Anda di halaman 1dari 23

BAB I STATUS PASIEN

A. ANAMNESIS 1. Identitas pasien a. Nama b. Jenis kelamin c. Umur d. Alamat e. Pekerjaan f. Status perkawinan g. Agama h. Suku i. Tanggal masuk RS : Tn.J : Laki-laki : 33 tahun : Slahung, Ponorogo : Swasta : Menikah : Islam : Jawa : 12 Februari 2013

j. Tanggal pemeriksaan : 13 Februari 2013

2. Keluhan Utama Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala berputar.

3. Riwayat Penyakit Sekarang Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis tanggal 13 Februari 2013 di Bangsal Mawar RSUD dr. Harjono Ponorogo. Pasien datang ke IGD tanggal 12 Februari 2012 diantar oleh keluarganya dengan keluhan nyeri pada kepalanya yang di rasakan berputar. Keluhan dirasakan sudah 1 minggu sebelum pasien datang ke rumah sakit. Nyeri dirasakan sangat hebat sehingga untuk berdiri saja pasien tidak mampu dan selalu terjatuh, selain itu pasien mengeluhkan badannya terasa sangat lemas dan di sertai dengan mual dan muntah, muntah 3 kali dalam sehari sebanyak 1 gelas belimbing, berisi makanan yang dimakan dan tidak terdapat darah.

Pasien adalah seorang tenaga kerja indonesia di korea, sebelum berangkat ke korea 3 bulan yang lalu, pasien sering mengeluhkan sering terasa sakit pada pinggangnya, sakit pinggang dirasakan kumat-kumatan dan tidak menjalar. Di indonesia pasien melalui tes kesehatan, menurut petugas kesehatan di indonesia, pasien di beritahu bahwa ada gangguan pada ginjalnya, namun hal tersebut tidak berarti menurut petugas kesehatan tersebut sehingga pasien tetap diperbolehkan berangkat ke korea. Selama di korea pasien bekerja berat selama 12 jam setiap harinya, hingga pada suatu saat pasien jatuh sakit dengan keluhan badan yang terasa sangat lemah disertai pusing berputar, mual, dan muntah. Oleh tenaga kesehatan tempat pasien bekerja di korea, pasien diberitahu bahwa tidak dapat melanjutkan pekerjaannya dan disarankan untuk kembali ke indonesia. Setelah tiba di indonesia, pasien langsung datang ke rumah sakit. pada pasien didapatkan nyeri kepala berputar (+), mual dan muntah (+), muntah 3 kali sehari, sebanyak kira-kira 1 gelas belimbing, muntah berupa makanan yang dimakan, darah (-). pada saat anamnesis nyeri pinggang sudah tidak dirasakan, BAK (+) dalam batas normal, BAB (+) dalam batas normal.

4. Riwayat Penyakit Dahulu a. Riwayat hipertensi b. Riwayat maag c. Riwayat sakit jantung d. Riwayat diabetes mellitus e. Riwayat asma f. Riwayat sakit ginjal g. Riwayat sakit hepar h. Riwayat alergi i. Riwayat opname : didapatkan ( 2 tahun ) : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

5. Riwayat Pribadi a. Riwayat merokok b. Konsumsi minum kopi : didapatkan (4-6 batang per hari) : didapatkan (1 gelas per hari)

c. Konsumsi konsumsi alkohol : didapatkan ( 3 tahun yang lalu selama 2 tahun) d. Konsumsi obat e. Konsumsi jamu f. Konsumsi minuman energi : disangkal : didapatkan (klorofil) : Ekstra jos dan kratingdeng (3 sachet

+ 1 botol setiap hari selama 2 tahun terakhir)

6. Riwayat Keluarga a. Riwayat hipertensi b. Riwayat sakit jantung c. Riwayat stroke d. Riwayat diabetes mellitus e. Riwayat asma f. Riwayat atopi g. Riwayat sakit serupa : didapatkan : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

7. Riwayat sosial ekonomi dan gizi Pasien adalah mantan tenaga kerja indonesia di korea. Pendapatan pasien cukup untuk makan dan keperluan sehari-hari keluarganya. Pasien berobat dengan fasilitas Jamkesmas.

B. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum : Baik a. Kesadaran : Compos Mentis (GCS E4V5M6) b. Vital signs : Tekanan darah Nadi : 150/100 mmHg (berbaring, lengan kanan). : 84 x/ menit, isi & tegangan cukup, irama reguler.

Respiratory rate Suhu

: 20 x/ menit, tipe thoracoabdominal : 36,5 C per aksiler

2. Pemeriksaan fisik : a. Kulit Ikterik (-), petechiae (-), purpura (-), ekimosis (-), acne (-), turgor kulit menurun (-), hiperpigmentasi (-), bekas garukan (-), kulit kering (-), kulit hiperemis (-), sikatrik bekas operasi (-). b. Kepala Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, mudah rontok (-), luka (-). c. Mata Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), exoftalmus (-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter (3/3) mm, reflek cahaya (+/+) normal, oedem palpebra (-/-), nistagmus (+/+). d. Hidung Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-). e. Telinga Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-), tinitus (+/+). f. Mulut Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), stomatitis (-), pucat (-), lidah tifoid (-), papil lidah atropi (-), luka pada sudut bibir (-). g. Leher JVP R+0 cm, trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-), nyeri tekan (-), pembesaran kelenjar getah bening (-). h. Thorax 1) Pulmo a) Inspeksi : Kelainan bentuk (-), simetris, tidak ada ketinggalan gerak kedua sisi paru, retraksi otot-otot nafas tidak ditemukan, spider nevi (-).

b) Palpasi : Ketinggalan gerak: Anterior : Fremitus: Anterior : N N N N N N Perkusi Anterior : S S S S S S Posterior : S S S S S S Posterior : N N N N N N Posterior : -

Auskultasi Anterior : V V V V V V Posterior : V V V V V V

Suara tambahan : wheezing (-/-), rhonki(-/-) 2) Jantung a) Inspeksi: Ictus cordis tampak b) Palpasi: Ictus cordis kuat angkat

c) Perkusi Batas kiri jantung : Atas: SIC III sinistra di linea parasternalis sinistra Bawah: SIC V sinistra 1 cm lateral linea midclavicula sinistra Batas kanan jantung Atas: SIC III dextra di sisi lateral linea parasternalis dextra Bawah: SIC IV dextra di sisi lateral linea parasternalis dextra d) Auskultasi: Bunyi jantung I-II reguler, intensitas S1 sama dengan S2, bising jantung (-), suara tambahan S3S4 gallop (-) i. Abdomen a) Inspeksi: dinding perut lebih tinggi dari dinding dada, distended (-), caput medusae (-). venektasi (-). b) Auskultasi: peristaltik (N), metallic sound (-). c) Perkusi: pekak beralih (-), tes undulasi (-). d) Palpasi: nyeri tekan (-), lien tidak teraba, hepar tidak teraba, ren tidak teraba. j. Pinggang Nyeri ketok costovertebra (+/+). k. Ekstremitas 1) Ekstremitas superior Akral hangat, edema (-/-), clubbing finger (-), pitting edema (-), palmar eritem (-/-). 2) Ekstremitas inferior Akral hangat, clubbing finger (-), pitting edema (-/-),

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan laboratorium l. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap tanggal 12 Februari 2013: Pemeriksaan WBC Lymph # Mid Gran # Lymph % Mid Gran % HGB RBC HCT MCV MCH MCHC RDW-CV RDW-SD PLT MPV PDW PCT Hasil 12,3 x 103 1,6 x 10
3

Satuan uL uL uL uL % % % g/dl uL % Fl pg g/dl % Fl Ul Fl mg/dl mg/dl

Nilai Normal 4,0-10,0 0,8-4,0 0,1-4,0 2,0-7,0 20,0-40,0 3,0-15,0 50,0-70,0 11,0-16,0 3,5-5,5 37,0-54,0 80-100 27,0-34,0 32,0-36,0 11,0-16,0 35,0-56,0 100-300 6,5-12,0 9-17 0,108-0,282

Interpretasi

N N

0,9 x 103 9,7 x 103 13,4 7,0 79,6 6,2 2,57 x 106 18,4 71,6 24,1 33,6 14,6 40,4 119 x 103 7,2 18,1 0,085

N N N N N

2. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap tanggal 16 Februari 2013: Pemeriksaan WBC Lymph # Hasil 9,2 x 10
3

