Anda di halaman 1dari 13

DERMATITIS ATOPIK

I.
DEFINISI
Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit kulit kronik yang berulang, sering
terjadi pada awal kehidupan (bayi) dan waktu anak-anak. Dermatitis atopik sering
dikaitkan dengan fungsi sawar kulit yang abnormal dan sensitisasi alergen. Tidak
ada kriteria atau diagnosa khusus yang mampu membedakan dermatitis atopik
dengan penyakit lain. Dengan itu, diagnosa dermatitis atopik berdasarkan kriteria
yang dijelaskan oleh Hanifin dan Rajka adalah seperti berikut: (1,2)
Kriteria mayor (harus memenuhi 3
atau lebih kriteria)

Pruritus
Morfologi dan distribusi
yang tipikal
Likenifikasi fleksura pada
orang dewasa
Keterlibatan wajah dan
ekstensor pada bayi dan
anak-anak
Dermatitis- kronik atau
kronik yang berulang
Riwayat keluarga atau
personal asma, rhinitis
alergi, dermatitis atopik

Kriteria minor (harus memenuhi 3


atau lebih kriteria)

Katarak (anteriorsubkapsular)
Cheilitis
Konjungtivitis - rekuren
Eksim asentuasi
perifolikuler
Fasial palor/fasial eritema
Intoleren terhadap makanan
Dermatitis tangan nonalergi, iritan
Iktiosis
Peningkatan IgE
Tipe 1 (immediate) tes
reaktivitas kulit
Infeksi (kulit) S.aureus,
herpes simpleks
Infraorbital fold (DennieMorgan lines)
Gatal sewaktu berkeringat
Keratokonus
Keratosis pilaris
Dermatitis payudara
Warna hitam pada orbital
Palmar hyperlinearity
Pityriasis alba
Dermografisme putih
Intoleren pada wool
1

II.

EPIDEMIOLOGI
Sejak tahun 1960, telah terjadi peningkatan kasus dermatitis atopik

sebanyak 3 kali lipat. Studi terbaru menunjukkan prevalensi anak-anak yang


terkena dermatitis atopik adalah kira-kira 10-20% di Amerika Serikat, Eropa
Utara dan Barat, Afrika, Jepang, Australi, dan negara industrial yang lain.
Prevalensi orang dewasa sekitar 1- 3%. Namun begitu, prevalensi dermatitis
atopik lebih rendah di negara-negara agrikultur seperti China dan Eropa
timur, pedalaman Afrika, dan Asia tengah. Rasio antara penderita
perempuan/lelaki adalah 1.3:1. Peningkatan prevalensi ini tidak diketahui
penyebabnya.(1)
Namun, terdapat faktor resiko yang berpotensi meningkatkan kadar
penderita penyakit dermatitis atopik ini seperti jumlah keluarga yang sedikit,
pendapatan bertambah, tingkat edukasi yang tinggi pada orang kulit
hitam/putih, migrasi dari desa ke kota, serta meningkatnya kadar penggunaan
antibiotik (dikenali juga dengan Western lifestyle). Ini diakibatkan oleh
hygiene hypothesis yang mengatakan bahwa penyakit alergi ini bisa
dicegah dengan infeksi pada awal masa anak-anak yang ditransmisi oleh
kontak non-higenis dengan saudara-saudaranya yang lain.(1)
III.

ETIOLOGI
Dermatitis atopik merupakan penyakit kulit inflamatori yang sangat

gatal, diakibatkan oleh interaksi kompleks antara kecenderungan genetik yang


menyebabkan gangguan fungsi sawar kulit, gangguan sistem imun humoral,
dan peningkatan respon imunologik terhadap alergen dan antigen mikroba.(1,2)
IV.
PATOGENESIS
IgE dan respon inflamatori
Peran IgE dalam DA tidak diketahui. IgE meningkat pada kebanyakan
serum pasien dengan DA, tetapi 20% pasien DA mempunyai serum
IgE yang normal dan tidak mempunyai reaktivitas terhadap alergen.
Tingkat IgE tidak selalu berkorelasi dengan aktivitas penyakit,
sehingga peningkatan serum IgE hanya dapat dianggap sebagai bukti
pendukung untuk diagnosa DA. Total IgE secara signifikan lebih tinggi
2

