Anda di halaman 1dari 17

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) TEBO

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM


PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM (HPI)

ILMU PERUNDANG
UNDANGAN
 ILMU
PERUNDANG-UNDANGAN
ILMU PERUNDANG-UNDANGAN
 Akhir-akhir ini peran perundang-undangan
meningkat tajam

  pemilu, impor daging illegal, penggusuran


perusahaan peternakan dll.

 Muncul masalah-masalah :
 Seputar perundang-
undangan itu sendiri
 Sebelum / sesudah ada
undang-undang

  oleh karena itu masyarakat (profesi) perlu


membekali diri dengan pengetahuan perundang-
undangan
PERKEMBANGAN ILMU PERUNDANG-
UNDANGAN

 Mulai berkembang tahun ’70 an di Eropa kontinental,


Inggris, Belanda

 Merupakan ilmu interdisipliner yang berhubungan


dengan ilmu social politik dan sosiologi.

 Istilah perundang-undangan : Legislation, wetgeving,


gesetzgebung

 Proses pembentukan peraturan-peraturan negara


 Segala peraturan negara yang merupakan hasil
pembentukan peraturan baik di tingkat pusat maupun
daerah
NORMA HUKUM

Aristoteles  manusia adalah mahluk sosial yang tidak


dapat hidup sendiri

P.J. Bouman  manusia baru menjadi manusia setelah


hidup dengan sesamanya

Diperlukan sesuatu agar


Hubungan menjadi lancar

NORMA / KAIDAH
 Norma :
suatu ukuran yang harus dipatuhi oleh
seseorang dalam hubungannya dengan
sesama / lingkungan yang didasarkan pada
ukuran nilai-nilai tertentu

Norma dibedakan atas:


- Norma etika (susila, agama, kesopanan)
- Norma hukum

 Norma Hukum:
suatu patokan yang didasarkan pada ukuran
nilai baik/buruk yang berorientasi pada azas
keadilan dan bersifat suruhan serta larangan

Adil  kepentingannya dan kepentingan orang


lain terlindungi
 Fungsi norma  melindungi kepentingan manusia
 Tujuan norma  ketertiban masyarakat

Bila kepentingan manusia terlindungi


Maka keadaan masyarakat akan tertib

 Persamaan norma hukum dengan norma lainnya:


- sebagai pedoman bertingkah laku
- berlaku, berdasar dan bersumber pd norma yang lebih tinggi
sampai ke suatu norma dasar

 Perbedaan :
- ada sanksi fisik
- berlaku bagi siapa saja
- bersifat heteronom (datang dari luar diri kita sendiri)
AZAS HUKUM

 Dasar yang menjadi sumber


pandangan hidup, kesadaran dan
cita-cita hukum dari masyarakat

 Di Indonesia sudah dikenal dalam


hukum adat, sampai sekarang masih
relevan
HIERARKI NORMA HUKUM
 Berjenjang-jenjang dalam suatu hierarki
 Norma yang lebih rendah bersumber pada norma yang lebih tinggi 
norma dasar (grundnorm)
 Per-UU-an yang lebih rendah tidak dapat mengubah ketentuan-
ketentuan yang lebih tinggi
 Per-UU-an hanya dapat diubah/dicabut oleh per-UU-an yang
sederajat/lebih tinggi
 Ketentuan per-UU-an yang lebih rendah tidak mempunyai ketentuan
hukum bila bertentangan dengan yang lebih tinggi
 Materi yang seharusnya diatur oleh per-UU-an yang lebih tinggi tidak
dapat diatur oleh per-UU-an yang lebih rendah

 Adolf Merkl  norma hukum mempunyai dua wajah


- bersumber pada norma di atasnya
- menjadi dasar bagi norma hk di bawahnya

Oleh karena itu masa berlakunya relatif karena tergantung norma hk di


atasnya.
TATA SUSUNAN NORMA HUKUM

 Norma Fundamental Negara


Norma tertinggi, tidak dibentuk dari norma lain

 Aturan dasar / Pokok Negara


Dasar pembuatan UU dan peraturan yang lebih rendah

 Formell Gesetz (UU)


