PERLINDUNGAN LINGKUNGAN
03
02 Unsur Fisik
(Abiotik)
01 Unsur Sosial
Budaya
Unsur Hayati
(Biotik)
Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur
Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan lingkungan hidup yang terdiri dari
sosial dan budaya yang dibuat manusia benda-benda tidak hidup, seperti
Unsur hayati (biotik), yaitu unsur yang merupakan sistem nilai, gagasan, tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain.
lingkungan hidup yang terdiri dari dan keyakinan dalam perilaku sebagai
makhluk hidup, seperti manusia, makhluk sosial.
hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad
renik.
Pencemaran terjadi karena masuknya bahan-bahan pencemar
(polutan) yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan.
Bahan-bahan pencemar tersebut pada umumnya merupakan
efek samping dari aktivitas manusia dalam pembangunan.
JENIS PENCEMARAN
Pencemaran Suara
Pencemaran Tanah
Pengelolaan Air Limbah
我们毕业啦
其实是答辩的标题地方
Outline:
1. Definisi Air Limbah
2. Identifikasi Sumber Air Limbah
3. Karakteristik Air Limbah
4. Pengolahan dan Pemantauan Air Limbah
5. Dampak Pencemaran
Apa itu Air Limbah?
AIR LIMBAH
Air limbah adalah air sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan manusia.
(Peraturan Menteri LHK No. 68 Tahun 2016 : Baku Mutu Air Limbah Domestik)
Air
Bahan
pendukung
Out
put
Bahan
Inp Pro
baku
/
ut ses
Pre-proses
Cleaning/Ceceran
Pro
duk
Reject Produk
Berasal dari Mana?
Air Limbah
Istilah dalam Air Limbah
• Influent = inlet : Masuknya air limbah ke dalam proses IPAL
• Baku Mutu Air Limbah (BMAL) = Batas konsentrasi pencemar dalam air
limbah yang dapat ditenggang oleh lingkungan.
Influent
STREAM
IPAL Titik
Pembuangan Effluent
Titik
Titik Penaatan
Pemantauan
KOMPOSISI AIR
LIMBAH
Jenis Air Limbah
Kawasan
IMIP
3. Peralatan ukur lapangan (pH meter, DO meter, konduktivitas meter, thermometer, kompas, pengukur
kecepatan aliran)
4. Dokumen terkait seperti surat izin, metoda acuan (label sampel, peta lokasi, lay out proses)
7. Pelaratan pendukung (meteran, tali, gunting, jam, stop watch, hand phone, air minum)
Grease Septic
Trap Tank
IPAL
Identifikasi Sumber Pencemar
IPAL
Harus mengajukan
izin kepada
pemerintah Badan Air
Formasi Aplikasi ke
Permukaa Laut Formasi Tertentu
n Tertentu Tanah
Identifikasi Sumber Air
Limbah
Perkiraan Debit
Sumber Air Karakteristik Air
No Kegiatan Kode Koordinat Limbah
Limbah Limbah
(m3/jam)
1 Kegiatan Utama
2 Domestik
3 Utilitas
4 Lain-lain
Karakteristik Air Limbah
Nut
rie
An
n
org
Pada (Ni
Org ani
tan War Log tro
Suhu Bau pH ani k Bakteri coliform
(TSS, na am gen
k terl
TDS) da
aru
n
t
Fos
fat)
Karakteristik Air Limbah
Parameter Dampak
BOD Mengurangi oksigen terlarut dalam badan air
COD Dapat beracun, dan mengurangi oksigen terlarut dalam badan air
Minyak Lemak Merusak vegetasi dan kehidupan akuatik
TSS Mempengaruhi turbiditas (kekeruhan), meracuni kehidupan akuatik
pH Tingkat keasaman (asam & basa) yang meracuni kehidupan akuatik
Temperatur Mempengaruhi kehiduapan akuatik
Warna Mempengaruhi estetika badan air dan merusak algae
Bau Mempengaruhi kehidupan akuatik dan manusia serta estetika badan air
Amonia Meracuni kehidupan akuatik, penyebab eutrofikasi
Fosfat Meracuni kehidupan akuatik, penyebab eutrofikasi
Bakteri Coliform Indikator bakteri pathogen lain yang meracuni kehidupan manusia
Karakteristik Air Limbah
Berbau
Berwarna (Hitam
pekat/warna lainnya)
Kekentalan
Licin
Asam Basa
Karakteristik Air Limbah Domestik
pH - 6-9
BOD5 mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Amoniak mg/L 10
• Kualitasnya bervariasi bergantung pada jenis industri dan proses. Sehingga sulit diprediksi, diperlukan survey
lapangan.
