Anda di halaman 1dari 30

Case Report Session

Status Epileptikus ec Suspek Meningoensefalitis


Alya Yomi Sari, S.Ked
G1A219078
Pembimbing : dr. Ifo Faujiah , Sp.A,M.Kes(Ped)

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
BAB I
Pendahuluan

Gizi kurang atau buruk pada masa bayi dan anak-anak terutama
pada umur kurang dari lima tahun dapat mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan jasmani dan kecerdasan anak.

Gejala yang dialami oleh pasien yang menderita meningoensefalitis,


antara lain: gangguan kesadaran, demam, sakit kepala, kejang, dan
perubahan perilaku, serta dengan atau tanpa defisit neurologi fokal.
Kejang yang terjadi terkadang sulit diatasi sehingga dapat menjadi
status epileptikus.

Status epileptikus merupakan salah satu kegawat daruratan


neuropediatrik yang sering terjadi. Status epileptikus adalah kejang
yang berlangsung terus-menerus selama 30 menit atau lebih atau
berulang tanpa disertai pulihnya kesadaran diantara kejang.
BAB II
Laporan Kasus

Nama : An. Riska

Umur : 4 Tahun 7 Bulan

Jenis Kelamin : Perempuan


Alamat :Lubuk Bedorong,Kec.
Limun,Sarolangun

Agama : Kristen

MRS : 29 Juli 2020

Identitas Pasien
Anamnesis
KU vPenurunan kesadaran

Pasien dirujuk dari RS Sarolangun ke IGD , dengan keluhan mengalami penurunan


RPS v
kesadaran setelah beberapa kali kejang. ± 9 hari sebelum masuk rumah sakit pasien
mengeluhkan sakit kepala. ± 6 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami
demam, demam terus menerus, berkeringat (-), menggigil (-), demam turun ketika
diberi obat penurun panas dan hanya turun dalam ½ sampai 1 jam saja kemudian
naik kembali. Pasien mual dan muntah sebanyak 3x setiap muntah sebanyak kira-kira
seperempat gelas dengan isi muntahan berupa air dalam satu hari sebelum dirawat di
RS Sarolangun. Batuk, filek disangkal. Pasien dirawat di RS sarolangun sejak 2 hari
SMRS Mattaher. Kemudian pasien mengalami kejang 1 hari SMRS, dimana kejang
berlangsung <1 menit, setelah kejang tersebut pasien sadar, kejang berulang sebanyak
4-5x. Setelah itu pada kejang selanjutnya pasien kejang secara terus menerus
>30menit, kejang seluruh tubuh, kemudian ibu mengatakan bahwa pasien di beri obat
melalui anus. Setelah diberi obat, kejang berhenti, dan pasien tidak sadarkan diri.
BAB(+), BAK (+) spontan.
Anamnesis
Pasien pernah dirawat dirumah sakit dengan
RP v
diagnosa Malaria
D

RP vKakak pasien pernah mengalami kejang pada


K saat bayi karena Tetanus
Anamnesis
v Keluarga pasien tidak ada yang mengalami
RPsos
keluhan yang serupa dan lingkungan tempat
pasien tinggal tidak ada yang mengalami keluhan
serupa. Anak tinggal bersama orang tua dirumah
yang dinding masih kayu dan berlantaikan semen.
Air minum dirumah menggunakan air sungai yang
dimasak. Sanitasi jamban masih berupa wc
cemplung atau ke sungai. Pasien bermain dengan
temannya tanpa menggunakan alas kaki.
Anamnesis
RPriba  Riwayat Pribadi
v Riwayat kelahiran pasien : Pasien lahir dirumah ditolong oleh bidan, lahir
di
secara spontan dan ketuban berwarna jernih, Berat Badan Lahir (BBL) 3100
gram dan Panjang Badan Lahir (PBL) tidak diingat orang tua. Riwayat
pemberian Vit.K (-) dan vaksin hepatitis B (-). Riwayat berbalik saat 6 bulan,
duduk saat 7 bulan, gigi pertama pasien muncul saat berumur 5 bulan dan mulai
berbicara satu suku kata saat 12 bulan.Riwayat berdiri umur 12 bulan
 Riwayat Imunisasi antara lain :
BCG 1 kali, usia 2 tahun, scar (+)
Polio 1x , usia 2 tahun
DPT-Hb- HiB 1 kali, usia 2 tahun
 Riwayat ASI hingga usia 2 tahun dan MPASI sudah dari 6 bulan dengan
makanan yang lembek dan dilumatkan
 Riwayat Makanan : Makanan sekarang mengikuti makanan dirumah yaitu
nasi beserta lauk dan sayur sebanyak 2x sehari dan disuapin sekali makan
berkisar 10 sendok
Riwayat Imunisasi Status gizi
•BCG :+ Usia 14 tahun, dengan BB 45 kg dan TB 160 cm
•Polio :+ BB/U : -3 SD sampai dengan <-2 SD (Gizi
•DTP :+ kurang) , BB ideal: 17 kg
•Campak : - PB/U : -3 SD sampai dengan <-2 SD
•Hepatitis : + (pendek)
•Kesan : Imunisasi dasar belum lengkap BB/PB : 76, 5 % (Gizi Kurang)

