Anda di halaman 1dari 24

SINDROM NEFROTIK DENGAN DEMAM TYPHOID

A. Identitas Pasien
Nama : P
No. RM : 27 77 96
Tanggal Lahir : 21 Oktober 2000
Usia : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Singa no.81
Agama : Kristen
Tanggal Masuk : 11-07-2014
Waktu Masuk : 20.00 Wita

B. PEMERIKSAAN
1. ANAMNESIS
a) Keluhan Utama : Demam
b) Anamnesis Terpimpin :
Pasien dibawa ke Rumah Sakit dengan keluhan demam sejak 2 hari
yang lalu disertai sakit perut. Pasien juga mengeluh batuk (+) dan
sakit kepala (+) sejak kemarin dan bengkak pada kelopak mata sejak
beberapa bulan yang lalu. Nafsu makan kurang, minum kuat, BAB encer
dan BAK biasa.
c) Riwayat Penyakit Terdahulu : Penyakit ginjal
d) Riwayat pengobatan : Pernah berobat
e) Riwayat penyakit Keluarga : Tidak diketahui.

2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Sakit Sedang
Composmentis (GCS 15)
Gizi Buruk
b. Tanda Vital
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 96x/ menit
Pernafasan : 26x/ menit
Suhu : 36,7
o
C
Berat Badan : 32 kg
Tinggi Badan : 145 cm
c. Kepala
Kesan normal, tidak ada tanda trauma atau benjolan, ubun-ubun
besar menutup, muka simetris, rambut hitam, lurus, tidak mudah
dicabut.
d. Mata
Konjungtiva kanan dan kiri pucat (-), tidak ada sklera ikterik pada
kedua mata, udema palpebral +/+, dan cekung -/-.
e. Telinga
Bentuk normal, tidak ada secret, cairan, luka maupun perdarahan.
Fungsi pendengaran baik.
f. Hidung
Bentuk auricular normal, septum nasi ditengah, tidak ada deviasi,
mukosa tidak hiperemis, tidak ada edema concha. Tidak terdapat
secret pada kedua lubang hidung dan epistaksis (-).
g. Tenggorokan
T
1
/T
1
Hiperemis (-), trachea ditengah.

h. Gigi dan mulut
Bibir tampak normal serta tidak kering, tidak ada sianosis dan tidak
ada stomatitis, lidah kotor (+)



i. Leher
Tidak tampak adanya luka maupun benjolan. Tidak teraba adanya
pembesaran kelenjar getah bening dan tidak ada kaku kuduk.
j. Thoraks
a) Inspeksi : Pada keadaan statis dada terlihat simetris kanan
dan kiri, pada keadaan dinamis dinding dada
terlihat simetris kanan dan kiri, terdapat retraksi
atau penggunaan otot pernapasan tambahan.
Pulsasi iktus kordis tidak terlihat.
b) Palpasi : Fremitus tidak melemah pada lapangan paru kanan
dan kiri.
c) Perkusi : Pada lapangan paru didapatkan bunyi sonor, batas
paru hepar didapatkan ICS VI sebelah kanan efusi
pleura (-)
d) Auskultasi : sonor kanan = kiri
k. Batas Jantung
a) Batas atas : Incisura costalis space 3
b) Batas bawah : Incisura costalis space 6
c) Batas kanan : Linea parasternalis dextra
d) Batas kiri : Linea medioclavicularis sinistra
e) Auskultasi : Bunyi paru vesicular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-,
bunyi janyung S1, S2 murni, murmur (-), gallop(-).
l. Abdomen
a) Inspeksi : Turgor baik, dinding abdomen ikut gerak napas dan
tidak terlihat adanya penonjolan massa ataupun
adanya luka.
b) Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal

b) Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan (+), hepar tidak
teraba, lien tidak teraba
c) Perkusi : Thympani (+)
m. Punggung
Tampak normal, tidak terlihat kelainan bentuk tulang belakang,
tampak skoliosis (-), gibbus (-)

n. Ekstremitas atas dan bawah
Edema pretibial +/+, edema dorsum pedis +/+
o. Alat Kelamin
Tidak ada kelainan

3. DIAGNOSIS SEMENTARA
Sindroma Nefrotik
Demam Typhoid















4. PENATALAKSANAAN DAN FOLLOW UP
Tanggal 11/07/14
KU : Sakit Sedang
S : Pasien dibawa ke Rumah Sakit dengan keluhan demam sejak 2
hari yang lalu disertai sakit perut. Pasien juga mengeluh batuk
(+) dan sakit kepala (+) sejak kemarin dan bengkak pada kelopak
mata sejak beberapa bulan yang lalu.
- Nafsu makan : Kurang
- BAB : encer
- BAK : lancar
O :
- BP Vesikuler Rh -/-, wh-/-
- BJ I/II murni reguler, bising (-)
- Peristaltik (+) kesan : Normal
- S : 36,7
0
C, T : 100/80 mmHg, N :96x/m, P : 26x/m
- Edema palpebral (+), dorsum pedis (+), prtibial (+)
- Lidah kotor (+)
Terapi:
- IVFD RL-16 tts/menit
- Inj.Antrain ampul
- Inj.Ondansentron ampul (IV)

Anjuran :
- Darah Rutin
- Urine lengkap


Tanggal 12/07/14
KU : Sakit Sedang
S : - Demam (+), menggigil (-), Kejang (-), Nyeri kepala (-)
- Batuk (+), berlendir (-), Sesak (-)
- Mual (-), muntah (-), Nyeri perut (-)
- Nafsu makan : baik
- BAB : encer
- BAK : lancar
O :
- BP Vesikuler Rh -/-, wh-/-
- BJ I/II murni reguler, bising (-)
- Peristaltik (+) kesan : Normal
- S : 36,7
0
C, T : 90/60 mmHg, N : 90x/m, P : 22x/m
- Edema palpebral (+),edema dorsum pedis (+),edema pretibial (+)
- Lidah kotor (+)
Terapi:
- IVFD RL-16 tts/menit
- Ceftriaxone 750mg IV
- Prednison 3x5 tab
- Diet : Makanan Biasa Rendah Garam
- Istirahat.

Tanggal 13/07/14
KU : Sakit Sedang
S :
- Demam (-), menggigil (-), Kejang (-), Nyeri kepala (-)
- Batuk (-), Sesak (-)
- Mual (-), muntah (-), Nyeri perut (-)
- Nafsu makan : baik
- BAB : lancar
- BAK : lancar
O :
- BP Vesikuler Rh +/+, wh-/-
- BJ I/II murni reguler, bising (-)
- Peristaltik (+) kesan : Normal
- S : 36,5
0
C, T : 100/60 mmHg, N : 92x/m, P : 28x/m
- Edema palpebral (-), dorsum pedis (-), pretibial (-)
Terapi:
- IVFD RL-12 tts/menit
- Ceftriaxone 750mg IV
- Prednison 3x5 tab
- Istirahat
- Diet : Makanan Biasa Rendah Garam

Tanggal 14/07/14
KU : Baik
S :
- Demam (-), menggigil (-), Kejang (-), Nyeri kepala (-)
- Batuk (-), Sesak (-)
- Mual (-), muntah (-), Nyeri perut (-)
- Nafsu makan : baik
- BAB : lancar
- BAK : lancar.
O :
- BP Vesikuler Rh -/-, wh-/-
- BJ I/II murni reguler, bising (-)
- Peristaltik (+) kesan : Normal
- S : 35,4
0
C, T : 90/60 mmHg, N : 92x/m, P : 26x/m
- Edema palpebral (-), dorsum pedis (-), pretibial (-)

Terapi:
- IVFD RL-12 tts/menit
- Ceftriaxone 750mg IV
- Prednison 3x5 tab
- Istirahat
- Diet : Makanan Biasa Rendah Garam
- Periksa urine lengkap


Tanggal 15/7/14
KU : Sakit ringan
S :
- Demam (-), menggigil (-), Kejang (-), Nyeri kepala (-)
- Batuk (-), Sesak (-)
- Mual (-), muntah (-), Nyeri perut (-)
- Nafsu makan : baik
- BAB : lancar
- BAK : lancar.
O :
- BP Vesikuler Rh -/-, wh-/-
- BJ I/II murni reguler, bising (-)
- Peristaltik (+) kesan : Normal
- S : 36,7
0
C, T : 90/60 mmHg, N : 92x/m, P : 26x/m
- Edema palpebral (-), dorsum pedis (-), pre tibial (-)
- lidah kotor (-)
Terapi:
- Aff infus
- Ceftriaxone 750mg IV
- Prednison 3x5 tab
- Betafort 2x1 cth
- Istirahat
- Diet : Makanan Biasa Rendah Garam