Satuan uL uL

Nilai Normal 4,0-10,0 0,8-4,0

Interpretasi N N

1,2 x 103

Mid Gran # Lymph % Mid Gran % HGB RBC HCT MCV MCH MCHC RDW-CV RDW-SD PLT MPV PDW PCT

0,4 x 103 7,6 x 103 12,5 4,4 83,1 8,6 3,67 x 106 26,0 71,0 23,4 33,0 15,3 36,2 126 x 103 7,3 17,0 0,091

uL uL % % % g/dl uL % Fl pg g/dl % Fl Ul Fl mg/dl mg/dl

0,1-4,0 2,0-7,0 20,0-40,0 3,0-15,0 50,0-70,0 11,0-16,0 3,5-5,5 37,0-54,0 80-100 27,0-34,0 32,0-36,0 11,0-16,0 35,0-56,0 100-300 6,5-12,0 9-17 0,108-0,282

N N N N N N

3. Pemeriksaan laboratorium kimia darah tanggal 12 Februari 2013: Pemeriksaan GDA DBIL TBIL SGOT SGPT Hasil 171 0,21 0,39 42,1 50,8 Satuan mg/dl mg/dl mg/dl u/L u/L Nilai Normal < 140 0-0,35 0,2-1,2 0-38 0-40 Interpretasi N N

ALP GAMA GT TP ALB Glob UREA CREAT UA CHOL TG HDL LDL

165 25,6 6,8 3,5 3,3 425,04 26,41 10,7 140 153 29 80

u/L u/L g/dl g/dl g/dl g/dl mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl

98-279 10-54 6,6-8,3 3,5-5,5 2-3,9 10-50 0,7-1,4 3,4-7 140-200 36-165 35-150 0-190

N N N N N N N N

4. Hasil pemeriksaan EKG Kesimpulan hasil EKG : Irama: Sinus, Reguler HR: 84x/menit Axis: Normal (Lead I (+), AVF (+) Zona transisi: V3-V4 Kesan EKG: dalam batas normal 5. Hasil pemeriksaan USG abdomen Kesan : Pyelonefritis kronis bilateral late stage.

D. RESUME/ DAFTAR MASALAH 1. Anamnesis a. Nyeri kepala berputar b. Mual dan muntah c. Nyeri pinggang d. Badan terasa lemah e. Riwayat hipertensi f. Riwayat konsumsi alkohol 3 tahun yang lalu selama 2 tahun g. Riwayat minuman berenergi 1 tahun terakhir h. Riwayat merokok 2. Pemeriksaan Fisik Mata: a) Konjungtiva anemis (+/+) b) Nistagmus (+/+) Telinga: Tinitus (+/+) Pinggang : Nyeri ketok kostovertebre (+/+) 3. Laboratorium Pemeriksaan WBC Gran # Lymph % Gran % HGB RBC HCT MCV MCH PDW Hasil 12,3 x 103 9,7 x 103 13,4 79,6 6,2 2,57 x 106 18,4 71,6 24,1 18,1 Satuan uL uL % % g/dl uL % Fl pg mg/dl Nilai Normal 4,0-10,0 2,0-7,0 20,0-40,0 50,0-70,0 11,0-16,0 3,5-5,5 37,0-54,0 80-100 27,0-34,0 9-17 Interpretasi

10

PCT

0,085

mg/dl

0,108-0,282

Pemeriksaan Gran # Lymph % Gran % HGB HCT MCV MCH PCT

Hasil 7,6 x 103 12,5 83,1 8,6 26,0 71,0 23,4 0,091

Satuan uL % % g/dl % Fl pg mg/dl

Nilai Normal 2,0-7,0 20,0-40,0 50,0-70,0 11,0-16,0 37,0-54,0 80-100 27,0-34,0 0,108-0,282

Interpretasi

Pemeriksaan GDA SGOT SGPT UREA CREAT UA HDL

Hasil 171 42,1 50,8 425,04 26,41 10,7 29

Satuan mg/dl u/L u/L g/dl mg/dl mg/dl mg/dl

Nilai Normal < 140 0-38 0-40 10-50 0,7-1,4 3,4-7 35-150

Interpretasi

Hasil pemeriksaan USG abdomen Kesan : Pyelonefritis kronis bilateral late stage.

