Anda di halaman 1dari 164

PENGETAHUAN DASAR

PERLINDUNGAN LINGKUNGAN

DEPT ENVIRONMENT MONITORING


2022
01 Pendahuluan

Outline 02 Pengelolaan Air Limbah

03 Pengendalian Pencemaran Udara

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya


04 dan Beracun dan Non Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
L INGKUNGAN
HIDUP
lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di
sekitar manusia yang mempengaruhi
perkembangan kehidupan manusia baik
langsung maupun tidak langsung

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan


semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di
dalamnya manusia dan perilakunya yang
melangsungkan kehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lainnya
UNSUR LINGKUNGAN HIDUP

03
02 Unsur Fisik
(Abiotik)
01 Unsur Sosial
Budaya
Unsur Hayati
(Biotik)
Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur
Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan lingkungan hidup yang terdiri dari
sosial dan budaya yang dibuat manusia benda-benda tidak hidup, seperti
Unsur hayati (biotik), yaitu unsur yang merupakan sistem nilai, gagasan, tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain.
lingkungan hidup yang terdiri dari dan keyakinan dalam perilaku sebagai
makhluk hidup, seperti manusia, makhluk sosial.
hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad
renik.
Pencemaran terjadi karena masuknya bahan-bahan pencemar
(polutan) yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan.
Bahan-bahan pencemar tersebut pada umumnya merupakan
efek samping dari aktivitas manusia dalam pembangunan.
JENIS PENCEMARAN

Pencemaran Udara Pencemaran Air

Pencemaran Suara
Pencemaran Tanah
Pengelolaan Air Limbah
我们毕业啦
其实是答辩的标题地方
Outline:
1. Definisi Air Limbah
2. Identifikasi Sumber Air Limbah
3. Karakteristik Air Limbah
4. Pengolahan dan Pemantauan Air Limbah
5. Dampak Pencemaran
Apa itu Air Limbah?
AIR LIMBAH
Air limbah adalah air sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan manusia.
(Peraturan Menteri LHK No. 68 Tahun 2016 : Baku Mutu Air Limbah Domestik)

Air
Bahan
pendukung
Out
put
Bahan
Inp Pro
baku
/
ut ses
Pre-proses
Cleaning/Ceceran
Pro
duk
Reject Produk
Berasal dari Mana?
Air Limbah
Istilah dalam Air Limbah
• Influent = inlet : Masuknya air limbah ke dalam proses IPAL

• Effluent = Outlet : Keluarnya air limbah dari proses IPAL

• Baku Mutu Air Limbah (BMAL) = Batas konsentrasi pencemar dalam air
limbah yang dapat ditenggang oleh lingkungan.

• Titik Pembuangan = Air limbah di ujung saluran/pipa sesaat sebelum


bertemu dengan stream

• Stream = Badan air permukaan


Istilah dalam Air Limbah

• Titik Penaatan = Titik sampling kualitas air limbah untuk dibandingkan


dengan BMAL
• Titik Pemantauan = Titik sampling kualitas di badan air/air permukaan
untuk dibandingkan dengan baku mutu.
Istilah dalam Air Limbah

Influent
STREAM
IPAL Titik
Pembuangan Effluent

Titik
Titik Penaatan
Pemantauan
KOMPOSISI AIR
LIMBAH
Jenis Air Limbah

Berasal dari aktivitas hidup sehari-hari


Air Limbah manusia yang berhubungan dengan
Domestik pemakaian air

Kawasan
IMIP

Air Limbah Berasal dari kegiatan pengolahan produksi


Industri yang berwujud cair.
Sumber Air Limbah
Utilitas (boiler dan cooling
Mess
tower) di PLTU

Proses produksi (pencucian


Perkantoran bahan baku, pengecatan,
pencampuran bahan kimia)

Air Limbah Air Limbah


Domestik Industri
Air limpasan coal stockpile
Kantin
dan area kawasan pabrik.
Identifikasi Sumber Air Limbah

Tahapan identifikasi sumber air limbah:

• Pelajari diagaram alir proses kegiatan


• Melakukan analisis kegiatan apa saja yang mengeluarkan air limbah pada proses kegiatan utama, kegiatan utilitas, dan domestik. Kemudian lakukan pengamatan volume atau debit
air limbahnya.
• Mengamai karakteristik air limbah secara visual (misal: warna air limbahnya, kebauan, kekentalan/kepekatan, beracun. Serta lakukan pengukuran pH air limbah dengan kertas
lakmus.
• Melakukan pengelompokan air limbah sesuai dengan potensi pencemarannya, misal yang pH-nya asam dikelompokkan sendiri, begitu pula untuk pH-nya basa.
Identifikasi Sumber Air Limbah

• Apakah menggunakan air pada proses kegiatan?

• Apakah menggunakan air disertai bahan kimia?

• Apakah menghasilkan air buangan yang bercampur bahan pencemar?

• Apakah terdapat ceceran, sisa/bekas air dari proses produksi?


Kebutuhan Peralatan Dalam
Identifikasi Sumber Pencemar
1. Peralatan wadah sampel dari gelas atau plastik

2. Pengawetan sampel (pendinginan, pengaturan pH, dicampur bahan kimia)

3. Peralatan ukur lapangan (pH meter, DO meter, konduktivitas meter, thermometer, kompas, pengukur
kecepatan aliran)

4. Dokumen terkait seperti surat izin, metoda acuan (label sampel, peta lokasi, lay out proses)

5. Alat tulis seperti pena kedap air, penggaris, buku catatan

6. Perekam seperti kamera, baterai cadangan, GPS

7. Pelaratan pendukung (meteran, tali, gunting, jam, stop watch, hand phone, air minum)

8. Alat Pelindung Diri (APD)


Identifikasi Sumber Pencemar

Identifikasi Sumber Pencemar

Pendingin Pengolahan Domestik Pemeliharaan


Boiler
Mesin Air Bersih Karyawan Sarana

Cleaning Air Blowdow Cleaning Mandi, Pencucian


n Boiler Boiler Back Wash Cuci Kakus Pembersiha
n Workshop Kendaraan
Pendingin

Grease Septic
Trap Tank

IPAL
Identifikasi Sumber Pencemar

IPAL

Memenuhi Baku Mutu Air Limbah (BMAL)

Pembuangan Air Limbah Pemanfaatan Air Limbah

Harus mengajukan
izin kepada
pemerintah Badan Air
Formasi Aplikasi ke
Permukaa Laut Formasi Tertentu
n Tertentu Tanah
Identifikasi Sumber Air
Limbah

INGAT, Limbah = Sisa

“Segala jenis air yang dibuang keluar pabrik adalah limbah”

WAJIB diolah dan memenuhi BMAL


sebelum bertemu dengan stream.
Identifikasi Sumber Air
Limbah

Perkiraan Debit
Sumber Air Karakteristik Air
No Kegiatan Kode Koordinat Limbah
Limbah Limbah
(m3/jam)
1 Kegiatan Utama
2 Domestik
3 Utilitas
4 Lain-lain
Karakteristik Air Limbah

Parameter Air Limbah

Fisika Kimia Biologi

Nut
rie
An
n
org
Pada (Ni
Org ani
tan War Log tro
Suhu Bau pH ani k Bakteri coliform
(TSS, na am gen
k terl
TDS) da
aru
n
t
Fos
fat)
Karakteristik Air Limbah

Parameter Dampak
BOD Mengurangi oksigen terlarut dalam badan air
COD Dapat beracun, dan mengurangi oksigen terlarut dalam badan air
Minyak Lemak Merusak vegetasi dan kehidupan akuatik
TSS Mempengaruhi turbiditas (kekeruhan), meracuni kehidupan akuatik
pH Tingkat keasaman (asam & basa) yang meracuni kehidupan akuatik
Temperatur Mempengaruhi kehiduapan akuatik
Warna Mempengaruhi estetika badan air dan merusak algae
Bau Mempengaruhi kehidupan akuatik dan manusia serta estetika badan air
Amonia Meracuni kehidupan akuatik, penyebab eutrofikasi
Fosfat Meracuni kehidupan akuatik, penyebab eutrofikasi
Bakteri Coliform Indikator bakteri pathogen lain yang meracuni kehidupan manusia
Karakteristik Air Limbah

Logam Berat Dampak terhadap Kesehatan


Sistem peredaran darah dan tekanan darah
Barium
meningkat
Penurunan fungsi dalam hati, ginjal, pankreas dan
Kadmium
Tiroid
Tembaga Merusak ginjal dan saraf manusia

