DEFINISI
Enterokolitis Nekrotikans adalah penyakit saluran
cerna pada bayi baru lahir, ditandai dengan bercak atau nekrosis difus pada mukosa atau submukosa
EPIDEMIOLOGI
Pada umumnya EKN lebih sering ditemukan pada bayi
premature daripada bayi cukup bulan Di Amerika Serikat pada tahun 1980 angka kematian EKN adalah 29% Di RSAB Harapan Kita pada tahun 1988-1989, dari 35 penderita EKN dilaporkan kematian terjadi pada 19 kasus (54,3%).
Etiologi
Etiologi Enterokolitis Nekrotikans belum diketahui
dan ditandai oleh berbagai tingkat nekrosis mukosa atau transmural usus. Tetapi mungkin melibatkan berbagai faktor, termasuk cedera iskemik pada usus.
GEJALA KLINIS
Gejala Sistemik : Respiratory distress, Bradikardia,
Suhu tubuh tidak stabil, Kesulitan minum, Diatesis hemorrhagik, Apnu, Letargi, Iritabel Gejala GI : Distensi abdomen, Nyeri pada dinding perut, Distensi lambung, Muntah, Ileus (peristaltic menurun atau tidak ada), Eritema dan indurasi pada dinding abdomen, Diare dan asites
Faktor Predisposisi :
Berat badan lahir rendah dan kurang bulan
Bayi dengan asfiksia Bayi dengan sindroma gangguan pernafasan/apnu
berulang Bayi lahir PRM atau infeksi perinatal lain Bayi yang mendapat katerisasi vena umbilikalis Penyakit jantung bawaan sianotik Hipotermia, hipotensi dan gangguan keadaan umum lainnya Bayi yang minum susu tertentu (formula hipertonik atau overfeeding)
DIAGNOSIS
Stadium I (diduga EKN), bila terdapat 2 diantara 4 gambaran klinik dibawah ini: Perut gembung, tegang yang menetap dimana tidak ditemukan kelainan yang lain Adanya darah pada tinja Ileus yang ditegakkan berdasarkan adanya retensi gaster lebih dari 3 cc pada pemeriksaan berulang; cairan lambung kehijauan atau muntah berulang Teraba masa atau perut yang tidak rata
Stadium II (EKN pasti) Ringan : - tanda-tanda stadium I X-ray abdomen adanya pneumatosis Sedang : - tanda stadium II Asidosis metabolik Trombositopenia Stadium III Tanda EKN stadium II sedang Kegagalan pernafasan Perforasi Hipotensi Apnu dan Bradikardi Peritonitis DIC
Gambaran radiologik
Dilatasi usus Pneumatosis intestinal
Laboratorium
Darah : Trombositopenia Metabolik asidosis yang persisten Hiponatremi berat Tinja : Malabsorpsi karbohidrat Adanya darah dalam tinja Kedua keadaan diatas merupakan dasar dari perubahan keutuhan (integritas) intestinal.
DIAGNOSIS BANDING
Penyakit Sistemik
Sepsis dengan ileus Pneumotoraks, perforasi kearah abdomen
menyebabkan terjadinya pneumoperitoneum Penyakit perdarahan pada neonatus Darah dari ibu tertelan Nekrosis usus post asfiksia
Penyakit Gastrointestinal
Volvulus Malrotasi Colitis pseudomembran Hircschprung Intusepsi Tromboemboli pada arteri umbilakalis Perforasi usus yang terjadi spontan Perdarahan Hepatic-splenic-adrenal Stress ulcer Meconeum ileus Alergi susu, protein
PENATALAKSANAAN
Perawatan umum Bayi dirawat dalam incubator diruangan tersendiri dengan memperhatikan tindakan aseptic/antiseptic. Pemantauan tanda-tanda vital dilakukan terusmenerus, keseimbangan cairan dan elektrolit dicatat dengan baik dan dilakukan foto abdomen tiap 6-12 jam. Istirahatkan usus Pemberian makanan per oral di hentikan, dilakukan dekompresi lambung dengan memasang pipa nasogatrik. Lavemen dengan gliserin diberikan bila bayi belum defekasi.
Nutrisi Parenteral Cairan yang diberikan dekstrosa 10% sitambahkan dengan NaCl dan KCL. Masing-masing 100-150 ml/kgbb/hari. Nutrisi parenteral diberikan selama 1 bulan, 2 minggu untuk istirahat usus, 2 minggu lagi untuk pemberian nutrisi enteral secara bertahap. Jumlah kalori yang dibetikan 90/110 KKal/Kgbb/hari.
Enteral
Nutrisi enteral diberikan secara hati-hati, sedikit demi sedikit secara bertahap dimulai dengan ASI atau susu formula diencerkan. Bila ada malabsorbsi karbonhidrat, diberikan susu formula bebas laktosa.
Infeksi
Pemberian antibiotika disesuaikan dengan hasil
biakan atau kuman yang sering ditemukan ditempat perawatan. Dapat diberikan antibiotika Ampisilin dan Gentamisin secara parenteral. Jika terjadi perforasi usus dapat ditambahkan Klindamisin atau Kloramfenikol.
Asidosis
Diberikan Na-bikarbonat 2 mEq/kgbb intravena atau
dalam waktu 10-15 menit dengan kecepatan tidak lebih dari 1 mEq per menit. asidosis mempunyai efek inotropik negative, mengakibatkan relaksasi otot jantung dan kontraksinya menurun.
transfuse, dapat diberikan terlebih dahulu plasma segar beku 15 ml/kg.bb. Transfusi trombosit <50.000/mm atau bila jelas terdapat perdarahan sistemik dan gastrointestinal yang berat.
Pembedahan
Tindakan bedah pada dasarnya sama dengan tindakan
pada peritonitis, yaitu menghentikan sumber infeksi atau sumber kebocoran dengan reseksi usus yang nekrosis atau perforasi. Rongga peritoneal kemudian dicuci dengan larutan NaCl 0,9% hangat dan untuk mengembalikan kontinuitas usus dilakukan anastomosis primer pada kedua ujung usus yang masih utuh.
PENCEGAHAN
Mengurangi/menghilangkan factor resiko perinatal
Peranan Air Susu Ibu Cara pemberian minum
Referensi
1.
2.
3.
4.
5.
Suraatmaja Sudaryat. Prof, Dr, Sp.AK. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: 2010. Hal 146-153 Rudolph, M. Abraham, dkk. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Volume 1. Jakarta: EGC, 2007. Hal 297-300 Behrman. E. Richard, dkk. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 1. Jakarta: EGC, 1999. Hal 608-609 Necrotizing Enterocolitis. Diakses 29 September 2011. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/977956 Necrotizing Enterocolitis. Diakses 28 September 2011. Diunduh dari: http://www.sehatgroup.web.id