Anda di halaman 1dari 32

Administrasi Perpajakan

Rangkuman BMP - UT

INDRA KURNIAWAN
Kelompok Belajar Satpol PP Kabupaten Tegal

MODUL 1
Peranan & Fungsi Pajak
KEGIATAN BELAJAR 1
Tugas & Fungsi Negara
Persoalan penetapan tujuan Negara merupakan masalah yg pertama-tama dipikirkan dlm pembentukan suatu Negara,
dan tujuan Negara itu akan dicapai dg mempergunakan cara/sistem tertentu yg dianggap dpt mencapai tujuan tersebut.
Tujuan Negara secara umum a/ sama, yaitu terciptanya masyarakat yg sejahtera menurut visi & keyakinan yg melandasi
bangsa.
Adam Smith dlm bukunya wealth of Nation mengatakan ada 4 tugas yg dlm pelaksanaannya dilakukan oleh
pemerintah:
(1) Pertahanan;
(2) Keamanan dlm negeri;

Tugas yg esensial/murni di suatu pemerintahan

(3) Pembangunan sosial ekonomi;


(4) Pendidikan masyarakat.

Tugas pelayanan

Tugas perniagaan juga dilakukan oleh Negara, yaitu tugas yg berhubungan dg kegiatan u/ memproduksi, membeli &
kemudian menyalurkan barang/jasa kpd masyarakat. ==> dlm melaksanakan tugas perniagaan, faktor untung & rugi
bukanlah merupakan tujuan utama, namun yg menjadi tujuan utama a/ terpenuhinya kebutuhan masyarakat.
Tujuan Negara kita a/ :
1) Melindungi segenap bangsa Indonesia & seluruh tumpah darah Indonesia; ==> sejalan dg tugas 1 & 2 versi Adam
Smith
2) Memajukan kesejahteraan umum; ==> sejalan dg tugas 3 versi Adam Smith
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa; ==> sejalan dg tugas 4
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi & keadilan sosial. ==> merupakan
ciri tersendiri dari Negara kita.
Ada beberapa macam/cara yg dpt dipergunakan sbg sumber pembiayaan oleh pemerintah dlm usaha u/ membiayai
kegiatannya. Secara umum sumber dana dpt dikategorikan ke dlm sumber dari dalam & sumber dari luar.
John F. Due, macam sumber dana sbb :
(1) Penjualan barang & jasa milik pemerintah;
(2) Pinjaman;
(3) Penciptaan/pencetakan uang, sumber ini mempunyai resiko tersendiri, yaitu mendorong laju inflasi apabila jumlahnya
tdk terkontrol;
(4) Bantuan/pemberian dari Negara lain;
(5) Perpajakan.

KEGIATAN BELAJAR 2
Pilihan Penggunaan Sumber-Sumber Dana (Pendapatan)
PENCIPTAAN UANG
John F. Due, ada 2 cara dlm penciptaan uang :
(1) Pengeluaran uang kertas baru;
(2) Penciptaan uang.
Pd cara kedua pemerintah menerima kredit dari Bank Sentral sbg gantinya Bank Sentral menerima surat-surat obligasi
pemerintah ==> pd hakikatnya sifatnya seperti pinjaman.
Resiko yg dapat timbul dari cara ini ada inflasi & ketdkadilan.
Satu hal yg perlu diperhatikan a/ apabila penggunaan sumber-sumber dana mengalami kesukaran & investasi hrs
dilakukan, maka cara penciptaan uang mungkin cara yg benar dpt dibenarkan.
PINJAMAN
Dpt diperoleh dari :
(1) Dalam Negeri, yg pd hakikatnya tdk mempunyai pengaruh trhdp sumber-sumber perekonomian dlm negeri ==>
sumber dalam negeri yg berada di masyarakat hanya dialihkan kpd pemerintah dlm bentuk pinjaman ==> dpt
dilakukan pemerintah dg mengeluarkan obligasi, penggunaan tabanas/taska;
(2) Luar Negeri, dpt berakibat adanya tambahan sumber-sumber riil yg dpt dipergunakan dlm membiayai usaha Negara.
PERPAJAKAN
Sumber-sumber dari perpajakan dianggap adil, krn ada pembagian beban antara pemerintah & masyarakat.

