Modul2 Kelompok2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

MODUL 2

KARAKTERISTIK PKN SEBAGAI


PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 2
NAMA ANGGOTA :
1. SRI DEVI ANGGRAENI (857239792)
2. HAERUNNISA (857238515)
TERDAPAT 3 KEGIATAN BELAJAR



KB. 1
 PENDEKATAN PKN SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL.
 KB. 2
 PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DALAM STANDAR ISI PKN DI SD.
 KB. 3
 HUBUNGAN INTERAKTIF PENGEMBANGAN NILAI DAN MORAL DALAM PKN DI SD
KB. 1
PENDEKATAN PKN SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL


Hermann (1972) mengemukakan suatu prinsip yang sangat mendasar, yakni “ value is neither taught
nor cought, it is learned “ yang artinya bahwa substansi nilai tidaklah semata – mata di tangkap dan di
ajarkan tetapi lebih jauh, nilai di cerna dalam arti di tangkap, diinternalisasi, dan di bakukan sebagai
bagian yang melekat dalam kualitas pribadi seseorang melalui proses belajar.
Proses pendidikan pada dasarnya merupakan proses pembudayaan atau enkulturasi untuk menghasilkan
manusia yang berkeadaban, termasuk di dalamnya yang berbudaya.
Dalam latar kehidupan masyarakat, proses pendidikan nilai sudah berlangsung dalam kehidupan
masyarakat dalam berbagai bentuk tradisi. Tradisi ini dapat di lihat dari petatah – petitih adat, tradisi
lisan turun temurun seperti dongeng,, nasihat, simbol – simbol, kesenian daerah seperti “kekawihan “ di
tatar pasundaan dan “ berbalas pantun “ di tatar melayu.
Namun dengan begitu pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, seperti siaran radio,
dan tayangan tv dari berbagai saluran dengan jam tayang yang panjang dan jaringan internet yang
menyuguhkan aneka ragam informasi secara global, saat ini unsur – unsur tradisional tersebut terasa
mulai terpinggirkan dan mulai terkalahkan. Contohnya tradisis dongeng dan sejenisnya yang dulu biasa
dilakukan oleh orang tua terhadap anak atau cucunya semakin lama semakin tergeser oleh film kartun
atau sinetron dalam media massa tersebut. Disitulah pendidikan nilai menghadapi tantangan
konseptual, instrumental, dan oprasional.
Dalam pengertian generik, konsep dan proses pendidikan merupakan proses yang sengaja dirancang dan dilakukan untuk
mengembangkan potensi individu dalam interaksi dengan lingkungannya sehingga menjadi dewasa dan dapat mengarungi kehidupan
dengan baik, dalam arti selamat di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, tepat sekali dikatakan bahwa pada dasarnya pendidikan
mempunyai dua tujun besar yakni mengembangkan individu dan masyarakat yang “ smart and good”(Lickona,1992:6). Konsepsi
tujuan tersebut mengandung arti bahwa tujuan pendidikan tidak lain adalah mengembangkan individu dan masyarakat agar
cerdas(smart) dan baik (good).secara elaboratif dimensi tujuan ini oleh Bloom dkk(1962) dirinci menjadi tujuan pengembangan
kognitif, afektif, dan psikomotorik, yakni pengembangan pengetahuan dan pengertian , nilai dan sikap, dan keterampilan psikomotorik.


Dalam konteks pendidikan nasional indonesia dalam pasal 1 butir 1 UU sidikan 20/2003 ditegaskan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Lebih lanjut dalam
pasal 3 di kemukakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sebagai prinsip –prinsip pendidikan ditegaskan hal- hal sebagai berikut :

1. pendidikan di selenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
2. pendidikan di selenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik dengan sistem terbuka dan multimakna.
3. pendidikan di selenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
sepanjang hayat.
4. pendidikan di selengarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta
didik dalam proses pembelajaran.
5. pendidikan di selenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga
masyarakat.
6. pendidikan di selenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelengaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan .
Bagaimana pkn sebagai mata pelajaran yang memiliki
misi adalah pendidikan nilai dan moral ?



