidak ada hubungannya dengan kejadian Sindrom Turner.3
Gambaran klinis sangat bervariasi, tergantung pada usia saat ditegakkan diagnosis.
Sebagian besar pasien yang terdiagnosis pada masa pranatal, diagnosis ditegakkan
berdasarkan kariotipe yang abnormal dan/atau adanya higroma kistik, hidrops fetalis, atau
defek kardiak. Diagnosis pasti ditegakkan melalui pemeriksaan analisis kromosom (kariotipe)
dengan atau tanpa FISH. Anak perempuan yang terdiagnosis pada saat masa bayi hampir
selalu mengalami limfedema, dengan/atau tanpa webbed neck dan gambaran dismorfik
lainnya. Sebaliknya, anak perempuan yang tidak mengalami gambaran klasik seringkali tidak
terdiagnosis sampai akhir masa anak atau saat remaja dengan keluhan perawakan pendek
dan/atau pubertas terlambat, atau pada masa dewasa ketika mereka mengalami kegagalan
ovarium (pubertas terlambat, amenorea primer). Amenorea primer adalah apabila
menstruasi tidak terjadi pada usia 16 tahun bila disertai perkembangan seks sekunder
normal, atau pada usia 14 tahun bila tanpa disertai perkembangan seks
sekunder. Hal-hal yang dapat ditemukan pada Sindrom Turner adalah1,4:
Perawakan pendek
Cubitus valgus
Limfedema
Web neck
Barrel chest
Multiple naevi
Pubertas terlambat
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan analisis kromosom (kariotipe dengan
atau tanpa FISH). Berdasarkan hasil kromosom, terdapat dua tipe sindrom Turner1:
1. Sindrom Turner klasik dengan hasil analisis kromosom 45,X atau 46,XiXq
2. Sindrom Turner mosaik dengan hasil analisis kromosom 45,X dengan tambahan lini
sel lain seperti 45,X/46,XX; 45,X/46,X,i(X) dan 45,X/46,XY. Gambaran klinis pada
sindrom Turner mosaik lebih ringan dari sindrom Turner klasik.
Biokimiawi:
o Gula darah puasa 2 jam post prandinal
o Profil lipid
o Fungsi tiroid
o Fungsi ginjal
Echocardiografi untuk mendeteksi kelainan jantung Koartasio aorta.
USG abdomen untuk melihat malformasi ginjal horse shoes kidney
Konsul THT
Konsul mata
Konsul gigi berdasarkan indikasi
DD
Sindrom Klinefelter
Keterlambatan pubertas
Pubertas merupakan salah satu periode dalam proses pematangan seksual dengan hasil
tercapainya kemampuan seorang wanita atau pria dalam kemampuan reproduksi. Pubertas
ditandai dengan munculnya karateristik seks sekunder dan diakhiri dengan datangnya menars
pada anak perempuan dan lengkapnya perkembangan genital pada anak laki laki. Usia awal
pubertas pada anak perempuan berkisar 8-13 tahun dan pada anak laki laki berkisar 9-14
tahun. Pubertas dapat dikataan terlambat apabila perubahan fisik awal pubertas tidak terlihat
pada anak perempuan usia 13 tahun dan anak laki laki usia 14 tahun. Evaluasi terhadap
kemungkinan adanya keterlambatan pubertas juga harus dilakukan apabila lebih dari 5 tahun
antara tanda pertama pubertas dan menars atau lengkapnya perkembangan genital pada laki
laki.6
Patofisiologi
Sindrom Turner mosaik juga bukan merupakan kondisi yang diwariskan. Hal ini
disebabkan karena terjadinya kesalahan dalam pembelahan sel pada saat masa perkembangan
janin yang terkena. Hal ini menyebabkan untuk sebagian dari sel seorang untuk memiliki 2
kromosom seks, namun sebagian sel lainnya hanya memiliki satu buah kromosom X.
Sindrom Turner juga dapat disebabkan oleh delesi dari kromosom X, hal ini dapat diwariskan
namun jarang terjadi.7
Tatalaksana
Tidak terdapat jenis pengobatan yang pasti untuk menyembuhkan kasus sindrom
turner tetapi terdapat upaya untuk membantu mengatasi beberapa bentuk gejala klinis dari
sindrom Turner.8
Medikamentosa
Perawakan pendek
Perawakan pendek adalah temuan yang paling umum dan hampir selalu ada pada
sindrom Turner. Etiologi kegagalan pertumbuhan kurang dipahami, tetapi diduga
melibatkan displasia tulang dan respons yang buruk terhadap hormon pertumbuhan
terkait dengan insufisiensi haplo untuk gen yang mengandung homeobox (SHOX)
perawakan pendek pada kromosom X. Selama masa bayi dan kanak-kanak, tingkat
pertumbuhan kira-kira 2 standar deviasi di bawah tingkat pertumbuhan rata-rata. Tinggi
dewasa anak perempuan yang tidak diobati dengan hormon pertumbuhan adalah 56-57
inci (sekitar 8 inci di bawah tinggi rata-rata wanita dewasa). Terapi hormon
pertumbuhan rekombinan (Growth Hormone/GH) dapat meningkatkan tinggi badan
orang dewasa pada sindrom Turner sebesar 5-8 cm. Tetapi tingkat keberhasilan
bervariasi, bergantung kembali pada beberapa faktor termasuk usia saat inisiasi, tinggi
awal, potensi genetik, dosis dan durasi terapi.