Administrasi Perpajakan ~ 1 ~

KEGIATAN BELAJAR 3
Peranan & Fungsi Pajak sbg Salah Satu Sumber Penerimaan Negara
Penerimaan Negara yg berasal dari pajak a/ merupakan sumber yg baik, krnnya sumber ini perlu ditingkatkan baik
melalui cara intesifikasi maupun ekstensifikasi.
PENGERTIAN PAJAK
Sebelum pajak ditetapkan maka ketentuan tsb hrs mndptkn pengesahan dari masyarakat ==> UUD 45 Pasal 23 ayat 2.
Prof. Dr. A.J.A. Adriani, pajak a/ iuran kpd Negara menurut UU dg tdk mndpt prestasi langsung yg dpt ditunjukkan &
yg gunanya u/ membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dg tugas Negara u/ menyelenggarakan
pemerintahan.
Frederick R. Garven & Alvin H. Hansen, tax is compulsory payment collected by the government from individuals &
corporations, without reference to benefit for the support of governmental operations.
Beberapa pokok pikiran ttg pajak :
(1) Merupakan iuran wajib;
(2) Penarikannya dpt dipaksakan.
PERANAN & FUNGAI PAJAK
Sumber penerimaan Negara terdiri atas 2 kategori yaitu : sumber dari dalam & sumber dari luar.
Jumlah dana yg berasal dari luar dibandingkan dg jumlah dana yg dibutuhkan u/ biaya pembangunan dikalikan 100%
akan menunjukkan angka ketergantungan pembiayaan kegiatan Negara. ==> semakin besar angka, semakin besar
ketergantungan Negara dengan sumber dana dari luar & ini sangat tdk baik bagi pembangunan suatu Negara. Krn
pinjaman hrs dikembalikan & mempunyai beban tetap (bunga).

Administrasi Perpajakan ~ 2 ~

MODUL 2
Hak Negara Memungut Pajak
KEGIATAN BELAJAR 1
Hak Negara Memungut Pajak
Pajak itu bersifat paksaan. Paksaan pd pajak bersifat yuridis, dpt membawa akibat-akibat hukum bg pelanggarnya, misal
denda, beslah/penyitaan bahkan penjara.
Banyak teori dikemukakan u/ memberikan dasar keadilan & membenarkan hak Negara memungut pajak yg semua
berdasarkan pd cita-cita mengenai hukum Negara. ==> timbul dua ajaran Negara yg membenarkan hak Negara
memungut pajak :
1) Ajaran Negara individualistis yg melahirkan teori prestasi/acquivalentic theotie
Pemungutan pajak oleh Negara didasarkan pd kemauan sukarela dari rakyat krn pertimbangan-pertimbangan
adanya kepentingan & keuntungan-keuntungan yg diperoleh dari adanya jasa-jasa kolektif bangsa.
2) Ajaran Negara organis/organische stratsleer yg melahirkan teori kewajiban pajak mutlak/teori bakti.
Kewajiban membayar pajak terletak pd kemauan Negara yg membebankan kewajiban membayar pajak iru secara
sepihak kpd rakyat.
Teori ini mengajarkan, bahwa oleh krn Negara mempunyai kehidupan sendiri yg tdk tergantung dari hidup
warganya, & krn hidup Negara itu primer, maka Negara mempunyai hak mutlak u/ memungut pajak sbg tanda
bakti warga kpd Negara.
Prof J.R. Hicks, Negara itu tdk tergantung dari pertimbangan-pertimbangan individu, krn Negara merupakan suatu