pada anak dengan riwayat hidup penyakit pernapasan atopik pada


semua kelompok umur.. Kebanyakan orang dengan DA memiliki
riwayat rhinitis alergi pribadi atau keluarga serta asma dan peningkatan
serum antibodi IgE terhadap udara atau tertelan antigen protein. DA
biasanya berkurang pada spring hay fever season, yaitu ketika
aeroalergen berada pada konsentrasi maksimum.(3)
Eosinofilia darah
Eosinofil mungkin sel efektor utama dalam DA. Eosinofil darah
Perhitungan kasar eosinofil darah berkorelasi dengan tingkat severitas
penyakit,

meskipun

banyak

pasien

dengan

penyakit

berat

memperlihatkan jumlah eosinofil periferyang normal dalam darah.


Pasien dengan jumlah eosinofil yang normal adalah terutama pada
mereka yang mengalami dermatitis atopik sahaja; pasien dengan
dermatitis atopik yang berat dan yang mempunyai alergi pernapasan
umumnya mempunyai eosinofil darah perifer yang meningkat. Tidak
terdapat akumulasi eosinofil pada jaringan; namun, degranulasi
eosinofil pada dermis melepaskan protein yang dapat menyebabkan
pelepasan histamin dari basofil dan sel mast dan merangsang gatal,
iritasi, dan likenifikasi.(3)
Penurunan cell-mediated immunity
Beberapa fakta menunjukkan bahwa pasien DA mempunyai cellmediated immunity yang terganggu. Pasien dapat terkena infeksi kulit
melalui virus herpes simpleks (eczema herpeticum) meskipun
dermatitis tidak aktif. Ibu dengan herpes labialis yang aktif harus
menghindari kontak langsung dari lesi aktif mereka dengan kulit anakanak mereka, seperti berciuman, terutama jika anak mengalami
dermatitis. Insiden alergi kontak (misalnya, mengurangi kepekaan
terhadap poison ivy) mungkin lebih rendah dari normal dalam pasien
dermatitis atopik. Namun, beberapa studi menunjukkan tingkat
sensitisasi yang sama.(3)
Aeroalergen
Aeroalergen dapat memainkan peran penting dalam menyebabkan lesi
ekzema. Tingkat reaksi patch test adalah: debu rumah (70%), tungau
3

(70%), kecoa (63%), cetakan campuran (50%), dan rumput campuran


(43%). Pasien dengan DA sering menunjukkan reaksi garukan dan
intradermal yang positif ke sejumlah antigen, menghindari antigen ini
jarang dapat memulihkan dermatitis.(3)
V.

GEJALA KLINIS
Diagnosa dermatitis atopik adalah berdasarkan tabel yang telah

dinyatakan sebelumnya. Dermatitis atopik biasanya muncul pada awal


kehidupan (bayi). Kira-kira 50% penderita mendapat penyakit ini pada tahun
pertama kehidupan dan 30% penderita lainnya mendapat penyakit ini pada
usia antara 1 hingga 5 tahun. Kurang lebih 50% hingga 80% penderita
dermatitis atopik akan terkena alergi rhinitis atau asma pada kehidupaan
anak-anak ke depannya. Namun, penderita yang terkena alergi respiratori
akan mendapat gejala dermatitis atopik yang lebih signifikan.(1)
Sensasi yang sangat gatal dan reaktivitas kulit merupakan gejala
kardinal pada dermatitis atopik. Rasa gatal bisa hilang timbul sepanjang hari
tetapi bertambah berat pada awal sore dan malam. Konsekuensi yang bisa
terjadi adalah menggaruk, papul prurigo, likenifikasi, dan lesi pada kulit yang
ekzema. Lesi kulit yang akut pula ditandai dengan gejala seperti sensasi yang
sangat gatal, papul eritema dengan ekskoriasi, vesikel pada kulit yang eritem,
dan eksudat serosa. Dermatitis subakut pula ditandai dengan gejala seperti
papul eritematous berskuama yang disertai dengan ekskoriasi. Dermatitis
kronik ditandai dengan gejala seperti plak yang menebal pada kulit,
likenifikasi, dan papul fibrotik (prurigo nodularis).(1)

