Anda di halaman 1dari 12

Edisi Maret 2004

Vol. 5, No. 2, Maret 2004


Editorial
HARMONISASI
ASEAN DALAM
BIDANG REGULASI
KOSMETIK
Halaman 1
InfoPOM
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLI K I NDONESI A
Pembaca yth,
Dal am rangka menghadapi
penerapan ASEAN Cosmetic Di-
rective yang akan diberlakukan
mulai 1 Januari 2008, pada edisi
kali ini kami sajikan artikel dengan
judul Harmonisasi ASEAN dalam
Bidang Regulasi Kosmetik.
Makanan selingan berupa maka-
nan ringan (snack food) umumnya
di sukai ol eh semua gol ongan
umur, tidak terbatas hanya pada
anak-anak saja. Namun nilai gizi
dari makanan ringan umumnya
sangat terbatas. Oleh karena itu
sebagai artikel kedua kami sajikan
arti kel Penambahan i kan teri
(Stolephorus sp) sebagai sumber
protein dalam pembuatan tortilla
chi ps, yang semoga dapat
menambah wawasan pembaca.
Wabah demam berdarah masih
belum teratasi, hampir setiap hari
ada pasien demam berdarah den-
gue yang meni nggal . Terkai t
dengan wabah tersebut, di edisi
bul an i ni kami tampi l kan
Keterangan Pers Kepala Badan
POM tentang Hasil Sementara
Penelitian Ekstrak Daun Jambu
Biji (Psidium guajava) sebagai
obat Penyakit Demam Berdarah
Dengue.
Selain itu dapat anda simak lan-
jutan Keterangan Pers Kepala
Badan Pengawas Obat dan
Makanan Tentang Kinerja Badan
Pom Tahun 2003.
Selamat membaca.
Redaksi.
I. Harmonisasi ASEAN dalam
bidang Regulasi Kosmetik
ACCSQ (ASEAN Consul tati ve
Committee on Standard and Quality)
adalah forum di lingkungan ASEAN
yang membahas berbagai hal yang
berkaitan dengan kegiatan standar
dan penilaian kesesuaian, terutama
untuk mendukung proses AFTA
(ASEAN Free Trade Area), yang
dibentuk pada tahun 1983. Untuk
kegi atan tekni snya ACCSQ
membentuk Working Group, yang
salah satunya adalah Working Group
on Standard and Mutual Recognition
Arrangements (MRA) atau WG 1
yang membawahi Kelompok Kerja
bidang Kosmetik (Cosmetic Product
Working Group CPWG). CPWG ini
dibentuk pada bulan Maret 1998, dan
bertugas menyusun Harmonisasi
ASEAN dalam bidang Regulasi
Kosmetik.
II. Kesepakatan Harmonisasi
Regulasi Kosmetik
Dalam tugasnya sejak tahun 1998,
CPWG tel ah mel akukan pem-
bahasan-pembahasan intensif yang
umumnya dilakukan dua kali satu
tahun, dalam rangka penyusunan
materi kesepakatan
Dari pembahasan-pembahasan
tersebut, maka disepakati bahwa
tujuan Harmonisasi Regulasi
Kosmetik tersebut adalah :
1. Meningkatkan kerjasama antar
negara-negara anggota dalam
rangka menj ami n keamanan
kualitas dan klaim manfaat dari
semua kosmetik yang dipasarkan
di ASEAN
Edisi Maret 2004
ISSN 1829-9334
Edisi Maret 2004
Halaman 2
I NFOPOM Badan POM
INFOPOM
Penasehat : Drs. H. Sampurno, MBA; Penanggung Jawab: Dra. Mawarwati Djamaluddin; Pimpinan Redaksi : Dra. Aziza Nuraini
MM; Sekretaris Redaksi : Dra. Reri Indriani; Redaksi : Dra. Rosmulyati Ilyas, Dra. Sutarni, Ir. Wisnu Broto, MS, Drs. Ketut
Kertawijaya, Dra. Sumaria, Dra. Elza Rosita, MM, Dra. Rr Maya Gustina A, Dra. Yunida Nugrahanti; Redaksi Pelaksana : Dra.
Murti Hadiyani, Irhama SSi, Dra. T. Asti Isnariani M.Pharm, WardhonoTirtosudarmo, Ssi, Irmayanti S. Kom; Sirkulasi :
Yulinar SKM, Triswanto, Netty Sirait.
Alamat Redaksi : Pusat Informasi Obat dan Makanan Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat,
Telp. 021-42889117, Fax. 021-42889117, e-mail : infopom@indo.net.id
Redaksi menerima naskah yang berisi informasi yang terkait dengan OMKABA. Kirimkan melalui alamat redaksi dengan format MS.
Word 97 spasi ganda maksimal 2 halaman kuarto. Redaksi berhak mengubah sebagian isi naskah untuk diterbitkan.
Harmonisasi ASEAN dalam Bi-
dang Regulasi Kosmetik.
Penambahan ikan teri (Stole-
phorus sp) sebagai sumber pro-
tein dalam pembuatan tortilla
chips
Public Relations dan Konfik
Keterangan Pers Kepala Badan
POM tentang Hasil Sementara
Penelitian Ekstrak Daun Jambu
Biji (Psidium guajava) sebagai
obat Penyakit Demam Berdarah
Dengue
Keterangan Pers Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan
Tentang Kinerja Badan Pom
Tahun 2003 (lanjutan)
2. Menghapuskan hambatan dalam
perdagangan kosmetik antar
negara anggota ASEAN, melalui
harmonisasi persyaratan teknis,
pengakuan persetujuan registrasi
kosmetik dan mengadopsi ASEAN
Cosmetic Directive.
Sedangkan cakupan ASEAN
Harmonisasi di bidang Regulasi
Kosmetik adalah :
Schedule A : Mutual Recognition
Arrangement (MRA), yaitu saling
pengakuan atas persetuj uan
registrasi kosmetik.