Zwangs verband, di mana org tdk dg sesukanya sendiri masuk/keluar perkumpulan Negara & bahkan Negara sbg
subjek ekonomi mempunyai kemungkinan u/ mencari penghasilannya dg ancaman paksaan yg dilakukan secara sepihak.
U/ melaksanakan tugas & fungsi Negara, bibuthkan biaya ==> cara yg paling efektif u/ membagi biaya Negara tsb di
antara anggota masyarakat, menurut Prof. J.R. Hicks a/ melalui pemungutan pajak.
Negara memungut pajak bukan didasarkan semata-mata atas pndpt, bahwa Negara itu memiliki kekuasaan shg dpt
memaksakan kemauannya kpd masyarakat u/ membayar pajak. Melainkan hak itu timbul krn pelaksanaan tugas Negara
yg diamanatkan oleh rakyat.

KEGIATAN BELAJAR 2
Prinsip-prinsip Perpajakan
Prinsip/asas-asas perpajakan yg paling terkenal a/ yg dikemukakan oleh Adam Smith, yg terkenal dg Smiths Canons
atau Four Canons of Taxations, yaitu :
1) Prinsip kesesuaian (equality), beban pajak hrs sesuai dg kemampuan relatif dr setiap wajib pajak. Perbedaan dlm
tingkat penghasilan hrs digunakan sbg dasar di dlm mendistribusikan beban pajak itu;
2) Prinsip kepastian (certainty), pajak hendaknya tegas, jelas & pasti bg setiap wajib pajak;
3) Prinsip kesenangan/kenikmatan (conveniency), pajak hendaknya jangan terlalu menekan wajib pajak shg wajib pajak
akan dg suka/senang hati membayarnya;
4) Prinsip ekonomi (economic), pajak jangan sampai merusak sumber-sumber ekonomi masyarakat, bahkan hrs
mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Prof. W.J. de Langen, mengemukakan 7 asas pokok perpajakan yg ideal :
1) Asas kesamaan (gelijkheidsbeginsel), org-org yg mempunyai keadaan yg sama hendaknya dikenakan pajak yg sama
pula;
2) Asas daya pikul/kuat pikul (dragkrachtbeginsel), bahwa setiap wajib pajak hendaklah dibebani pajak sesuai dg
kemampuannya ==> u/ mengetahui kemampuan seseorg, yg perlu mendpt perhatian a/ pendptannya, kekayaan &
pengeluaran-pengeluaran u/ konsumsinya ==> dlm pelaksanaannya yg paling cocok a/ tarif progresif;
3) Asas perolehan utama (beginsel van de bevoorrechte verkrijging), bahwa seseorg yg memperoleh keuntungan/dlm
keadaan istimewa, hendaknya dikenakan pajak istimewa, misal warisan, hadiah dll;
4) Asas kenikmatan/manfaat (profitjebeginsel), pajak dikenakan kpd org-org yg menerima kenikmatan/manfaat dari
jasa-jasa & barang-barang yg diproduksi oleh pemerintah ==> pembayaran pajak disamakan dg transaksi jual beli;
5) Asas

kesejahteraan

(welvaarbeginsel),

bahwa

dg

adanya

tugas

pemerintah

yg

pd

suatu

pihak

memberikan/menyediakan barang-barang & jasa-jasa bg masyarakat & di lain pihak menarik pemungutanpemungutan u/ membiayai kegiatan pemerintah tsb ==> meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
6) Asas pengorbanan yg sekecil-kecilnya (beginsel van het minste bed), asas yg menghendaki derita yg sekecil-kecilnya
bagi wajib pajak atas beban yg ditanggungnya sbg akibat pemungutan pajak oleh pemerintah; ==> tariff progresif
7) Asas kepastian/keadilan (beginsel van degeoorloofde uitvoering).