Timbal Merusak ginjal dan saraf manusia

Merkuri Gangguan sistem saraf pusat

Nikel Gangguan sistem saraf pusat

Selenium Gangguan sistem saraf pusat

Perak Grey Skin

Seng Efek Rasa


Indikator Visual Potensi Pencemaran
Air Limbah pada Badan Air

Berbau
Berwarna (Hitam
pekat/warna lainnya)
Kekentalan

Licin

Asam Basa
Karakteristik Air Limbah Domestik

• Pada umumnya kualitasnya seragam


• Perbedaannya bergantung pada konsumsi air (60 - 90% dari pemakaian air bersih), dan pola makan.
• Parameter kunci : TSS, BOD, COD, Oil & Grease, pH, Amoniak, dan Total Coliform.
• Baku Mutu Effluen : Peraturan Menteri LHK No.68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik

Baku Mutu Air Limbah Domestik

Parameter Satuan Konsentrasi

pH - 6-9
BOD5 mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Amoniak mg/L 10

Total Coliform Jumlah/100 mL 300


Karakteristik Air Limbah Industri

• Kualitasnya bervariasi bergantung pada jenis industri dan proses. Sehingga sulit diprediksi, diperlukan survey
lapangan.
• Parameter kunci pada Industri Smelter Nikel : pH, TSS, BOD, COD, dan Logam Berat (Pb, Ni, Total Cr, Cr 6+)
• Baku Mutu Effluen :
a. Permen LHK No.05 Tahun 2014 : Baku Mutu Air Limbah 2014
b. Permen LHK No.09 Tahun 2006 : Baku Mutu Air Limbah Pertambangan Bijih Nikel 2006
c. Permen LHK No.08 Tahun 2009 : Baku Mutu Air Limbah PLTU
d. PerBup Morowali No. 12 Tahun 2013 : Baku Mutu Air Limbah Industri Nikel
e. IPLC Indonesia Morowali Industrial Park 2021

Catatan : Menggunakan baku mutu yang paling ketat


Baku Mutu Air Limbah di Kawasan
Baku Mutu Air Limbah Produksi Ferronickel dan Kokas Baku Mutu Air Limbah Produksi dan Domestik PLTU

No. Parameter Satuan Konsentrasi No. Parameter Satuan Konsentrasi


1 pH - 6-9 1 pH - 6-9
2 TSS mg/L 113 2 TSS mg/L 92
3 Tembaga (Cu) mg/L 2
4 Kadmium (Cd) mg/L 0.05 3 Minyak dan Lemak *) mg/L 9

5 Seng (Zn) Terlarut mg/L 5


4 Krom Total (Cr) mg/L 0.5
6 Timbal (Pb) Terlarut mg/L 0.1
5 Tembaga (Cu) mg/L 1
7 Nikel (Ni) Terlarut mg/L 0.5
8 Krom heksavalen (Cr+6) mg/L 0.1 6 Seng (Zn) Terlarut mg/L 1
9 Krom Total (Cr) mg/L 0.5
10 Besi (Fe) Terlarut mg/L 5 7 Besi (Fe) Terlarut mg/L 3

11 Cobalt (Co) Terlarut mg/L 0.4 8 BOD mg/L 30

12 BOD mg/L 30 9 Posfat (PO4) mg/L 10


13 COD mg/L 100 10 COD mg/L 100
14 Minyak dan Lemak mg/L 5 11 Amonia mg/L 10
15 Amonia mg/L 10 12 Total Coliform MPN/100 ml 3000
16 Total Coliform Jumlah/100 ml 3000
IPLC. PT IMIP Tahun 2021 IPLC. PT IMIP Tahun 2021
Baku Mutu Air Limbah di Kawasan

Baku Mutu Air Bahang PLTU Baku Mutu Air Limbah Produksi yang Belum Masuk IPLC

No. Parameter Satuan Konsentrasi No. Parameter Satuan Konsentrasi


1 Suhu o
C 40 1 pH - 6-9
2 TSS mg/L 100
2 Klorin Bebas (Cl2) mg/L 0.5 3 Tembaga (Cu) mg/L 2
4 Kadmium (Cd) mg/L 0.05
IPLC. PT IMIP Tahun 2021
5 Seng (Zn) Terlarut mg/L 5

6 Timbal (Pb) Terlarut mg/L 0.1

7 Nikel (Ni) Terlarut mg/L 0.5

8 Krom heksavalen (Cr+6) mg/L 0.1

9 Krom Total (Cr) mg/L 0.5

10 Besi (Fe) Terlarut mg/L 5

11 Cobalt (Co) Terlarut mg/L 0.4

Peraturan Bupati Morowali No. 12 Tahun 2013


Baku Mutu Air Limbah di Kawasan

Baku Mutu Air Limbah Produksi dan Domestik PLTU Yang Belum Masuk IPLC

No. Parameter Satuan Konsentrasi


1 pH - 6-9

2 Minyak dan Lemak *) mg/L 10

3 Klorin Bebas (Cl2) mg/L 0.5


4 Krom Total (Cr) mg/L 0.5
5 TSS mg/L 100
6 Tembaga (Cu) mg/L 1

7 Besi (Fe) Terlarut mg/L 3

8 Seng (Zn) Terlarut mg/L 1

9 Posfat (PO4) mg/L 10

Keputusan Menteri LH No. 8 Tahun 2009 Lampiran IA


Baku Mutu Air Limbah di Kawasan
No. Parameter Satuan Konsentrasi
1 Temperatur - 40
Baku Mutu Air Limbah Produksi dan Domestik
2 Zat Padat Larut (TDS) mg/L 4000 Ferrochrome PT. IRNC
3 Zat Pada Suspensi (TSS) mg/L 400
4 pH - 6-9
5 Besi (Fe) Terlarut mg/L 10 Peraturan Menteri LHK No.05 Tahun 2014 Lampiran XLVII
6 Mangan Terlarut (Mn) mg/L 5
7 Barium (Ba) mg/L 3
8 Tembaga (Cu) mg/L 3
9 Seng (Zn) Terlarut mg/L 10
10 Krom heksavalen (Cr6+) mg/L 0.5
11 Krom Total (Cr) mg/L 1
12 Kadmium (Cd) mg/L 0.1
13 Air Raksa (Hg) mg/L 0.005
14 Timbal (Pb) mg/L 1
15 Stanum (Sn) mg/L 3
16 Arsen (As) mg/L 0.5
17 Selenium (Se) mg/L 0.5
18 Nikel (Ni) mg/L 0.5
19 Kobalt (Co) mg/L 0.6
20 Sianida (CN) mg/L 0.5
21 Sulfida (H2S) mg/L 1
22 Flourida (F) mg/L 3
23 Klorin Bebas (Cl2) mg/L 2
24 Amonia Nitrogen (NH3-N) mg/L 10
25 Nitrat (NO3-N) mg/L 30
26 Nitrit (NO2-N) mg/L 3
27 Total Nitrogen mg/L 60
28 BOD5 mg/L 150
29 COD mg/L 300
30 Senyawa Aktif Biru Metilen (Deterjen) mg/L 10
31 Fenol mg/L 1
32 Minyak dan Lemak mg/L 20
33 Total Coliform MPN/100 mL 10000
Mengapa kita harus melakukan
pengelolaan air limbah?
UU NO.32 TAHUN 2009

“Setiap orang:
• Dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan
pencemaran/kerusakan lingkungan hidup;
• Wajib melakukan pemulihan fungsi lingkungan hidup akibat
kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya;
• Wajib menaati baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria
baku mutu kerusakan lingkungan hidup.
UU NO.32 TAHUN 2009
Kapan melakukan pembuangan
air limbah?
Syarat Pembuangan Air
Limbah
1. Memenuhi Baku Mutu Air Limbah secara regulasi: 2. Memenuhi kualitas air limbah effluent secara estetika:

• Memenuhi Baku Mutu Air Limbah (BMAL) yang • Sesuai dengan suhu lingkungan (suhu kamar)
tertuang dalam izin pembuangan air limbah ke • Tidak berwarna
badan air atau formasi tertentu, yang dikeluarkan • Tidak keruh (bening)
oleh pemerintah. • Tidak berasa
• Tidak berbau
Bagaimana cara melakukan
pengelolaan air limbah?
Pemantauan Lingkungan

Tujuan Pemantuan:

1. Mengetahui efisiensi kinerja IPAL

2. Kualitas badan air penerima (sungai/laut) memenuhi baku mutu

3. Kualitas air limbah di titik penaatan memenuhi baku mutu


Pemantauan Lingkungan
• Daily Monitoring atau pengawasan dilakukan setiap saat di semua titik penaatan air limbah dan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL).