• Parameter kunci pada Industri Smelter Nikel : pH, TSS, BOD, COD, dan Logam Berat (Pb, Ni, Total Cr, Cr 6+)
• Baku Mutu Effluen :
a. Permen LHK No.05 Tahun 2014 : Baku Mutu Air Limbah 2014
b. Permen LHK No.09 Tahun 2006 : Baku Mutu Air Limbah Pertambangan Bijih Nikel 2006
c. Permen LHK No.08 Tahun 2009 : Baku Mutu Air Limbah PLTU
d. PerBup Morowali No. 12 Tahun 2013 : Baku Mutu Air Limbah Industri Nikel
e. IPLC Indonesia Morowali Industrial Park 2021
Baku Mutu Air Bahang PLTU Baku Mutu Air Limbah Produksi yang Belum Masuk IPLC
Baku Mutu Air Limbah Produksi dan Domestik PLTU Yang Belum Masuk IPLC
“Setiap orang:
• Dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan
pencemaran/kerusakan lingkungan hidup;
• Wajib melakukan pemulihan fungsi lingkungan hidup akibat
kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya;
• Wajib menaati baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria
baku mutu kerusakan lingkungan hidup.
UU NO.32 TAHUN 2009
Kapan melakukan pembuangan
air limbah?
Syarat Pembuangan Air
Limbah
1. Memenuhi Baku Mutu Air Limbah secara regulasi: 2. Memenuhi kualitas air limbah effluent secara estetika:
• Memenuhi Baku Mutu Air Limbah (BMAL) yang • Sesuai dengan suhu lingkungan (suhu kamar)
tertuang dalam izin pembuangan air limbah ke • Tidak berwarna
badan air atau formasi tertentu, yang dikeluarkan • Tidak keruh (bening)
oleh pemerintah. • Tidak berasa
• Tidak berbau
Bagaimana cara melakukan
pengelolaan air limbah?
Pemantauan Lingkungan
Tujuan Pemantuan:
• Bentuk pengawasan seperti memperhatikan kondisi bangunan dan fungsi IPAL serta melakukan
pengukuran parameter pH, TSS, Debit dan Temperatur yang diatur dalam PerMen LH No. 9 Tahun
2006 dan PerBup Morowali No. 12 Tahun 2013.
Pemantauan Lingkungan
Menggunakan teknologi tertentu (sedimentasi, filtrasi, screening, dan cara lainnya) untuk menghilangkan
padatan tersuspensi pada air limbah.
使用某些技术(沉淀、过滤、筛选和其他方式)去除废水中的悬浮固体。
Screening
Bak Sedimentasi
筛选
沉淀池
Filtrasi
过滤
Metode Pengolahan Kimia
Menambahkan bahan-bahan kimia ke dalam air limbah untuk mengondisikan air limbah agar mudah
diolah di pengolahan selanjutnya. Salah satunya teknologi berikut :
向废水中加入化学药剂,对废水进行调理,便于下一次处理。以下技术之一:
Bak Koagulasi-Flokulasi
混凝 - 絮凝槽
Metode Pengolahan Biologi
Dengan bantuan mikroorganisme untuk menghancurkan dan menghilangkan zat kontaminan pada air
limbah. Berikut beberapa contoh teknologinya :
借助微生物破坏和去除废水中的污染物。以下是该技术的一些示例:
Phsyic- Disposal as
Pre Biological Advanced
Chemical Treated
•Equa
Treatment
lizati
•Coa
Treatment
gulat
•Acti
Treatment
vate
Treatment
•Che •R
Water
on
Tank
ion
–
d
Slud
mical
Presi e
•Bar pitati
Scre
Floc
culat
ge
•Biol on u
en •Adso
•Grit ion
•Diss
ogic
al rbtio se
Cha n
mber olve
d
Filtr
ation
•Filtra •R
•Prim tion
ary
Sedi
Air
Flot
•Aera
tion
•Adva
nced
e
ment
ation
ation
•Neut
Tank
s
Oxyd
ation
c
•Air
Stea
raliz
ation
•Ana
erob
•Mem
brane
y
m
Strip
•Sedi ic
Proc
Proc
ess
cl
ment
ping
ation esses e
y
/
Tingkatan Pengolahan
A
Air Limbah
d
v
a Penghilangan unsur pencemar patogen dan nutrient yang sulit
S n
diolah dengan cara biasa.