Tanggal 16/7/14
KU : Baik
S :
- Demam (-), menggigil (-), Kejang (-), Nyeri kepala (-)
- Batuk (-), Sesak (-)
- Mual (-), muntah (-), Nyeri perut (-)
- Nafsu makan : baik
- BAB : lancar
- BAK : lancar
O :
- BP Vesikuler Rh -/-, wh-/-
- BJ I/II murni reguler, bising (-)
- Peristaltik (+) kesan : Normal
- S : 36,7
0
C, T : 90/60 mmHg, N : 96x/m, P : 26x/m
- Edema palpebral (-), dorsum pedis (-), pretibial (-)
- Lidah kotor (-)
Terapi:
- Prednison 2x5 tab diberikan selang seling
- Betafort 2x1 cth
- Boleh pulang


5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Tanggal 10/07/2014
Hematologi rutin
Item Hasil Satuan Nilai normal
RBC 4.91 10
6
/mm
3
4 5
HGB 13.9 gr/dl 10 -15
HCT 39.8 % 32 44
MCV 81 m
3
84 96
MCH 28.4 Pg 28 34
MCHC 35.0 g/L 32 36
RDW 12.7 % 37 50
PLT 417 10
3
/mm
3
140 400
MPV 7.4 m
3

PCT 0.309 %
PDW 10.8 % 11 18
WBC 10.0 10
3
/mm
3
5 10
LED mm/jam

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
S. TYPHI O 1/160 - NON REAKTIF
S. TYPHI H 1/160 - NON REAKTIF
S.PARA TYPHI AO NON REAKTIF - NON REAKTIF
S.PARA TYPHI BO NON REAKTIF - NON REAKTIF
S.PARA TYPHI CO NON REAKTIF - NON REAKTIF
S.PARA TYPHI AH NON REAKTIF - NON REAKTIF
S.PARA TYPHI BH NON REAKTIF - NON REAKTIF
S.PARA TYPHI CH NON REAKTIF - NON REAKTIF


b. Tanggal 11/07/2014
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Protein Total 2.8 g/dL 6,6 - 8,7
Albumin 1.2 g/dL 3,5 - 5
Globulin 1.6 g/dl 1,5 - 3
Kolestrol Total 508 mg/dl 0 200
Triglyserida 142 mg/dl < 150
Ureum 11 mg/dl 10-50
Item Hasil Satuan Nilai normal
RBC 4.67 10
6
/mm
3
4 5.4
HGB 13.5 gr/dl 10.3 -15.7
HCT 38.4 % 32 44
MCV 82 m
3
73 89
MCH 28.9 Pg 24 31
MCHC 35.2 g/L 32 36
RDW 13.5 % 11 16
PLT 398 10
3
/mm
3
150 450
MPV 7.8 m
3
6-11
PCT 0.311 % 0.150-0.500
PDW 11.8 % 11 18
WBC 7.1 10
3
/mm
3
4.8 10.8
LED 56 mm/jam

Urine Lengkap
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
LEU NEGATIF leu/ml

NEGATIF
NIT NEGATIF NEGATIF
URO 0.2 E.U d/l 0,2
PRO 3+ mg/dl

NEGATIF
pH 7 5,0
BLO 2+ Eri/ml NEGATIF
SG 1.030 1,000
KET NEGATIF mg/dl

NEGATIF
BIL NEGATIF mg/dl NEGATIF
GLU NEGATIF mg/dl NEGATIF
ASC NEGATIF mg/dl

NEGATIF
Sedimen
Leukosit 3-4 Sel/LP 0-1
Eritrosit 7-8 Sel/LP

0-1
Epitel 1-2 Sel/LP 0-1
Kristal NEGATIF Sel/LP 0-1
Bakteri NEGATIF Sel/LP l

0-1
As.Urat NEGATIF Sel/LP 0-1
CaOx NEGATIF Sel/LP 0-1




c. Tanggal 14/7/2014

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
LEU NEGATIF leu/ml

NEGATIF
NIT NEGATIF NEGATIF
URO 0.2 E.U d/l 0,2
PRO NEGATIF mg/dl

NEGATIF
pH 6,5 5,0
BLO NEGATIF Eri/ml NEGATIF
SG 1.025 1,000
KET NEGATIF mg/dl

NEGATIF
BIL NEGATIF mg/dl NEGATIF
GLU NEGATIF mg/dl NEGATIF
ASC NEGATIF mg/dl

NEGATIF


6. DIAGNOSA KERJA : Sindrom Nefrotik
Demam Typhoid

7. PENATALAKSANAAN :
IVFD RL 16 tts/menit
Ceftriaxon 750 mg/IV
Prednison 3x5 tab
Betafort 2x1 cth
Makanan biasa rendah garam
Istirahat

8. DIAGNOSA KELUAR : Sindrom Nefrotik Relaps
Demam Typhoid


9. PROGNOSIS :
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad Functionem : Dubia ad Bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam



























PEMBAHASAN
Sindrom Nefrotik
Definisi
Sindrom Nefrotik (SN) adalah sekumpuln gejala klinik meliputi proteinuria
massif dan hipoalbuminemia, umumnya disertai edema dan hiperkolestrolemia.
Penggolongan SN menuruk kelainan histologik yaitu SN kelainan minimal
(SNKM), glumerulosklerosis, glumerulonefritis proliferative, nefropati
membranosa dan gromerulinefritis kronik. SNKM yang terbanyak dijumpai
pada anak (75-90%).
Diagnosis
a. Pemeriksaan Klinik
1.Onset menahun
Perlangsungan SNKM perlahan-lahan, menahun, dan sering
kambuh
2. Umur
Biasanya pada anak umur 2-7 tahun, anak lelaki lebih
sering dari perempuan (2:1)
3. Edema
Edema bersifat pitting, timbul perlahan-lahan dan terlihat
pertama kali di l waktu baru bangun tidur. Dapat menetap atau
menyebabkan edema pretibial, asites dan edema genitalia yang
disebut anasarka. Untuk memantau berkurang atau tidaknya edema
dilakukan pengukuran berat badan (BB) dan lingkar perut (LP) bila
ada asites setiap hari.
4. Oligouria
Oligouria dapat dijumpai selama fase edema. Dikatakan
oligouria bila produksi urin 1ml/kgBB/jam
5. Hematuria makroskopik
Biasanya tidak dijumpai pada SNKM
6.Hipertensi
Biasanya tidak dijumpai pada SNKM
7. Gejala lain :
Anoreksia
Malnutrisi
Mual,muntah dan diare

Pasien P berumur 13 Tahun masuk rumah sakit dengan keluhan
bengkak pada kelopak mata dan didapatkan juga bengkak pada pretibial
dan dorsum pedis. Hal ini pernah berulang sebelumnya karena menurut
pengakuan kerabat pasien pasien pernah menjalani pengobatan untuk
penyakit ginjal. Pasien juga mengeluh kurang nafsu makan dan diare.
Dalam kasus ini tidak ditemukan hematuria makroskopik dan hipertensi
yang memang tidak dijumpai pada SNKM.

b. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan :
1. Pada pemeriksaan urinalisis ditemukan albumin secara kualitatif +2
sampai +4. Secara kuantitatif > 50 mg/kgBB/hari ( diperiksa memakai
reagen ESBACH ). Pada sedimen ditemukan oval fat bodies yakni
epitel sel yang mengandung butir-butir lemak, kadang-kadang dijumpai
eritrosit, leukosit, toraks hialin dan toraks eritrosit.
2. Pada pemeriksaan darah
-Darah rutin lengkap
-Kadar protein total
-Kadar albumin
-kadar globulin
-Rasio albumin globulin
-Kadar kolesterol
-Komplemen C3
-Kadar ureum,kreatinin dan klirens kreatinin
-Kadar Kalsium
Dikatakan Hipoalbuminemia, bila kadar albumin serum 2,5g/dl
Dikatakan Hiperkolesterolemia, bila kadar kolestrol darah 250
mg/dl
3. Foto Thorax PA dan LDK dilakukan bila ada sindrom gangguan
nafas untuk mencari penyebabnya apakah pneumonia atau edema paru
akut.
4. Pemeriksaan histologik yaitu biopsy ginjal. Namun biopsy ginjal
secara perkutan atau pembedahan bersifat invasive, maka biopsy ginjal
hanya dilakukan atas indikasi tertentu dan bila orang tua dan anak
setuju.
Pada kasus ini, tanggal 10/07/2014 dilakukan pemeriksaan darah
rutin dengan hasil dalam batas normal, pada tanggal 11/07/2014
dilakukan pemeriksaan kadar protein, albumin, globulin, kolestrol total,
trygliserida dan ureum, Hasilnya Protein total: 2,8 g/dl, albumin :1,2
d/dl, globulin 1,6 d/dl, kolestrol total 508 mg/dl, trygliserida 142 mg/dl
dan ureum 11 mg/dl. Pada pemeriksaan urine lengkap didapatkan
protein 3+, pH 7, dan sedimen Leukosit: 3-4, eritrosit 7-8 dan epitel 1-2,
dan pada pemeriksaan darah rutin hasil dalam batas normal. Pada
tanggal 14/7/2014 pemeriksaan uine lengkap, protein: negatif dan pH:
6,5.