• Bentuk pengawasan seperti memperhatikan kondisi bangunan dan fungsi IPAL serta melakukan
pengukuran parameter pH, TSS, Debit dan Temperatur yang diatur dalam PerMen LH No. 9 Tahun
2006 dan PerBup Morowali No. 12 Tahun 2013.
Pemantauan Lingkungan

Pengambilan Sampel Air dilakukan sebanyak 3 kali

Unt Unt Unt


uk uk uk
kepe kepe kepe
rlua rlua rlua
n n n
inte pela lapo
rnal por ran
seba an RK
gai ke L-
dasa Pem RPL
r erint ke
eval ah Pem
uasi dala erint
peng m ah
elola bent seba
an uk gai
ling Lap bent Se
kun oran uk mes
gan. Tri pen ter
Mi Wul Bul aata (6
Dila ngg an ana n bul
Metode Pengolahan Fisika

Menggunakan teknologi tertentu (sedimentasi, filtrasi, screening, dan cara lainnya) untuk menghilangkan
padatan tersuspensi pada air limbah.
使用某些技术(沉淀、过滤、筛选和其他方式)去除废水中的悬浮固体。

Screening
Bak Sedimentasi
筛选
沉淀池
Filtrasi
过滤
Metode Pengolahan Kimia

Menambahkan bahan-bahan kimia ke dalam air limbah untuk mengondisikan air limbah agar mudah
diolah di pengolahan selanjutnya. Salah satunya teknologi berikut :
向废水中加入化学药剂,对废水进行调理,便于下一次处理。以下技术之一:

Bak Koagulasi-Flokulasi
混凝 - 絮凝槽
Metode Pengolahan Biologi
Dengan bantuan mikroorganisme untuk menghancurkan dan menghilangkan zat kontaminan pada air
limbah. Berikut beberapa contoh teknologinya :
借助微生物破坏和去除废水中的污染物。以下是该技术的一些示例:

Bak Koagulasi-Flokulasi Rotating Biological Contractor Tricking Filter


混凝 - 絮凝槽 旋转生物承包商 欺骗过滤器
Tingkatan Pengolahan
Air Limbah

Phsyic- Disposal as
Pre Biological Advanced
Chemical Treated
•Equa
Treatment
lizati
•Coa
Treatment
gulat
•Acti
Treatment
vate
Treatment
•Che •R
Water
on
Tank
ion

d
Slud
mical
Presi e
•Bar pitati
Scre
Floc
culat
ge
•Biol on u
en •Adso
•Grit ion
•Diss
ogic
al rbtio se
Cha n
mber olve
d
Filtr
ation
•Filtra •R
•Prim tion
ary
Sedi
Air
Flot
•Aera
tion
•Adva
nced
e
ment
ation
ation
•Neut
Tank
s
Oxyd
ation
c
•Air
Stea
raliz
ation
•Ana
erob
•Mem
brane
y
m
Strip
•Sedi ic
Proc
Proc
ess
cl
ment
ping
ation esses e
y
/
Tingkatan Pengolahan
A
Air Limbah
d
v
a Penghilangan unsur pencemar patogen dan nutrient yang sulit
S n
diolah dengan cara biasa.
e c
e (Chemical, Photochemical, Biological)
c
o d
n 第
d Penghilangan unsur organik yang biodegradable

P a menggunakan mikroorganisme
r r (Biological)
y /
i
P m 中 先
r a 学 进
e r 的 Penghilangan unsur padatan tersuspensi
- y (Chemical, Physical)
e 基
l

i
m 的
i Penghilangan partikel/benda kasar seperti
n sampah, pasir, dan lainnya.
a (Physical)
r
y
Pengolahan Air Limbah

• Pengolahan Air Limbah menggunakan Instalasi Pengolahan Air


Limbah (IPAL) dan Settling Pond.

IPAL Domestik IPAL Industri Settling Pond


Pencegahan Pencemaran
pada Kondisi Darurat
• Penutupan titik pelepasan sumber pencemar:

1. Penambalan sementara pada kebocoran

2. Penghentian kegiatan produksi

3. Pembatasan tumpahan kimia dengan absorben

• Pengaturan aliran sumber pencemar

1. Pengaturan katup aliran

2. Pengaliran menuju bak penampung sementara

• Isolasi pencemar
Perbedaan Saluran Air
Limbah dan Drainase

Tercantum dalam:
1. Peraturan Menteri LHK No. 68 Tahun 2016 : Baku Mutu Air
Limbah Domestik
2. Peraturan Menteri LHK No. 22 Tahun 2021 : Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Perbedaan Saluran Air
Limbah dan Drainase
Perbedaan Saluran Air
Limbah dan Drainase
Perbedaan Saluran Air
Limbah dan Drainase

Saluran Tertutup Air Limbah Saluran Terbuka Air Hujan


Pengelolaan Air Limbah

Melakukan Pengolahan Air Limbah


进行污水处理
Dampak Pencemaran
Terhadap Lingkungan
Dampak Pencemaran
Terhadap Lingkungan

Dampak terhadap lingkungan menyangkut:


• Estetika badan air (akibat kekeruhan, warna, dan bau)
• Ekologi badan air (akibat konsumsi oksigen terlarut oleh bahan organik
biodegradable; kandungan bahan toksik, nutrien, dan bahan toksik, dll.)
• Kesehatan (akibat kandungan bahan toksik, logam berat dan bakteri patogen)
Dampak Pencemaran
Terhadap Lingkungan
Dampak yang ditimbulkan akibat dari kandungan bahan dalam air limbah. Bahan-
bahan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:
• Yang dapat menghalangi penetrasi sinar matahari ke dalam air (kekeruhan dan
warna)
• Yang dapat ter-biodegradasi dalam air (organic biodegradable)
• Yang dapat menghalangi transfer O2 dari udara ke dalam air (minyak dan lemak)
• Yang mendorong proses eutrofikasi (nutrien)
• Yang bersifat toksik
Dampak Terhadap Kesehatan

• Bioakumulasi : pencemar yang terakumulasi dalam tubuh makhluk


hidup
• Biomagnifikasi : perpindahan pencemar yang terakumulasi dalam
suatu makhluk hidup kepada makhluk hidup lain.
Kasus Pencemaran

LUBANG DARI SALURAN OUTLET SALURAN KONDISI AIR SUNGAI


PENAMPUNG AI AMONIA YANG DRAINASE YANG YANG TERCEMAR
TERHUBUNG LANGSUNG TERHUBUNG OLEH AIR AMONIA
DENGAN SALURAN DRAINASE LANGSUNG DENGAN TAMPAK BERWARNA
LIMPASAN AIR HUJAN SUNGAI KUMPI MERAH
Kasus Pencemaran
Kasus Pencemaran
• Eutrofikasi : Kelebihan nutrient (Nitrogen dan Phosphor) dalam badan air.
Kasus Pencemaran
• Minamata Disease
PENGENDALIAN
PENCEMARAN
UDARA
01 Pendahuluan

Outline 02 Baku Mutu

03 Alat Pengendali Pencemaran Udara

04 Kegiatan PPU PPU


Pendahuluan 简介
Kebisingan

Emisi Sumber Pencemaran Udara

Dampak
Pencemaran Udara
P UDARA ENCEMARAN

Masuk atau dimasukkannya zat,


energi, dan/atau komponen lainnya
PP No. 22 Tahun ke dalam udara ambien oleh
Penyelenggaraan kegiatan manusia sehingga
melampaui Baku Mutu Udara
Perlindungan dan
Ambien yang telah ditetapkan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup

Udara Ambien
udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang
dibutuhkan dan berpengaruh terhadap kesehatan manusia, makhluk hidup, dan unsur Lingkungan Hidup lainnya
E MISI

PP No. 22 Tahun Pencemar udara yang dihasilkan


2021 dari kegiatan manusia yang
Penyelenggaraan masuk dan/atau dimasukkannya
Perlindungan dan ke dalam udara, mempunyai
Pengelolaan dan/atau tidak mempunyai
Lingkungan Hidup potensi pencemaran udara
K EBISINGAN

Bunyi yang tidak diinginkan dari


KepMen LHK No. usaha atau kegiatan dalam tingkat
dan waktu tertentu yang dapat
48 Tahun 1996
menimbulkan gangguan kesehatan
Baku Tingkat manusia dan kenyamanan
Kebisingan lingkungan
S UMBER
PENCEMARAN UDARA

Sumber Antropogenik

Pencemaran udara yang


disebabkan karena campur
tangan manusia atau hasil dari
Pencemaran udara yang kegiatan manusia
disebabkan oleh fenomena
alam yang terjadi secara
spontan tanpa campur tangan
manusia atau tanpa hasil
aktivitas manusia

Sumber Alamiah
Sumber Antropogenik

01 Tidak 02 Bergerak
Bergerak

Sumber pencemaran udara yang tetap Sumber pencemaran yang dapat


pada suatu tempat. Biasanya sumber bergerak atau tidak tetap pada suatu
tidak bergerak terkait dengan tempat. Sumber pencemaran bergerak
pembakaran bahan bakar dan untuk terkait dengan kegiatan transportasi yang
proses produksi suatu industri. menggunakan bahan bakar minyak
Contohnya yaitu cerobong emisi pada
industri
Sumber Tidak Bergerak

Cerobong Dryer Cerobong Kiln Cerobong PLTU Cerobong RSS Cerobong DSS
Sumber Bergerak

Mobil Dump Truck Excavator Forklift Wheel Loader Bus


Dampak
Dapat menimbulkan gangguan kesehatan
(Gangguan pernapasan, iritasi mata, gangguan
sistem reproduksi, dll)
01
Penyebab utama terjadinya
pemanasan global