e c
e (Chemical, Photochemical, Biological)
c
o d
n 第
d Penghilangan unsur organik yang biodegradable
三
P a menggunakan mikroorganisme
r r (Biological)
y /
i
P m 中 先
r a 学 进
e r 的 Penghilangan unsur padatan tersuspensi
- y (Chemical, Physical)
e 基
l
本
i
m 的
i Penghilangan partikel/benda kasar seperti
n sampah, pasir, dan lainnya.
a (Physical)
r
y
Pengolahan Air Limbah
• Isolasi pencemar
Perbedaan Saluran Air
Limbah dan Drainase
Tercantum dalam:
1. Peraturan Menteri LHK No. 68 Tahun 2016 : Baku Mutu Air
Limbah Domestik
2. Peraturan Menteri LHK No. 22 Tahun 2021 : Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Perbedaan Saluran Air
Limbah dan Drainase
Perbedaan Saluran Air
Limbah dan Drainase
Perbedaan Saluran Air
Limbah dan Drainase
Dampak
Pencemaran Udara
P UDARA ENCEMARAN
Udara Ambien
udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang
dibutuhkan dan berpengaruh terhadap kesehatan manusia, makhluk hidup, dan unsur Lingkungan Hidup lainnya
E MISI
Sumber Antropogenik
Sumber Alamiah
Sumber Antropogenik
01 Tidak 02 Bergerak
Bergerak
Cerobong Dryer Cerobong Kiln Cerobong PLTU Cerobong RSS Cerobong DSS
Sumber Bergerak
05
04 Penipisan lapisan ozon
Baku Mutu
nilai pencemar udara yang ditenggang keberadaannya dalam
01 Baku Mutu Udara Ambien udara ambien
PP No. 22 Tahun
Penyelenggaraan
Perlindungan dan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Baku Mutu
nilai Pencemar Udara maksimum yang diperbolehkan masuk
02 Baku Mutu Emisi atau dimasukkan ke dalam Udara Ambien
01 02
Smelter PLTU
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Baku Mutu Emisi Pembangkit Listrik
Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Tenaga Termal
Pertambangan
Baku Mutu
Peraturan Menteri Lingkungan Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau
01 Hidup No. 04 Tahun 2014 Kegiatan Pertambangan
Baku Mutu
Peraturan Menteri Lingkungan Baku Mutu Emisi Pembangkit Listrik
02 Hidup No. 15 Tahun 2019 Tenaga Termal
Baku Mutu Emisi PLTU yang dibangun sebelum Baku Mutu Emisi PLTU yang dibangun sesudah
Peraturan Menteri ini berlaku Peraturan Menteri ini berlaku
Kewajiban Penanggung Jawab Usaha
Upaya 02 04
Pengendalian
Pencemaran
Udara 01 03 05
Pelaporan Hasil
Pemantauan Emisi
Pengelolaan Emisi
Pemantauan Emisi
Kegiatan Pertambangan Pembangkit Listrik Tenaga Termal
Penerapan teknologi
Penghapusan pengendalian pencemaran
pengoperasian secara
Modifikasi Relokasi pabrik yang sesuai dengan
keseluruhan/sebagian Proses karakteristik pencemar
Kelebihan
Kekurangan
• Membutuhkan area yang luas
• Fabric dapat rusak terhadap suhu tinggi dan zat kimia yang
korosif
• Tidak dapat dioperasikan pada udara yang lembab
• Mempunyai potensi mudah terbakar dan meledak
Cyclone
Cyclone adalah sebuah alat yang simple yang dipergunakan untuk
memisahkan partikel yang relative besar dari emisi gas. Ukuran efektif yang
dapat disisihkan adalah 5-10µm. Dalam aplikasi industry, cyclone biasanya
digunakan sebagai pembersih awal (pre-cleners) secara prinsip ada 2 buah
mekasisme yang dilibatkan dalam penyisihan partikel, yaitu centrifugal dan
gaya gravitasi. Gas dialirkan kedalam inlet, gas tersebut dipaksa untuk
berputar sehingga partikel yang besar mengalami benturan terhadap dinding
cyclone dan jatuh pada dinding cyclone yang kemudian dikumpulkan oleh
hopper.
Kelebihan
Kekurangan
Kekurangan
• Modal yang besar
• Tidak dapat mengontrol gas emisi
• Tidak fleksibel
• Butuh area yang luas
• Tidak dapat bekerja pada resistansi elektrik yang sangat tinggi
Wet Scrubber
Penyisihan partikel dilakukan dengan mengalirkan udara melalui sebuah
ruang yang disemprot oleh cairan penyerap (biasanya dipakai air), sehingga
terjadi penyerapan terhadap partikel oleh cairan penyerap.
Kelebihan
Kekurangan
Flue Gas
Adsorber Desulphurization Absorber
(FGD)
Adsorber
Adsorber adalah alat PPU yang berfungsi memindahkan massa
polutan gas (adsorbat) dari udara pembawanya ke permukaan
padatan yang berfungsi sebagai adsorban.
Kekurangan
• Recovery produk membutuhkan peralatan distilasi yang
mahal
• Kapasitas adsorpsi yang terbatas sehingga sering terjadi
kerusakan adsorben
• Regenerasi adsorben memerlukan steam atau vacuum
• Biaya investasi yang cukup tinggi
• Pemasangan filter diperlukan untuk menyisihkan partikulat
sehingga tidak terjadi penyumbatan pada adsorben
Kelebihan
Kekurangan
Kelebihan
Kelebihan
Kekurangan
Sumber Tidak
Udara Ambien Sumber Bergerak
Bergerak
Fugitive Emisi
Peralatan
Persyaratan Teknis
Pengendali
Pencemaran Udara
Konsentrasi
Ambien
Jumlah Parameter
Pelaporan Setiap 6
Manual Hasil bulan Konsentrasi
Pemantauan
Data Series
3 Bulan
Hasil
CEMS Pelaporan Setiap 3 bulan
Jumlah Data
Series 3 bulan
Ketentuan Umum
Penetapan Limbah B3
Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang
meliputi pengurangan, penyimpanan, Pengurangan Limbah B3
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan, dan/atau penimbunan. Penyimpanan Limbah B3
Pengangkutan Limbah B3
Pemanfaatan Limbah B3
Pengolahan Limbah B3
Regulasi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tata Cara dan Persyaratan pengelolaan Limbah Bahan
1 01 April 20212021 Berlaku √
Nomor 6 Tahun 2021 Berbahaya dan Beracun
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Program Kedaruratan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
2 18 Oktober 2019 Berlaku √
Nomor 74 Tahun 2019 Beracun dan/atau Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pedoman Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah
3 29 November 2018 Berlaku √
Nomor 101 Tahun 2018 Bahan Berbahaya dan Beracun
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tata Cara Registrasi dan Notifikasi Bahan Berbahaya dan
4 2017 Berlaku √
Nomor 36 Tahun 2017 Beracun
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya
8 2008 Berlaku √
Nomor 3 Tahun 2008 dan Beracun
Karakteristik Limbah B3
Karakteristik Limbah B3
Berdasarkan Sumber
Mudah Mudah
Reaktif.
Meledak. Menyala.
Daftar Lampiran PP 22/2021.
d. Limbah B3 dari B3 kedaluwarsa, B3 yang spesifikasi produk yang akan dibuang, dan B3
e. Limbah B3 dari sumber spesifik
Limbah B3 dari sumber spesifik meliputi:
f. Limbah B3 dari sumber spesifik umum; dan
g. Limbah B3 dari sumber spesifik khusus
Pengurangan limbah B3
Pengurangan Limbah B3 adalah kegiatan Penghasil Limbah B3 untuk mengurangi jumlah
dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau racun dari Limbah B3 sebelum dihasilkan dari
suatu usaha dan/atau kegiatan.
a. Wajib dilakukan oleh penghasil limbah B3
b. Dilakukan melalui :
(1) Substitusi Pemilihan bahan &/ bahan penolong yang semula mengandung
Bahan. B3 digantikan dengan yang tidak mengandung B3.
(2) Modif Proses. Pemilihan dan penerapan proses produksi yang lebih efisien.