Administrasi Perpajakan ~ 3 ~

Frederick B. Garver & Alvin Harvey Hansen, mengemukakan asas perpajakan yg lebih sederhana dg melihat kpd
efek/pengaruh pajak trhdp pembagian kekayaan masyarakat & trhdp perkembangan harga-harga secara umum, yaitu :
1) A tax system must be productive;
2) The system as a whole should be flexible enough to permit the revenue to changing needs;
3) The taxes that make up the system should dependable;
4) Every tax ought to be economical.
Ursula K. Hikcs, mengajukan 3 asas bagi perpajakan yg ideal, yaitu :
1) Tujuan utama penerimaan Negara melalui pajak a/ u/ membiayai tugas Negara, maka hendaklah dipilih pajak-pajak
yg paling efisien u/ memenuhi tujuan tsb;
2) Pemungutan pajak hendaklah didasarkan atas kemampuan org perorg;
3) Pemungutan pajak hrs bersifat umum.
R. Santoso Brotodiharjo, asas perpajakan dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Asas Recht filosofi, terdiri dari :
u/ memberi jawaban atas pertanyaan, atas dasar apakah maka Negara seakan-akan memberi hak kpd dirinya u/
membebani rakyat dg yg disebut pajak.

a) Teori asuransi;
Membenarkan Negara memungut pajak atas dasar tugas Negara u/ melindungi org & segala kepentingannya,
maka sbgmn halnya dg setiap perjanjian asuransi (pertanggungan), u/ perlindungan tsb diperlukan
pembayaran premi, pajak dianggap sbg premi.
Sebenarnya perbandingan Negara dg asuransi kurang tepat krn :
(1) Dlm hal timbul kerugian (misal : mati terbunuh), tdk ada penggantian dari Negara;
(2) Antara pembayaran jumlah-jumlah pajak dg jasa-jasa yg diberikan oleh Negara, tdklah trdpt hubungan yg
langsung.
b) Teori kepentingan;
Menitikberatkan perhatiannya pd pembagian beban yg hrs dipungut dari penduduk seluruhnya, yg didasarkan
atas kepentingan masing-masing org dlm tugas pemerintah (yg bermanfaat baginya) termasuk juga
perlindungan atas jiwa & harta bendanya. Maka sdh selayaknya kalau biaya-biaya yg dikeluarkan oleh Negara
dibebankan kpd masyarakat.
Teori ini banyak mendptkn sanggahan krn pemungutan pajak disamakan dg iuran retribusi.

c) Teori gaya pikul;


Memberi dasar pemungutan pajak oleh Negara krn adanya jasa-jasa yg diberikan Negara kpd warganya.
Yg perlu mndptkn perhatian dlm penerapan teori ini a/ asas keadilan, bahwa pajak hrs dibayar sesuai dg gaya
pikul seseorg. Sbg ukuran u/ menentukan gaya pikul selain besarnya penghasilan & kekayaan a/ juga
pengeluaran u/ konsumsi seseorg.
Prof. de Langen, gaya pikul a/ kekuatan u/ membayar uang kpd Negara, jadi u/ membayar pajak setelah
dikurangi dg besaran minimum.
Ir. Mr. A.J. Cohen Stuart, mengandaikan gaya pikul sbg sebuah jembatan, yg pertama-tama hrs mampu
memikul bobotnya sendiri sebelum dicoba u/ dibebaninya.
Mr. Dr. J.H.R. Sinninghe Daste, gaya pikul itu sebenarnya a/ akibat dari beberapa komponen utama : pndptn,
kekayaan & susunan dari keluarga wajib pajak dg mengingat faktor-faktor yg mempengaruhi keadaannya.

d) Teori kewajiban pajak mutlak;


Menekankan kpd hak mutlak dari Negara u/ memungut pajak kpd warganya.
Teori ini berdasarkan faham ajaran Negara organis.

e) Teori asas gaya beli.


Teori ini tdk mempersoalkan asal mulanya Negara memungut pajak melainkan hanya melihat kpd efeknya &
memandang efek yg baik itu sbg dasar keadilan.
Fungsi pemungutan pajak sbg gejala dlm masyarakat dpt disamakan dg pompa, yaitu mengambil gaya beligaya beli dari rumah tangga-rumah tangga dlm masyarakat u/ rumah tangga Negara & kemudian
mengeluarkannya

kembali

ke

masyarakat

dg

maksud

u/

memelihara

hidup

masyarakat.teori

ini

menitikberatkan ajarannya pd fungsi pengaturan dari pajak.