03 Menimbulkan fenomena alam


seperti hujan asam, eutrofikasi,

Perubahan iklim global 02 haze, smogfotokimia

05
04 Penipisan lapisan ozon
Baku Mutu
nilai pencemar udara yang ditenggang keberadaannya dalam
01 Baku Mutu Udara Ambien udara ambien

PP No. 22 Tahun
Penyelenggaraan
Perlindungan dan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Baku Mutu
nilai Pencemar Udara maksimum yang diperbolehkan masuk
02 Baku Mutu Emisi atau dimasukkan ke dalam Udara Ambien

01 02
Smelter PLTU

Peraturan Menteri Lingkungan Peraturan Menteri Lingkungan


Hidup No. 04 Tahun 2014 Hidup No. 15 Tahun 2019

Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Baku Mutu Emisi Pembangkit Listrik
Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Tenaga Termal
Pertambangan
Baku Mutu
Peraturan Menteri Lingkungan Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau
01 Hidup No. 04 Tahun 2014 Kegiatan Pertambangan
Baku Mutu
Peraturan Menteri Lingkungan Baku Mutu Emisi Pembangkit Listrik
02 Hidup No. 15 Tahun 2019 Tenaga Termal

Baku Mutu Emisi PLTU yang dibangun sebelum Baku Mutu Emisi PLTU yang dibangun sesudah
Peraturan Menteri ini berlaku Peraturan Menteri ini berlaku
Kewajiban Penanggung Jawab Usaha

Inventarisasi Emisi Pemantauan Emisi Penanganan Kondisi


Darurat Pencemaran
Udara

Upaya 02 04
Pengendalian
Pencemaran
Udara 01 03 05
Pelaporan Hasil
Pemantauan Emisi

Pengelolaan Emisi
Pemantauan Emisi
Kegiatan Pertambangan Pembangkit Listrik Tenaga Termal

Pemantauan Terus Menerus (CEMS) Pemantauan Terus Menerus (CEMS)

Sumber emisi dengan beban emisi paling besar


terhadap proses pengolahan dan pengoperasian mesin
PLTU dengan kapasitas :
penunjang produksi yang terdiri dari lebih dari satu
sumber emisi • ≥ 25 MW
• < 25 MW dengan kandungan sulfur bahan bakar >
2% dan beroperasi secara terus menerus

Pemantauan Secara Manual

Proses pengolahan dan pengoperasian mesin Pemantauan Secara Manual


penunjang produksi yang memiliki lebih dari satu
sumber emisi dan bukan sebagai sumber emisi dengan • Dilakukan paling sedikit 1 kali dalam 6 bulan selama
beban emisi tertinggi
1 tahun
Pemantauan Emisi
Kegiatan Pertambangan Pembangkit Listrik Tenaga Termal

Pemantauan Secara Manual Pemantauan Secara Manual

• Dilakukan paling sedikit 1 kali dalam 3 bulan jika


• Dilakukan 1 kali dalam 6 bulan terhadap proses pemantauan secara terus menerus mengalami
pengolahan kerusakan dalam jangka waktu paling sedikit 3 bulan
dan paling lama 1 tahun
• Dilakukan paling sedikit 1 kali dalam 3 bulan jika
pemantauan secara terus menerus mengalami
kerusakan dalam jangka waktu paling sedikit 3 bulan
dan paling lama 1 tahun • Dilakukan sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia dan dilakukan oleh laboratorium yang
• Dilakukan oleh laboratorium terakreditasi sudah memiliki identitas registrasi dari Menteri
Persyaratan Cerobong (Kepka Bapedal 205/1996)

Tinggi cerobong sebaiknya 2 – 2,5 kali tinggi bangunan sekitar

Kecepatan aliran gas dari cerobong > 20 m/detik

Warna cerobong harus mencolok

Cerobong dilengkapi dengan penahan angin

Puncak cerobong sebaiknya terbuka, jika ditutup sebaiknya menggunakan


penutup berbentuk segitiga terbalik

Setiap cerobong diberi nomor dan dicantumkan dalam denah industri

Cerobong diberikan sarana pendukung : tempat parkir; tangga besi dan


selubung pengaman; lantai kerja dengan pagar pengaman; katrol; stop kontak
aliran listrik
Beberapa Cara Mengurangi Timbulan Emisi

Penerapan teknologi
Penghapusan pengendalian pencemaran
pengoperasian secara
Modifikasi Relokasi pabrik yang sesuai dengan
keseluruhan/sebagian Proses karakteristik pencemar

• alokasi daerah yang terdampak


pencemaran
Mengganti/hilangkan • Pembatasan tingkat pencemaran Menggunakan alat
proses potensial Mengganti bahan • menyusun peraturan tentang izin pengendali
menimbulkan baku, bahan kontruksi bangunan baru yang
pencemaran udara
pencemaran bakar, mesin akan dijalankan
• Mengisolasi daerah sekitar seperti : Cyclone,
sumber pencemaran agar tidak ESP, Scrubber dll
dihuni
Penggunaan
teknologi
pengendalian
pencemaran
udara

Penyiraman jalan dan


Upaya Pengendalian Pence- area stockpile bahan
baku
maran Udara
PRINSIP KERJA ALAT PENGENDALI PENCEMARAN

Mengendapkan/Secara Gravitasi Menghisap/Menangkap (Adsorbsi)

Menyaring Menyerap (Absorbsi)

Merubah wujud dari gas ke cair


Alat Pengendali Partikulat

Fabric filter Electrostatic


Cyclone Wet Scrubber
(Baghouse) Precipitator (ESP)
Fabric Filter (Baghouse)

Fabric filter (baghouse) adalah alat yang digunakan untuk


memisahkan partikel kering dari emisi gas, biasanya udara atau udara
pembakaran. Pada fabric filter gas dialirkan kedalam dan melewati
beberapa buah bag filter yang disusun secara parallel, sehingga debu
yang ada pada aliran gas akan menempel pada fabric. Udara yang
telah melewati fabric tersebut menjadi bersih.

Kelebihan

• Mempunyai efisiensi sangat tinggi pada partikel yang kecil


• Dapat dioperasikan pada beragam jenis debu
• Dapat dioperasikan pada debit aliran yang sangat ekstrim
• Kehilangan tekanan yang rendah

Kekurangan
• Membutuhkan area yang luas
• Fabric dapat rusak terhadap suhu tinggi dan zat kimia yang
korosif
• Tidak dapat dioperasikan pada udara yang lembab
• Mempunyai potensi mudah terbakar dan meledak
Cyclone
Cyclone adalah sebuah alat yang simple yang dipergunakan untuk
memisahkan partikel yang relative besar dari emisi gas. Ukuran efektif yang
dapat disisihkan adalah 5-10µm. Dalam aplikasi industry, cyclone biasanya
digunakan sebagai pembersih awal (pre-cleners) secara prinsip ada 2 buah
mekasisme yang dilibatkan dalam penyisihan partikel, yaitu centrifugal dan
gaya gravitasi. Gas dialirkan kedalam inlet, gas tersebut dipaksa untuk
berputar sehingga partikel yang besar mengalami benturan terhadap dinding
cyclone dan jatuh pada dinding cyclone yang kemudian dikumpulkan oleh
hopper.

Kelebihan

• Biaya yang murah


• Dapat beroperasi pada suhu dan tekanan yang tinggi
• Efektif pada partikel dengan diameter 5-10µm

Kekurangan

• Tidak efektif pada partikel dengan


diameter yang kecil
Electrostatic Precipitator (ESP)
ESP adalah alat pengendalian pencemaran udara dengan memanfaatkan
gaya elektrostatik untuk mengendapkan partikel tersuspensi pada gas. Pada
saat ini ESP digunakan untuk mengontrol emisi fly ash dari emisi generator.
ESP ini juga efektif digunakan untuk mengontrol emisi partikel dari kiln semen,
pabrik kertas, pabrik asam, sintering operation dan banyak lainnya. ESP
didesain untuk mengumpulkan partikel dengan diameter 0,1 µm sampai 10
µm, dengan tingkat efisiensi mencapai 99%.
Kelebihan

• Efisiensi mencapai 99% dalam penanganan partikel yang


kecil
• Dapat bekerja pada range temperature 175 – 700oC
• Dapat menangani partikel yang kering maupun basah
• Dapat menangani volume gas yang besar dengan
kehilangan tekanan yang rendah

Kekurangan
• Modal yang besar
• Tidak dapat mengontrol gas emisi
• Tidak fleksibel
• Butuh area yang luas
• Tidak dapat bekerja pada resistansi elektrik yang sangat tinggi
Wet Scrubber
Penyisihan partikel dilakukan dengan mengalirkan udara melalui sebuah
ruang yang disemprot oleh cairan penyerap (biasanya dipakai air), sehingga
terjadi penyerapan terhadap partikel oleh cairan penyerap.
Kelebihan

• Netralisasi partikel korosif dan yang mudah terbakar


• Dapat menurunkan emisi yang suhunya tinggi serta
memungkinkan untuk digabungkan dengan penyisihan gas
• Kebutuhan lahan relatif tidak luas

Kekurangan

• Menimbulkan masalah pencemaran air


• Masalah korosi lebih sering timbul daripada menggunakan sistem
kering
• Kehilangan tekanan dan energi yang dibutuhkan tinggi
• Kebutuhan biaya pemeliharaan relatif tinggi
Alat Pengendali Gas

Flue Gas
Adsorber Desulphurization Absorber
(FGD)
Adsorber
Adsorber adalah alat PPU yang berfungsi memindahkan massa
polutan gas (adsorbat) dari udara pembawanya ke permukaan
padatan yang berfungsi sebagai adsorban.