Diagnosis SN dapat ditegakkan atas dasar :
1. Adanya edema, biasanya anasarka
2.Proteinuria massif :
-secara kuantitaif SSA 20% +++ sampai ++++
-secara kuantitatif 50 mg/kgBB/24 jam
3.Hipoalbuminemia : 2,5 g/dl
4.Dengan atau tanpa hiperkolesterolemia ( 250 mg/dl)
Dalam kasus ini di dapatkan edema preorbital,proteinuria 3+,
hipoalbuminemia:1,2 g/dl dan hiperkolestrolemia: 508 mg/dl.

Tanpa melalui biopsy ginjal diagnosis SNKM dapat ditegakkan
bila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Anak berumur 2-6 tahun
2. Tidak ada hematuria
3. Tidak ada hipertensi
4.Fungsi ginjal normal
5.titer C3 (B1C globulin) normal
6.Responsif terhadap kortikosteroid

Penatalaksanaan
International Study of Kidney Disease in Children (ISKDC) menganjurkan
untuk memulai dengan pemberian prednison oral (induksi) sebesar 60
mg/m2/hari dengan dosis maksimal 80 mg/hari selama 4 minggu, kemudian
dilanjutkan dengan dosis rumatan sebesar 40 mg/m
2
/hari secara selang sehari
dengan dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu, lalu setelah itu pengobatan
dihentikan.
a. Perbaiki keadaan umum penderita :
1. Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah garam, rendah lemak.
Rujukan ke bagian gizi diperlukan untuk pengaturan diet terutama
pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal.
2. Tingkatkan kadar albumin serum, kalau perlu dengan transfusi
plasma atau albumin konsentrat.
3. Berantas infeksi.
4. Lakukan work-up untuk diagnostik dan untuk mencari komplikasi.
5. Berikan terapi suportif yang diperlukan: Tirah baring bila ada
edema anasarka. Diuretik diberikan bila ada edema anasarka atau
mengganggu aktivitas. Jika ada hipertensi, dapat ditambahkan obat
antihipertensi.
b. Pengobatan simptomatik
1. Diuretik
Diuretik hanya menghilangkan manifestasi edema. Diuretik
diberikan pada penderita anasarka terutama bila terdapat gangguan
pernapasan dan gejala gastrointestinal. Dosis Furosenamide 1-2
mg/kgBB/hari peroral.
2. Albumin Intravena
Hanya diberikan apabila setelah pemberian furosemide edema
menetap atau bertambah hebat.
3. Pengobatan spesifik
Definisi untuk pengobatan spesifik :
Remisi :Bila proteinuria (-) selama 3 hari berturut-turut
Responsif : Bila gejala klinik dan gejala labotorik menghilang
setelah terapi kortikosteroid
Relaps : Bila proteinuria positif selama 3 hari berturut
turut.
c. Kortikosteroid
1. Pengobatan serangan pertama
Remisi spontan dapat terjadi pada SNKM dengan
manifestasi ringan seperti edema palpebra atau pretibial sehingga
pemberian kortikosteroid ditunda satu minggu sambil dilakukan
pemeriksaan urin dan darah. Menurut ISKDC, pengobatan SNKM
serangan pertama sbb:
4 minggu pertama : Prednison 60 mg/m2/hari (2 mg/kgBB/hari)
dibagi dalam 2-3 dosis dan diberikan setiap hari (Continous day
:CD). Bila terjadi remisi (R), pengobatan dilanjutkan slama 4
minggu kedua.
4 minggu ke dua : 40 mg/m2/hari (atau 2/3 dosis CD) dibagi dalam
2-3 dosis yang diberikan intermitten day (ID) yaitu 3 hari berturut-
turut dalam seminggu, misalnya diberikan pada hari
senin,selasa,rabu dan hari-hari lain tidak diberikan. Selama ID
dapat juga diberi secara alternating day (AD) yaitu selang-seling
sehari. Bila tetap remis dilanjutkan tappering selama 2 minggu.
2. Pengobatan serangan berulang (relaps)
Bila relaps, pengobatan dimulai lagi seperti pengobatan
serangan pertama tetapi prednison CD hanya sampai remisi, lalu
dilanjutkan secara ID/AD selama 4 minggu. Bila tetap remisi
dilakukan tappering off selama 2 minggu.