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum Kesadaran GCS Tanda Vital BB : 45 kg


Tampak sakit berat somnolen E2V4M2 TD : 100/80 mmHg PB :160 cm
8 Nadi : 114x/i
RR : 44 x/i
Suhu : 37,3 C
Pemeriksaan Fisik
Mata
CA (-), SI (-), pupil unisokor, RC Kepala
(+/+), strabismus konvergen Normocephal, tanda-tanda
trauma (-)
Hidung Telinga
Lokasi normal, simetris, Lokasi normal, simetris
sekret (-)
Leher Mulut
Kaku kuduk : (+) Lokasi normal, sianosis (-),
Pembesaran kelenjar leher : - Labio-palatoschizis (-),
terpasang OGT
Ekstremitas
Akral hangat, pitting
edema(-/-), CRT <2 dtk, tonus
otot lemah, kaku pada seluruh
Pemeriksaan Fisik
Paru Abdomen
I : Simetris, retraksi (-) I : tampak datar
P : pergerakan simetris A : BU (+)
P : tidak dilakukan P : soepel
A : Rhonki (+/-) P : tidak dilakukan

Jantung Status Neurologis


I: Iktus kordis tak terlihat Refleks meningeal (kaku kuduk +,
P : punctum maksimum teraba Brudzinski I (-), Brudzinski II(tidak
P : tidak dilakukan dapat dilakukan), Kernig (+),
A : BJ reguler, murmur (-) Lasegue(+)), Refleks Fisiologi
(+),Refleks patologis(-)
Pemeriksaan Penunjang
R

Hematologi. C
e
N f Elektrolit
o
i e
l r
Add Text Add Text
d
WBC 5,39 4-10 e
a e CodeGet aNilai
modern Referensi
Get a modern
i n
s PowerPoint PowerPoint
i
RBC 4,75 3.5-5.5 Na Presentation
134,0 135-148Presentation
5 4
W
, -
B
HGB 10,8 11-16 C
3 1
K 3,67 3,5-5,3
9 0
3
HCT 35,8 35-50 4
. Cl 97,2 98-110
R 5
,
B -
7
C 5
PLT 239 100-300 5
.
5
1
1
H 1
0
G -
,
B 1
8
6
3
3
H 5
5
C -
Pemeriksaan Serologi Imunologi T
,
8
5
0
Salm. Thypi Negatif Negatif 1
0
P 2 0
CRP Positif Negatif L 3 -
T 9 3
0
Malaria Negatif Negatif 0
Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang :

Diagnosis Add Text


Get a modern
v PowerPoint
Status Epileptikus e.c Suspek Meningoensefalitis + Gizi
Presentation

Kurang

Add Text
Diagnosis Get a modern
PowerPoint
Meningitis Bakterial, Meningitis
Presentation TB , Ensefalitis
TATALAKSANA
IVFD D5 ¼ NS 1000 cc/hari
Aminosteril 10% 100cc/hari
Inj.Ampicilin 3x 1 gr (iv)
Inj. Ceftriaxon 1 x 1,5 gr
Inj. Phenitoin 2x 20 mg
Manitol 3x 10 cc
Inj Paracetamol 3 x 180 mg
Diet susu 8 x 250 cc
Quo ad Vitam
Dubia ad bonam

