Anda di halaman 1dari 3

Nama : Marganing Tyas Wicaksanti NIM : 11670025

Prodi : Pendidikan Kimia

WANITA DALAM TASAWUF Tasawuf merupakan sisi lain dari Islam yang lebih menitik beratkan pada nilai-nilai esoteris. Dalam dunia tasawuf, manusia tersusun dari dua unsur yaitu, materi dan immateri.

Jika dilihat dari segi hubungannya dengan Allah, unsur materi memiliki hubungan lebih jauh dengan Allah dibanding dengan unsur immateri. Ruh memiliki fungsi yang sangat dominan dalam diri manusia, sehingga krisis spiritual bagi manusia menyebabkan terjadinya berbagai penyakit jiwa yang pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai kemadlaratan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Sikap Tasawuf terhadap kaum perempuan senantiasa lebih bersikap terbuka terhadap perkembangan kegiatan perempuan dibanding dengan cabang kegiatan Islam yang lainnya. Sufi adalah muslim yang terbaik: jika dia seorang perempuan, dia adalah seorang yang berbeda dari kaum perempuan beriman sesamanya terutama dalam ruang lingkup bahwa pengabdiannya kepada Tuhan adalah pekerjaan yang menyita seluruh waktunya. Banyak teks yang berbicara tentang diri perempuan yang di dalamnya terdapat sifat- sifat negative, sehingga perempuan dalam sumber-sumber Islam selalu menerima kritikan dari berbagai sudut pandang terutama sudut pandang tradisi intelektual. Perempuan jarang dipuji karena dalam dirinya jiwa-jiwa yang terpuji jauh lebih sedikit dibanding dengan jiwa yang tercela. Terdapat penjelasan jika terkadang perempuan ditempatkan pada kategori yang sama dengan banci karena keduanya memiliki kesamaan, yaitu tidak adanya kejantanan dalam diri keduanya, sifat-sifat aktif dan akal. Abu bakar al-Kalabadzi dari Bukhara mengatakan bahwa kaum perempuan berkekurangan dalam agama karena selama masa haid mereka dilarang berpuasa dan shalat. Siapapun yang berkekurangan dalam agama, pasti juga berkekurangan dalam iman. Memang ada anggapan miring tentang perempuan sehingga berpengaruh pada pandangan tentang pilihan hidup

membujang atau tidak beristri bagi para sufi. Namun, tidak semua sufi mempunyai pandangan yang negatif terhadap perempuan. Meskipun demikian, sejarah Islam menunjukkan banyak peran penting yang dimiliki oleh perempuan. Kenyataan bahwa wali sejati islam yang pertama adalah seorang perempuan pecinta agung Rabiah Al-Adawiyah. Kebesaran dan kesalehahan Rabiah adalah yang terbesar. Misi Rabiah adalah meraih tataran tertinggi yakni dalam jelajah ruh, mendahulukan apa-apa yang pertama, yakni Tuhan di depan surga yang mutlak sebelum yang nisbi. Perempuan dalam Tasawuf dianggap sebagai ibu kehidupan. Jalaludin Rumi dalam kitab Matsnawi, menyebutkan bahwa karena kelembutan ibu berasal dari Tuhan, merupakan kewajiban suci dan tugas mulia untuk berbakti kepadanya. Membahas wanita dalam tasawuf sangat mendekati pembahasan wanita dalam spiritualitas Islam. Dimensi spiritualitas Islam yang paling nyata dan mendalam ada dalam tasawuf. Pembahasan mengenai wanita menurut Schimmel dianggap penting karena peran dan ajarannya dalam tasawuf. Dia menganggap penting juga karena dia meyakini bahwa Islam adalah agama yang peduli terhadap wanita. Kekaguman atas wanita yang shaleh dan beriman merupakan komponen yang telah dikenal luas dalam sejarah Islam. Perempuan dalam pandangan Ibn Arabi adalah simbol dari jiwa yang reseptive

(munfail) dan yang creative (fail ). Sementara laki-laki adalah jiwa yang creative atau aktif (fail ) saja. Karenanya, Ibn Arabi tidak menempatkan yang feminin dan yang maskulin itu secara berhadap-hadapan. Sebaliknya, yang feminin baginya adalah jiwa yang meliputi dua unsur sekaligus, yaitu aktif dan reseptif. Dalam menguatkan argumennya, Ibnu 'Arabi menyandarkan logikanya pada proses penciptaan Adam. Adam sebagai yang maskulin

sesungguhnya menurut Ibn Arabi diwujudkan dari esensi wujud yang feminin. Karena, zat atau asal usul segala sesuatu dalam bahasa Arab disimbolkan dengan sesuatu yang feminin, termasuk zat Tuhan. Setelah terciptanya Adam, Tuhan menciptakan Hawa yang feminin. Hirarki ini dimaknai Ibn Arabi sebagai kebenaran kualitas feminin yang kreatif melalui simbol Tuhan sebagai pencipta Adam dan sebagai yang reseptif melalui symbol Hawa. Sementara Adam yang maskulin kedudukannya adalah berada di tengah-tengah antara dua feminin yang kreatif dan pasif.

Ibnu 'arabi menambahkan bahwa dua kualitas yang saling melengkapi (aktif dan reseptif) yang menyatu dalam perempuan (feminin) inilah yang memungkinkan jiwa ini menjadi tempat yang paling sempurna sebagai tajalli Tuhan. Inilah yang disebut sebagai esensi dari imajinasi

kreatif. Dan jiwa kreatif ini juga berpotensi melahirkan cinta dalam diri manusia dan nostalgia yang mampu membangkitkan imajinasinya ke seberang wujudnya yang inderawi. Sementara dari rasa cinta dan nostalgia inilah muncul rasa simpati antara yang inderawi dan yang ruhani menuju pengetahuan ilahi. Bahkan, Ibn Arabi sampai pada kesimpulan bahwa tajalli Tuhan yang paling sempurna akan terwujud melalui hubungan seksual.

Anda mungkin juga menyukai