Pada kasus ini dilakukan diet tinggi kalori rendah garam dan tirah
baring/ pembatasan aktifitas. Cairan yang diberikan IVFD RL karena
pemberian cairan infus terbaik adalah IVFD jenis kristaloid sebagai
pengganti cairan tubuh. Terapi kortikosteroid adalah prednison 3x5 tab
selama dirumah sakit dan pada saat pulang diberikan dosis 2x5 tab
secara ID/AD.

Komplikasi

a. Infeksi sekunder : mungkin karena kadar immunoglobulin yang rendah
akibat hipoalbuminemia
b. Syok : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (<1 gm/100 ml) yang
menyebabkan hipovolemi berat sehingga terjadi syok.
c. Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan system koagulasi sehingga
terjadi peninggian fibrinogen plasma atau factor V,VII,VIII dan X. Trombus
lebih sering terjadi di system vena apalagi bila disertai pengobatan
kortikosteroid.
Komplikasi lain yang bisa timbul ialah malnutrisi atau kegagalan ginjal.



















Demam Tifoid
Demam Tifoid (DT) adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan
oleh kuman salmonella tifi, dengan gejala utama demam, gangguan saluran
pencrnaan, serta gangguan susunan saraf pusat/ kesadaran. Demam tifoid pada
anak umumnya bersifat ringan dan mempunyai potensi sembuh spontan,
namun demam tifoid yang berat/ dengan komplikasi harus ditangani secara
adekuat.
Diagnosis
a. Klinik
1.Riwayat penyakit : Demam terus menerus 7 hari atau lebih,
tinggi sore/malam daripada pagi/siang, anoreksia dan konstipasi
2.Pemeriksaan fisik : kesan tifosa/ status tifosa (kesadaran
menurun, rambut kering, kulit kering, bibir kering/ terbelah-belah/
terkupas/ berdarah, lidah kotor, pucat).
b. Laboratorium
Biakan darah : Salmonella tifi (+)
Uji gumpal widal :
cara tube : titer 0 1/320
cara slide (mikro titer plate) : titer 0 1/80
kenaikan titer O progresif
c. Ex Juvantibus
Demam hilang 4-5 hari setelah pemberian kloramfenikol
digunakan untuk :
Menunjang / memperkuat diagnosi
Dalam keadaan ragu-ragu
Menyatakan relaps
Dalam kasus ini pasien datang dengan keluhan demam sejak 2 hari yang
lalu disertai sakit perut, Anoreksia dan BAB encer. Hasil Tes Widal slide, S.Typhy
O 1/160 dan S.Typhi H 1/160.


Perawatan dan Pengobatan
1. Simptomatis
a. Istirahat mutlak (tirah baring)
Anak baring terus ditempat tidur dan letak baring harus
sering diubah
Lamanya istirahat baring berlangsung sampai5 hari bebas
demam, dilanjutkan dengan mobilisasi secara bertahap
sebagai berikut :
- Hari 1, duduk 2 x 15 menit
- Hari 2, duduk 2 x 30 menit
- Hari 3, jalan dan pulang
Seandainya selama mobilisasi bertahap ada kecenderungan
suhu meningkat, maka istirahat mutlak diulangi kembali.
b. Dietik
Makanan biasa
Keadaan khusus:
Makanan cair per sonde (bila kesadaran jelas menurun dan
anoreksia
IVFD untuk menanggulangi gangguan sirkulasi,
menjamin intake, pemberian obat-obatan intravena.
2. Kausal
Kloramfenikol : dosis 75-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 atau 4
dosis peroral atau parenteral sesuai keadaan penderita.
3. Kortikosteroid
Indikasi :
Keadaan toksik
Komplikasi berat (perdarahan/ perforasi usus dan ensefalitis)

Dalam kasus ini, pengobatan kausal yang dipilih adalah Ceftriaxon
(golongan Cephalosporin) 750 mg/IV. Kloramfenikol tidak dipergunakan dengan
pertimbangan resistensi dan depresif sumsum tulang. Dalam kasus ini diberikan
diet tinggi kalori rendah garam karena diagnosis sindrom nefrotik serta anjuran
tirah baring.




























Daftar Pustaka

1. Buku kuliah :Ilmu Kesehatan Anak : jilid 2: Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Cetakan 2002
2. Daud, Dasril. Dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Departeman Ilmu Kesehatan Anak FK-UNHAS. 2013

Anda mungkin juga menyukai