PROGNOSIS

Quo ad Functionam Quo ad Sanationam


Dubia ad malam Dubia ad bonam
Tanggal Subject Object
Follow Up Assessm ent Planning
Tatala ksana
Lem ah, tampak sa kit
berat, Ke sadaran  Terpasang 02
som nolen(E2M4V2),  IVFD D5 ¼ NS 1000 cc
Lemah Dem am (+) , spastik .  Inj. Cef tria xone 1x1500 m g
Dem am
29- 7-2020
BAB belum
S tatus Epileptikus ec  Manitol 2x10 cc
TTV Suspek. Meningitis  Methylprednisolon 3 x 30 m g
ada N : 128x/i T : 37 0 C  Inj. Pa racetamol 3 x 180 m g
RR : 28 x/i SpO2 : 99%  Inj.Phenitoin 2 x 20 m g
BB: 13 kg
 NGT (+) diet susu 6 x 50 cc
 Am inosteril 100 cc/hr

Tatala ksana
Lem ah, Lemah,tampak sa kit  Terpasang 02
berat, Dem am (-),  IVFD D5 ¼ NS 1000 cc
Lemah
Kesa daran  Inj. Cef tria xone 1x1500 m g
Dem am
som nolen(E2M4V2), Suspek Meningitis  Methylprednisolon 3 x 10 m g
30- 7-2020 Bab, Bak
Keja ng (- ), kaku kuduk Bakteria l dd  NGT (+) diet susu 6 x 50 cc
spontan
(+) Meningitis TB  Am inosteril 100 cc/h
TTV
N : 120x/i T : 37.7 0 C
RR : 43 x/i SpO2 : 98%

Tatala ksana
Lem ah,tampak sakit  Terpasang 02
berat, Kesa daran  IVFD D5 ¼ NS 1000 cc
Som nolen ((E 3M4V2),  Inj. Cef tria xone 1x1500 m g
Dem am (-) , Keja ng (+) < Suspek Meningitis  Methylprednisolon 3 x 10 m g
31- 7-2020 Lemah
1 m nt Bakteria l dd  NGT (+) diet susu 6 x 50 cc
Meningitis TB  Am inosteril 100 cc/h
TTV  Berika n Phenitoin 10m g/kgBB jika kejang
N : 122x/i T : 37 0 C
berulang
RR : 28 x/i SpO2 : 99%

Tatala ksana
Lem ah, Dem am(-) ,  Terpasang 02
tampak sa kit berat,  IVFD D5 ¼ NS 1000 cc
kesadaran som nolen Suspek Meningitis  Meropenem 3x500 m g
Lemah (E4M3V2), kejang (+) Bakteria l dd  Methylprednisolon 3 x 10 m g
01-08-2020
Meningitis TB dd  Inj Phenitoin 10 m g/kgBB
TTV Enchefalitis  NGT (+) diet susu 8 x 50 cc
N : 125x/i T : 37. 0C
 Am inosteril 100 cc/h
RR : 46 x/i SpO2 : 100%

Tatala ksana
Lem ah, Dem am(-) ,  Terpasang 02
tampak sa kit berat,  IVFD D5 ¼ NS 1000 cc
kesadaran som nolen Suspek Meningitis  Meropenem 3x500 m g
(E4M3V3), kejang (-) , Bakteria l dd  Methylprednisolon 3 x 10 m g
02-08-2020 Lemah
NCH (+) Ronkhi -/- Meningitis TB dd  NGT (+) diet susu 8 x 50 cc
TTV Enchefalitis  Am inosteril 100 cc/h
N : 120x/i T : 37. 0C
RR : 34 x/i SpO2 : 100%

Lem ah, Dem am(-) , Tatala ksana


Suspek Meningitis
tampak sa kit berat,  Terpasang 02
Bakteria l dd
03-08-2020 Lemah kesadaran som nolen  IVFD D5 ¼ NS 1000 cc
Meningitis TB dd
(E3M4V3), kejang (-) ,  Meropenem 3x500 m g
Enchefalitis
NCH (+) Ronkhi -/-,
Tanggal Subj ect Obj ect
Follow Up Assessm ent Planning
Tatala ksana
Lem ah, tampak sa kit
berat, Ke sadaran  Terpasang 02
som nolen(E2M4V2),  I VFD D5 ¼ NS 1000 cc
Lemah Dem am (+) , spastik .  I nj. Cef tria xone 1x1500 m g
Dem am
29- 7-2020
BAB belum
S tatus Epileptikus ec  Manitol 2x10 cc
TTV Suspek. Meningitis  Methylprednisolon 3 x 30 m g
ada N : 128x/i T : 37 0 C  I nj. Pa racetamol 3 x 180 m g
RR : 28 x/i SpO2 : 99%  I nj.Phenitoin 2 x 20 m g
BB: 13 kg
 NGT (+) diet susu 6 x 50 cc
 Am inosteril 100 cc/hr