Bangunan √ √ √ √
Tangki √ √ √
Silo √ √ √ √
Tempat tumpukan limbah (site
√
pile)
Waste impoundment √
Bentuk lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu √ √ √ √
pengetahuan & teknologi
Persyaratan Fasilitas PENYIMPANAN
LIMBAH B3 BERUPA BANGUNAN
Persyaratan
(1) Desain dan konstruksi yang mampu melindungi Limbah B3 dari hujan
dan sinar matahari
(2) Memiliki penerangan dan ventilasi
Oli bekas 废油
Filter bekas 废滤芯
Pengangkutan LB3 dilakukan oleh pihak ketiga/eksternal yang Manifest limbah B3 adalah suatu dokumen yang diberikan pada waktu
telah memiliki izin pengangkutan LB3 dari Kementerian menyerahkan limbah B3 oleh penghasil atau pengumpul kepada pihak
Perhubungan pengangkut (transporter) limbah B3 yang didapat dari KLH yang
mencakup informasi penghasil, pengangkut, dan penerima limbah
(Pemanfaat/Pengolah/Penimbun).
Nomor Manifest Manifest LB3
SAMPAH DOMESTIK
DIOLAH MENJADI
KOMPOS
Limbah non bahan berbahaya dan beracun
Peraturan Pemerintah No 22/2021 BAB VII
SLAG NIKEL
Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun
selanjutnya disebut Limbah non B3 adalah sisa
suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak
menurijukkan karakteristik Limbah B3. FLYASH
BOTTOM ASH
Kriteria PENYIMPANAN LIMBAH non B3
Persyaratan
Bebas Banjir dan memiliki penanganan tumpahan dan ceceran Limbah non B3
(1) ke media lingkungan.
Bahan baku
Produk Kertas dan
Produk Samping Peleburan Logam
PEMANTAUAN dan
PELAPORAN LIMBAH non B3
Your Picture Here And Send To Back
LIMBAH NON B3
REGULASI Limbah non B3
N 101 Slag Besi/ Baja (Steel slag) Proses peleburan bijih dan/atau logam besi dan baja
N102 Slag nikel (nickel slag) Proses peleburan bijih nikel
Proses peleburan bijih dan/atau logam besi dan baja dengan menggunakan teknologi selain
N103 Mill scale
teknologi induction furnace
Proses peleburan bijih dan/atau logam besi dan baja dengan menggunakan teknologi electic arc
N104 Debu Electric Arc Furnace
furnace (EAF)
Proses peleburan bijih dan/atau logam besi dan baja dengan menggunakan teknologi selain
N105 PS ball
teknologi induction furnace
Proses pembakaran batubara pada fasilitas PLTU atau dari kegiatan lain menggunakan
N106 Fly ash PLTU
teknologi selain stocker boiler dan atau tungku industri
Proses pembakaran batubara pada fasilitas PLTU atau dari kegiatan lain menggunakan
N107 Bottom ash PLTU
teknologi selain stocker boiler dan atau tungku industri
Proses industri oleochemical dan/atau pengolahan minyak hewani atau nabati yang menghasilkan
N108 Spent bleaching earth
SBE Ekstraksi dengan kandungan minyak kurang dari atau sama dengan tiga persen
N109 Pasir foundry (sand foundry) Proses casting logam pelarut dengan titik nyala diatas 60 derajat celcius
LARANGAN LIMBAH NON BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN (B3)
Pengurangan limbah non B3 dengan cara penggunaan teknologi ramah lingkungan dapat
dilakukan dengan cara :
Penggilingan
Pencacahan
Pemadatan
Termal [jika pada proses termal menghasilkan limbah dan emisi wajib dilakukan
pengelolaan lanjutan
Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Your Picture Here And Send To Back
LIMBAH NON B3
Penyimpanan Limbah non B3
01 Kriteria Lokasi
sesuai dengan
02 kapasitas
penyimpanan
03 Kriteria Desain
Penyimpanan Limbah non B3
Kriteria Desain pada syarat Penyimpanan Limbah non B3 berupa WASTE PILE/TUMPUKAN
LIMBAH harus memenuhi ketentuan:
1. Memiliki saluran drainase di sekeliling waste pile yang dirancang untuk mengalirkan air limpasan atau
yang berkontak langsung dengan limbah non B3 menuju kolam penampung atau pengandapan air
limpasan limbah non B3.
2. memiliki tanggul di sekeliling waste pile untuk menghindari terjadinya tumpahan dan/atau
ceceran Limbah non Bahan Berbahaya dan Beracun keluar dari area penyimpanan.