11

E. ASSESMENT/ DIAGNOSIS KERJA Vertigo perifer dan chronic kidney diseases et causa pyelonefritis kronis

F. POMR (Problem Oriented Medical Record) Planning Daftar Masalah Problem Assesment Diagnosi s 1. Nyeri kepala berputar, mual dan muntah 3x/hari, nistagmus (+/+), tinitus (+/+) - USG urologi - UL - Cek elektrolit - konsul THT Gangguan vestibulocohclea ris Vertigo perifer - Betahistin mesylat 3x1 tab - inj. Ondancentron 3x1 Terapi Monitori ng - Klinis

2. Nyeri pinggang 3 bulan yang lalu, Badan terasa lemah, riwayat konsumsi alkohol Riwayat konsumsi

- Gangguan RFT - Leukositosis - Granulositosis - CKD stage V - Pyelonefritis kronis

-Inf.Pz + meylon 12 tpm -Ranitidin 2x1 amp -Ceftriaxone 2x1

Klinis Vital Sign Urine Lengkap Elektrolit

- Pengendalian - Analisa keseimbangan air gas darah dan garam (cairan=urin 24 jam+500ml; diet

12

minuman berenergi, riwayat merokok, - WBC 12,3x103 - Gran % 79,6 - UREA 425.04 - CREAT 26,41 - UA 10,7 Cct = 3.21

garam 40-120 mEq) - Diet rendah protein, tinggi kalori (protein 0,60,8 gram/kgBB/hari - Kalori minimal 35kcal/kgBB/hari) - Diet rendah kalium (hindari pisang, jeruk, tomat dan sayuran berlebih) - Persiapan hemodialisis

3. SGOT = 42,1 SGPT = 50,8

- Gangguan LFT

- HBsAg - HIV - HCV - HBV

- Klinis - Darah Lengkap

4. Hb : 6.2 MCV : 71.6 MCH : 24.1 HCT : 18.4 RBC : 2,57

- Anemia mikrositik hipokromik

- Anemia penyakit kronis Dd : defisiensi besi

- SITIBC

- Transfusi PRC 2 kolf/hari on HD -SF 3x1 tab

- Klinis - vital sign

13

5. Tekanan

darah - Hipertensi - Hipertensi stage 1

150/100 mmHg Riwayat hipertensi

- Foto thorak - EKG Fundusk opi

- Klinis - Captopril 3x12.5 mg - Vital sign

G. FOLLOW UP Tanggal 14-09-12 Keluhan Vital sign Px. Penunjang Terapi - infus PZ - Inj. Ceftriaxone 2x1 gr - Metil Prednisolon 2x125 mg -Sulfas ferrosus 2x300 mg - Vit. Bc 3x1 Tanggal 15-09-12 Keluhan Vital sign Px. Penunjang - Cek elektrolit Terapi - infus PZ - Inj. Ceftriaxone 2x1 gr - Metil Prednisolon 2x125 mg -Sulfas ferrosus 2x300 mg

Lemes, nyeri TD:140/90 berputar pada mmHg kepala sudah N:80x/menit berkurang S:36,5oC RR:24x/me nit

Lemes, nyeri TD:140/90 berputar pada mmHg kepala sudah N:80x/menit berkurang S:36,5oC RR:24x/me nit

14

PEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan nyeri berputar pada kepalanya dimana pasien bahkan tidak mampu untuk berdiri, pasien mengalami vertigo dimana vertigo sendiri adalah sensasi rotasi tanpa adanya perputaran yang sebenarnya atau rasa berputar yang khayal dengan disorientasi ruang yang biasanya menimbulkan gangguan keseimbangan. Vertigo yang di alami pasien adalah vertigo perifer dimana pada vertigo perifer di dapatkan tinitus dan nistagmus, sedangkan pada vertigo central gejala tinitus dan nistagmus tidak didapatkan. Onset timbulnya vertigo secara mendadak juga mengarah ke vertigo perifer, karena pada vertigo central onset timbulnya gejala terjadi secara perlahan. Penatalaksanaan untuk vertigo sendri adalah sebagai berikut : 1. Medikamentosa Umumnya merupakan pengobatan simptomatis. Dalam hal ini ada beberapa obat yang dapat memberikan manfaat lain sebagai berikut (6,7) : a. antikolinergik/parasimpatolitik b. antihistamin c. penenang minor dan mayor d. simpatomimetik e. vasodilator 2. Fisioterapi Bertujuan untuk
(6,7)

mempercepat

tumbuhnya

mekanisme

kompensasi/adaptasi gangguan tersebut .

