Anda di halaman 1dari 13

ARSITEKTUR CANDI

DI DUNIA MELAYU KELOMPOK 3

Nur Khairina Rayhan Gustri Rosaria Nabila Huda Pipin Sri Indah Wahyuningsi
Manasara-Silpasastra adalah Walaupun kitab Manasara-
kitab yang digunakan oleh orang- Silpasastra banyak
orang India sebagai referensi digunakan di India,
untuk memutuskan segala perbedaan bentanglahan
sesuatu yang berhubungan yang besar dengan
dengan arsitektur bentanglahan Indonesia
dapat menghasilkan
perbedaan dari segi
arsitektural candi.
Di akhir masa
kekuasaan Mapajahit, Kitab ini sendiri memiliki 60
pembangunan candi bagian yang menjelaskan
tidak lagi didasarkan tentang tipe-tipe bangunan,
kepada Manasara- layout bangunan, furnitur
Silpasastra tapi telah bangunan, ornamen
ada pengembangan bangunan, pakaian, ukiran,
lebih lanjut ataupun dan prinsip-prinsip dalam
adaptasi dari kitab memilih lokasi
ini. pembangunan.
SYARAT PEMBANGUNAN CANDI
BERDASRKAN KITAN Manasara-
Silpasastra
Berdasarkan kitab Adiparwa, air merupakan simbol
kesucian dan dalam Manasara-Silpasastra
menjelaskan bahwa suatu kuil harus berada di posisi
Syarat pembangunan candi yang termaktub yang menyimbolkan kesucian. Air juga disebut sebagai
dalam kitab Manasara-Silpasastra ialah: pembersih, menyucikan, dan menyuburkan.
1. Perencanaan oleh seorang sthapati (arsitek)
2. Pencarian lokasi yang dekat dengan sumber air, bangunan suci sebaiknya didirikan di dekat air, baik air
pertemuan dua sungai, memiliki bukit ataupun lereng sungai, terutama di dekat pertemuan dua buah sungai,
gunung danau, laut, bahkan kalau tidak ada harus dibuat
3. Jenis tanah yang subur dan tidak berbau kolam buatan atau meletakkan sebuah jambangan
4. Proses persiapan tanah berisi air di dekat pintu masuk bangunan suci tersebut.
5. Pembuatan vastupurusamandala Selain di dekat air, tempat terbaik mendirikan sebuah
6. Pembuatan denah candi di atas tanah, dan candi yaitu di puncak bukit, di lereng gunung, di hutan,
7. Pengerjaan fisik atau di lembah.
KONSEP KOSMOLOGI
PADA CANDI
CANDI BOROBUDUR DAN CANDI KEDATON
Candi Borobudur, yang secara simbolis
memiliki tiga tingkatan spiritual (konsep
kosmologi) bangunan yang merefleksikan
proses perjalanan spiritual manusia
menuju pencerahan atau penyadaran
akan hakikat kehidupan.

Konsep kosmologi dalam ajaran agama


Buddha berkaitan dengan alam semesta,
pusat dari alam semesta sendiri
merupakan Gunung Meru yang di
kelilingi oleh samudra dan daratan.
Kemudian alam semesta ini digolongkan
atas Sankharaloka, Sattaloka, dan
Okasaloka.
Pada dinding lorong yang mengitari bangunan
candi Borobudur terdapat relief cerita Buddha di
tingkat Kamadhatu dan Rupadhatu. Pada
tingkatan Kamadhatu, terdapat relief
karmavibhangga yang berisikan hukum sebab
akibat. Tingkatan Rupadhatu terdapat relief
lalitavistara, jataka-avadana, dan gandawyuha.
Penataan wilayah candi dibangun juga
berkaitan dengan makrokosmos atau
yang memeiliki arti sebagai gambaran
terhadap dunia. Dalam pembangunan
candi juga harus menerapkan asas
Mikrokosmishierarkis yang bertujuan
untuk membedakan anatara ruangan

+
sakral dan ruangan profane
Penerapan konsep pembagian ruang
ini dapat dilihat pada candi Kedaton
yang berada di dalam Kawasan
Kompleks Percandian Muara Jambi.
Candi kedaton di batasi tembok pagar
keliling berukuran 200 x 230 meter
membentang dari arah utara hingga
selatan. Pada bagian dalam dari candi
Kedaton ini terdapat lagi beberapa
ruang.
Adanya pola pembagian halaman candi
dengan masing-masing halaman,
terdapat bangunan-bangunan lain
diluar bangunan candi dan
perwaranya. Ruang ‘sakral’ perlu diberi
batas (dibatasi) dari ruang profan. Di
dalam ruang ‘sakral’ (mikrokosmos)
tersebut manusia bisa menata secara
teratur berdasarkan kosmologi dari
penghuninya. Untuk penataan
lingkungan binaan diperlukan
Kosmografi sebagai pedomany
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN
ARSITEKTUR CANDI DI JAWA DAN
SUMATERA
Perbedaan Candi Jawa dan Candi Sumatera

Bahan Dasar pembuatan candi biasanya dilihat dari


bahan baku yang tersedia dilokasi struktur atau
bangunan candi itu sendiri. Candi Jawa umumnya
menggunakan bahan baku batu andesit, karena
banyak terdapat gunung vulkanik. Sedangkan di
Sumatera umumnya menggunakan bata merah, hal
ini karena daerah sumatera banyak terdapat tanah
lempung (aluvial) sehingga bahan baku ini mudah
ditemukan.
Persamaan Candi Jawa dan Candi Sumatera
Persamaan Candi Jawa dan Candi Sumatera bisa dilihat
dari fungsinya yaitu :
1. Candi pemujaan
2. Candi stupa
3. Candi pedharmaan
4. Candi wihara
5. Candi gerbang
6. Candi petirtaan

Persamaan Candi Jawa dan Sumatera dapat pula dilihat


dari struktur bangunan yang terdiri dari kaki candi, tubuh
candi, atap candi.

Gaya arsitektur candi ditandai dengan


kembalinya unsur-unsur langgam asli
Nusantara bangsa Austronesia, seperti
bentuk punden berundak.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai