ADROGUE HJ, MADIAS NE. REVIEW ARTICLE : HYPONATREMIA IN : NEW ENGLAND JOUURNAL OF MEDICINE. VOL 342. 2000: P. 1581-9.
Oleh:
Rafiqah nurdin Pembimbing: dr. M. Reza Noor Konsulen: dr. Fransiscus J.M., Sp.An-KIC
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ANESTESIOLOGI, PERAWATAN INTENSIF, DAN MANAJEMEN NYERI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012
HIPONATREMIA
Hiponatremia :
Penurunan kadar konsentrasi sodium pada serum dibawah 136 mmol per liter
Hiponatremia dapat dikaitkan dengan rendah, normal, atau tingginya zat yang terlarut dalam cairan tubuh Sebagian besar kejadian hiponatremia berkaitan dengan hipotonisitas
ETIOLOGI
Gangguan kemampuan eksresi ginjal Asupan cairan berlebih yang tidak diimbangi dengan kemampuan eskresi Osmolalitas plasma normal
Pemberian cairan iso-osmotik yang tidak mengandung natrium ke cairan ekstra sel Hiperproteinemia dan hiperlipidemia
Cairan intrasel akan keluar ke ekstrasel menyebabkan dilusi cairan ekstrasel, dan menyebabkan hiponatremia.
ETIOLOGI
- Polidipsi primer (sering terjadi reduksi ringan pada kapasitas ekresi cairan) - Cairan irigasi bebas sodium (yang biasa digunakan pada tindakan hysteroscopy, laparascopy, atau reseksi prostat transuretral (TUR-P) - Asupan air yang besar akibat ketidaksengajaan (contoh pada saat pelajaran berenang) - Enema dengan penggunaan air yang banyak
Penggunaan obat golongan thiazid Setelah operasi Sindrom gangguan sekresi hormon antidiuretik Polidipsi pada pasien psikiatrik Pasien yang telah menjalani TUR-P
Pada anak-anak :
Kehilangan cairan gastro-intestinal, konsumsi jumlah air yang besar terapi enema dengan penggunaan banyak air
MANIFESTASI KLINIS
Kadar Natrium hingga 125 mmol/liter kebanyakan belum memperlihatkan gejala Kadar yang lebih rendah :
Nyeri kepala, mual, muntah, keram otot, letargi, rasa lelah, disorientasi, dan refleks depresi sebaiknya diobservasi Komplikasi berat dan akut hiponatremia dapat berupa kejang, koma, kerusakan otak permanen, henti nafas, herniasi batang otak, hingga kematian Kegagalan hepar, menipisnya kadar kalium, dan malnutrisi merupakan faktor resiko yang memperburuk
PENATALAKSANAAN
Retriksi asupan air dan observasi ketat (osmolalitas < 200 mOsm/kg air)
CONTOH KASUS
Lelaki 58 tahun dengan karsinoma paru MRS dengan kebingungan yang berat dan letargi Klinis : tampak euvolemik, BB 60 kg Kadar Na serum 106 mmol/l, K 3,9 mmol/l, dan osmolalitas serum 220 mOsm/kg air. Urea serum 5 mg/dl (1,8 mmol/l), Kadar kreatinin 0,5 mg/dl, dan osmolalitas urin 600 mOsm/kg air.
Pembatasan cairan Pemberian infus larutan NaCl 3% meningkatkan kadar Na serum 10,9 mmol/l
([513-108]:[36+1] = 10,9) 12 jam pertama untuk menaikkan 5 mmol/L 0,46 L NaCl 3% perlu diberikan (5:10,9)
Dievaluasi kadar natrium setelah koreksi < 110 mmol/L di koreksi dalam 12 jam, > 110 mmol di tatalaksana dengan perlahan.
CONTOH KASUS
Hiponatremia hipotonis :
Riwayat terapi thiazid Kehilangan garam pada sistem gastrointestinal Dikaitkan dengan berkurangnya kalium
TBW : 27 liter (0,45 x 60) Penatalaksanaan Penghentian sementara terapi thiazid Cairan infus dengan NaCl 0,9% + 30 mmol KCL / L ([154+30]-106:[27+1]=2,8) sehingga menaikkan 2,8 mmol/L Setelah pemberian 1 L dalam 2 jam TD menjadi 128/77 mmHg dengan status mental lebih baik, dan kadar Na menjadi 112 mmol/l, dan kadar K 3,0 mmol/l. Pelepasan arginin vasopresor berhenti Pemberian infus diganti dengan NaCl 0.45% dan mengandung 30 mmol KCl/liter yang diberikan 100 ml/jam selama 12 jam
TERIMA KASIH