Kekurangan
• Recovery produk membutuhkan peralatan distilasi yang
mahal
• Kapasitas adsorpsi yang terbatas sehingga sering terjadi
kerusakan adsorben
• Regenerasi adsorben memerlukan steam atau vacuum
• Biaya investasi yang cukup tinggi
• Pemasangan filter diperlukan untuk menyisihkan partikulat
sehingga tidak terjadi penyumbatan pada adsorben
Kelebihan

• Produk dapat di-recovery


• Sistemnya dapat dijalankan secara otomatis
• Mampu menyisihkan zat pencemar konsentrasi rendah
Absorber
Absorber adalah alat Pengendali Pencemaran Udara yang berfungsi
memindahkan massa polutan gas (absorbat) dari udara pembawanya ke
dalam cairan yang berfungsi sebagai absorban. Gas akan terserap oleh
absorban

Kekurangan

• Sulit untuk memperoleh gas murni (biasanya lebih dari satu


jenis gas akan terserap pada waktu bersamaan)
• Menghasilkan limbah cair
• Membutuhkan proses regenerasi untuk memisahkan
absorben dan absorbatnya
• Biaya pemeliharaan relatif tinggi

Kelebihan

• Efisiensi penyisihan yang tinggi


• Biaya pembangunan yang relatif rendah
• Luas area yang dibutuhkan tidak besar
• Kehilangan tekanan relatif kecil
Flue Gas Desulphurization (FGD)
Flue Gas Desulphurization (FGD) adalah alat Pengendali Pencemaran Udara
yang berfungsi untuk mengendalikan gas SO2 yang terdiri dari 2 metode yaitu
metode basah dan metode kering. Pada umumnya jenis penyerap yang
digunakan adalah batu kapur (CaCO3), Mg(OH)2 atau karbon aktif.

Kelebihan

• CaCO3 (absorben) yang murah dan banyak tersedia


• Biaya investasi dan operasi relatif murah
• Pemakaian energi yang rendah
• Kehilangan tekanan relatif kecil

Kekurangan

• Terjadinya pengendapan pada tower,


penyumbatan dan korosi
• Membutuhkan proses kalsinasi pada
suhu tinggi
• Membutuhkan pengolahan air limbah
Pemantauan
Pencemaran
Udara

Sumber Tidak
Udara Ambien Sumber Bergerak
Bergerak

Pemantauan Secara Manual dilakukan oleh Laboratorium yang Telah


diakreditasi oleh Menteri
ALUR PEMANTAUAN EMISI UDARA Sumber Emisi :
Proses Produksi
•Utilitas

Cerobong Emisi Udara

Fugitive Emisi
Peralatan
Persyaratan Teknis
Pengendali
Pencemaran Udara
Konsentrasi
Ambien

Jumlah Parameter

Pelaporan Setiap 6
Manual Hasil bulan Konsentrasi

Pemantauan
Data Series
3 Bulan
Hasil
CEMS Pelaporan Setiap 3 bulan

Jumlah Data
Series 3 bulan

Operasi Normal 75% Data Harian (18 jam) % Pemenuhan BM


Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
Pengelolaan limbah B3 Pasal 274-449
Peraturan Pemerintah No 22/2021 BAB VII

Ketentuan Umum

Penetapan Limbah B3
Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang
meliputi pengurangan, penyimpanan, Pengurangan Limbah B3
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan, dan/atau penimbunan. Penyimpanan Limbah B3

Pengangkutan Limbah B3

Pemanfaatan Limbah B3

Pengolahan Limbah B3
Regulasi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)

Nomor Nomor Peraturan Waktu Penetapan Tentang/Isi Peraturan Status

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tata Cara dan Persyaratan pengelolaan Limbah Bahan
1 01 April 20212021 Berlaku √
Nomor 6 Tahun 2021 Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Program Kedaruratan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
2 18 Oktober 2019 Berlaku √
Nomor 74 Tahun 2019 Beracun dan/atau Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pedoman Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah
3 29 November 2018 Berlaku √
Nomor 101 Tahun 2018 Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tata Cara Registrasi dan Notifikasi Bahan Berbahaya dan
4 2017 Berlaku √
Nomor 36 Tahun 2017 Beracun

Tata Cara Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan


Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
5 03 November 2015 Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Berlaku √
Nomor 56 Tahun 2015
Kesehatan

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan


6 2013 Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Berlaku √
Nomor 14 Tahun 2013

Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan


Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Serta
7 2009 Berlaku √
Nomor 30 Tahun 2009 Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya
8 2008 Berlaku √
Nomor 3 Tahun 2008 dan Beracun
Karakteristik Limbah B3

Mudah Mudah Reaktif


Meledak Menyala

Infeksius Korosif Beracun

Note : uji karakteristik dilakukan oleh laboratorium


yang telah terakreditasi dan/atau laboratorium yang
menerapkan prosedur yang telah memenuhi SNI.
Penetapan limbah B3
Tidak (2)

Karakteristik Limbah B3
Berdasarkan Sumber
Mudah Mudah
Reaktif.
Meledak. Menyala.
Daftar Lampiran PP 22/2021.

Infeksius. Korosif. Beracun.


LIMBA
H
Ya (1)
Ya (3) Tidak (4)

Limbah B3 & Non


Limbah B3 Limbah Non B3
B3

1. Daftar Limbah B3 terdapat pada lampiran


IX PP 22 Tahun 2021. Limbah B3 Kategori 1?
2. Daftar Limbah Non B3 terdapat pada Limbah B3 Kategori 2?
lampiran XIV PP 22 Tahun 2021. 2021 年
22
Penetapan limbah B3

Limbah B3 sebagaimana dimaksud di atas berdasarkan kategori bahayanya terdiri atas:


a. Limbah B3 kategori 1
b. Limbah B3 kategori 2
Limbah B3 di atas berdasarkan sumbernya terdiri :
c. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;

d. Limbah B3 dari B3 kedaluwarsa, B3 yang spesifikasi produk yang akan dibuang, dan B3
e. Limbah B3 dari sumber spesifik
Limbah B3 dari sumber spesifik meliputi:
f. Limbah B3 dari sumber spesifik umum; dan
g. Limbah B3 dari sumber spesifik khusus
Pengurangan limbah B3
Pengurangan Limbah B3 adalah kegiatan Penghasil Limbah B3 untuk mengurangi jumlah
dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau racun dari Limbah B3 sebelum dihasilkan dari
suatu usaha dan/atau kegiatan.
a. Wajib dilakukan oleh penghasil limbah B3
b. Dilakukan melalui :

(1) Substitusi Pemilihan bahan &/ bahan penolong yang semula mengandung
Bahan. B3 digantikan dengan yang tidak mengandung B3.

(2) Modif Proses. Pemilihan dan penerapan proses produksi yang lebih efisien.

