Anda di halaman 1dari 3

1. Patofisiologi common cold Rinovirus merupakan virus yang biasanya menyebabkan common cold.

Virus lain diantaranya corona virus, enterovirus terutama coxsackie virus A21 dan A24, echovirus 11 dan 20, parainfluenza virus dan adenovirusis. Rhinovirus masuk saluran nafas secara droplet yang dapat ditularkan oleh oranglain yang menderita common cold. Setelah masa inkubasi 2-4 hari, pasien akan mengalami gejala-gejala seperti cairan dari hidung yang berlebih atau rinorea, bersin-bersin, sakit tenggorokan, batuk, sakit kepala, malaise, dan terkadang adanya demam ringan. Gejala-gejala common cold disebabkan oleh adanya kombinasi replikasi virus dan respon imun tubuh . Pada infeksi rinovirus menyebabkan 70% infeksi saluran pernapasan bagian atas, mampu membuat lepasnya lokal mediator, misalnya histamin, interleukin 6 dan 8, dan nuclear factor kappa beta. Mediator-mediator ini akan berkombinasi dengan respon imun yang menyebabkan timbulnya ciri-ciri gejala common cold. Rhinovirus yang menyebabkan common cold mengiritasi epitelium nasal. Makrofag akan mencetuskan produksi sitokin, yang apabila berkombinasi dengan mediator akan menimbulkan gejala-gejala. Sitokin menyebabkan efek sistemik. Mediator bradikinin berperan utama menyebabkan simptom lokal seperti radang tenggorokan dan iritasi nasal. Simptom biasanya bermuka 2-5 hari setelah infeksi awal. Puncak gejala timbul pada 2-3 hari simptom onset, dapat dibedakan dengan influenza dimana memiliki simptom yang konstan dan cepat Sumber : Indian Journal of Medicines A Review On Recent Development of Common Cold Therapeutic Agents, Indian Journal of Medical Sciences from :

http://www.indianjmedsci.org/article.asp?issn=00195359;year=2000;volume=54;issue=11 ;spage=485;epage=490;aulast=Mediratta.

2. Manajemen ISPA Manajemen ISPA di dasarkan pada klasifikasi ISPA itu sendiri. ISPA dikategorikan menjadi 3 yaitu ISPA Pneumonia Berat

Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta) Pasien dengan pneumonia berat harus dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dan sebagainya. ISPA Pneumonia Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 - 12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih. Pasien pneumonia diberi obat antibiotik cotrimokzasole peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian

kontrmoksasol

keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik

pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain. ISPA non Pneumonia Ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia Pasien non-pneumonia tidak diberikan obat antibiotik. Untuk mengatasi batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan,

antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Sumber : Universitas Sumatera Utara ISPA dan Penanggulangannya , http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3775/1/fk

3. Langkah Memulai Pengobatan ( Kasus di Skenario) Pada kasus diskenario pasien menderita Common Cold. Pada dasarnya pasien dengan common cold dapat sembuh sendirinya. Terapi non farmakologis seperti istirahat yang cukup, menjaga asupan makanan pasien penting diberitahukan kepada pasien. Untuk mengurangi gejala dapat diberikan obat-obatan, seperti paracetamol untuk menurunkan demam dan obat batuk untuk meringankan batuk. a. Paracetamol Indikasi : Sebagai analgesik dan antipiretik untuk menurunkan demam, meringankan sakit kepala. Kontraindikasi : Penderita gangguan fungsi hati dan hipersensitif paracetamol Efek samping : Kerusakan hati jika digunakan dalam dosis tinggi Dosis anak-anak : 10-15 mg/KgBB

Anda mungkin juga menyukai