atau habituasi system vestibula yang mengalami

15

Selain vertigo pasien juga mengeluhkan badan yang terasa lemah dan dari hasil pemeriksaan laboratorium di dapatkan bahwa pasien menderita anemia, dimana kadar hb yang menurun, kadar hb yang menurun di sertai dengan kadar mcv, mch dan mchc yang ikut menurun, hal tersebut yang di namakan dengan anemia mikrositik hipokromik. Pada pemeriksaan laboratorium di dapatkan kadar ureum dan kreatinin yang tinggi, hal tersebut mengarahkan ke arah chronic kidney disease, kriteria penyakit tersebut adalah : 1. Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelaian structural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju fitrasi glomerulus (LFG) , dengan manifestasi : Kelainan patologis Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin, atau dengan kelainan pada tes pencitraan (imaging test) 2. Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60ml/menit/1,73m2 selama 3 bulan , dengan atau tanpa kerusakan ginjal. Nilai maksimal GFR dicapai pada decade ke-3 kehidupan manusia, yaitu sekitar 20 mL/min per 1.73 m2 dan akan mengalami penurunan 1 mL/min per tahun per 1.73 m2; sehingga pada usia 70 tahun didapatkan GFR rata-rata 70 mL/min per 1.73 m2, angka ini lebih rendah pada wanita.3 Penyakit ginjal kronik (chronic kidney disease/CKD) meliputi suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam yang berhubungan kelainan fungsi ginjal dan penurunan progresif GFR. Klasifikasi berdasarkan National Foundation [Kidney Dialysis Outcomes Quality Initiative (KDOQI)], dimana stadium dari penyakit ginjal kronik diklasifikasikan berdasarkan estimasi nilai GFR.3

16

Tabel 2. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik (CKD)3 Stadium Fungsi Ginjal Laju Filtrasi Glomerulus (mL/menit/1,73m2) > 90, terdapat faktor risiko > 90, terdapat kerusakan ginjal, proteinuria menetap, kelainan sedimen urin, kelainan kimia darah dan urin, kelainan pada pemeriksaan radiologi. 60 89 30 59 15 29 < 15

Risiko meningkat Normal Stadium 1 Normal/meningkat

Stadium 2 Stadium 3 Stadium 4 Stadium 5

Penurunan ringan Penurunan sedang Penurunan berat Gagal ginjal

Istilah chronic renal failure menunjukkan proses berlanjut reduksi jumlah nephron yang signifikan, biasanya digunakan pada CKD stadium 3 hingga 5. Istilah end-stage renal disease menunjukkan stadium CKD dimana telah terjadi akumulasi zat toksin, air, dan elektrolit yang secara normal diekskresi oleh ginjal sehingga terjadi sindrom uremikum. Sindrom uremikum selanjutnya dapat mengakibatkan kematian sehingga diperlukan pembersihan kelebihan zat-zat tersebut melalui terapi penggantian ginjal, dapat berupa dialisis atau transplantasi ginjal.3 Klasifikasi penyakit ginjal didasarkan atas 2 aspek , yaitu : atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar etiologi diagnosis. Apapun etiologi yang mendasari, penghancuran massa ginjal dengan sklerosis ireversibel dan hilangnya nefron menyebabkan penurunan progresif GFR. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung dengan menggunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut : LFG (ml/mnt/1,73m2) : (140 - umur) X Berat Badan 72 X Kreatinin Plasma (mg/dl) *perempuan dikalikan 0,85

17

Pada pasien di diagnosis chronic kidney disease stadium 5 berdasarkan atas nilai laju filtrasi gllumerulus yaitu < 15, dimana pada pasien sendiri di dapatkan nilai laju filtrasi glumerulus 3,21. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Diagnosis Etiologi