(3) Penggunaan teknologi


ramah lingkungan.
PENYIMPANAN LIMBAH B3
 Penyimpanan Limbah B3 WAJIB dilakukan oleh setiap orang yang menghasilkan
limbah B3.
 DILARANG melakukan pencampuran limbah B3 yang disimpannya.
 Penyimpanan Limbah B3 WAJIB dilengkapi dengan IZIN pengelolaan Limbah
B3 untuk kegiatan penyimpanan Limbah B3.
 Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan Limbah B3
diterbitkan oleh bupati/walikota.
WaktU penyimpanan limbah b3

Jumlah Limbah B3 Maksimal Waktu Penyimpanan di TPS


Kategori Limbah B3
dihasilkan /

90 hari 180 hari 365 hari 3


Kategori 1 dan 2 ≥ 50 kg/hari. √
Kategori 1 < 50 kg/hari. √
Kategori 2 dari sumber tidak spesifik
< 50 kg/hari. √
Kategori 2 dari sumber umum
< 50 kg/hari. √
Kategori 2 dari sumber khusus /
Tidak dibatasi. √
Fasilitas penyimpanan dengan jenis limbah b3

Jenis LB3 yang disimpan


LB3 Kategori 2 dari LB3 Kategori 2 dari
Fasilitas Penyimpanan LB3 Kategori 2 dari sumber spesifik sumber spesifik
LB3 Kategori 1
sumber tidak spesifik umum khusus

Bangunan √ √ √ √
Tangki √ √ √
Silo √ √ √ √
Tempat tumpukan limbah (site

pile)
Waste impoundment √
Bentuk lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu √ √ √ √
pengetahuan & teknologi
Persyaratan Fasilitas PENYIMPANAN
LIMBAH B3 BERUPA BANGUNAN

Persyaratan

(1) Desain dan konstruksi yang mampu melindungi Limbah B3 dari hujan
dan sinar matahari
(2) Memiliki penerangan dan ventilasi

(3) Memiliki saluran drainase dan bak penampung


Persyaratan pengemasan limbah B3

1. Pengemasan Limbah B3 dilakukan dengan menggunakan kemasan :


a. terbuat dari bahan yang dapat mengemas Limbah B3 sesuai dengan karakteristik Limbah B3
yang akan disimpan;
b. mampu mengungkung Limbah B3 untuk tetap berada dalam kemasan;
c. memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan
penyimpanan, pemindahan, atau pengangkutan; dan
d. berada dalam kondisi baik, tidak bocor, tidak berkarat, atau tidak rusak.
2. Kemasan Limbah B3 wajib dilekati Label Limbah & Simbol Limbah B3.
Persyaratan pengemasan limbah B3

3. Label Limbah B3 paling sedikit memuat keterangan :


a. nama Limbah B3;
b. identitas Penghasil Limbah B3;
c. tanggal dihasilkannya Limbah B3; dan
d. tanggal Pengemasan Limbah B3
4. Pemilihan Simbol Limbah B3 disesuaikan dengan karakteristik limbah B3.
SIMBOL DAN LABEL limbah B3
SIMBOL LIMBAH B3 SESUAI PERMEN LH 14/2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL
LIMBAH B3
CONTOH POLA PENYIMPANAN KEMASAN DRUM DIATAS PALET
DENGAN JARAK MINIMUM ANTAR BLOK
CONTOH PEMBERIAN SIMBOL PADA TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH B3 YANG
MENYIMPAN LEBIH DARI 1 (SATU) KARAKTERISTIK LIMBAH B3
CONTOH SISTEM SIRKULASI UDARA DALAM bangunan penyimpanan limbah
B3
Persyaratan teknis Fasilitas penyimpanan limbah B3

Nomor Komponen Penilaian


PersyaratanTeknis Penyimpanan Limbah B3 (15)

1 Papan nama & titik koordinat lokasi penyimpanan √

2 Simbol & label LB3 √


3 Logbook √
4 SOP Penyimpanan Limbah B3 √
5 Lampu penerangan √
6 Pemisah antar jenis Limbah B3 √
7 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) √
8 Bak control √
9 Saluran ceceran tumpahan Limbah B3 √
10 Pagar pengaman √
11 Safety shower √
12 P3K √
13 SOP tanggap darurat √
14 Gudang peralatan √
15 House keeping √
16 Kondisi kemasan Limbah B3 √
17 Alas (palet) kemasan Limbah B3 √
18 Sistem ventilasi √
Tata Ruang dan Fasilitas penyimpanan limbah B3

Fasilitas dalam bangunan penyimpanan Limbah B3


1. Fasilitas pencucian
2. Fasilitas bongkar muat
3. Kolam penampungan tumpahan
4. Peralatan Penanganan Tumpahan
5. Tempar parkir dan jalur kendaraan
6. Sarana lain
• Peralatan dan sistem pemadam kebakaram
• Peralatan dan sistem tanggap darurat LB3
• Fasilitas pertolongan pertama
• Pintu darurat
• Alarm
TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA (TPS) LB3
Tata cara penyimpanan dan kelayakan bangunan tertuang dalam PerMen LH No. 12 Tahun 2020 tentang Penyimpanan
LB3. Dalam melakukan pembuatan bangunan TPS dan penyimpanannya WAJIB memiliki izin dari Pemerintah Setempat.
Contoh TPS LB3 di IMIP 9.
Contoh LB3 YANG ADA DI TPS LB3 PERUSAHAAN

Oli bekas 废油
Filter bekas 废滤芯

Aki bekas 废电瓶


Kain Majun 抹布手套
PENGANGKUTAN LB3
Manifest LB3

Pengangkutan LB3 dilakukan oleh pihak ketiga/eksternal yang Manifest limbah B3 adalah suatu dokumen yang diberikan pada waktu
telah memiliki izin pengangkutan LB3 dari Kementerian menyerahkan limbah B3 oleh penghasil atau pengumpul kepada pihak
Perhubungan pengangkut (transporter) limbah B3 yang didapat dari KLH yang
mencakup informasi penghasil, pengangkut, dan penerima limbah
(Pemanfaat/Pengolah/Penimbun).
Nomor Manifest Manifest LB3

Diisi oleh penghasil


Limbah B3

Diisi oleh pengangkut


Limbah B3

Diisi oleh pemanfaat/pengolah


Limbah B3
Pemanfaatan limbah B3

Pemanfaatan Limbah B3 adalah kegiatan


 penggunaan kembali,
 daur ulang, dan/ atau
 perolehan kembali
Yang bertujuan untuk mengubah Limbah B3 menjadi produk yang dapat
digunakan sebagai:
 substitusi bahan baku,
 bahan penolong, dan / atau
 bahan bakar
pengolahan limbah LB3

1) Dilakukan dengan cara:


a. termal;
b. stabilisasi dan solidifikasi; dan/atau
c. cara lain sesuai perkembangan teknologi.
2) Pengolahan Limbah B3 dilakukan dengan mempertimbangkan
a. ketersediaan teknologi; dan
b. standar lingkungan hidup atau baku mutu lingkungan hidup
Pengolahan limbah B3

Persetujuan pelaksanaan uji coba pengolahan LB3


untuk cara:
• Thermal
Persetujuan • Cara lain sesuai perkembangan teknologi yang
Lingkungan tidak memiliki SNI

Penghasil Limbah B3 Wajib mendapatkan Surat Layak


Operasi/SLO Persetujuan Teknis
Pengelolaan Limbah B3
Perizinan dan pelaporan pengelolaan LB3

Memiliki Persetujuan lingkungan serta mendapatkan Sertifikat


Layak Operasi Persetujuan Teknis Pengelolaan LB3.

Melaporkan hasil pengelolaan LB3 kepada pemerintah pusat dan


daerah meliputi hasil, data, evaluasi kegiatan pengurangan LB3,
Penyimpanan LB3, Pengangkutan LB3, Pemanfaatan LB3,
Pengolahan/Penimbunan LB3 setiap 6 bulan.

Memiliki Kontrak Kerjasama dengan pihak ketiga yang memiliki izin


pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan lain terkait
pengelolaan LB3.
Pengelolaan Sampah Domestik

SAMPAH DOMESTIK
DIOLAH MENJADI
KOMPOS
Limbah non bahan berbahaya dan beracun
Peraturan Pemerintah No 22/2021 BAB VII

SLAG NIKEL
Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun
selanjutnya disebut Limbah non B3 adalah sisa
suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak
menurijukkan karakteristik Limbah B3. FLYASH

BOTTOM ASH
Kriteria PENYIMPANAN LIMBAH non B3

Persyaratan

Bebas Banjir dan memiliki penanganan tumpahan dan ceceran Limbah non B3
(1) ke media lingkungan.

Mempertimbangkan jarak aman terhadap perairan seperti garis batas pasang


(2) tertinggi air laut, kolam,rawa, mata air, sungai dan sumur penduduk.
Terletak di area penghasil Limbah non B3 sesuai Dokumen Persetujuan
Lingkungan.
(3)
Pemanfaatan limbah non B3
Pemanfaatan Limbah non B3 dilakukan sebagai
Pembuatan batako
 Substitusi bahan baku, atau paving block

 Subsitusi sumber energi


Subsitusi bahan bakar

 Bahan baku
Produk Kertas dan
 Produk Samping Peleburan Logam

 Dilakukan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


Pengelolaan Limbah non Bahan Berbahaya dan
Beracun
LIMBAH NON B3

KETENTUAN UMUM LIMBAH NON (B3)

PENYIMPANAN LIMBAH NON (B3)

PENIMBUNAN LIMBAH NON (B3)

PEMANFAATAN LIMBAH non B3

PEMANTAUAN dan
PELAPORAN LIMBAH non B3
Your Picture Here And Send To Back

KETENTUAN UMUM LIMBAH NON


BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN (B3)

LIMBAH NON B3
REGULASI Limbah non B3

Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 22 Tahun 2021 BAB VII Tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bagian Limbah non
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 19


Tahun 2021 tentang Tata Cara Pengelolaan Limbah NonBahan
Berbahaya dan Beracun
Pasal 1-48
Pengelolaan Limbah non B3
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 19 Tahun 2021

Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya


disebut Limbah non-B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang tidak menunjukkan karakteristik Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3).
Daftar Limbah non B3 di Indonesia