Tatala ksana
Lem ah, Lemah,tampak sa kit  Terpasang 02
berat, Dem am (-),  I VFD D5 ¼ NS 1000 cc
Lemah
Kesa daran  I nj. Cef tria xone 1x1500 m g
Dem am
som nolen(E2M4V2), Suspek Meningitis  Methylprednisolon 3 x 10 m g
30- 7-2020 Bab, Bak
Keja ng (- ), kaku kuduk Bakteria l dd  NGT (+) diet susu 6 x 50 cc
spontan
(+) Meningitis TB  Am inosteril 100 cc/h
TTV
N : 120x/i T : 37.7 0 C
RR : 43 x/i SpO2 : 98%

Tatala ksana
Lem ah,tampak sakit  Terpasang 02
berat, Kesa daran  I VFD D5 ¼ NS 1000 cc
Som nolen ((E 3M4V2),  I nj. Cef tria xone 1x1500 m g
Dem am (-) , Keja ng (+) < Suspek Meningitis  Methylprednisolon 3 x 10 m g
31- 7-2020 Lemah
1 m nt Bakteria l dd  NGT (+) diet susu 6 x 50 cc
Meningitis TB  Am inosteril 100 cc/h
TTV  Berika n Phenitoin 10m g/kgBB jika kejang
N : 122x/i T : 37 0 C
berulang
RR : 28 x/i SpO2 : 99%

Tatala ksana
Lem ah, Dem am(-) ,  Terpasang 02
tampak sa kit berat,  I VFD D5 ¼ NS 1000 cc
kesadaran som nolen Suspek Meningitis  Meropenem 3x500 m g
Lemah (E4M3V2), kejang (+) Bakteria l dd  Methylprednisolon 3 x 10 m g
01-08-2020
Meningitis TB dd  I nj Phenitoin 10 m g/kgBB
TTV Enchefalitis  NGT (+) diet susu 8 x 50 cc
N : 125x/i T : 37. 0C
 Am inosteril 100 cc/h
RR : 46 x/i SpO2 : 100%

Tatala ksana
Lem ah, Dem am(-) ,  Terpasang 02
tampak sa kit berat,  I VFD D5 ¼ NS 1000 cc
kesadaran som nolen Suspek Meningitis  Meropenem 3x500 m g
(E4M3V3), kejang (-) , Bakteria l dd  Methylprednisolon 3 x 10 m g
02-08-2020 Lemah
NCH (+) Ronkhi -/- Meningitis TB dd  NGT (+) diet susu 8 x 50 cc
TTV Enchefalitis  Am inosteril 100 cc/h
N : 120x/i T : 37. 0C
RR : 34 x/i SpO2 : 100%

Lem ah, Dem am(-) , Tatala ksana


Suspek Meningitis
tampak sa kit berat,  Terpasang 02
Bakteria l dd
03-08-2020 Lemah kesadaran som nolen  I VFD D5 ¼ NS 1000 cc
Meningitis TB dd
(E3M4V3), kejang (-) ,  Meropenem 3x500 m g
Enchefalitis
NCH (+) Ronkhi -/-,
Follow Up
Lem ah, Dem am(-), Tatala ksana
tampak sa kit berat,  Terpasang 02
kesadaran som nolen  IVFD D5 ¼ NS 1000 cc
(E3M4V3), kejang (-), Suspek Meningitis  Meropenem 3x500 m g
NCH (+) Ronkhi -/-, Bakteria l dd  Methylprednisolon 3 x 10 m g
03-08-2020 Lemah
sesa k (+), batuk (+) Meningitis TB dd  NGT (+) diet susu 8 x 50 cc
TTV Enchefalitis  Am inosteril 100 cc/h
N : 120x/i T : 37. 0C
RR : 34 x/i SpO2 : 100%