Khusus mengenai pendidikan nilai dalam penjelasan pasal 32 Undang – undang Republik Indonesia
nomor 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional secara khusus tidak menyebutkan ,
namun secara implisit, antara lain tercakup dalam muatan pendidikan kewarganegaraan, yang secara
substantif dan pedagogis mempunyai misi mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
KB. 2
PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DALAM STANDAR ISI PKN DI SD



Menurut peraturan mentri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 “ mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara
yang memahami dan mampu melaksanakan hak – hak dan kewajibannya untuk menjadi warga
negara indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD
1945”. Selanjutnya digariskan dengan tegas bahwa pkn bertujuan “ agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut :
 1. berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
 2. partisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi
 3. berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter – karakter
masyarakat indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa- bangsa lailnnya
 4. berinteraksi dengan bangsa – bangsa lain dalam pecaturan dunia secara langsung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Dilihat dari rumusan dan tujuannya, tidak terdapat rumusan bahwa PKN merupakan pendidikan nilai dan
moral, namun bila dikaji secara cermat, dan mendasar pada setiap rumusan kualitas perilaku yang ingin
di kembangkan melekat sejumlah nilai dan moral yaitu :


1. berpikir kritis adalah proses psikologis untuk memberikan penilaian terhadap suatu objek atau
fenomena dengan informasi yang akurat dan otentik.
2. berpikir rasional adalah proses psikologis untuk memahami suatu objek dengan logika.
3. berpikir kreatif adalah proses psikologis untuk menghasilkan suatu cara atau proses baru yang lebih
berkualitas atas dasar pemikiran terbaik.
4. partisipasi aktif dan bertanggung jawab proses perlibatan sosial kultural seseorang atas dasar inisiatif
sendiri dengan penuh perhatian dan kesedian memikul resiko.
5. bertindak cerdas adalah aktifitas nyata untuk melakukan sesuatu dengan pertimbangan yang matang
dan utuh.
6. hidup bersama dengan bangsa – bangsa lain adalah sikap dan cara hidup dengan individu yang berasal
dari masyarakat lain dengan prinsip saling menghormati dan hidup berdampingan secara damai.
Menurut Permendiknas NO. 22 Tahun 2006 secara umum meliputi substansi kurikuler yang di dalamnya
mengandung nilai dan moral sebagai berikut :
1. Persatuan dan kesatuan bangsa , meliputi : hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan , kebanggan sebagai
bangsa indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan
negara, sikap positif terhadap Negara Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan


2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi : tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang
berlaku di masyarakat, peraturan – peraturan daerah, norma – norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
sistim hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional
3. Hak asasi manusia meliputi : hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, imstrumen
nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM
4. Kebutuhan warga negara meliputi : hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan
berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan
kedudukan warga negara
5. Konstitusi Negara meliputi : proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi – konstitusi yang
pernah di gunakan di indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi
6. Kekuasaan dan politik meliputi : pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, -
pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani,
sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi
7. Pancasila meliputi : kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan pancasila
sebagai dasar negara, pengamalan nilai – nilai pancasila dalam kehidupan sehari – hari, pancasila sebagai ideologi
terbuka
8. globalisasi meliputi : globalisasi dilingkunggannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak
globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.
KB. 3
HUBUNGAN INTERAKTIF PENGEMBANGAN NILAI DAN MORAL DALAM PKN SD