Kode limbah Jenis Limbah non B3 Sumber limbah

N 101 Slag Besi/ Baja (Steel slag) Proses peleburan bijih dan/atau logam besi dan baja
N102 Slag nikel (nickel slag) Proses peleburan bijih nikel
Proses peleburan bijih dan/atau logam besi dan baja dengan menggunakan teknologi selain
N103 Mill scale
teknologi induction furnace

Proses peleburan bijih dan/atau logam besi dan baja dengan menggunakan teknologi electic arc
N104 Debu Electric Arc Furnace
furnace (EAF)

Proses peleburan bijih dan/atau logam besi dan baja dengan menggunakan teknologi selain
N105 PS ball
teknologi induction furnace

Proses pembakaran batubara pada fasilitas PLTU atau dari kegiatan lain menggunakan
N106 Fly ash PLTU
teknologi selain stocker boiler dan atau tungku industri

Proses pembakaran batubara pada fasilitas PLTU atau dari kegiatan lain menggunakan
N107 Bottom ash PLTU
teknologi selain stocker boiler dan atau tungku industri

Proses industri oleochemical dan/atau pengolahan minyak hewani atau nabati yang menghasilkan
N108 Spent bleaching earth
SBE Ekstraksi dengan kandungan minyak kurang dari atau sama dengan tiga persen

N109 Pasir foundry (sand foundry) Proses casting logam pelarut dengan titik nyala diatas 60 derajat celcius
LARANGAN LIMBAH NON BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN (B3)

DILARANG MELAKUKAN HAL BERIKUT!


Dumping (pembuangan) Limbah non-B3 tanpa persetujuan dari
pemerintah pusat

pembakaran secara terbuka (open


burning)

pencampuran Limbah non-B3 dengan B3


dan/atau Limbah B3;

penimbunan Limbah non-B3 di fasilitas


tempat pemrosesan akhir domestik
Pengurangan Limbah non B3

Pengurangan Limbah non B3 dapat dilakukan dengan cara :


1. Modifikasi proses
2. Penggunaan teknologi ramah lingkungan

Pengurangan limbah non B3 dengan cara penggunaan teknologi ramah lingkungan dapat
dilakukan dengan cara :
 Penggilingan
 Pencacahan
 Pemadatan
 Termal [jika pada proses termal menghasilkan limbah dan emisi wajib dilakukan
pengelolaan lanjutan
 Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Your Picture Here And Send To Back

PENYIMPANAN LIMBAH NON


BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN (B3)

LIMBAH NON B3
Penyimpanan Limbah non B3

Penyimpanan Limbah non B3 harus memenuhi 3 aspek kriteria :

01 Kriteria Lokasi

sesuai dengan
02 kapasitas
penyimpanan

03 Kriteria Desain
Penyimpanan Limbah non B3

Kriteria Lokasi Penyimpanan Limbah non B3


Kriteria Lokasi pada syarat Penyimpanan Limbah non B3 harus memenuhi ketentuan :
1. Bebas banjir
2. Mempertimbangkan jarak aman terhadap perairan sekitar, tidak boleh berada di dekat
sungai, rawa, mata air, sumur penduduk
3. Lokasi penyimpanan terletak di area perusahaan penghasil Limbah non B3 sesuai yang
tercantum dalam dokumen persetujuan lingkungan
Penyimpanan Limbah non B3

Kriteria Desain Penyimpanan Limbah non B3 非危废储存的设计标准

Kriteria Desain pada syarat Penyimpanan Limbah non B3 berupa WASTE PILE/TUMPUKAN
LIMBAH harus memenuhi ketentuan:
1. Memiliki saluran drainase di sekeliling waste pile yang dirancang untuk mengalirkan air limpasan atau
yang berkontak langsung dengan limbah non B3 menuju kolam penampung atau pengandapan air
limpasan limbah non B3.
2. memiliki tanggul di sekeliling waste pile untuk menghindari terjadinya tumpahan dan/atau
ceceran Limbah non Bahan Berbahaya dan Beracun keluar dari area penyimpanan.
Penyimpanan Limbah non B3

Kriteria Desain Penyimpanan Limbah non B3

Kriteria Desain pada syarat Penyimpanan Limbah non B3 berupa WASTE PILE/TUMPUKAN
LIMBAH harus memenuhi ketentuan:
3. memiliki fasilitas sumur pantau air tanah yang dibangun di bagian hulu (upstream) dan hilir
(downstream) pada lokasi waste pile penyimpanan limbah non bahan berbahaya dan beracun yang
ditempatkan sesuai dengan pola arah aliran air tanah
4. Memiliki kolam penampung atau pengendapan untuk air limpasan atau yang berkontak dengan limbah
non bahan berbahaya dan beracun pada lokasi penyimpanan limbah non bahan berbahaya dan
Penyimpanan Limbah non B3

Dilengkapi dengan Logbook atau


pencatatan masuk dan keluar
01 limbah non B3 setiap saat

Dilengkapi dengan kemasan dan label yang berisi


1. Identitas Limbah non B3
02 2. Bentuk Limbah non B3
3. Jumlah Limbah non B3
4. Tanggal Limbah non B3 disimpan
Penyimpanan Limbah non B3
Waktu Penyimpanan Limbah
non B3 maksimal 3 tahun

Setelah penyimpanan wajib dilakukan


pengelolaan lanjutan Sebelum 3 tahun
sesuai masa simpan limbah non B3 dengan
pilihan alternatif sebagai berikut:

Alternatif dengan pilihan sebagai berikut :


1. Pemanfaatan
2. Penimbunan
3. kerja sama pengolahan dengan pihak
lainnya
Your Picture Here And Send To Back

PENIMBUNAN LIMBAH NON


BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN (B3)

LIMBAH NON B3
PERSYARATAN FASILITAS PENIMBUNAN LIMBAH NON BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

01 Memiliki sistem dan desain fasilitas penimbunan limbah tidak berbahaya dan beracun

02 memiliki sistem pelapis pada landfill limbah non B3 yang dilengkapi dengan:

a. Saluran drainase pengatur air aliran permukaan dan limpasan


b. Pengumpul air lindi limbah non Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan
pengolahan air lindi pada tempat penimbunan
c. Memiliki sumur pantau kualitas air tanah
PERSYARATAN FASILITAS PENIMBUNAN LIMBAH NON BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

memiliki peralatan pendukung Penimbunan Limbah non-B3 paling sedikit


03 yaitu:

a. peralatan dan perlengkapan untuk mengatasi keadaan darurat;


b. alat angkut untuk Penimbunan Limbah non-B3; dan
c. alat pelindung dan keselamatan diri

memiliki rencana tahapan penimbunan Limbah non Bahan Berbahaya dan


04 Beracun ketika:

a. Saat Penimbunan fasilitas penimbunan Limbah non Bahan Berbahaya dan


Beracun
b. fasilitas penimbunan Limbah non Bahan Berbahaya dan Beracun ketika akan
ditutup
c. Pasca penutupan fasilitas Penimbunan Limbah non Bahan Berbahaya dan
Beracun
PERSYARATAN FASILITAS PENIMBUNAN LIMBAH NON BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

Sistem pelapisan pada fasilitas penimbunan Limbah non Bahan Berbahaya dan Beracun sesuai POIN 2 tentang Sistem Pelapisan
wajib memiliki lapisan berikut pada fasilitas penimbunan meliputi :

01 Lapisan Dasar

02 Lapisan untuk sistem pengumpulan dan


pemindahan lindi kedua

03 Lapisan Tanah Penghalang

Lapisan untuk sistem pengumpulan dan


04 pemindahan lindi pertama

05 Lapisan pelindung selama operasi


PERSYARATAN FASILITAS PENIMBUNAN LIMBAH NON BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

BERIKUT PENJELASAN SISTEM PELAPISAN

Lapisan Dasar

Lapisan dasar berupa Lapisan tanah lempung yang dipadatkan ulang dengan
ketentuan :
a. memiliki konduktivitas hidraulik dengan nilai antara 10-7 cm/detik (sepuluh pangkat
minus tujuh sentimeter per detik) sampai dengan 10-6 cm/detik (sepuluh pangkat
minus enam sentimeter per detik); dan
b. memiliki ketebalan paling rendah 1 m (satu meter) yang terdiri dari lapisan-lapisan
tipis dengan ketebalan 15-20 cm (lima belas sampai dengan dua puluh sentimeter).

LIMBAH NON B3
PERSYARATAN FASILITAS PENIMBUNAN LIMBAH NON BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

BERIKUT PENJELASAN SISTEM PELAPISAN

Lapisan Sistem Pengumpulan dan Pemindahan


Lindi
a. terdiri dari sekurang-kurangnya 30 cm (tiga puluh sentimeter) bahan atau tanah
butiran yang memiliki konduktivitas hidraulik paling rendah 10-2 cm/detik (sepuluh
pangkat minus dua sentimeter per detik); dan
b. pada dinding penimbusan akhir digunakan geonet sebagai sistem pengumpulan
dan pemindahan lindi dengan transmisivitas sama dengan atau lebih besar dari
transmisivitas planar 30 cm (tiga puluh sentimeter) bahan atau tanah butiran
dengan konduktivitas hidraulik jenuh paling rendah 10-2 cm/detik (sepuluh pangkat
minus dua sentimeter per detik).