Lem ah, demam (-), Tatala ksana


kejang (-), tampak sa kit  Terpasang 02
berat, kesadaran apatis Suspek  IVFD D5 ¼ NS 750 cc/hari
(E4M5V2), Ronkhi+/- , Meningoensefalitis  Nebulis a si Ventolin/ 18 jam
retra ksi m inim al , batuk dd Meningitis  Inj. Phenitoin 2x30 mg
10-08-2020 Lemah
kadang, Bakteria l dd  Meropenem 3x500 m g
TTV Meningitis TB dd  NGT (+) diet susu 8 x75 cc
N : 120x/i T : 36.2 0 C Enchefalitis
 Am inosteril 100 cc/h
RR :30 x/i SpO2 : 95%

Lem ah, Dem am(-), Tatala ksana


tampak sa kit berat,  Terpasang 02
kesadaran apatis Suspek  IVFD D5 ¼ NS 750 cc/hari
(E3M5V3), kejang (-), Meningoensefalitis  Nebulis a si Ventolin/ 18 jam
11-08-2020 Lemah Ronkhi +/-, batuk (+) Bakteria l dd  Meropenem 3x500 m g hari ke-11
TTV Meningitis TB dd  NGT (+) diet susu 8 x75 cc
N : 110x/i T : 37. 0 C Enchefalitis  Am inosteril 100 cc/h
RR : 28 x/i SpO2 : 98%
Add an image

Tinjauan Pustaka
BAB III
Tinjauan Pustaka Gizi Kurang
Penentuan status gizi menurut
Definisi kriteria Waterlow, WHO 2006, dan
CDC 2000
Gizi kurang adalah status gizi yang
didasarkan pada indeks Berat Badan B B /T B IM T C D C
Status gizi BB/TB WHO 2006
(% median) 2000
menurut Umur (BB/U) yang merupakan
Obesitas >120 > +3 > P9 5
padanan istilah underweight. Cara menilai Overweight >110 > +2 hingga +3 SD P85 – p95
Normal > 90 +2 SD hingga -2 SD
status gizi dapat dilakukan dengan Gizi kurang 70-90 < -2 SD hingga -3 SD
Gizi buruk < 70 < - 3 SD
pengukuran antropometrik, klinik,
biokimia, dan biofifisik. Pengukuran
antropometrik dapat dilakukan dengan
beberapa macam pengukuran yaitu
pengukuran berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, dan sebagainya.
Penyebab masalah gizi
Status Epileptikus

Definisi Manifestasi Klinis

Status epileptikus (SE) adalah kejang yang


 Prestatus,
berlangsung selama 30 menit atau lebih
 Early Status,
lama, atau kejang yang berulang dimana
 Established Status,
diantara kejang anak tidak sadar. Namun
 Refractory Statu
terdapat beberapa studi yang
 Subtle Status
menyarankan untuk durasi waktu lebih
singkat yang memiliki manfaat untuk
pengobatan, karena menunda
pengobatan berhubungan dengan
lambatnya respon pengobatan.
Tatalaksana Kejang- SE
BAB III Meningoencephalitis
Tinjauan Pustaka

Definisi
Manifestasi Klinis
Meningitis adalah infeksi akut pada
1.Nyeri kepala
selaput meningen (selaput yang menutupi
2.Muntah
otak dan medula spinalis). Encephalitis
3.Fotofobia
adalah peradangan jaringan otak yang
4.Kaku kuduk
dapat mengenai selaput pembungkus otak
5.Demam
dan medulla spinalis. Meningoencephalitis
6.Kesadaran menurun
adalah peradangan pada selaput meningen
7.Kejang
dan jaringan otak.
TATALAKSANA
Terapi antibiotik diberikan secepatnya setelah didapatkan hasil kultur. Pada orang

dewasa, Benzylpenicillin G dengan dosis 1-2 juta unit diberikan secara intravena

setiap 2 jam. Pada anak dengan berat badan 10-20 kg. Diberikan 8 juta unit/ hari,

anak dengan berat badan kurang dari 10 kg diberikan 4 juta unit/ hari.Ampicillin

dapat ditambahkan dengan dosis 300-400mg/ KgBB/ hari untuk dewasa dan 100-

200 mg/ KgBB/ untuk anak-anak. Untuk pasien yang alergi terhadap penicillin,

dapat diberikan sampai 5 hari bebas panas.