Hubungan interaktif proses pengembangan nilai dan moral dengan proses pendidikan di sekolah
harus dilihat dalam paradigma pendidikan nilai secara konseptual dan oprasional. Konsep – konsep
“ values education, moral education, education for virtues”. Yang secara teoritik, oleh Lickona
(1992) Theodore Roosevelt (mantan presiden USA) dan Bill Honing (superintendent of public
Intruction, calnifornia ) memberi landasan pentingnya pendidikan nilai di Amerika. Rossevelt,
mengatakan bahwa “ mendidik orang, hanya tertuju pada pikirannya dan bukan moralnya, sama
dengan mendidikan keburukan kepada masyarakat”. Sementra itu, Honing mengatakan bahwa “
Bandul telah berayun kembali dari ide romantika yang memandang bahwa semua nilai
kemasyarakatan adalah ancaman. Tetapi para pendidik telah lama mengikuti masa kegilaan itu, yang
pada akhirnya berujung pada peserta didik ethically illiterate.” Dua kutipan tersebut memberikan
landasan bahwa pendidik di dunia Barat mempunyai keyakinan bahwa pendidikan nilai, etika,
moral sangat penting sebagai salah satu wahana sosiopedagogis dalam menjamin kelangsungan
hidup masyarakat, bangsa, dan negara.
 Hal tersebut juga tampaknya di picu oleh kenyataan meningkatnya permasalahan moral dalam masyarakat yang
merentang dari sikap rakus dan tidak jujur sampai pada aneka kriminalitas dan perilaku merusak diri sendiri seperti
narkoba dan bunuh diri. Lickona (19922:4-5) kini semua negara bagian Amerika serikat dan semua unsur dalam
masyarakat, publik dan privat sepakat dan mendorong agar dunia persekolahan mengambil peran yang aktif dalam
pendidikan nilai khususnya pendidikan nilai moral. Tujuannya adalah agar peserta didik menjadi melek etika, dan
mampu berperilaku baik di dalam masyarakat. Dalam konteks itu dunia pendidikan diharapkan semakin mampu
mewujudkan tujuan utama pendidikan, yakni mengembangkan individu yang “ cerdas dan baik “.



Lebih jauh juga Lickona (1992:6-7) melihat bahwa para pemikir dan pembangun demokrasi , sebagai paradigma
kehidupan di dunia Barat, berpandangan bahwa pendiidikan moral merupakan aspek yang esensial bagi
perkembangan dan berhasilnya kehidupan demokrasi. Hal ini sangatlah beralasan karena, demokrasi pada dasarnya
merupakan suatu sistem pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. Sesungguhny a rakyar yang harus bertanggung
jawab untuk menjamin tumbuh dan berkembangnya masyarakat yang bebas dan adil.

 Dalam konteks itu setiap individu warga negara seyogianya mengerti dan memiliki komitmen terhadap fondasi moral
demokrasi yakni menghormati hak orang lain, mematuhi hukum yang berlaku, partisipasi dalam kehidupan masyarakat,
dan peduli terhadap perlunya kebaikan bagi umum. Berpijak dengan penuh kesadaran pada pemikiran tersebut, sejak
dini sekolah di harapkan mampu mengambil peran yang aktif dalam merancang dan melaksanakan pendidikan nilai
moral yang bersumber dari kebajikan dan keadaban demokrasi. Dengan kata lain pendidikan nilai dalam dunia barat
adalah pendidikan nilai yang bertolak dari dan bermuara pada nilai – nilai sosial-kultural demokrasi.

 Sedangkan nilai yang bersumber dari agama bukanlah tanggung jawab negara, karena memang dunia yng sekuler
dengan tegas memisahkan urusan agama sebagai urusan pribadi, bukan urusan publik. Pendidikan nilai di dunia barat
secara konseptual berlandasan pada teori perkembangan moral piaget dan kholbeng kedua teori perkembangan moral
tersebut secara singkat dapat diintisrikan sebagai berikkut ini
 Jean piaget pada masa hidupnya pernah menjadi wakil direktur “ Institute of Educational Science “ dan sebagai guru
besar (profesor) psikologi eksperimental pada University of Geneva. Ia dengan tekun melakukan penelitian mengenai
perkembangan struktur kognitif (cognitive structure) anak dan kajian moral (moral judgement) anak selama 40
tahunan.
 Penelitiannya itu di dasarkan pada sikap verbal anak ( children verbal attitudes) terhadap berbagai aturan permainan,
perilaku sehari – hari, mencuri dan membohong.


dan autonomi. 
Ia mengidentifikasi bahwa ada dua tingkat perkembangan moral pada anak usia antara 6-12 tahun yakni heteronomi

Pada tingkatan heteronomi segala aturan oleh anak di pandang sebagai hal yang datang dari luar jadi bersifat eksternal
dan di anggap sakral karena aturan itu merupakan hasil pemikiran orang dewasa.
 Sedangkan pada tingkatan autonomi anak mulai menyadari adanya kebebasan untuk tidak sepenuhnya menerima
aturan itu sebagai hal yang datang dari luar dirinya.
 Pada tingkatan ini anak menujukan kemampuan untuk mengkritisi aturan dan memilih aturan yang tepat atas dasar
kesepakatan dan kerjasama dengan lingkungannya.