Gambar 1. Gambar kiri menunjukkan bayi dengan lesi dermatitis atopik . Gambar kanan menunjukkan lesi
dermatitis atopik yang berkrusta pada anak ini. (1)

Pada dermatitis kronik, lesi pada ketiga-tiga stadium ini muncul pada
penderita yang sama. Pada semua stadium dermatitis atopik, kulit penderita
menjadi kering. Distribusi dan reaksi lesi dermatitis atopik ini berbeda
mengikut umur penderita dan aktivitas penyakit tersebut. Pada bayi, lesi yang
muncul adalah dalam stadium akut dan predileksinya adalah wajah, kulit
kepala, dan bagian ekstensor pada tubuh. Namun begitu, bagian yang
dipakaikan popok tidak terjejas.(1)
Pada anak-anak yang lebih meningkat umurnya dan mempunyai
kelainan atau penyakit kulit lain yang kronik, penderita lebih cenderung untuk
terkena dermatitis atopik kronik yang ditandai dengan gejala seperti
likenifikasi dan lokasinya pada ekstensor fleksura. Dermatitis atopik biasanya
hilang dengan sendiri seiring dengan pertambahan usia penderita. Namun,
penderita lebih cenderung kepada terjadinya pruritus dan inflamasi apabila
terpapar pada iritan eksogen. Ekzema pada tangan

menjadi manifestatsi

primer pada kebanyakan pasien dewasa dermatitis atopik.(1,4)

Gambar 2. Gambar di atas menunjukkan likenifikasi pada bagian leher dan bahu pasien dermatitis atopik (1)

Gambar 3. Dermatitis atopik pada fase infantil (4)

Gambar 4. Dermatitis atopik fleksura pada pergelangan tangan anak (4)

VI.

DIAGNOSA
Kriteria major dari dermatitis atopik adalah pruritus dan dermatitis

ekzematous dengan morfologi dan distribusi yang tipikal, berlangsung kronik


atau remiten. Banyak penyakit seperti penyakit inflamatori, imunodefisiensi,
maligna kulit, kelainan genetik, penyakit infeksi dan infestasi memiliki gejala
yang sama seperti dermatitis atopik. Oleh itu, penting untuk memperhatikan
gejala-gejala yang ada sebelum diagnosa dermatitis atopik ditegakkan. Bayi
yang lahir dengan masalah pertumbuhan, diare, ruam yang eritem dan
berskuama di seluruh tubuh, dan infeksi kulit atau sistemik berulang harus
dievaluasi dengan sindrom imunodefisiensi. Sindrom Wiskott-Aldrich adalah
penyakit X-linked recessive disorder yang ditandai dengan kelainan kulit
merupakan suatu penyakit yang sukar dibedakan dengan dermatitis atopik.
Gejala yang bisa diperhatikan pada penyakit Waskott-Aldrich ini adalah
thrombositopenia, berbagai abnormalitas pada imunitas seluler dan humoral,
serta infeksi bakteri yang berulang.(1)

VII.

DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding bagi penyakit dermatitis atopik dapat dilihat dalam
table berikut: (1)

Diagnosa banding Dermatitis Atopik


Paling sering
Jarang ditemukan pada bayi dan anak-anak
Dermatitis kontak (alergi dan
Metabolik/nutrisional
Fenylketonuria
iritan)
Defisiensi Prolidase
Dermatitis seboroik
Deficiency karboksilase
Skabies
multipel
Psoriasis
Defisiensi zat besi
Iktiosis vulgaris
(acrodermatitis enleropathica;
Keratosis pilaris
prematur; defisiensi zat besi
Dermatofitosis
dalam ASI; kista fibrotik)
Pertimbangkan
Lain-lain: biotin, asam lemak
Ekzema asteatotik
esensial,
Liken simpleks chronicus
Asiduria organik
Dermatitis numular
Dermatosis palmoplantar
Penyakit imunodefisiensi primer
Impetigo
Penyakit imunodefisiensi
Erupsi obat
campuran berat
Dermatitis perioral
Sindrom DiGeorge
Pityriasis alba
Hypogammaglobulinemia
Agammaglobulinemia
Penyakit fotsensitivitas
Sindrom Wiskolt-Aldrich
(hydroa vacciniforme; erupsi
Ataxia-telangiectasia
cahaya polimorfik; porphyrias)
Sindrom Hiperimmunoglobulin
Dermatitis moluskum
E
Chronic mukokutaneous
Jarang ditemukan pada remaja dan
kandidiasis
dewasa
Sindrom Omenn
Limfoma kutaneus sel T
(mycosis fungoides atau
Sindrom genetik
Sindrom Sezary)
Sindrom Netherton
HIV-dengan dermatosis
Sindrom Hurler
Lupus erytematosus
Dermatomiositis
Inflammatory, autoimmune disorders
Graft-versus-host disease
Eosinophilic gastroenteritis
Gluten-sensitive enteropati
Pemfigus foliaceus
Neonatal lupus erythematosus
Dermatitis herpetiformis
Penyakit fotosensitivitas
Proliferative disorders
(hydroa vacclniforme, erupsi
histiositosis sel Langerhans
cahaya polimorfik;
porphyrias)
8

VIII.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita dermatitis atopik adalah
seperti berikut(5)
Infeksi bakteri.

Infeksi

sekunder

biasanya

dengan

Staphylococcus Aureus yang sering menyebabkan eksaserbasi.


Infeksi virus. Pasien memiliki peningkatan kerentanan terhadap
infeksi dengan moluskum kontagiosum dan mungkin dengan

viral warts.
Ekzema herpeticum.

Terdapat

kecenderungan

untuk

mengembangkan lesi herpes simpleks dengan luas dan

vaccinia.
Katarak. Sebuah bentuk spesifik dari katarak yang arang

berkembang pada orang dewasa dengan ekzema atopik kronik.


Retardasi pertumbuhan. anak-anak dengan dermatitis atopik
kronik mungkin memiliki perawakan yang pendek. Biasanya

penyebabnya adalah tidak diketahui.


Ichthyosis vulgaris. Lebih sering terjadi pada pasien dengan
dermatitis atopik.

IX.

PENATALAKSANAAN
Langkah-langkah umum dalam penatalaksanaa dermatitis atopik
meliputi menjelaskan mengenai penyakit dan pengobatan kepada
pasien dan orang tuanya, menekankan biasanya prognosis adalah baik.
Seorang anak harus mengenakan pakaian cotton longgar dan
menghindari wool dan cuaca panas yang berlebihan. Kuku harus
dipotong pendek. Kucing dan anjing menyebabkan eksaserbasi pada
beberapa pasien dan sebaiknya dijauhkan. Pengecualian tungau
housedust dari rumah lingkungan adalah sulit.(5)

Pengobatan
Emolien
Steroid topical
Takrolimus topical

Indikasi
Dermatitis; Ichtyosis
Semua tipe dermatitis
Dermatitis pada wajah dan tangan
9

Perban tar
Antihistamin oral
Antibiotik oral
Pengecualian diet
PUVA,
cyclosporine

Dermatitis likenifikasi/ekskoriasi
Pruritus
Superinfeksi bakteri
Alergi makanan/dermatitis resisten
dan Dermatitis resisten dan kronik

azathiopine
Tabel 1. Pengobatan pada dermatitis atopik.(5)
Terapi topikal

Emolien

Emulsi seperti krim berair dan salep pengemulsi harus digunakan


secara teratur pada kulit dan sebagai sabun pengganti. Emolien
melembabkan kulit kering, mengurangi keinginan untuk menggaruk
dan mengurangi kebutuhan untuk steroid topikal. Emolien minyak
mandi juga dapat membantu.(5)

Steroid topikal dan tacrolimus

Aturannya adalah untuk meresepkan steroid yang paling kurang poten


namun yang paling efektif. Pada anak-anak, salep hidrokortison 1%
diterapkan dua kali sehari biasanya cukup (salep umumnya lebih
disukai daripada krim bagi pasien ekzema). Kadang-kadang
diperlukan untuk menggunakan steroid yang cukup ampuh untuk
waktu yang singkat pada anak-anak dengan dermatitis resiten, dan
periode yang lebih lama pada orang dewasa dengan ekzema kronik.
Salep tacrolimus (Protopic: Primecrolimus 0,03% anak-anak, orang
dewasa 0,1%) merupakan agen imunosupresif, terutama untuk
dermatitis pada wajah dan tangan.(5)

Antibiotik topikal atau antiseptik

Antibiotik topikal atau antiseptik dapat digunakan untuk dermatitis


yang terinfeksi, baik dengan kombinasi steroid (misalnya Fucibet
cream) atau terpisah (misalnya Bactroban atau Fucidin salep).(5)
10

Coal tar atau pasta ichtamol

Coal tar atau paichtamol berguna untuk dermatitis yang likenifikasi


atau ekskoriasi, digunakan sebagai obat oklusif perban (mis.
Coltapaste atau Ichthopaste) biasanya dibiarkan semalaman.(5)

Teknik wet-wrap

Wet-wrap sering digunakan dalam waktu yang singkat pada dermatitis


eksudatif.(5)
Terapi sistemik
Antihistamin sedatif, seperti prometazin atau trimeprazine, diberikan
pada malam hari, dapat membantu mengurangi keinginan untuk
menggaruk pada anak-anak dan orang dewasa. Eksaserbasi terinfeksi
sering memerlukan penggunaan intermiten dari antibiotik melalui
mulut, dan flukloksasilin sering menjadi pilihan. Ekzema herpeticum
biasanya merupakan indikasi untuk masuk ke rumah sakit (dengan
isolasi pasien yang tepat), pengobatan dengan asiklovir (Zovirax).
Pasien dengan dermatitis atopic yang resiten dan kronik dapat diobati
dengan Ultraviolet B (UVB) atau Psoralen combined with Ultraviolet
A (PUVA), azathioprine atau siklosporin, diberikan selama 8 minggu.
(5)

Pengecualian diet
Beberapa anak dengan dermatitis atopik mempunyai riwayat alergi
terhadap makanan (mis. urtikaria mulut pada kontak dengan makanan,
atau gejala gastrointestinal) dan jelas bahwa makanan yang
menyebabkan alergi harus dihindari. Jika tidak, pengobatan diet
dicadangkan untuk minoritas yang belum membaik dengan standard

11

terapi. Diet bebas dari susu sapi atau telur dapat diperhatikan oleh ahli
gizi untuk memastikan pengecualian dan mencegah kekurangan gizi.(5)

12

Daftar Pustaka
1. Leung D. Atopic Dermatitis. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine. 7th Edition. USA: McGraw-Hill
Company; 2008. p. 146-58
2. James W. Atopic Dermatitis, Eczema and Non-Infectious
Immunodeficiency Disorder. In: James W, editor. Andrew's Disease
of The Skin:Clinical Dermatology. 10th ed. Philadelphia: Pa:
Mosby Elsevier; 2009. p. 69-76.
3. Habif TP. Atopic Dermatitis. In: Habif TP, editor. Clinical
Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy. 4 th Edition.
USA: Mosby; 2003. p.105-7
4. Friedmann PS. Atopic Dermatitis. In: Burns T, Breathnach S, Cox
N, Griffiths CG, editors. Rooks Textbook of Dermatology. 8 th
Edition. USA: Wiley-Blackwell; 2010. p.24.01-24.26
5. Gawkrodger DA. Atopic Eczema. In: Gawkrodger DA, editor.
Dermatology: An Illustrated Colour Text. 3rd Edition. USA:
Churchill Livingstone; 2003. p. 32-3

13

Anda mungkin juga menyukai