Schedule B : Penerapan Asean
Cosmetic Directive dan dimulai pada
tanggal 1 Januari 2008.
Adapun ASEAN Technical Do-
cuments, atau Dokumen Teknis
Umum Asean terdiri dari :
1. ASEAN Cosmetic GMP
Merupakan petunjuk sederhana
yang ditujukan untuk kepentingan
pemerintah dan industri. Waktu
untuk penerapan bagi industri kos-
metik, pada saat ini masih dalam
pembahasan.
2. Common Product Registration
Requirements
Adalah persyaratan minimum re-
gistrasi hanya apabila menerapkan
tahap I dengan waktu pemrosesan
pendaftaran 30 hari
3. Common Labeling Requirement
Informasi yang harus dicantumkan
pada label produk. Bahan kosmetik
yang dipergunakan pada produk
tersebut harus ditulis lengkap.
Penulisannya mengikuti sistem
INCI (International Nomenclature
Cosmetics Ingredients)
4. Common Claims Guidelines
Memberikan gambaran bahwa
klaim kosmetik beda dengan klaim
obat. Tidak ada daftar klaim yang
di l arang ataupun di i zi nkan
sehingga klaim harus diawasi oleh
masing-masing negara.
5.Common Import / Export
Requiments
DAFTAR ISI
1.
2.
3.
4.
5.
Edisi Maret 2004 Halaman 3
I NFOPOM Badan POM
Semua kosmetik harus mengikuti
ASEAN Directive dan dokumen
teknisnya. Izin dan persyaratan
ekspor dan impor harus diawasi
masing-masing negara.
6. Cosmetic Ingredients Lists
Mengikuti daftar bahan kosmetik
seperti yang tercantum dalam
daftar ilustrasi EU (European
Union) dan ASEAN Handbook of
Cosmetic Ingredients.
7. Illustrative List By Category Cos-
metic Products
Merupakan daftar ilustrasi EU
mengenai produk kosmetik, yang
sekarang terbuka dan berkembang.
Semua produk yang memenuhi
definisi kosmetik pasti dimasukkan
ke dalam kosmetik.
III. ASEAN Cosmetic Com-
mittee (ACC)
Pada tanggal 2 September 2003 telah
dilakukan penandatanganan Kese-
pakatan Harmonisasi ASEAN di
bidang Regulasi Kosmetik. Dalam hal
ini Indonesia diwakili oleh Menteri
Perdagangan dan Perindustrian,
Rini MS Soewandi. Dengan demikian
tugas CPWG digantikan oleh ASEAN
Cosmetic Committee (ACC) yang
bertanggungjawab terhadap efektifitas
fungsi dari kesepakatan tersebut.
ACC terdiri dari satu orang perwakilan
resmi dari masing-masing negara dan
perwakilan tersebut mempunyai
tanggungjawab terhadap otoritas
regul asi di bi dang kosmeti k,
perwakilan dari Sekretariat ASEAN
dan perwakilan dari ASEAN Cosmetic
Association (ACA). Pada saat sidang
ACC, masing-masing perwakilan
resmi dapat menyertakan anggota
delegasinya. Dalam sidangnya, ACC
membahas dan membuat keputusan
yang berkenaan dengan koordinasi,
pengkajian ulang, dan monitoring dari
implementasi kesepakatan.
Pada sidang pertama ACC bulan
Desember 2003 di Hanoi, telah terpilih
sebagai Ketua (Chair) yaitu Mrs.
Werawan Tangkeo (Thailand) dan
sebagai wakilnya (Co Chair) adalah
Drs. Ruslan Aspan, MM (Indonesia).
Dengan demikian sesuai aturan
mainnya, 2 tahun setelah masa
tugasnya sebagai Co Chair, Drs.
Ruslan Aspan akan menjadi ketua
ACC. Merupakan kesempatan bagi
Indonesia untuk dapat berperan dalam
penentuan keputusan-keputusan
yang berkenaan dengan kebijakan
Harmoni sasi ASEAN di bi dang
Kosmetik.
IV. Yang diperlukan dalam
Harmonisasi ASEAN
Cosmetic GMP
Menginterpretasikan dan menerapkan
CPKB (Cara Produksi Kosmetik yang
Baik) ASEAN yang konsisten antar
Pemerintah dan Industri diantara
Negara ASEAN
Product Safety Evaluation / Post
Marketing Surveillance
Suatu prinsip keamanan produk dan
mekanisme untuk menjamin bahwa
produk kosmetik yang dipasarkan
hanya yang aman dan berkualitas
Keracunan ???
Jangan panik
segera hubungi:
BIDANG INFORMASI KERACUNAN
BADAN POM
Jl. Percetakan Negara No. 23
Jakarta Pusat 10560
Telp. (021) 42889117; (021) 4259945
Fax. (021) 42889117
Hp : 081310826879 (24 jam)
e-mail: informasi@pom.go.id pusatiomker@cbn.net.id
Edisi Maret 2004
ASEAN Cosmetic Scientific Body
Dibentuknya Scientific Body, yang
terdiri dari wakil pemerintah, industri,
profesi/akademik, untuk meninjau
kembali masalah teknis/keamanan
Daftar Bahan Kosmetik ASEAN.
V. Persiapan Indonesia
Merupakan pekerjaan rumah yang
tidak sederhana bagi Indonesia untuk
mel akukan persi apan secara
menyeluruh menjelang implementasi
ASEAN Di recti ves. Penataan
tersebut harus dilakukan bagi industri
dan pelaku usaha di bidang kosmetik
serta aparat otori tas regul asi .
Masalah yang paling mendesak
adalah kesiapan industri kosmetik
dalam penerapan CPKB. Menurut
data yang ada, dari 744 Industri Kos-
metik yang ada di Indonesia, baru
sekitar 16 yang telah memiliki ser-
tifikat CPKB. Selain itu ada 38 industri
yang menggunakan sarana produksi
farmasi pemegang sertifikat CPOB.