- Terapi hormon pertumbuhan (Growth Hormone/GH)
- Penambahan oksandrolon
Pada anak perempuan dengan sindrom Turner yang > 10 tahun dengan proyeksi
tinggi badan dewasa yang buruk pada growth hormone saja, penambahan
oksandrolon, androgen, dan steroid anabolik pada 0,03-0,05 mg/kg/hari dapat
dipertimbangkan. Oksandrolon dapat meningkatkan tinggi badan orang dewasa
sebesar 2-5 cm bila digunakan dengan growth hormone. Potensi efek samping
kurang menjadi perhatian pada dosis rendah di atas, tetapi mereka mungkin
termasuk jerawat dan klitoromegali.
Induksi pubertas
Terapi pengganti hormon estrogen biasanya dimulai sekitar masa pubertas normal.
Pemberian dosis akan direkomendasi secara bertahap dari dosis rendah sesuai
dengan usia dan kebutuhan spesifik setiap wanita. Bentuk pemberian terapi
pengganti hormon estrogen dapat berupa gel, tablet, atau patch. Pemberian terapi
hormon ini cukup penting yang mana memiliki peranan cukup besar selama masa
pubertas seperti perkembangan payudara, perkembangan rahim dan tulang
(melindungi dari osteoporosis). Terapi sulih hormon dengan pemberian estradiol
dosis rendah dimulai sesudah usia 12 tahun. Dosis awal dapat dimulai dengan 0,05-
0,07 mcg dan dapat meningkat bertahap sampai 0,08 - 0,12 mcg/kgBB untuk
memaksimalkan perkembangan payudara. Siklik progesteron ditambahkan paling
tidak 2 tahun setelah terapi estrogen atau saat menarche
- Progesteron
Pada individu dengan sindrom Turner seringkali ditemukan adanya kelainan jantung
seperti interval QT yang memanjang. Obat pemanjang QT (antiaritmia, makrolida, dan
fluorokuinolon, metronidazol, beberapa antijamur, dan antiretroviral, obat psikiatri)
harus dihindari. Jika ada koarktasio aorta diperlukan pembedahan korektif. Sepanjang
hidup, pasien memerlukan pemantauan dilatasi aorta dengan ekokardiogram atau MRI
jantung. Tekanan darah harus dipertahankan dalam kisaran normal untuk membantu
mengurangi risiko dilatasi dan diseksi aorta. Tekanan darah harus dikendalikan
menggunakan beta-blocker sebagai pengobatan lini pertama, diikuti oleh inhibitor
ACE.
Non-medikamentosa8
Terapi psikologis, kognitif, & perilaku
Memberikan pemahaman, pengertian, dan edukasi terhadap orang tua atau keluarga
penderita mengenai kelainan bawaan sindrom Turner yakni seperti terkait fakta medis,
konsekuensi, risiko, probabilitas perkembangan penyakit, dan usaha untuk
meneruskannya. Adanya konseling genetik diharapkan dapat memberikan arahan
kepada individu atau keluarga dalam menentukan pilihan, tindakan, dan penyesuaian
terhadap kondisi yang dialami.
Monitoring
Memberikan pengertian dan meminta pasien sindrom Turner untuk selalu rutin
melakukan pemeriksaan kesehatan. Hal ini perlu dipertimbangkan mengingat mengenai
kemungkinan risiko kesehatan lainnya yang dapat ditimbulkan pada sindrom Turner.
Beberapa bentuk monitoring yang dapat dilakukan di antaranya:
- Terkait dengan laju pertumbuhan harus dipantau setiap 6 bulan. Terapi tidak
berespon bila laju pertumbuhan ≤ 2 cm dalam 6 bulan atau ≤4 cm dalam setahun.
Terapi hormon pertumbuhan bisa diberikan sampai usia tulang (bone age) 14 tahun
atau tidak responsif.
- Hasil akhir tinggi badan tanpa terapi adalah 140.8±5 cm, dengan terapi tunggal
hormon pertumbuhan adalah 147,9±7,2 cm, dan dengan terapi hormon
pertumbuhan-estrogen adalah 149.3± 6.6 cm.