Place Your Picture Here

Analisa Kasus
Status Epileptikus ec Meningoensefalitis
BAB IV
Analisis Kasus

Anamnesis

 Pasien berusia 4 tahun 7 bulan dengan Gejala meningoensefalitis diakibatkan dari


jenis kelamin perempuan, datang dengan infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial :
keluhan penurunan kesadaran. 1.Nyeri kepala
 pasien didiagnosa dengan Status 2.Muntah
Epileptikus ec Suspek Meningoensefalitis, 3.Fotofobia
dengan keluhan awal sakit kepala, 4.Kaku kuduk
kemudian demam dan kejang disertai 5.Demam
penurunan kesadaran 6.Kesadaran menurun
7.Kejang
BAB IV
Analisis Kasus

Hasil perhitungan z-score WHO, didapatkan bahwa


Anamnesis
status gizi pasien berada di bawah – 2 SD dengan

 Setelah dirawat di PICU selama 15 hari, interpretasi gizi kurang, pendek, dan gizi kurang.Gizi

semakin hari badan pasien tampak kurang pada balita, membawa dampak negatif

semakin kurus. Hingga kini pasien telah terhadap pertumbuhan fisik maupun mental yang

berada di bangsal dengan hari rawat ke 14. selanjutnya akan menghambat prestasi belajar. Akibat

Pasien ditimbang terakhir sebelum pasien lainnya adalah penurunan daya tahan, menyebabkan

masuk RS di tempat tinggalnya dengan hilangnya masa hidup sehat balita, serta dampak yang

berat 15 kg dan saat ditimbang di RSUD lebih serius adalah timbulnya kecacatan, tingginya

Mattaher didapatkan berat badannya 13 kg angka kesakitan dan percepatan kematian.


BAB IV
Analisis Kasus

Pemeriksaan
Fisik

 Dari pemeriksaan fisik diperoleh adanya Refleks kaku kuduk postif tidak dapat
gejala rangsang meningeal berupa kaku menegakkan diagnosa meningitis dibutuhkan
kuduk, Brudzinski II , Laseq dan Kernig pemeriksaan penunjang berupa kultur darah
yang mengarah pada kejang oleh karena serta lumbal pungsi dan dapat juga dicurigai
curiga adanya meningitis karena adanya oleh karena ensefalitis dimana ada trias klinis
gejala rangsang meningeal. nya yaitu demam tinggi, kejang dan
penurunan kesadaran.
BAB IV
Analisis Kasus

Pemeriksaan penunjang
 Dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan
CRP + adanya tanda infeksi dan proses Pemeriksaan penunjang yang disarankan pada

inflamasi, namun leukosit tidak menunjukkan meningoencephalitis antaralain:


leukositosis. Pemeriksaan elektrolit dilakukan 1.Analisis, kultur, dan tes sensitifitas LCS
namun dari anamnesis muntah yang terjadi Temuan pada pemeriksaan cairan serebrospinal
hanya satu hari dan hasil pemeriksaan elektrolit pada beberapa gangguan sistem saraf pusat
masih dalam batas cukup tidak menunjukkan
2. Analisis, kultur, dan tes sensitifitas darah
kekurangan elektrolit yang signifikan sehingga
3.Head CT-Scan
dapat menyingkirkan diagnosa kejang akibat
4.Pemeriksaan CRP
gangguan elektrolit (metabolik).
BAB IV
Analisis Kasus

Status Gizi Demi kemudahan praktek klinis, kebutuhan kalori


ditentukan berdasarkan:
 Status gizi pada pasien ini dikatakan gizi kurang,
Kondisi sakit kritis (critical illness)
karena berdasarkan tampilan klinis pasien tampak
Kebutuhan energi = Resting energy expenditure x faktor
kurus, hal ini diperkuat dari hasil perhitungan
aktivitas x faktor stres
status gizi dengan metode waterlow didapatkan
Kondisi tidak sakit kritis (non critical illness)
hasil 76,5 %. Berdasarkan hasil penghitungan
Kebutuhan kalori dihitung berdasarkan BB ideal dikali
rumus diatas, kebutuhan nutrisi parenteral pada
RDA menurut usia tinggi (height age). Usia-tinggi adalah
pasien berdasarkan berat badan, tinggi badan, dan
usia jika tinggi badan anak tersebut merupakan P50 pada
usia adalah 2000 Kkal/hari. Bila dicukupi nutri
grafik. Kondisi gizi kurang dapat menyebabkan
menggunakan susu F75 maka diet yang diberikan
berkurangnya kekebalan tubuh dan memudahkan terjadinya
yaitu 8 x 250 cc.
kemungkinan bangkitan kejang akibat infeksi.
Thank You
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai