Anda di halaman 1dari 16

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS RUMPUT LAUT Oleh : Raficha Rachma (NIM : 1091261005) I. Pendahuluan 1.

1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki kekayaan alam yang kaya serta menyediakan jasa-jasa lingkungan yang beragam, seperti miyak dan gas, mineral, perikanan, ekosistem terumbu karang dan mangrove, maupun pariwisata. Namun hingga saat ini, pemanfaatan sumberdaya hayati maupun jasa-jasa lingkungan di kawasan tersebut masih relatif rendah. Salah satu komoditas budidaya laut yang dapat diandalkan adalah rumput laut. Karena rumput laut mempunyai prospek pasar yang baik serta dapat digunakan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat pantai. Komoditas ini merupakan salah satu komoditas perdagangan internasional yang telah diekspor lebih dari 30 negara. Dengan potensi Negara Indonesia yang memiliki 17.508 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km dan luas laut mencapai 5,8 juta km maka Indonesia memiliki wilayah pesisir dengan potensi sumberdaya hayati pesisir dan laut yang sangat besar. Sumberdaya hayati pesisir yang dianggap sebagai kekayaan alam, dapat dibagi menjadi tiga yaitu sumberdaya hayati pesisir yang dapat diperbaharui (renewable resources), sumberdaya hayati pesisir yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable resources), dan sumberdaya hayati pesisir yang tidak dapat habis (continous resources) (Gany, 2000). Berbagai ragam sumberdaya hayati pesisir yang penting dan dapat diperbaharui adalah hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, rumput laut, dan perikanan. Karena perairan Indonesia terletak di wilayah tropis maka perairan Indonesia meimiliki sumberdaya plasma nutfah rumput laut kurang lebih 555 jenis atau spesies rumput laut yang tersebar di perairan laut Indonesia dengan total luas lahan perairan yang dapat dimanfaatkan sebesar 1,2 juta hektar (Ekspedisi Laut Siboga 1899-1900 oleh Van Bosse). Jenis rumput laut yang banyak terdapat di perairan Indonesia adalah Glacilaria,
Gelidium, Eucheuma, Hypnea, Sargassum, dan Turbunaria.
2

Rumput laut adalah salah satu sumberdaya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Dalam bahasa Inggris, rumput laut diartikan sebagai seaweed. Sumberdaya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Rumput laut alam biasanya dapat hidup di atas substrat pasir dan karang mati. Beberapa daerah pantai di bagian selatan Jawa dan pantai barat Sumatera, rumput laut banyak ditemui hidup di atas karangkarang terjal yang melindungi pantai dari deburan ombak. Di pantai selatan Jawa Barat dan Banten misalnya, rumput laut dapat ditemui di sekitar pantai Santolo dan Sayang Heulang di Kabupaten Garut atau di daerah Ujung Kulon Kabupaten

Pandeglang. Sementara di daerah pantai barat Sumatera, rumput laut dapat ditemui di pesisir barat Provinsi Lampung sampai pesisir Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam. Selain hidup bebas di alam, beberapa jenis rumput laut juga banyak dibudidayakan oleh sebagian masyarakat pesisir Indonesia. (Wartapura,1991, Dartius, 1988). Maka dari itu sumber daya kelautan sangat berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja, dan pendapatan penduduk sekitar pesisir pantai khususnya. Dimana kita ketahui bahwa sumber daya kelautan tersebut mempunyai keunggulan komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat dimanfaatkan dengan biaya eksploitasi yang relatif murah sehingga mampu menciptakan kapasitas penawaran yang kompetitif. Untuk memenuhi hal tersebut maka akselerasi pembangunan kelautan merupakan sebuah jawaban yang tepat. Karena Indonesia menyimpan potensi sumber daya kelautan, baik hayati ataupun non-hayati yang cukup menjanjikan untuk dikelola. Potensi ini bukan hanya menjadi aset lokal namun juga dapat dirasakan manfaatnya secara nasional jika dikelola dan dimanfaatkan dengan bijaksana. Salah satu komoditas matrikultuer yang saat ini sedang dikembangkan dan merupakan salah satu program pengembangan ekonomi adalah rumput laut (seaweed). 1.2. Tujuan Tujuan dari penyusunan paper ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis dari rumput laut (seaweed) sebagai salah satu komoditi wilayah perairan Indonesia. II. Tinjauan Pustaka Rumput laut (seaweed) adalah makroalgae laut dari tumbuhan eukariotik yang tidak memiliki sistem saluran metabolik dan kebanyakan bersel banyak, yang memiliki selaput atau dinding inti sel. Rumput laut atau Algae laut tumbuh hampir diseluruh bagian hidrosfer sampai batas kedalaman sinar matahari masih dapat mencapainya. Rumput laut hidup sebagai fitobenthos dengan menancapkan atau melekatkan dirinya pada substrat lumpur, pasir, karang, fragmen karang mati, batu, kayu, dan benda keras lainnya. Ada pula yang menempel pada tumbuhan lain secara epifitik. Faktor oseanografis (fisika, kimia, dan dinamika) dan macam substrat sangatlah menentukan pertumbuhan rumput laut. Salah satunya adalah sinar matahari yang merupakan faktor utama untuk kehidupan rumput laut dan pada kedalaman yang tidak terjangkau, sinar matahari dapat menembus kedalaman sehingga tidak memungkinkan rumput laut dapat hidup. Rumput laut merupakan tumbuhan laut yang mengalami proses fotosintesis dimana nutrisi dalam proses kehidupan diperoleh dari media air laut yang diserap secara difusi oleh thallus

rumput laut. Sedangkan iklim dan letak geografis sangat menentukan jenis rumput laut yang dapat tumbuh. Dari hasil fotosintesis tersebut rumput laut menghasilkan beberapa zat yang penting dan mempunyai nilai ekonomis. Rumput laut merah (Rhodophyceae) menghasilkan floridin starch, mannoglycerate dan floridosida. Lebih spesifik lagi dikenal dengan polisakarida berupa agar-agar dan karaginan. Rumput laut cokelat (Phaeophyceae) menghasilkan alginat. Rumput laut hijau (Chlorophyceae) menghasilkan kanji dan lemak. Perkembangbiakan rumput laut pada dasarnya ada dua macam, yaitu secara kawin (generatif) antara gamet jantan dengan gamet betina dan secara tidak kawin dengan cara vegetatif, konjugatif dan perseporaan . Rumput laut hijau (Chlorophyceae) adalah tumbuhan yang berwarna hijau yang mirip dengan tumbuhan tinggi berdasarkan pigmennya, klorofil a dan b, karotin dan xantofil. Dinding sel terdiri dari sellulosa dan pektin, dan hasil fotosintesisnya adalah karbohidrat (tepung). Terdapat perkapuran pada beberapa jenisnya. Jenis-jenis dari divisi ini adalah makroskopis, filamen, ( benang ), sefon (bunga karang) atau bentuk thallus.Rumput laut cokelat (Phaeophyceae) berwarna coklat karena fukoxantin yang menutupi klorofil a dan c, karotin dan xantofil lainnya. Dinding selnya terdiri dari sellulosa dan asam alginik. Hasil makanan cadangan adalah karbohidrat. Jenis dari divisi ini umumnya makroskopis, filamen atau bentuk thallus. Rumput laut merah (Rhodophyceae) umumnya berwarna merah karena adanya protein fikobilin,terutama fikoeritrin, tetapi warnanya bervariasi mulai dari merah ke coklat atau kadang-kadang hijau karena jumlahnya pada setiap pigmen. Dinding sel terdiri dari sellulosa dan gabungan pektik, seperti agar-agar, karaginan dan fursellarin. Hasil makanan cadangannya adalah karbohidrat yang kemerah-merahan dan juga terdapat perkapuran di beberapa tempat pada beberapa jenisnya. Jenis dari divisi ini umumnya makroskopis, filamen, sipon, atau bentuk thallus, beberapa dari mereka bentuknya seperti lumut. III. Metodologi Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paper ini adalah dengan mengolah dan mengkaji data sekunder yang diperoleh dari jurnal online atau dari situs-situs online yang memuat tentang rumput laut. IV. Pembahasan 1. Klasifikasi Rumput Laut

Dalam sistematik tumbuh-tumbuhan pada tahun 1838, Ungers memasukkan tumbuhan algae kedalam divisi Thallophyta, yaitu tumbuhan yang mempunyai struktur kerangka tubuh yang tidak berdaun, berbatang dan berakar, semua terdiri dari batang (thallus). Dalam divisi Thallophyta ini juga termasuk jamur (fungi) dan lumut kerak (lichenes). Divisi Thallophyta diangkat menjadi 7

fila oleh Round (1965), yaitu: Eugleunophyta., Chlorophyta., Chrysophyta, Pyrrophyta, Phaeophyta, Rhodophyta dan Cryptophyta. Untuk menentukan divisi dan mencirikan kemungkinan hubungan filogenetik diantara kelas secara khas digunakan komposisi plastida pigmen, persediaan karbohidrat, dan komposisi dinding sel. Rumput laut termasuk kelompok tumbuhan alga yang berukuran besar, dalam artian dapat terlihat dengan mata biasa tanpa alat pembesar dan bersifat bentik atau tumbuh menancap atau menempel pada suatu substrat di perairan laut. Alga yang disebut rumput laut ini umumnya terdiri dari : 1. Kelompok alga merah (Rhodophyceae) 2. Kelompok alga coklat (Phaeophyceae) 3. Kelompok alga hijau (Chlorophyceae). Ketiga kelompok ini yang tumbuh di laut diperkirakan ada sekitar 9000 jenis yang masing-masing adalah sekitar 6000 jenis Rhodophyceae, 2000 jenis Phaeophyceae dan 1000 jenis Chlorophyceae. Alga lainnya yang berukuran kecil dan hanya terlihat dengan bantuan alat pembesar seperti mikroskop tidak termasuk ke dalam kelompok rumput laut tetapi merupakan kelompok tersendiri yang disebut plankton. Kelompok ini selain kecil ukurannya juga gerakannya sangat dipengaruhi pergerakan air sehingga keberadaannya sebagian besar bergantung kepada kondisi fisik perairan selain faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pertumbuhannya. 2. Jenis-Jenis Rumput Laut A. Alga Coklat (Phaephyceae)

Ganggang coklat adalah salah satu ganggang yang tersusun dari zat warna atau pigmentasinya. Phaeophyceae (ganggang coklat) ini berwarna coklat karena mengandung pigmen xantofis. Bentuk tubuhnya seperti tumbuhan tinggi. Ganggang coklat ini mempunyai talus (tidak ada bagian akar, batang dan daun), dan ukurannya terbesar diantara semua ganggang karena ukuran tulusnya mulai dari mikroskopik sampai makroskopik. Ganggang ini juga mempunyai jaringan transportasi air dan makanan yang anolog dengan transportasi pada tumbuhan darat, kebanyakan bersifat autotrof.

Tubuhnya selalu berupa talus multiseluler yang berbentuk filamen, lembaran atau menyerupai semak atau pohon yang dapat mencapai beberapa puluh meter, terutama jenis-jenis yang hidup didaerah beriklim dingin. Pada sel vegetatifnya mengandung kloroplas berbentuk bulat panjang, seperti pita, mengandung klofil serta xantofil dan mengandung khloroplast berbentuk bulat, bulat panjang, seperti pita yang mengandung khlorofil a dan khlorofil c serta beberapa santofil misalnya fukosantin. Cadangan makanan yang dimiliki oleh alga coklat berupa laminarin dan manitol. Dinding selnya mengandung selulose dan asam alginat. Pigmen yang terdapat pada ganggang coklat (Chrysophyta) adalah klorofil a, klorofil b, karoten dan xantofil. (Fukoxantin) yang terdiri dari violaxantin, flavoxantin, a dan neofukoxontin b, xantofil memberikan kesan warna coklat pada chrysophyta. Alga coklat (Phaeophyceae) hanya mempunyai satu kelas saja yaitu kelas phaeophyceae. Thallus dari jenis golongan phaeophyceae bersel banyak (multiseluler), umumnya mikroskopik dan mempunyai bentuk tertentu. Sel mengandung promakropora yang berwarna coklat kekuning-kuningan karena adanya kandungan fukoxontin yang melimpah. Cadangan makanan berupa laminarin beta glukan yang mengandung manitol. Dinding selnya sebagian besar tersusun oleh tiga macam polimer yaitu selulosa asam alginat, fukan dan fuoidin. Perkembangbiakan pada Phaeophyceae dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

Perkembangbiakan secara vegetatif dengan fragmentasi Perkembangbiakan secara sporik dengan membentuk spora

Dilihat dari sporangiumnya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a) Pembentukan Unilokuler, dimiliki oleh anggota Phaeophyceae yang uniseluler Terjadi dari sel terminal dengan cabang pendek yang membesar. Sporangia muda berbentuk bulat panjang atau bulat telur. Ukurannya lebih kecil dari sel semula. Inti tunggal mengalami pembelahan meioses kemudian diikuti pembelahan mitosis sehingga dihasilkan 32-64 inti. Selanjutnya terjadilah celahcelah yang membagi proteplas yang berinti satu. Masing-masing protoplas mengalami metamorfose membentuk zoospora perflagel dua yang terletak di bagian lateral dengan panjang flagel yang tidak sama. Flagel yang pendek diarahkan ke belakang, flagel yang panjang diarahkan kedepan. b) Pembentukan plurilokuler dimiliki oleh anggota phaeophyceae yang multiseluler Berasal dari sel terminal yang pendek. Ukurannya relatif besar dan terjadi pembelahan tranversal secara berulang-ulang yang akhirnya dihasilkan 6-12 sel.pembelahan vertikal dimulai dari deretan sel bagian tengah dan kemudian terbentuklah kubus yang letaknya teratur sebanyak 20-40 deretan. Protoplas pada masing-masing sel mengalami sultamorfosa menjadi zoospora yang memiliki 2

stagel. Diikuti dengan talus yang bersifat diploid dan terbentuklah sporangia yang bersifat unilokuler dan atau plorilokuler. Perkembangbiakan secara gametik, gametangium dimiliki oleh sporangium yang plurilokuler. Gamet akan membentuk zoogamet dengan cara: 1. Isogami yaitu gamet yang bentuk dan ukurannya sama (belum dapat dibedakan mana jantan dan mana betina). Contoh: ulva 2. Anisogami: gamet yang bentuk dan ukurannya tidak sama (gamet betina memiliki ukuran besar dan gamet jantan memiliki ukuran kecil). Contoh: codium 3. Oogami: jenis anisogami dengan gamet jantan yang aktif. Contoh: Volvo. Beberapa jenis dari alga coklat (Phaeophyceae) adalah : 1. Cystoseira sp 2. Dictyopteris sp 3. Dictyota bartayresiana Lamouroux 4. Hormophysa cuneiformis 5. Hormophysa triquetra (C. Agardh) 6. Hydroclathrus clatratus (C. Agardh) 7. Osen 8. Padina australis Hauck 9. Sargassum binderi 10. Sargassum cinereum (J.G. Agardh) 11. Sargassum crassifolium 12. Sargassum cristaefolium 13. Sargassum duplicatum (J.G. Agardh) 14. Sargassum echinocarpum 15. Sargassum plagyophyllum (Mertens) 16. Sargassum polycystum 17. Turbinaria conoides (J.G. Agardh) 18. Turbinaria decurens (Bory)

19. Turbinaria murayana 20.Turbinaria ornata (Turner) J. Agardh Sargassum binderi (Sonder)

Nama latin : Sargassum binderi Spesifikasi : Batang gepeng (1,5 mm), halus licin, tinggi mencapai sekitar 60 cm, percabangan alternate teratur, oppsite (kiri-kana). Cabang utama yang pendek (1-2 cm) diatas holdfast. Daun lonjong, pinggir bergerigi, panjang 5 cm, lebar 1 cm ujung runcing. Sebaran : Tubuh pada substrat batu umumnya di daerah rataan terumbu dekat bagian ujung luar yang terkena gerakan air relatif lebih kuat dan konstan. Potensi : Belum banyak dimanfaatkan, kandungan kimia sama dengan jenis sargassum lainnya. Sargassum Polycystum

Nama latin : Sargassum Polycystum C.A Argadh Spesifikasi : Ciri-ciri umum. Thallia silidris berduri-duri kecil merapat hodfast membentuk cakram kecil dengan diatasnya secara karaktersitik terdapat perakaran/stolon yang rimbun berekspansi ke segala arah. Batang pendek dengan percabangan utama tumbuh rimbun. Sebaran : Algae yang kosmopolitan di daerah tropis hingga subtropis. Bukan merupakan algae endemic perairan Indonesia tetapi banyak ditemukan di perairan nusantara terutama di Kalimatan. Potensi : Bisa dimanfaatkan sebagai bahan esktraksi alginat. Manfaat lainnya belum diketahui. Tidak dibudidayakan. B. Alga Hijau (Chlorophyceae)

Ganggang hijau (Chlorophyceae) adalah salah satu kelas dari ganggang berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Ganggang hijau ada yang bersel tunggal dan ada pula yang bersel banyak berupa benang, lembaran atau membentuk koloni spesies ganggang hijau yang bersel tunggal ada yang dapat berpindah tempat, tetapi ada pula yang menetap. Alga hijau merupakan kelompok terbesar dari vegetasi algae. Algae hijau berbeda dengan devisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti tumbuhan tingkat tnggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karoten dan xantofit. Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem dan berbagai jenis alga yang hidup bebas di air terutama tubuhnya yang bersel satu dapat berperan aktif yang merupakan penyusun fitoplankton. sebagaian besar fitoplankton adalah anggota alga hijau dimana pigmen klorofil yang dimilikinya efektif melakukan fotosintesis sehingga alga hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan. Ganggang hijau merupakan golongan terbessar diantara ganggang dan sebagian besar hidup di air tawar, beberapa diantaranya hidup di air laut dan air payau. Perkembangbiakan pada chlorophyceae terjadi dengan 3 cara yaitu: 1. Secara vegetatif Perkembanganbiakan vegetatif pada chlorophyta dengan fragmentasi tubuhnya dan pebelahan sel. 2. Secara seksual - Melalui konjugasi yaitu perkembangbiakan secara kawin contohnya spirogyra. - Isogami yaitu peleburan dua gamet yang bentuk dan ukurannya sama. - Anisogami yaitu peleburan dua gamet yang ukurannya tidak sama. - Oogami yaitu peleburan dua gamet yang satu kecil dan bergerak (sebagai sperma) yang lain besar tidak bergerak (sebagai sel telur)

Beberapa contoh dari reproduksi seksual:

- Isogami : Chlorococcum, Chlamydomonos, Hydrodictyon - Anisogami : Chlamydomonas, Ulva - Oogami : Chlamydomonas, Valva, Spirogya, Aedogonium 3. Secara aseksual Perkembanganbiakan secara aseksual dapat terjadi dengan pembentukan Asexual - Zoospora yaitu sel berflagel 2 contohnya Chlamydomonos - Aplanospora yaitu spora yang tidak bergerak contohnya Chlorococcum - Autospora yaitu aplanospora yang mirip dengan sel induk contohnya Chlorella Alga hijau mempunyai susunan tubuh yang bervariasi baik dalam ukuran maupun dalam bentuk dan susunanya. Ada Chlorophyta yang terdiri dari sel-sel kecil yang merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang atau tidak, ada pula yang membentuk koloni yang menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi. Dari banyaknya variasi tersebut alga hijau dikelompokan sebagai berikut: 1. Sel tunggal (uniseluler) dan motil, contoh: Chlamidomonas 2. Sel Tunggal dan non motil, contoh: Chlorella 3. Koloni senobium yaitu koloni yang mempunyai jumlah sel tertentu sehingga mempunyai bentuk yang relatif tetap, contoh: Volvox, Pandorina. 4. Koloni tidak bertauran, contoh: Tetraspora 5. Berbentuk - filamen tidak bercabang, contoh: Ulothrix, Oedogoniu. 6. Filamen bercabang, contoh: Chladhopora, Pithopora 7. Hetemtrikus, yaitu filamen bercabang yang bentuknya terbagi menjadi bagian yang rebah (prostrate) dan bagian yang tegak, contoh: Stigeoclonium 8. Foliaceus atau parenkimatis, yaitu filamen yang pembelahan sel vegetatisnya terjadi lebih dari satu bidang, contoh: Ulva 9. Tubular, yaitu talus yang memilik banyak inti tanpa sekat melintang, contoh: Caulerpa

Beberapa jenis dari alga hijau (Chlorophyceae) adalah : 1. Boergesenia forbessii (Harvey) 2. Bornetella nitida (Harvey) 3. Caulerpa brachypus (Harvey) 4. Caulerpa cupressoides 5. Caulerpa fergusonii (Muray) 6. Caulerpa lentillifera (J. Agardh) 7. Caulerpa lessonii (Bory) 8. Caulerpa racemosa (Fors) 9. Caulerpa racemosa var clavivera 10. Caulerpa racemosa var lamouraouxii 11. Caulerpa racemosa var macrophysa 12. Caulerpa racemosa var occidentales 13. Caulerpa racemosa var uvifera 14. Caulerpa racemosa var turbinata 15. Caulerpa serrulata 16. Caulerpa sertularioides 17. Caulerpa sp. 18. Caulerpa taxifolia 19. Chaetomorpha antennina 20. Chaetomorpha crassa 21. Codium decorticatum 22. Codium edule silva 23. Codium geppi Schmitt 24. Codium guinense Silva 25. Codium harveyi Silva 26. Dictyosphaeria cavernosa 27. Halimeda borneensis

10

28. Halimeda copiosa 29. Halimeda cunneata Hering 30. Halimeda cylindraceae Decaisne 31. Halimeda discoidea Decaisne 32. Halimeda distorta 33. Halimeda laccunalis Taylor 34. Halimeda gracilis 35. Halimeda macroloba Decaisne 36. Halimeda macrophysa Askenasy 37. Halimeda micronesica Yamada 38. Halimeda minima (W.R. Taylor) 39. Halimeda opuntia (Linnaeus) 40. Halimeda renschii Hauck 41. Halimeda simulans Howe 42. Halimeda tuna (Ellis and Solander) Lam. 43. Neomeris annulata Dickie 44. Tydemnia expeditionis Weber van Bosse 45. Udotea argentea Zanardini 46. Udotea flabellum (Ellis and Solander) 47. Ulva fascista Delile 48. Ulva lactuca Linnaeus 49. Ulva pertusa Kjellman 50. Ulva reticulata Forsskal 51. Ulva sp. 52. Ulva ventricosa J. Agardh Ada dua tipe pergerakan pada chlorophyceae, yaitu: 1. Pergerakan dengan flagela

11

Flagela pada kelas chlorohyceae selalu bertipe whiplash (akronematik) dan sama panjang (isokon), kecuali pada bangsa oedogoniales, memiliki tipe stefanokon. Flagela dihubungkan dengan struktur yang sangat halus yang disebut aparatus neuromotor. Tiap flagela terdiri dari axonema yang tersusun oleh 9 dupklet mikrotubula mengelilingi bagian tengah terdapat 2 singlet mikrotubula. Struktur semacam ini dikenal sebagai susunan 9 + 2. Flagela tersebut dikelilingi oleh selubung plasma. 2. Pergerakan dengan sekresi lendir Pada chlorophyceae terjadi pergerakan yang disebabkan adanya stimulus cahaya yang di duga oleh adanya sekresi lendir melalui porus dinding sel pada bagian apikal dari sel. Selama pergerakan ke depan bagian kutub berayun dari satu sisi ke sisi yang lain sehingga lendir bagaian belakang seperti berkelok-kelok. Pada umumnya alga hijau melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut. Jenis yang hidup di air tawar, bersifat kosmopolit, terutama hidup di tempat yang cahayanya cukup seperti kolam, danau, genangan air. Alga hijau ditemukan pula pada lingkungan semi akuatik yaitu pada batubatuan, tanah lembab dan kulit batang pohon yang lembab. Beberapa anggotanya hidup di air mengapung atau melayang, sebagian hidup sebagai plankton dan beberapa jenisnya ada yang hidup melekat pada tumbuhan atau hewan. Pigmen yang dimiliki kloroplas golongan chlorophyta yaitu klorofil a dan klorofil b, beta karoten serta berbagai macam xantofit (lutein, violaxantin, zeaxanthin). Karoten muncul sebagai karakter warna kuning kemerah-merahan. Sedangkan xantotif muncul sebagai warna kuning dengan nuansa warna yang unik. Menurut levavascur (1989) bahwa pigmen-pigmen fotosintesis dan pada alga hijau berklorofil a dan b mengandung shiphoxanthim atau lutein. C. Alga Merah (Rhodophycea)

Alga merah atau Rhodophyceae adalah salah satu filum dari alga berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil. Alga ini pada umumnya banyak sel (multiseluler) dan makroskopis. Panjangnya antara 10 cm sampai 1 meter dan berbentuk berkas atau lembaran. Alga merah berkembangbiak secara vegetatif dan generatif.

12

Perkembangbiakan vegetatif ganggang merah berlangsung dengan pembentukan spora haploid yang dihasilkan oleh sporangium atau talus ganggang yang diploid. Spora ini selanjutnya tumbuh menjadi ganggang jantan atau betina yang sel-selnya haploid. Perkembangbiakan generatif ganggang merah dengan oogami, pembuahan sel kelamin betina (ovum) oleh sel kelamin jantan (spermatium). Alat perkembangbiakan jantan disebut spermatogonium yang menghasilkan spermatium yang tak berflagel. Sedangkan alat kelamin betina disebut karpogonium, yang menghasilkan ovum. Hasil pembuahan sel ovum oleh spermatium adalah zigot yang diploid. Selanjutnya, zigot itu akan tumbuh menjadi ganggang baru yang menghasilkan aplanospora dengan pembelahan meiosis. Spora haploid akan tumbuh menjadi ganggang penghasil gamet. Jadi pada ganggang merah terjadi pergiliran keturunan antara sporofit dan gametofit

Ganggang ini hidup di laut dan kira-kira 50 jenis di air tawar bentuk tubuh seperti rumput sehingga disebut dengan rumput laut. Tubuh bersel banyak bentuk seperti lembaran, talusnya mikroskopik dan multiseluler.Warna merah karena mengandung pigmen fikoeritrin. Reproduksi aseksual dengan pembentukan macam-macam aplanospora (monospora, bispora, tetraspora, polispora dan spora netral) sangat jarang terjadi fragmentasi. Sedangkan seksual melalaui peleburan antara spermatozoid dan ovum menghasilkan zigot. Zigot tumbuh menjadi ganggang merah. Contoh: Euchemma spinosum, Gelidium, Rhodymenia dan Scinata. Euchemma spinosum merupakan penghasil agar-agar di daerah dingin. Ganggang merah mempunyai pigmen yang disebut fikobilin yang terdiri dari fokoeritrin (merah) dan fikosianin (biru). Hal ini memungkinkan ganggang yang hidup di bawah permukaan laut menyerap gelombang cahaya yang tidak dapat diserap oleh klorofil. Kemudian pigmen ganggang ini menyampaikan energi matahari ke molekul klorofil. Beberapa jenis dari alga merah (Rhodophyceae) adalah : 1. Acanthophora muscoides 2. Acantophora specifera 3. Actinotrichia fragilis (Forsskal) 4. Amphiora peruana 5. Amphiora beauvoisii Lamouroux 6. Amphiora rigida 7. Amphiora sp. 8. Ceratodityon variabilis 9. Chondrococcus hornemannii

13

10. Corallina sp. 11. Eucheuma denticulatum 12. Eucheuma edule 13. Eucheuma edule Koetzing 14. Eucheuma serra Agardh 15. Galaxaura filamentosa Chou 16. Galaxaura Kjellmanii Weber van Bosse 17. Galaxaura rugosa (Solander) Lamouroux 18. Galaxaura subfruticulosa Chou 19. Galaxaura subvefficillata Kjellman 20. Galaxaura vietnamensis Dawson 21. Gelidium latifolium 22. Gelidium sp. 23. Gigartina affinis Harvey 24. Gracilaria arcuata Zanardin 25. Gracilaria coronopifolia J. Agardh 26. Gracilaria eucheumioides 27. Gracilaria folifera (Forsskal) Boergese 28. Gracilaria gigas Harvey 29. Gracilaria salicornia 30. Gracilaria salicornia (C. Agardh) Dawson 31. Gracilaria Verrucosa 32. Halymenia durvilaea 33. Halymenia harveyana J. Agardh 34. Hypnea asperi Bory 35. Hypnea cervicornis J. Agardh 36. Jania adherens 37. Kappaphycus alvarezii (Doty)

14

38. Kappaphycus cottonii 39. Kappaphycus striatum 40. Laurencia elata 41. Laurencia intricata Lamouroux 42. Laurencia nidifica J. Agardh 43. Laurencia obtusa (Hudson) Lamouroux 44. Laurencia poitei 45. Liagora divaricata Tseng 46. Porphyglossum zolingerii 47. Porphyra sp. 48. Rhodymenia sp. 49. Rhodymenia palmata (Linnaeus) Greville 50. Titanophora pulchra Dawson Sebagian besar alga merah hidup di laut, banyak terdapat di laut tropika. Sebagian kecil hidup di air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak oksigen. Selain itu ada pula yang hidup di air payau. Alga merah yang banyak ditemukan di laut dalam adalah Gelidium dan Gracilaria, sedangkan jenis Euchema spinosum berada di tempat laut yang dangkal. V. Kesimpulan Indonesia memiliki wilayah pesisir yang terbentang luas dengan berbagai keindahan alam yang dimiliki yang terdiri dari berbagai flora dan fauna. Pada umumnya, flora laut yang menguasai sekitar samudera adalah sekumpulan alga yang membentuk hampir 94% daripada keseluruhan spesies tumbuhan yang ditemui di laut. Alga di wilayah laut Indonesia diwakili oleh tiga divisi terbesar iaitu Chlorophyta, Phaeophyta dan Rhodophyta. Ketiga divisi tersebut bersifat makroskopik yaitu jasad atau talus jelas dilihat dengan mata kasar sehingga penggunaan mikroskop tidak diperlukan untuk pengecaman pada berbagai tingkat genus. Kira-kira terdapat 2.500 spesis alga merah (Rhodophyceae), kurang lebih 1.000 spesis alga perang (Phaeophyceae) dan 900 spesis alga hijau (Chlorophyceae). Walaupun terdapat lebih daripada 7,000 spesis alga hijau tetapi sebahagian besarnya di temui di persekitaran air tawar. Ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Di dalam alga terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral, dan juga senyawa bioaktif. Sejauh ini pemanfaatan alga sebagai komoditiperdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika

15

dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain. Perkembangan penelitian rumput laut di Indonesia telah dimulai sejak Ekspedisi Siboga yang dilakukan antara tahun 1899-1900. Penelitian selanjutnya van Bosse tahun 1913-1928 telah berhasil mengoleksi jenis rumput laut yang tumbuh di perairan Indonesia sebanyak 555 jenis. Pada penelitian Van Bosse tahun 1914-1916 di Kepulauan Kai pada Ekspedisi Danish menemukan sebanyak 25 jenis alga merah, 28 jenis alga hijau dan 11 jenis alga coklat. Penelitian identifikasi jenis rumput laut berlanjut pada penelitian Snellius-II tahun 1985 yang menemukan 41 jenis alga merah, 59 jenis alga hijau dan 9 jenis alga coklat, sedangkan pada penelitian Buginesia-III pada tahun 19881990 ditemukan sebanyak 118 jenis alga merah, 80 jenis alga hijau dan 36 jenis alga coklat (Basmal 2001).

16

Anda mungkin juga menyukai