Hal tersebut menunjukkan bahwa
rendahnya potensi daya saing produk
kita dibandingkan dengan negara lain
yang telah siap dalam implementasi
ASEAN Directives, seperti Malaysia,
Singapura, dan Filipina.
Badan POM dalam hal ini sebagai
leading sector, telah menyusun
roadmap dalam strategi pengawasan
kosmeti k, untuk persi apan
implementasi Harmonisasi Asean
untuk regulasi kosmetik, diantaranya
beberapa aktivitas yang segera
dilakukan adalah: mendorong industri
dalam penerapan CPKB, perubahan
Regulasi Kosmetik secara bertahap
untuk disesuaikan dengan ASEAN
Directives, serta peningkatan kualitas
I NFOPOM Badan POM
Halaman 4
sumber daya manusia terutama pada
otoritas regulasi kosmetik dan industri
melalui pelatihan dan pembinaan
intensif serta in house training ter-
hadap 600 industri kecil, pelatihan sis-
tem post marketing surveillance dan
product safety evaluation, serta
pelatihan-pelatihan yang berkaitan
dengan laboratorium
VI. Penutup
Dari uraian di atas, maka dapat di-
simpulkan bahwa ASEAN Harmo-
nisasi di bidang Regulasi Kosmetik
merupakan terobosan positif dalam
peni ngkatan perekonomi an,
menghi ndari penguj i an ul ang
kosmetik di tiap-tiap negara ASEAN,
mengurangi biaya, meningkatkan
kompetisi dan inovasi, perlindungan
konsumen dan merupakan forum
regul ator di kawasan ASEAN
berinteraksi.
Perlu sikap positif dan semangat yang
tinggi serta kerjasama lintas sektor
yang komprehensi f dal am
menghadapi ASEAN Harmonisasi
tersebut, mengingat Indonesia
memiliki jumlah penduduk yang besar,
area negara yang luas dan sumber
daya alam yang sangat beraneka.
Harmoni sasi ASEAN di bi dang
Regulasi Kosmetik, merupakan
tantangan yang harus kita jawab dan
buktikan, bahwa Indonesia mampu
bersaing dan menjadi yang terdepan.
(Dra. RR. Maya Gustina)
Mengenai
Obat, Makanan, Obat Tradisional, PKRT dan Napza
ATAU HUBUNGI
ULPK di Kantor Balai Besar / Balai POM
di seluruh Indonesia
Konsultasi Gratis
Telp/Fax. 021-4263333
Senin-Jumat, Jam 08.00-18.00
Unit Layanan Pengaduan
Konsumen (ULPK) Badan POM
Edisi Maret 2004
LATAR BELAKANG
ebutuhan manusi a akan
bahan makanan tidak hanya
terpenuhi dari bahan
makanan pokok saja, akan tetapi
memerl ukan bahan makanan
tambahan lain sebagai makanan
selingan, yang dikonsumsi diantara
waktu makan utama. Makanan
selingan berupa makanan ringan
(snack food) umumnya disukai oleh
semua golongan umur, tidak terbatas
hanya pada anak-anak saja. Akan
tetapi nilai gizi dari makanan ringan
ini umumnya sangat terbatas.
Tortilla chips adalah salah satu jenis
makanan ringan yang popular di
Meksiko dan Amerika Tengah. Saat
ini di Indonesia pun, terutama dikota-
kota besar seperti Jakarta, Bandung
dan Surabaya jenis makanan ini
sudah mulai banyak disukai. Bahan
baku utama pembuatan tortilla chips
adalah jagung, hal mana sangat
menguntungkan karena j agung
mempunyai potensi yang cukup baik
di Indonesia. Menurut data BPS
(tahun 2000), produksi jagung di In-
donesia mencapai 9.344.800 ton
dengan luas panen 3.459.300 hektar
yang berarti rata-rata panen 2701 kg/
hektar. Dengan demikian tortilla chips
PENAMBAHAN IKAN TERI
(Stolephorus sp)
SEBAGAI SUMBER PROTEIN
DALAM PEMBUATAN
T o r t i l l a C h i p s
dapat dijadikan salah satu alternatif
penganekaragaman olahan jagung.
Tortilla chips yang merupakan produk
olahan jagung, mengandung energi
yang cukup tinggi tetapi kandungan
proteinnya relatif rendah terutama
pada kandungan asam ami no
essensi al nya. Berdasarkan hal
tersebut maka diperlukan suple-
mentasi bahan yang tinggi kandung-
an proteinnya baik dari bahan nabati
maupun bahan hewani pada produk
olahan jagung tersebut. Protein he-
wani memiliki kelebihan pada mutu
proteinnya jika dibandingkan dengan
protein nabati, yaitu memiliki mutu
cerna lebih tinggi dan asam-asam
amino yang lebih lengkap.
Di Indonesia, ikan teri merupakan
salah satu jenis ikan peligis yang
sangat populer di masyarakat sebagai
ikan yang dikonsumsi sehari-hari baik
dalam bentuk olahan (kering, pindang,
asin dan lain-lain) (Deptan, 1999). Ikan
teri mengandung cukup protein dan
kaya kal si um sehi ngga dapat
memberikan tambahan protein dan
kalsium. Selain itu, harga ikan teri
relatif lebih murah dibandingkan
dengan sumber protein hewani lainnya
dan ketersediaannya cukup melimpah
di Indonesia.
I NFOPOM Badan POM
K
Halaman 5
Edisi Maret 2004
Menurut Anonymous (1998), ikan teri
dalam sistematika dimasukan dalam:
Ordo : Malacoptrygii
Famili : Clupeidae
Genus : Stolephorus
Spesies : Commersonii
Penelitian Penambahan Ikan Teri
(Stolephorus sp) sebagai sumber pro-
tein dalam pembuatan Tortilla chips
ini dilakukan di Laboratorium Pe-
ngolahan Pangan dan Laboratorium
Kimia Gizi, Jurusan Gizi Masyarakat
dan Sumber daya Keluarga, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor
serta Laboratorium Pilot Plant, Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi,
Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini
berlangsung sejak bulan Juli sampai
Oktober 2002.