 Piaget bertolak dari postulat atau asumsi dasar bahwa “moralita berada dalam satu sistem aturan, oleh karena itu
hakiat moralita seyogianya dilihat dari sudut bagaimana individu menyadari kebutuhannya akan aturan itu.” atas dasar
itu ia meneliti bagaimana anak menyadari adanya aturan dan bagaiman ia menerapkan aturan itu dalam suatu
permainan.

 Sifat heteronomi anak di sebabkan oleh faktor kematangan struktur kognitif yang di tandai sifat egosentrisme dan
hubungan interaktif dengan orang dewasa dimana anak merasa kurangberkuasa di banding orang dewasa. Sedangkan
 Sifat autonomi di pengaruhi oleh kematangan struktur kognitif yang di tandai oleh kemampuan mengkaji aturan secara
kritis dan menerapkannya secara selektif yang muncul dari sikap resiprositas dan kerjasama.
Bagaimana nilai moral berkembang dalam diri individu ?
 Secara teoritik nilai moral berkembang secara psikologis dalam diri individu mengikuti
perkembangan usia dan konteks sosial.dalam kaitannya dengan usia piaget merumuskan
perkembangan kesadaran dan pelaksanaan aturan sebagai berikut.

pelaksanaan aturan. 
 Piaget membagi beberapa tahapan dalam dua dominan yakni kesadaran mengenai aturan dan

 Tahapan pada domain kesadaran mengenai aturan :


1. Usia 0-2 tahun : pada usia ini aturan dirasakan sebagai hal yang tidak bersifat memaksa
2. Usia 2-8 Tahun : pada usia ini aturan disepakti sebagai hal yang bersifat sakral dan diterima tanpa
pemikiran
3. Usia 8-12 tahun : pada usia ini aturan diterima sebagai hasil kesepakatan

Tahapan pada domain pelaksanaan aturan :


4. Usia 0-2 Tahun : pada usia ini aturan dilakukan sebagai hal yang hanya bersifat motorik saja
5. Usia 2-6 Tahun : pada usia ini aturan dilakukan sebagai perilaku yang lebih berorientasi diri sendiri
6. Usia 6-10 Tahun : pada usia ini aturan diterima sebagai perwujudan dari kesepakatan
7. Usia 10-12 Tahun : pada usia ini aturan diterima sebagai ketentuan yang sudah dihimpun.
 Bertolak dari teorinya itu piaget menyimpulkan bahwa pendidkan sekoah seyoginya menitik beratkan pada
perkembangan kemampuan mengambil keputusan (decision making skills) dan memecahkan masalah (problem
solving) dan membina perkembangan moral dengan cara menuntut para peseta didik untuk mengembangkan


aturan berdasarkan keadilan/keputusan (fairness). Dengan kata lain pendidikan nilai berdasarkan teori piaget
adalah pendidikan nilai moral atau nilai etis yang di kembangkan berdasarkan pendekatan psikologi
perkembangan moral kognitif. Disitulah pendidikan nilai dititiberatkan pada pengembangan perilaku moral yang
di landasi oleh penalaran moral yang di capai dalam konteks kehidupan masyarakat.

 Di lain pihak, Lawrence Kohlbreg, Profesor pada Harvard University, USA, sejak tahun 1969 selama 18 tahun ia
mengadakan pnelitian tentang perkembangan moral berlandasan teori perkembangan kognitif piaget. Ia
mengajukan postulat atau anggapan dasar bahwa anak membangun cara berpikir melalui pengalaman termasuk
pengertian konsep moral seperti keadilan, hak, persamaan, dan kesejahteraan manusia, penelitian yang di
lakukannya memusatkan perhatian pada kelompok usia diatas usia yang di teliti piaget.
 Dari penelitianya itu Kohlberg merumuskan adanya tiga tingkat (level) yang terdiri atas enam tahap (stage)
perkembangan moral seperti berikut.
 Tingkat 1 : prakonvesional (Preconventional)
a. Tahap 1: Orientasi hukuman dan kepatuhan. Ciri moralita pada tahap ini adalah apapun yang pada
akhirnya mendapat pujian atau dihadiahi adalah baik, dan apapun pada akhirnya dikenai hukuman
adalah buruk.
b. Tahap 2: orientasi instrumental nisbi. Ciri moralita pada tahap ini adalah seseorang berbuat baik


apabila orang lain berbuat baik padanya, dan yang baik itu adalah sesuatu bila satu sama lain
berbuat hal yang sama