Norma konkrit, terperinci, langsung berlaku pada masyarakat, tidak
berupa norma tunggal (norma primer, ada sanksi)

 Peraturan Pelaksanaan & Otonom


- Menyelenggarakan ketentuan UU
- Peraturan pelaksanaan berdasarkan delegasi pelimpahan
wewenang membentuk peraturan per-UU-an lebih rendah
- Peraturan otonom, pelimpahan wewenang kepada lembaga
negara/pem, sifatnya melekat terus menerus
AZAS PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN

 UU tidak berlaku surut


 Azas tingkatan hierarki
 UU yang bersifat khusus mengesampingkan UU
yang bersifat umum
 UU yang baru mengesampingkan UU yang lama
 UU tidak dapat diganggu gugat
 UU sebagai sarana mencapai kesejahteraan
spiritual, material bagi masyarakat melalui
pembaharuan dan pelestarian
LANDASAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN

a. Landasan Filosofis
Harus mendapat pembenaran jika dikaji secara filosofis
 sesuai dengan cita-cita kebenaran, keadilan, kesusilaan

b. Landasan Sosiologis
Harus sesuai dengan keyakinan umum/kesadaran
masyarakat
 sesuai dengan hk yang hidup di masyarakat

c. Landasan Yuridis
Harus mempunyai landasan hukum/dasar hukum /legalitas
dari ketentuan yang lebih tinggi
TATA URUTAN PERUNDANG-
UNDANGAN RI

1. UUD 1945 Hk dasar tertulis

2. TAP MPR RI Putusan MPR sebagai pengemban


kedaulatan rakyat

3. UU Dibuat DPR/Pres untuk melaksanakan


UUD’45 dan TAP MPR

4. PERPU Dibuat Presiden  DPR

5. PP Dibuat pemerintah untuk melaksanakan UU

6. KEPRES Mengatur administrasi negara, pemerintah

7. PERDA Melaksanakan aturan hukum di atasnya


SUMBER HUKUM TATANEGARA INDONESIA

PERIODE PEMERINTAHAN KONSTITUSI


18 Agustus ’45 - 27 Desember ’49 UUD 1945

27 Desember’45 - 17 Agustus ’50 UUD RIS

17 Agustus ‘50 - 05 Juli ’59 UUDS 1950

05 Juli ‘59 - sekarang UUD 1945


SISTEM PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sistem adalah:
• Seperangkat komponen, elemen atau
sub-sistem dengan segala atributnya
yang saling berhubungan satu sama lain,
pengaruh mempengaruhi dan saling
tergantung, sehingga keseluruhannya
merupakan suatu kesatuan yang
terintegrasi (tidak bertentangan satu
sama lain) serta mempunyai peranan
serta tujuan tertentu
Pertanyaan…..

a) Jelaskanlah tujuan dan manfaat “peraturan


perundangan” bagi kehidupan bermasyarakat .

b) Sejauhmana “peraturan perundangan” tersebut


dapat diterapkan dalam masyarakat yang secara
sosiologis bersifat transisional.

c) Nilai-nilai atau kaidah apa saja yang seharusnya


dimiliki dalam merancang suatu peraturan
perundangan.
LANDASAN DAN SISTEMATIKA PERATURAN
PERUNDANGAN

- Peraturan perundangan dikaji berdasarkan


landasan konstitusional dan idiil, landasan
filosofi dan sosiologi
- Peraturan perundangan dikaji berdasarkan
sistematika
- Peraturan perundangan dikaji berdasarkan
manfaat dan kegunaan
- Peraturan perundangan dikaji berdasarkan
hubungan antar negara (regional dan
internasional)

Anda mungkin juga menyukai