Pemanfaatan ikan teri sebagai bahan
suplementasi dalam pembuatan
tortilla chips diharapkan dapat
meningkatkan daya guna ikan teri
sebagai upaya penganekaragaman
pangan. Selain itu hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberi informasi
tentang zat gizi tortilla chips yang
mengandung ikan teri.
Tujuan umum penelitiaan ini adalah
mempelajari penambahan ikan teri
(Stolephorus sp) sebagai sumber
protein dalam pembuatan tortilla
chips.
Sedangkan tuj uan khususnya
meliputi :
(1) Menentukan komposisi gizi (pro-
I NFOPOM Badan POM
Komposisi
Komposisi Kimia dan asam amino esensial jagung dan ikan teri :
1. Komposisi Kimia Jagung dan Ikan Teri (per 100 g BDD)*
Jumlah
Jagung Ikan Teri
Energi 355 kkal 77 kkal
Protein 9.2 g 16.0 g
Lemak 3.9 g 1.0 g
Karbohidrat 73.7 g 0 g
Kalsium 10 mg 500 mg
Fosfor 256 mg 500 mg
Besi 2.4 mg 1.0 mg
Vitamin A 60 RE 47 RE
2. Komposisi Asam Amino Esensial Protein Jagung dan Ikan Teri*
Jumlah
Jagung Ikan Teri
Isoleusin 32.3 45.20
Leusin 106.5 90.10
Lisin 25.8 67.40
Metiopnin + Sistin 30.8 32.60
Fenilalanin + Tirosin 57.0 63.80
Treonin 43.9 39.30
Triptofan 6.7 11.80
Valin 45.3 51.90
*Sumber : Hardinsyah & Briawan (1990)
Asam amino (mg/g protein)
Komponen
Halaman 6 Edisi Maret 2004
Edisi Maret 2004
tein, kalsium, lemak, kadar air,
kadar abu dan karbohidrat) dan
daya cerna protein jagung dan
tepung ikan teri,
(2) Menentukan formula tortilla chips
dengan penambahan tepung ikan
teri,
(3) Mempelajari pengaruh penam-
bahan tepung ikan teri terhadap
daya terima tortilla chips yang
dihasilkan,
(4) Mempelajari pengaruh penam-
bahan tepung ikan teri terhadap
komposisi gizi (protein, kalsium,
lemak, kadar air, kadar abu dan
karbohidrat) dan daya cerna pro-
tein tortilla chips yang dihasilkan.
Tortilla chips merupakan hasil pema-
sakan alkali secara umum dapat
dibuat dengan dua cara yaitu cara
tradisional dan dengan cara proses
ekstrusi.
Metode tradisonal masih digunakan
di Ameri ka l ati n, yai tu j agung
di masak dal am l arut an kapur
(sekitar 0,5 1%) atau dengan abu
kayu jika kapur tidak tersedia. Suhu
pemasakan yang digunakan 82C
dengan waktu sebentar (<1 jam).
Kemudian jagung direndam selama
semal am dal am suhu kamar.
Jagung yang telah dimasak dan
di rendam di sebut ni xt amal .
Sebelum digiling nixtamal dicuci
untuk menghi l angkan j ari ngan
peri karp dan kel ebi han al kal i .
Adonan hasil penggilingan disebut
masa. Masa merupakan bentuk
dasar untuk menghasilkan berbagai
produk. Masa kemudian dipipihkan
menjadi lembaran dan dipanggang.
(Hoseney, 1998)
Metode lain dalam pembuatan
torti l l a adal ah dengan proses
ekst rusi di mana adonan hasi l
penggilingan (masa) dimasukan
dalam ekstruder pada suhu tertentu.
Tortilla yang dibuat dengan proses
ekst ruksi mempunyai t ekst ur,
warna, rasa dan aroma yang sama
dengan tortilla yang dibuat secara
tradisional (Hoseney, 1998).
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dalam dua
tahap, yaitu penelitian pendahuluan
dan penel i ti an l anj utan. Pada
penelitian pendahuluan dilakukan
analisis kandungan gizi pada jagung,
pembuatan tepung ikan teri dan
anal i si s kandungan gi zi nya,
penentuan taraf penambahan tepung
ikan teri yang digunakan dalam
pembuatan tortilla chips serta uji
kesukaan unt uk menget ahui
peneri maan torti l l a chi ps yang
dihasilkan.
Pada penelitian lanjutan dilakukan
analisis kandungan gizi dan daya
cerna protein tortilla chips yang
terpilih berdasarkan uji kesukaan.
Data hasil uji organoleptik dianalisis
secara deskri pt i f dengan
menggunakan skor modus dan
persentase kesukaan dari masing-
masing taraf perlakuan. Persentase
kesukaan di hi t ung dengan
menj uml ahkan panel i s yang
menyatakan biasa (3), suka (4) dan
sangat suka (5) Uj i kesukaan
di l akukan unt uk menget ahui
penerimaan panelis terhadap tortilla
chi ps yang di hasi l kan. Dat a
t ersebut di anal i si s dengan uj i
Friedman dan jika berdasarkan uji
Friedman dinyatakan ada perbedaan
yang nyata diantara perlakukan
maka dilakukan uji lanjut Multiple
Compari son Test . Unt uk
mengetahui pengaruh perlakuan
terhadap kandungan gizi tortilla
chips yang dihasilkan dilakukan
analisis sidik ragam. Jika hasil
analisis menunjukan perbedaan
yang nyata maka dilakukan uji
lanjut dengan menggunakan uji
lanjut Duncan (Sudjana, 1995).
HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian pendahuluan
diperoleh kandungan gizi jagung
yaitu kadar air 10,98 % (bb), kadar
abu 1,48% (bk), protein 7,60% (bk),
lemak 4,56% (bk), kalsium 10,10mg
dan daya cerna protein 80,75%.
Kadar lemak dan kalsium yang
diperoleh dari hasil analisis lebih
tinggi dibandingkan dengan literatur
sebaliknya kadar air dan protein
lebih rendah dibandingkan dengan
literatur. Hasil analisis tepung ikan
teri menunjukkan bahwa kadar air
5,78 % (bb), kadar abu 10,57 % (bk),
protein 54,68% (bk), lemak 1,43 %
(bk), kalsium 1684,15 mg dan daya
cerna protein 85,75%.
Tingkat penambahan tepung ikan
teri berpengaruh nyata ( = 0,05)
terhadap warna, rasa dan aroma
t ort i l l a chi ps t et api t i dak
berpengaruh nyat a t erhadap
kerenyahan t ort i l l a chi ps.
Penerimaan panelis cenderung
menurun dengan semaki n
meningkatnya substitusi tepung
ikan teri.
Hasil analisis kimia menunjukkan
bahwa kadar ai r t ort i l l a chi ps
berkisar 1,93% 2,56% (bb), Kadar
abu berkisar 4,22% 4,76% (bk),
protein berkisar 6,65% 11,42%
(bk), l emak berki sar 15, 56%
19,33% (bk), karbohidrat berkisar
68, 13%-69, 79% (bk), kal si um
berkisar 301,33mg - 423,90 mg, dan
I NFOPOM Badan POM
Halaman 7 Edisi Maret 2004
Edisi Maret 2004
I NFOPOM Badan POM
Daya cerna prot ei n berki sar
52,47%53,87%.
Berdasarkan uj i si di k ragam
penambahan t epung i kan t eri
berpengaruh nyata ( = 0,05)
terhadap kadar protein, kadar abu
dan kadar lemak, namun tidak
berpengaruh nyata terhadap kadar
ai r, kadar karbohi drat , kadar
kalsium dan daya cerna protein.
Kandungan gi zi t ort i l l a chi ps
meliputi kadar air, kadar abu, kadar
protein dan kadar kalsium serta
daya cerna prot ei n memi l i ki
kecenderungan meningkat dengan
semaki n besarnya t araf
penambahan tepung i kan teri ,
sedangkan pada kadar lemak dan
kadar kar bohi dr at memi l i ki
kecenderungan menurun dengan
semakin meningkatnya penambahan
tepung ikan teri.
KESIMPULAN
1. Hasil analisis kandungan gizi
menunjukkan bahwa kadar air
tortilla chips berkisar 1,93%
2,56% (bb), Kadar abu berkisar
4,22% 4,76% (bk), protein
berkisar 6,65% 11,42% (bk),
l emak berki sar 15, 56%
19, 33% (bk), kar bohi dr at
berkisar 68,13% 69,79% (bk),
kalsium berkisar 301,33mg
423,90 mg, dan Daya cerna pro-
tein berkisar 52,47% 53,87%.
2. Penambahan tepung ikan teri
dapat di l akukan sampai
dengan taraf 30% terhadap
jagung.
3. Penambahan tepung ikan teri
berpengaruh nyata ( = 0,05)
terhadap warna, rasa dan aro-
ma tortilla chips tetapi tidak
berpengaruh nyata terhadap
kerenyahan t ort i l l a chi ps,
berdasarkan uj i kesukaan,
maka torti l l a chi ps dengan
t araf penambahan sampai
10% yang mendapat tingkat
kesukaan terbaik.
4. Penambahan tepung ikan teri
berpengaruh nyata ( = 0,05)
terhadap kadar protein, kadar
abu dan lemak, namun tidak
berpengaruh nyata terhadap
kadar air, kadar karbohidrat,
kadar kalsium dan daya cerna
protein.
SARAN
Per l u di l akukan penel i t i an
lanjutan untuk mengurangi aroma
khas ikan teri pada tortilla chips
dengan penambahan f l avor
seperti flavor bawang putih atau
kej u. Sel ai n i t u mengi ngat
kandungan kalsium pada tortilla
chi ps rel ati f ti nggi maka perl u
dilakukan analisis bioavaibilitas
kalsium. (Ati Widya Perana, SP)
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2000. Statistik Indone-
si a. Bi r o Pusat St at i st i k,
Jakarta.
Muhadj i r, F. 1988.
Kar akt er i st i k Tanaman
Jagung. Dalam Subandi, M.
Syam & A. Wi dj ono (Eds),
Jagung (hlm. 13-18). Badan
Penel i t i an dan Pengem-
bangan Per t ani an, Pusat
Penel i t i an dan
Pengembangan Tanaman
Pangan, Bogor.
Sediaoetama, A.D. 1999. Ilmu
Gi zi (j i l i d 2). Di an Rakyat,
Jakarta.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pa-
ngan dan Gizi. Gramedia Pus-
taka Utama, Jakarta.
Halaman 8
www.pom.go.id
Berita Aktual
Publikasi
Peringatan Publik
Peraturan dan Perundang-undangan
Brosur
Press Release
Silahkan
kunjungi
Situs kami
Edisi Maret 2004
I NFOPOM Badan POM
Halaman 9
agi dunia bisnis, dampak dari
konflik yang berupa pemogokan,
merupakan persoalan yang
serius. Dalam hal ini pengaruh secara
ekonomi akan sangat signifikan.
Produktifitas perusahaan pasti akan
terhambat. Konsekuensinya adalah
pendapatan perusahaan akan
berkurang atau tidak ada sama sekali.
Keadaan seperti ini jelas harus
dicarikan solusinya.