Tingkat 2: Konvensional (conventional)


c. Tahap 3: Orientasi kesepakatan timbal balik. Ciri utama moralita pada tahap ini adalah bahwa
sesuatu hal di pandang baik dengan pertimbangan untuk memenuhi anggapan orang lain baik atau
baik karena memang di sepakati
d. Tahap 4: Orientasi hukum dan ketertiban. Ciri utama moralita pada tahap ini adalah bahwa sesuatu
hal yang baik itu adalah yang di atur oleh hukum dalam masyarakat dan di kerjakan sebagai
pemenuhan kewajiban sesuai dengan norma hukum tersebut.
Tingkat 3 : Poskonvesional (Postconventional)
e. Tahap 5 : Orientasi Kontrak sosial legalistik. Ciri utama moralita pada tahap ini adalah bahwa
sesuatu dinilai baik bila sesuai dengan kesepakatan umum dan diterima oleh masayrakat sebagai
kebenaran konsensual.
f. Tahap 6: Orientasi prinsip etika universal. Ciri utama moralita pada tahap ini adalah bahwa sesuatu
di anggap baik bila telah menjadi prinsip etika yang bersifat universal dari mana norma dan aturan
di jabarkan.
 Dengan teorinya itu kohlberg (SMDE-website,2002) menolak pendidikan nilai/ karakter tradisional
yang berpijak pada pemikiran bahwa ada seperangkat kebajikan/keadaban (bag of virtues) seperti
kejujuran, budi baik, kesabaran, ketegaran , yang menjadi landasan perilaku moral. Oleh karena
itu ditegaskan bahwa tugas guru, membelajarakan kebajikan itu melalui percontohan dan
komunikasi langsung keyakinan serta memfasilitasi peserta didik untuk melaksanakan kebajikan


itu dengan memberinya penguatan.

 Konsepsi dan pendekatan tradisional pendidikan nilai ini dinilai tidak memberi prinsip yang
memandu untuk mendefinisikan kebajikan mana yang sungguh berharga untuk diikuti . Dalam
kenyataannya para guru pada akhirnya berujung pada proses penanaman nilai yang tergantung
pada kepercayaan sosial, kultural, dan personal. Untuk mengatasi hal tersebut kohlberg
mengajukan pendekatan pendidikan nilai dengan menggunakan pendekatan klarifikasi nilai ( value
clarification approach ) pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa tidak ada jawaban benar satu –
satunya terhadap suatu dilema moral tetapi, disitu ada nilai yang di pegang sebagai dasar berpikir
dan berbuat.
 dengan kata lain, pendekatan pendidikan nilai yang ditawarkan oleh kohlberg sama dengan yang
ditawarkan piaget dalam hal fokusnya terhadap perilaku moral yang di landasi oleh penalaran
moral, namun berbeda dalam hal titik berat pembelajarannya dimana piaget menitik beratkan pada
pengembangan kemampuan mengambil keputusan dan memecahkan masalah, sedangkan kohlberg
menitik beratkan pada pemilihan nilai yang di pegang terkait dengan alternatif pemecahan terhadap
suatu dilema moral melalui proses klarifikasi bernalar.

 Kedua teori perkembangan moral ini memiliki visi dan misi yang sama dan sampai dengan saat ini menjadi
landasan dan kerangka berpikir pendidikan nilai di dunia barat yang dengan jelas menitik beratkan pada
peranan pikiran manusia dalam mengendalikan perilaku moralnya.
 Tampak jelas disiru bahwa pendidikan nilai atas dasar teori piaget dan kohlberg tersebut sangat kental dengan
pendidikan nilai yang bersifat sekuler tidak mempertimbangkan bahwa di dunia ini ada nila religius yang
melandasi kehidupan individu dan masyarakat yang tidak bisa sepenuhnya di dekati secara rasional.
“ TERIMAKASIH “

Anda mungkin juga menyukai