LIMBAH NON B3
PERSYARATAN FASILITAS PENIMBUNAN LIMBAH NON BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

BERIKUT PENJELASAN SISTEM PELAPISAN

Lapisan Tanah Penghalang

a. tanah liat yang dipadatkan dengan konduktivitas hidraulik 10-7 cm/detik (sepuluh
pangkat minus tujuh sentimeter per detik), dan ketebalan paling rendah 30 cm (tiga
puluh sentimeter); atau
b. Geosynthetic Clay Liner (GCL) berupa bentonite yang diselubungi oleh lapisan
geotextile dengan ketebalan paling rendah 6 mm (enam milimeter).

LIMBAH NON B3
PERSYARATAN FASILITAS PENIMBUNAN LIMBAH NON BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

BERIKUT PENJELASAN SISTEM PELAPISAN

Lapisan pelindung selama operasi

Lapisan pelindung operasi memiliki ketentuan sebagai berikut


a. memiliki ketebalan paling sedikit 30 cm (tiga puluh sentimeter);
b. dirancang untuk mencegah kerusakan komponen pelapisan dasar penimbusan akhir
selama penempatan limbah di fasilitas penimbusan akhir;
c. dipasang pada dasar penimbusan akhir selama konstruksi awal; dan
d. dipasang lapisan pelindung tambahan pada dinding sel selama masa aktif sel
penimbusan akhir.

LIMBAH NON B3
PERSYARATAN LOKASI PENIMBUNAN LIMBAH NON B3

Sesuai dengan rencana tata ruang wilayah

Bebas banjir seratus tahunan


Permeabilitas tanah yang diukur sebagai konduktivitas
hidraulik paling besar 10-5 cm/detik (sepuluh pangkat
minus lima sentimeter per detik)

Daerah yang secara geologis aman, stabil, tidak


rawan bencana, dan di luar kawasan lindung;

Bukan merupakan daerah resapan air tanah

LIMBAH NON B3
Tata Cara Penimbunan Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun

Memperhatikan penempatan Limbah non-B3 pada lokasi


01 fasilitas Penimbunan Limbah non-B3;

Melakukan pengelolaan air lindi yang ditimbulkan dari kegiatan


02 Penimbunan Limbah non-B3

Melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan sarana dan


03 prasarana Penimbunan Limbah non-B3; dan

04 Melakukan pemantauan lingkungan

LIMBAH NON B3
Tata Cara Penimbunan Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun

Pengelolaan Air Lindi Limbah non Bahan Berbahaya dan Beracun

Pengelolaan air lindi dilakukan dengan ketentuan:


a. Membangun saluran drainase limpasan air permukaan yang
terpisah dengan saluran air lindi di sekeliling fasilitas Tempat penampungan air lindi dapat berupa :
penimbusan akhir
1. Tangki
b. Air lindi yang terkumpul di fasilitas penimbusan akhir dan
berkontak dengan limbah non Bahan Berbahaya dan Beracun 2. Kolam
harus dipindahkan ke tempat penampungan air lindi (tangka
atau kolam), dan
c. Air lindi dalam lapisan pengumpul lindi dan lapisan pendeteksi
kebocoran harus dipindahkan ke tempat penampungan air
lindi melalui sistem pengumpulan dan pemindahan lindi
Tata Cara Penimbunan Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun

Pengelolaan Air Lindi Limbah non Bahan Berbahaya dan Beracun

Ketentuan tangki penampungan air lindi adalah:


a. Berupa tangki tertutup, dan
a. Air lindi yang ditampung di tempat penampungan air
b. Dilengkapi tanggul di sekeliling tangki dengan kapasitas
lindi sebelum dibuang ke media lingkungan WAJIB
paling sedikit 110% dari volume tangki
memenuhi baku mutu air lindi sebagaimana
tercantum pada Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor 6 Tahun 2021

Ketentuan kolam penampungan air lindi adalah: b. Uji kualitas air lindi dilakukan pada laboratorium
terakreditasi paling sedikit 1 kali dalam 3 bulan
a. Berupa kolam tertutup, dan

b. Memiliki konstruksi beton atau bahan konstruksi yang kedap air; dan
c. Memiliki kapasitas tampung air lindi yang timbul selama 1 minggu
pada curah hujan paling tinggi
Baku Mutu Air Lindi atau Limpasan Limbah non Bahan
Berbahaya dan Beracun

LIMBAH NON B3
Baku Mutu Air Lindi atau Limpasan Limbah non Bahan
Berbahaya dan Beracun

LIMBAH NON B3
Sarana dan Prasarana Penimbunan Limbah non-B3

Menerapkan Sistem Pendeteksi


Kebocoran

melakukan pemeriksaan dan


pemeliharaan dinding tanggul
membangun fasilitas (embankment) dan pengelolaan air
sumur pantau lindi limbah non B3

melakukan pemeriksaan dan


pemeliharaan saluran drainase
PEMANTAUAN LINGKUNGAN FASILITAS PENIMBUNAN LIMBAH
NON BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

Pemantauan lingkungan terhadap lokasi penimbunan limbah non bahan


berbahaya dan beracun dilakukan terhadap dua parameter :

Air Tanah Air Lindi


dilakukan terhadap air tanah dengan ketentuan:
a. Menggunakan air tanah yang bersumber dari sumur pantau dilakukan terhadap air lindi dengan ketentuan:
b. Melakukan pengujian air tanah menggunakan sampel air tanah
a. melakukan pengujian air lindi yang bersumber dari fasilitas pengelolaan air lindi
c. Mengambil sampel air tanah paling sedikit:
• Satu kali dalam 1 bulan selama 2 tahun pertama beroperasinya kegiatan b. mengambil sampel air lindi paling sedikit:
penimbunan limbah non B3, dan
• Satu kali dalam 1 bulan selama 2 tahun pertama beroperasinya kegiatan
• Satu kali dalam 3 bulan untuk tahun-tahun berikutnya
d. Sumur pantau harus memenuhi persyaratan: penimbunan limbah non B3, dan
• Paling sedikit berjumlah 1 buah sumur pantau di hulu
• Satu kali dalam 3 bulan untuk tahun-tahun berikutnya
• Paling sedikit berjumlah 2 buah sumur pantau di hilir
• Terdapat air dalam sumur pantau yang tidak kering sepanjang tahun c. Jika satu atau lebih parameter melebihi baku mutu air lindi wajib dilakukan analisis
• Lokasi sumur pantau sesuai dengan kondisi hidrogeologi setempat
indikasi kebocoran
Your Picture Here And Send To Back

PEMANFAATAN LIMBAH NON


BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN (B3)

LIMBAH NON B3
Pemanfaatan limbah non B3

Pemanfaatan Limbah non B3 dilakukan sebagai :


 Substitusi bahan baku, Pembuatan batako
atau paving block

 Subsitusi sumber energi Subsitusi bahan bakar

 Bahan baku Produk Kertas dan


Peleburan Logam

 Produk Samping

 Dilakukan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


Pemanfaatan limbah non B3

Perencanaan pemanfaatan
limbah non Bahan Berbahaya
dan Beracun wajib tercantum
dalam DOKUMEN PERSETUJUAN Pemanfaatan Limbah non B3 harus
LINGKUNGAN mempertimbangkan standar produk
baik jika pemanfaatan dijadikan produk

Menyusun Dokumen Rincian


Teknis Pengelolaann Limbah non
B3
Mengelola emisi dan atau air limbah jika
menghasilkan emisi dan atau air limbah
dari proses pemanfaatan
Your Picture Here And Send To Back

PEMANTAUAN DAN PELAPORAN


LIMBAH NON BAHAN BERBAHAYA
DAN BERACUN (B3)

LIMBAH NON B3
PEMANTAUAN DAN PELAPORAN LIMBAH NON BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

Dilaporkan kepada Menteri, Gubernur, Walikota


atau Bupati paling sedikit satu kali dalam setahun
01
Laporan sebagaimana dimaksud disampaikan
secara elektronik melalui laman https://

02 plb3.menlhk.go.id.

Laporan paling sedikit memuat

Nama Limbah non Bahan Berbahaya dan

03 Beracun, Kode Limbah non Bahan Berbahaya dan


Beracun, Jumlah Neraca Massa Jenis Kegiatan
Neraca Massa Limbah non B3 berisi

• Limbah non-B3 yang dihasilkan dari proses produksi


04 • Limbah non-B3 yang disimpan
• Limbah non-B3 yang telah dikelola
Thank You
Divisi Environmental

Anda mungkin juga menyukai