Bagi para praktisi public relations,
konflik merupakan tantangan yang
tidak mudah. Hanya saja, dengan basis
ilmu komunikasi, para praktisi public
relations melihat konflik sebagai
sesuatu distorsi dalam komunikasi.
Oleh karena itu, harus didesain
langkah-langkah strategis untuk
memperbaiki komunikasi yang
terhambat tadi. Bagaimanapun,
konflik bagaikan tamu yang tidak
diundang, akan muncul jika saluran
komunikasi terhambat. Sementara itu,
dalam konflik seringkali dilupakan
faktor negosiasi, apalagi jika emosi
dan ego sudah menguasai semua pihak
yang telibat konflik tersebut.
Dalam menanggulangi konflik,
sebagai langkah awal adalah
pemahaman akar dari konflik tersebut.
Public Relations dan Konflik
Untuk itu, harus dilakukan penelitian
tentang faktor-faktor yang dominan
dalam konflik tadi. Dengan adanya
pemahaman yang mendalam maka
selanjutnya harus dibuat strategi
komunikasi sebagai solusi di antara
pihak-pihak yang konflik tadi. Salah
satu pendekatan yang bisa dipakai
adalah model dua arah yang asimetris.
Sasaran dari model ini adalah upaya
perusahaan atau organisasi
berkomunikasi secara persuasif agar
pihak lain menerima kepentingan
perusahaan. Sebagai alternatif dari
model ini adalah model dua arah yang
simetris. Model terakhir ini memiliki
keunggulan karena terdapat proses
yang seimbang. Artinya, di satu sisi
perusahaan akan mempengaruhi pihak
lain yang dalam hal ini boleh jadi
karyawan atau masyarakat, sedangkan
di sisi lain masyarakat atau karyawan
berpeluang untuk mempengaruhi
perusahaan.
Mengingat konflik seringkali
berujung pada suasana panas dan boleh
jadi tidak terkendali, maka harus ada
pihak ketiga sebagai penengah. Di
sini terdapat peluang besar bagi para
praktisi public relations untuk
memainkan peranan yang penting.
Dengan komunikasi dua arah untuk
mencapai hasil yang menang-
menang, para praktisi public relations
sangat tepat dalam posisi seperti ini.
Dalam kaitan ini, para praktisi public
relations harus menginterpretasikan
masyarakat kepada manajemen
perusahaan yang seringkali disebut
sebagai koalisi dominan. Selain itu,
tanggung jawab para praktisi public
relations adalah menginterpretasikan
perusahaan atau koalisi dominan
kepada masyarakat.
Pengendalian konflik dengan
tujuan agar semua pihak bisa
menang, pada dasarnya adalah
membuat keseimbangan antara
kepentingan perusahaan dengan
kepentingan masyarakat. Sementara
itu, tujuan yang lebih jauh adalah agar
antara perusahaan dengan masyarakat
terjalin rasa percaya. Kalau
sebelumnya sudah pernah ada rasa
percaya kemudian terganggu, tentu
dibutuhkan upaya yang lebih besar lagi
agar rasa percaya tersebut bisa
menyambung kembali.
Tumbuhnya rasa percaya antara
perusahaan dengan masyarakat
merupakan landasan yang kuat agar
bisnis berjalan lancar. Bagaimanapun,
masyarakat adalah kelompok
berkepentingan terhadap perusahaan.
Oleh karena itu, komunikasi dengan
masyarakat harus diprioritaskan agar
tumbuh saling pengertian yang
merupakan kekuatan bagi perusahaan
untuk membuat dan melaksanakan
kebijakan yang pro-masyarakat, selain
produk dan jasanya yang disenangi
masyarakat. (AFA News)
Konflik dalam alam demokrasi bisa dilihat sebagai sesuatu yang
lumrah. Ini tidak lain karena akar dari konflik adalah perbedaan
pendapat. Dan, justru demokrasi bisa tumbuh dengan subur jika
perbedaan pendapat tidak dihambat. Namun, persoalannya akan
lain jika konflik tersebut berkepanjangan dan manifestasinya
berbentuk pemogokan. Walau begitu, pemogokan pun
merupakan hak azasi manusia, yang sebetulnya tidak perlu
dikhawatirkan.
B
Edisi Maret 2004
Edisi Maret 2004
12. Operasi pengawasan produksi dan distribusi obat selama tahun
2003 juga makin ditingkatkan. Tindak lanjut dari hasil peme-
riksaan yang dilakukan antara lain ialah :
peringatan keras kepada 9 industri farmasi
penghentian sementara kegiatan kepada 1 industri farmasi
peringatan keras kepada 60 PBF
penghentian sementara kegiatan terhadap 9 PBF
peringatan kepada 73 apotek
peringatan keras kepada 12 apotek
penghentian sementara kegiatan 6 apotek.
13. Badan POM juga telah melakukan pengawasan terhadap iklan
yang mencakup penilaian sebelum iklan ditayangkan dan moni-
toring terhadap iklan yang sudah ditayangkan. Selama tahun
2003 jumlah iklan yang dinilai/dievaluasi oleh Tim Indipenden
Iklan Badan POM mencakup 536 iklan obat bebas, 535 iklan
suplemen makanan dan 309 iklan obat tradisional dimana sekitar
15% ditolak karena konsep iklan tidak sesuai dengan kandungan
produknya. Hasil pengawasan/monitoring terhadap iklan yang
beredar memperlihatkan bahwa sebagian besar pelanggaran
menyangkut produk obat tradisional kemudian berturut-turut
produk suplemen makanan dan produk pangan. Rincian hasil
pemantauan iklan adalah sebagai berikut :
Dari 703 iklan obat bebas yang diawasi sekitar 18% masih
belum sesuai dengan yang disetujui Badan POM.
Dari 717 iklan produk obat tradisional yang dipantau sekitar
60% masih tidak memenuhi persyaratan karena
menyampaikan klim yang berlebihan dimana iklan tersebut
sebagian besar tidak melalui pre review Badan POM.