Penyimpanan Limbah non B3
Kriteria Desain pada syarat Penyimpanan Limbah non B3 berupa WASTE PILE/TUMPUKAN
LIMBAH harus memenuhi ketentuan:
3. memiliki fasilitas sumur pantau air tanah yang dibangun di bagian hulu (upstream) dan hilir
(downstream) pada lokasi waste pile penyimpanan limbah non bahan berbahaya dan beracun yang
ditempatkan sesuai dengan pola arah aliran air tanah
4. Memiliki kolam penampung atau pengendapan untuk air limpasan atau yang berkontak dengan limbah
non bahan berbahaya dan beracun pada lokasi penyimpanan limbah non bahan berbahaya dan
Penyimpanan Limbah non B3
LIMBAH NON B3
PERSYARATAN FASILITAS PENIMBUNAN LIMBAH NON BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
01 Memiliki sistem dan desain fasilitas penimbunan limbah tidak berbahaya dan beracun
02 memiliki sistem pelapis pada landfill limbah non B3 yang dilengkapi dengan:
Sistem pelapisan pada fasilitas penimbunan Limbah non Bahan Berbahaya dan Beracun sesuai POIN 2 tentang Sistem Pelapisan
wajib memiliki lapisan berikut pada fasilitas penimbunan meliputi :
01 Lapisan Dasar
Lapisan Dasar
Lapisan dasar berupa Lapisan tanah lempung yang dipadatkan ulang dengan
ketentuan :
a. memiliki konduktivitas hidraulik dengan nilai antara 10-7 cm/detik (sepuluh pangkat
minus tujuh sentimeter per detik) sampai dengan 10-6 cm/detik (sepuluh pangkat
minus enam sentimeter per detik); dan
b. memiliki ketebalan paling rendah 1 m (satu meter) yang terdiri dari lapisan-lapisan
tipis dengan ketebalan 15-20 cm (lima belas sampai dengan dua puluh sentimeter).
LIMBAH NON B3
PERSYARATAN FASILITAS PENIMBUNAN LIMBAH NON BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
LIMBAH NON B3
PERSYARATAN FASILITAS PENIMBUNAN LIMBAH NON BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
a. tanah liat yang dipadatkan dengan konduktivitas hidraulik 10-7 cm/detik (sepuluh
pangkat minus tujuh sentimeter per detik), dan ketebalan paling rendah 30 cm (tiga
puluh sentimeter); atau
b. Geosynthetic Clay Liner (GCL) berupa bentonite yang diselubungi oleh lapisan
geotextile dengan ketebalan paling rendah 6 mm (enam milimeter).
LIMBAH NON B3
PERSYARATAN FASILITAS PENIMBUNAN LIMBAH NON BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
LIMBAH NON B3
PERSYARATAN LOKASI PENIMBUNAN LIMBAH NON B3
LIMBAH NON B3
Tata Cara Penimbunan Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun
LIMBAH NON B3
Tata Cara Penimbunan Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun
Ketentuan kolam penampungan air lindi adalah: b. Uji kualitas air lindi dilakukan pada laboratorium
terakreditasi paling sedikit 1 kali dalam 3 bulan
a. Berupa kolam tertutup, dan
b. Memiliki konstruksi beton atau bahan konstruksi yang kedap air; dan
c. Memiliki kapasitas tampung air lindi yang timbul selama 1 minggu
pada curah hujan paling tinggi
Baku Mutu Air Lindi atau Limpasan Limbah non Bahan
Berbahaya dan Beracun
LIMBAH NON B3
Baku Mutu Air Lindi atau Limpasan Limbah non Bahan
Berbahaya dan Beracun
LIMBAH NON B3
Sarana dan Prasarana Penimbunan Limbah non-B3
LIMBAH NON B3
Pemanfaatan limbah non B3
Produk Samping
Perencanaan pemanfaatan
limbah non Bahan Berbahaya
dan Beracun wajib tercantum
dalam DOKUMEN PERSETUJUAN Pemanfaatan Limbah non B3 harus
LINGKUNGAN mempertimbangkan standar produk
baik jika pemanfaatan dijadikan produk
LIMBAH NON B3
PEMANTAUAN DAN PELAPORAN LIMBAH NON BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
02 plb3.menlhk.go.id.