Penyakit
Penyakit Ginjal Diabetes Penyakit Ginjal Non Diabetes

Tipe Mayor
Diabetes tipe 1 dan 2 Penyakit glomerular (penyakit autoimun, infeksi sistemik, obat neoplasia) Penyakit vascular (penyakit pembuluh darah besar, hipertensi, mikroangiopati) Penyakit tubulointerstisial (pielonefritis kronik, batu, obstruksi, keracunan obat) Penyakit kistik (ginjal polikistik)

Penyakit pada Transplantasi

Rejeksi kronik Keracunan obat (siklosporin/takrolimus) Penyakit recurrent (glomerular) Transplant glomerulopathy

Pada penyakit ginjal kronis gambaran klinis meliputi : a). Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes melitus, infeksi traktus urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi, SLE dan sebagainya. b). Sindrom uremia, yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan volume cairan, neuropati perifer, pruritus, perikarditis, kejang sampai koma.

18

c). Gejala komplikasi antara lain : hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit. Pada hasil usg pasien didapatkan gambaran pyelonefritis kronis bilateral, sehingga pada pasien termasuk penyakit ginjal non diabetik dengan etiologinya Penyakit tubulointerstisial (pielonefritis kronik) dan Penyakit vascular (hipertensi) dimana pada pasien didapatkan riwayat hipertensi 2 tahun terakhir. Sedangkan dari gambaran klinis pasien didapatkan lemah, mual, muntah dan timbul komplikasi berupa anemia dan hipertensi. Pada pasien di dapatkan penurunan eritrosit, yaitu nilai RBC (2,57) bisa di sebut juga anemia normokromik mikrositik. Pada CKD anemia normokromik normositik terutama berkembang dari sintesis penurunan eritropoietin ginjal, hormon yang bertanggung jawab untuk stimulasi sumsum tulang untuk produksi sel darah merah (RBC). Ini dimulai pada awal perjalanan penyakit dan menjadi lebih parah karena GFR menurun secara progresif dengan ketersediaan massa ginjal yang kurang layak. Tidak ada respon retikulosit terjadi. RBC menurun, dan kecenderungan perdarahan meningkat dari disfungsi uremia-diinduksi trombosit. Penyebab lain dari anemia pada pasien penyakit ginjal kronis termasuk kehilangan darah kronis, hiperparatiroidisme sekunder, peradangan, kekurangan gizi, dan akumulasi inhibitor eritropoiesis. Anemia berhubungan dengan kelelahan, kapasitas latihan dikurangi, fungsi kognitif dan gangguan kekebalan tubuh, dan mengurangi kualitas hidup. Anemia juga dikaitkan dengan perkembangan penyakit kardiovaskular, onset baru gagal jantung, atau pengembangan gagal jantung yang lebih parah. Anemia dikaitkan dengan kematian kardiovaskular meningkat. Penatalaksanaan penyakit ginjal meliputi : Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (comorbid condition) Memperlambat perburukan (progression) fungsi ginjal 19

Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi Terapi pengganti ginjal berupa dialysis atau transplantasi ginjal.

Rencana Tatalaksana Penyakit Ginjal Kronik Sesuai dengan Derajatnya

Derajat
1

LFG (ml/mnt/1,73m2)
90

Rencana penatalaksanaan
- Terapi penyakit dasar , kondis komorbid, evaluasi perburukan (progression), fungsi ginjal, memperkecil resiko kardiovaskuler - Menghambat pemburukan (progression) fungsi ginjal - Evaluasi dan terapi komplikasi - Persiapan terapi pengganti ginjal - Terapi pengganti ginjal

2 3 4 5

60 89 30 -59 15 29 < 15

Pengobatan kondisi yang mendasarinya jika mungkin diindikasikan : Kontrol tekanan darah yang agresif untuk target nilai per pedoman saat ini diindikasikan. Gunakan inhibitor ACE atau angiotensin reseptor blocker sebagai ditoleransi, dengan pemantauan dekat untuk kerusakan ginjal dan hiperkalemia (hindari pada gagal ginjal lanjut, stenosis arteri renalis bilateral [RAS], RAS dalam ginjal soliter). Data yang mendukung