Dari 517 iklan suplemen makanan yang diamati sekitar 31%
masih mencakup klim yang tidak sesuai sesuai dengan
yang disetujui Badan POM.
Dari 3572 iklan kosmetik yang diawasi hanya sekitar 2%
yang memberikan klim berlebihan, tidak etis atau tidak
relevan dengan kandungan produknya.
Dari 1052 iklan produk pangan sekitar 30% memberikan
informasi yang berlebihan dan menyesatkan.
Selain itu Badan POM selama tahun 2003 mengawasi/memonitor
iklan rokok yang mencakup 5.594 iklan. Dari jumlah iklan rokok
yang dipantau tersebut sebanyak 4.260 iklan tidak memenuhi
ketentuan.
14. Dalam pada itu, pada tahun 2003 Badan POM telah melakukan
operasi penyelidikan mencakup 1.376 sasaran dan 323 kasus
ditindak lanjuti dengan Pro justitia. Kasus pro justitia yang ditangani
Badan POM mencakup: obat 250 kasus; makanan 36 kasus; obat
tradisional 30 kasus; kosmetika 3 kasus; dan alkes 4 kasus. Dari
sekian kasus pidana tersebut sebagian telah mendapat keputusan
Pengadilan dengan sanksi pidana dan sanksi denda yang
bervariasi sebagai
Kasus tindak pidana bidang obat: pidana penjara mulai dari
14 hari sampai dengan pidana penjara 1 tahun 2 bulan;
pidana denda mulai dari Rp. 150.000,- sampai dengan
Rp. 5.000.000,- subsider 3 bulan.
Kasus tindak pidana bidang makanan: pidana penjara mulai
dari 15 hari sampai dengan pidana penjara 8 bulan masa
percobaan 1 tahun 6 bulan; pidana denda mulai dari
Rp. 50.000,- sampai dengan Rp. 400.000,- subsider 15 hari.
Kasus pidana bidang obat tradisional: pidana penjara mulai
dari 5 hari sampai dengan 4 bulan; pidana denda mulai dari
Rp 50.000,- sampai dengan Rp. 10.000.000,-
15. Dari hasil operasi pengawasan Badan POM diketemukan
31 produk impor kosmetika illegal/tidak terdaftar pada Badan
POM yang mengandung bahan-bahan yang terlarang terutama
merkuri (Hg) dan Rhodamin B. Diserukan kepada masyarakat
luas untuk ekstra hati-hati terhadap produk-produk yang tidak
terdaftar, karena konsumen akan menghadapi resiko yang
merugikan kesehatannya. Daftar kosmetika impor illegal yang
mengandung bahan yang dilarang dapat dilihat pada lampiran.
16. Untuk mengantisipasi dan menindaklanjuti keluhan/pengaduan
konsumen, Badan POM telah mengembangkan Unit Layanan
Pengaduan Konsumen di kantor pusat maupun di Balai Besar/
Balai POM diseluruh Indonesia. Selama tahun 2003 Badan POM
telah menerima 3236 pengaduan dan permintaan informasi dari
masyarakat yang berkaitan dengan obat dan makanan. Permintaan
informasi terbanyak menyangkut produk pangan 43% disusul
berturut-turut informasi obat 14%, obat tradisional 12%, kosmetik 11%
dan informasi lain-lain sekitar 23%.
KETERANGAN PERS
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI
TENTANG
KINERJA BADAN POM TAHUN 2003
(LANJUTAN)
Jakarta, 8 Januari 2004
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
KEPALA
H. SAMPURNO
I NFOPOM Badan POM
Halaman 10 Edisi Maret 2004
Edisi Maret 2004
Halaman 11
Lampiran :
1 UB.Ginsara Pearl Cream.Pot 5 g Production By Thai Hg (Merkuri)
Techniques.CO.Ltd
2 Cream Malam - Hg (Merkuri)
3 Yifuli meibai Quban Huican Su.Pot 25 gr - Hg (Merkuri)
4 Yifuli Texiao Zengbai Quibanwang.
Pot 25 gr - Hg (Merkuri)
5 QL Cream Botol 18gr Lusicao, Guang Zhou, China Hg (Merkuri)
6 QF Cream Botol 18gr Lusicao, Guang Zhou, China Hg (Merkuri)
7 Renny Lipstick Lip Life 300 Tidak tercantum Merah K 10 (Rhodamin B)
8 Violentine Ruby Light Moisture Lips PT. Violentine Ruby Cosm Corp Merah K 10 (Rhodamin B)
(tidak memiliki legalitas perusahaan)
9 Deluxe Case P 15 Lipstik Made in China Merah K 10 (Rhodamin B)
10 Sella Lipstik - Merah K 10 (Rhodamin B)
11 Aika Lipstik 153,154,157 ; 89-69 ;89-70 - Merah K 10 (Rhodamin B)
12 Thailamei Eye Shadow.Blush,Way Thailamei Cosmetic Industrial Comp Merah K 10 (Rhodamin B)
Cake No.5
13 Tiannuo Lipstik Exploit Longue Tenne et - Merah K 10 (Rhodamin B)
Comfort Poids Plume 102,107,116 stik 1,8 gr
14 Thai La Mei Color Control Two Way Cake - Merah K 10 (Rhodamin B)
Eye Shadow 3 in 1
15 Thai La Mei Crystal Two Way Cake & - Merah K 10 (Rhodamin B)
Multi Color Eye Shadow
16 Casandra ColorFix Lipstik with Vit. E - Merah K 10 (Rhodamin B)
17 Perona mata Dily -kotak - Merah K 10 (Rhodamin B)
18 Lipstik Tokyo 7 - Stick - Merah K 10 (Rhodamin B)
19 Lipstik Tokyo 11 - Stick - Merah K 10 (Rhodamin B)
20 Lipstik Tokyo 12 - Stick - Merah K 10 (Rhodamin B)
21 Luoys Eye Colour Pot. Limei Cosmetics Co.LTD Merah K 3
22 Bamboo Blue No. 21 Lipstics . Tube Chun Gao Merah K 3
23 Tai Lai Mei Eye Shadow Two Way Cake - Merah K 10 (Rhodamin B)