- Terapi estrogen dapat mempengaruhi efek psikologis dan perilaku.
- Efek samping jarang dilaporkan, tetapi beberapa melaporkan adanya risiko diabetes
melitus, sleep of capital femoral epiphysis (SCFE), idiopathic intracranial
hypertension, edema, limfedema, atau skoliosis.
- Pemantauan gula darah, profil lipid, dan fungsi tiroid, IGF-1 dilakukan setiap tahun
dan bone mineral density (BMD) pada masa pubertas.
- Memperhatikan diet, misalnya memperbanyak asupan kalsium harian serta vitamin
D. Dengan memperhatikan asupan diet, individu dengan sindrom Turner diharapkan
dapat meminimalkan kemungkinan risiko kejadian obesitas, hipertensi, dan bentuk
postur tubuh (kifosis/osteopenia/osteoporosis).
- Pemantauan pendengaran secara teratur, termasuk evaluasi audiologi serial,
direkomendasikan sepanjang hidup, dengan evaluasi audiologi setiap 3 tahun pada
anak-anak dan setiap lima tahun pada orang dewasa.
- Kelainan ginjal sering muncul dengan sindrom Turner, termasuk malformasi sistem
pengumpul, ginjal posisi/tapal kuda, dan ginjal mal-rotasi. Obstruksi akibat
kelainan ureteropelvic junction dapat menyebabkan hidronefrosis dan
meningkatkan risiko pielonefritis. Jika ada kelainan, pasien harus dirujuk ke
nefrologi.
Pencegahan
Tidak terdapat bentuk cara pencegahan spesifik untuk menghindari kejadian sindrom
Turner karena merupakan kelainan genetik
Melakukan konseling genetik, untuk mengetahui kondisi, aspek fakta medis yang ada.
Skrining sitogenetik prenatal untuk aneuploidi semakin banyak dilakukan untuk ibu
dengan usia ibu lanjut dan bukti sitogenetik sindrom Turner dapat menjadi temuan yang
insidental.
Ultrasonografi dapat memainkan peran penting dalam mendiagnosis sindrom Turner
dalam rahim. Peningkatan translusensi nuchal umum terjadi pada janin sindrom Turner,
tetapi juga dapat terlihat pada sindrom trisomi autosomal. Temuan USG lainnya seperti
koarktasio aorta atau cacat jantung, pembatasan pertumbuhan intrauterin, anomali
ginjal, brachycephaly, poli atau oligohidramnion lebih lanjut dapat mengindikasikan
kemungkinan sindrom Turner. Jika hasil ultrasonografi janin normal, studi sitogenetik
janin memiliki angka positif palsu yang relatif tinggi. Terlepas dari prosedur atau hasil
tes, konseling genetik harus diberikan sebelum dan sesudah prosedur diagnostik
prenatal. Skrining ultrasonografi dan serum ibu tidak bersifat diagnostik, sehingga
diperlukan adanya konfirmasi kariotipe untuk sindrom Turner. Usia ibu lanjut bukan
merupakan faktor risiko terhadap sindrom Turner.
Pasien-pasien ini memerlukan skrining yang sering sepanjang hidup untuk memantau semua
kemungkinan komplikasi yang mungkin dapat terjadi.9
Kesimpulan
Hipotesis diterima. Berdasarkan skenario, "Seorang siswa perempuan AA, 16 tahun
diantar orangtuanya ke dokter untuk berkonsultasi karena belum menstruasi", Perempuan
tersebut didiagnosis menderita Sindrom Turner. Manifestasi yang umumnya muncul pada
kasus ini adalah amenorea primer, perawakan pendek, webbed neck, limfedema. Diagnosis
pasti ditegakkan melalui analisa kromosom yang akan menunjukkan monosomy X. Tidak ada
tatalaksana yang dapat menyembuhkan ST tetapi ada beberapa upaya yang dapat dilakukan
untuk mengatasi beberapa gejala klinis dari ST.
Daftar Pustaka
1. Batubara JR, Utari A, Rudy Susanto. Sindrom Turner. Buku Ajar Endokrinologi
Anak. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2017. 40–44 p.
4. Tudhur NS, Paramitha AD, Islamy N, Wiajaya O. Laporan Kasus : Amenorea Primer
Case Report : Primary Amenorrhea. 2021;11(April):191–5.
5. Harmin S, A. A. P B. Sindrom Klinefelter. Sari Pediatri. 2016;10(6):373.
6. Azwar S. Keterlambatan Pubertas. Sari Pediatri. 2016;4(4):176.
7. Shankar Kikkeri N, Nagalli S. Turner Syndrome. [Updated 2021 Aug 11]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554621/
9. Turner syndrome [Internet]. NHS. 2021 [cited 2021 Sep 25]. Available from:
https://www.nhs.uk/conditions/turner-syndrome/treatment/