penggunaan ACE inhibitor / angiotensin reseptor blocker pada penyakit ginjal diabetes dengan atau tanpa proteinuria. Namun, dalam penyakit ginjal nondiabetes, ACE inhibitor / angiotensin reseptor blocker efektif dalam memperlambat perkembangan penyakit antara pasien dengan proteinuria kurang dari dari 500 mg / d. Kontrol glikemik Agresif per Diabetes Association (ADA) rekomendasi (target HbA1C <7%) diindikasikan. Meskipun Modifikasi Diet di Penyakit Ginjal (MDRD) Studi gagal untuk menunjukkan efek pembatasan protein dalam penghambatan 20

perkembangan

penyakit

ginjal,

meta-analisis

menunjukkan

peran

bermanfaat bagi pembatasan protein. National Kidney Foundation (NKF) pedoman menyarankan bahwa jika seorang pasien yang dimulai pada pembatasan protein, dokter perlu memonitor status gizi pasien. pembatasan asupan protein mulai dilakukan pada LFG 60ml/mnt, sedangkan diatas nilai tersebut, pembatasan asupan protein tidak selalu dianjurkan. Protein diberikan 0,6 0,8 /kgBB/hari , yang 0,35 0,5 gr diantaranya merupakan protein nilai biologi tinggi. Jumlah kalori yang diberikan sebesar 30-35 kkal/kgBB/hari, dibutuhkan pemantauan yang teratur terhadap status nutrisi ditingkatkan. Dengan demikian , pembatasan asupan protein akan mengakibatkan berkurangnya syndrome uremik. Asupan protein berlebih (protein overload) akan mengakibatkan

ggn.hemodinamik ginjal berupa peningkatan aliran darah dan tekanan intraglomerulus (intraglomerulus hyperfiltration), yang akan memperburuk fungsi ginjal. Predialysis albumin serum yang rendah juga berkaitan dengan hasil yang buruk di antara pasien dialisis. Pembatasan Asupan Protein dan Fosfat pada Penyakit Ginjal Kronik

LFG ml/menit
>60 25 60

Asupan protein g/kg/hari


Tidak dianjurkan

Fosfat g/kg/hari
Tidak dibatasi

0,6 0,8/kg/hari, termasuk 0,35 10 gr gr/kg/hr , nilai biologi tinggi 0,6 0,8/kg/hari, termasuk 0,35 10 gr gr/kg/hr protein nilai biologi

5 -25

tinggi atau tambahan 0,3gr asam amino esensial atau asam keton <60 (syndrome nefrotik) 0,8/kg/hr (+1 gr protein / gr 9 gr proteinuria atau 0,3gr/kg

tambahan asam maino esensial atau asam keton

21

Pengobatan hiperlipidemia ke tingkat target per pedoman saat ini diindikasikan. Menghindari nephrotoxins, termasuk IV radiocontrast, obat antiinflamasi, dan aminoglikosida ditunjukkan. Mendorong berhenti merokok, karena perokok cenderung untuk mencapai ESRD lebih awal dibanding bukan perokok. De Brito-Ashurst dkk mempelajari apakah suplementasi bikarbonat menjaga fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronis (CKD).
2 [7]

pasien dewasa (n =

134) dengan penyakit ginjal kronis (yaitu, bersihan kreatinin [CrCl] 15-30 mL / menit / 1,73 m dan bikarbonat serum 16-20 mmol / L) secara acak ditugaskan

untuk menerima natrium bikarbonat suplementasi oral atau perawatan standar selama 2 tahun. Penurunan lebih lambat dalam CrCl diamati pada kelompok bikarbonat daripada di kelompok kontrol (1,88 vs 5,93 mL/min/1.73 m
2;

<0,0001). Pasien dalam kelompok bikarbonat juga kurang kemungkinan untuk mengalami pengembangan penyakit secara cepat daripada yang anggota dari kelompok kontrol (9% vs 45%; P <0,0001), dan lebih sedikit pasien yang menerima suplemen bikarbonat dikembangkan ESRD (6,5% vs 33%; P <0,001). Selain manfaat yang tercantum di atas, parameter nutrisi yang diperbaiki dengan suplementasi bikarbonat. Tekanan darah pada penderita didapatkan 150/100, dimana hal tersebut merupakan hipertensi stage 2 menurut JNC 7 untuk pasien dewasa (umur 18 tahun)

22

Sedangkan penanganan hipertensi pada penderita CKD adalah :

23

Anda mungkin juga menyukai