24 Tai Lai Mei 21 ST Century Foundation - Merah K 10 (Rhodamin B)
25 Multiple Eye Shadow & Two Way Cake Camco Tai Lai Mei Cosmetic Industrial Merah K 10 (Rhodamin B)
Company
26 New Rody Special Rosedew Daily Chemical Factory Hg (Merkuri)
27 Fate of Flower Eye Shadow H.K. Luck Flower Cosmetics Merah K 3
Group Limited
28 Hengfang 2 in 1 Lipcolor & Eye Shadows Shantou Hengfang Cosmetics Merah K 10 (Rhodamin B)
Enterprise Co. Ltd
29 Lelinda Make Up Kit - Merah K 10 (Rhodamin B)
30 Perona Mata Dily - Merah K 10 (Rhodamin B)
31 Eye Colour Luoys Colour Limei Cosmetics Co. Ltd Merah K 10 (Rhodamin B)
Nama Produsen / negara asal
Hasil Uji Positif
Mengandung
No. Nama Kosmetika / Kemasan
I NFOPOM Badan POM
Edisi Maret 2004
HASI L TEMUAN DI PEREDARAN KOSMETI K YANG MENGANDUNG HASI L TEMUAN DI PEREDARAN KOSMETI K YANG MENGANDUNG HASI L TEMUAN DI PEREDARAN KOSMETI K YANG MENGANDUNG HASI L TEMUAN DI PEREDARAN KOSMETI K YANG MENGANDUNG HASI L TEMUAN DI PEREDARAN KOSMETI K YANG MENGANDUNG
BAHAN YANG DI LARANG TAHUN 2003 BAHAN YANG DI LARANG TAHUN 2003 BAHAN YANG DI LARANG TAHUN 2003 BAHAN YANG DI LARANG TAHUN 2003 BAHAN YANG DI LARANG TAHUN 2003
Edisi Maret 2004
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue dengan angka ke-
matian dan kesakitan yang cukup tinggi. Sampai saat ini
pengobatan DBD masih bersifat suportif, yaitu mengatasi
kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan
permeabilitas pembuluh darah kapiler dan sebagai akibat
perdarahan, pada kasus-kasus tertentu pemberian tranfusi
darah diperlukan.
Sejak tahun 2003 Badan POM bekerjasama dengan
Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga melakukan penelitian pengembangan ekstrak
daun jambu biji untuk pengobatan DBD. Pada tahap awal
penelitian dimulai dengan pengujian preklinik
Pada tahap awal dilakukan penelitian preklinik di Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga yang menggunakan
hewan model mencit dengan pemberian oral ekstrak daun
jambu biji terbukti dapat menurunkan permeabilitas
pembuluh darah. Pada penelitian tersebut dilaporkan juga
bahwa ekstrak daun jambu biji terbukti dapat meningkatkan
jumlah sel hemopoetik terutama megakariosit pada
preparat dan kultur sumsum tulang mencit. Pada uji ke-
amanan (toksisitas) ekstrak daun jambu biji termasuk zat
yang praktis tidak toksik .
Daun jambu biji mengandung berbagai macam komponen
diantaranya yang mungkin berkhasiat mengatasi DBD
adalah kelompok senyawa tanin dan kelompok flavonoid
yang dinyatakan sebagai quersetin. Dilaporkan bahwa se-
nyawa tanin dalam ekstrak daun jambu biji dapat meng-
hambat aktivitas enzim reverse trancriptase yang berarti
menghambat pertumbuhan virus yang berinti RNA. Dalam
kaitan dengan itu telah dilakukan uji in vitro ekstrak daun
jambu biji dimana ekstrak tersebut terbukti dapat meng-
hambat pertumbuhan virus dengue. Kelak setelah dilaku-
kan penelitian lebih lanjut diharapkan ekstrak daun jambu
biji dapat digunakan sebagi obat anti virus dengue.
Telah dilakukan uji pemula berupa penelitian open label
di beberapa rumah sakit di Jawa Timur pada penderita
DBD dewasa dan anak-anak. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun jambu biji
dapat mempercepat peningkatan jumlah trombosit tanpa
disertai efek samping yang berarti, misalnya sembelit.
Penelitian open label ini masih perlu dilanjutkan dengan
uji klinik untuk membuktikan kasiat dengan evidence base
yang lebih kuat/bukti bukti ilmiah.
Pengamatan lain yang sedang dikerjakan dalam penelitian
ini adalah pengaruh pemberian ekstrak daun jambu biji
terhadap :
Sekresi GM-CSF dan IL-11 untuk mengetahui meka-
nisme kerjanya pada trombopoiesis
Aktivitas sistem komplemen dan sekresi TNF- oleh
monosit dalam hubungannya dengan mekanisme
terjadinya penurunan permeabilitas pembuluh darah.
KETERANGAN PERS
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI
TENTANG
HASIL SEMENTARA PENELITIAN EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA)
SEBAGAI OBAT PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
No. KH. 00.01.241.259.III.2004
Tanggal 10 Maret 2004
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
KEPALA
H. S A M P U R N O

Pada tahun 2004 akan dilakukan uji klinik di RSUD Dr. Soe-
tomo/Fakultas Kedokteran Unair Surabaya yang akan dipimpin
oleh Prof. DR. Dr. Sugeng Sugijanto DSA yang dibantu dr M.
Nasirudin dengan Dr. Ugrasena untuk pasien DBD anak dan
Prof. dr. Edy Soewandojo SpPD untuk pasien DBD dewasa.

I NFOPOM Badan POM


Halaman 12 Edisi Maret 2004

Anda mungkin juga menyukai