2. Asas Yuridis;
Menekankan adanya jaminan hukum yg perlu u/ menyatakan keadilan yg tegas, baik u/ Negara maupun u/
warganya.
Segala macam pungutan, apapun bentuknya, hendaklah berdasarkan UU yg hrs mendptkn persetujuan dari
rakyat.

Administrasi Perpajakan ~ 4 ~

3. Asas Ekonomis;
Selain mempunyai fungsi budgeter, pajak juga memiliki fungsi pengaturan, krnnya setiap bentuk pungutan pajak
hendaklah :
a) Diusahakan supaya tdk menganggu/menghambat lancarnya produksi & perdagangan;
b) Pajak jangan sampai menganggu/merusak sumber-sumber kemakmuran rakyat.
4. Asas Finansial.
Dlm hal ini yg dimaksud a/ asas keuangan Negara.
Tujuan

utamanya

a/

fungsi

budgetair,

hasil

pemungutan

pajak

hendaknya

memadai,

cukup

u/

menutup/membiayai pengeluaran Negara.

KEGIATAN BELAJAR 3
Tarif Pajak
(1) Tarif Progresif/Meningkat
Prosentasenya semakin meningkat (naik) dg semakin meningkatnya taxable capacity-nya.
Contohnya a/ pajak penghasilan (pasal 17 UU No. 7/1983 ttg Pajak Pengahsilan). Di mana tarifnya a/ sbb :
Penghasilan Kena Pajak

Tarif Pajak

s.d 10 juta

15%

di atas 10 juta s.d. 50 juta

25%

di atas 50 juta

35%

(2) Tarif Proporsional/Sebanding


Apabila pajak itu sebanding dengan perkembangan taxable capacity-nya. Dlm hal ini biasanya angka prosentasenya
tetao, hanya jumlah pajaknya yg berubah.
Contohnya a/ Pajak Pembangunan I (PPb I), yg dipungut berdasarkan UU No. 14/1947, yg kemudian dg UU No.
32/1956 diserahkan kpd Dati II ditetapkan pungutan pajak sebesar 10%
(3) Tarif Degresif/Menurun
Apabila prosentasenya semakin menurun dg semakin besarnya taxable capacity-nya.
Contoh : semua jenis pajak tdk langsung pd hakikatnya a/ degresif, krn besarnya hutang pajak sama u/ semua
tingkatan pndptan, shg apabila dilihat dari potensi pndptnnya, maka yg berpendptn kecil akan terkena prosentase
lebih besar & yg berpenghasilan besar justru membayar pajak yg lebih ringan. Misalnya : cukai tembakau, cukai gula,
PPn
Di samping pembagian spt di atas ada juga pengenaan pajak secara spesifik & pajak ad. Volarem. Pd hakikatnya apabila
pajak atas sesuatu barang dikenakan secara spesifik (khusus), maka tarifnya a/ proporsional, sdg u/ pajak ad volarem
tarif pajaknya a/ progresif.
Spesifik tax a/ pajak yg dikenakan trhdp jenis barang tertentu terutama yg dikenakan kpd suatu jenis barang tertentu, u/
diekspor maupun diimpor melalui pelabuhan-pelabuhan tertentu di mana atas barang-barang tsb mempunyai
kekhususan, misalnya ekspor kayu hutan yg mempunyai kekhususan kualitas dipungut bea ekspor sebesar 10% ==>
tarifnya proporsional.
Ad volarem tax a/ pajak yg dikenakan trhdp jenis barang tertentu dlm hubungannya dg ekspor-impor akan tetapi bukan
dari harga/nilai barang yg diekspor/diimpor, melainkan dari ukurannya, spt : buah, kilogram, liter, meter dsb. Misal : atas
tembakau yg diekspor dikenakan pajak Rp. 10,- per-kilogram.

Administrasi Perpajakan ~ 5 ~

MODUL 3
Pengaruh Pemungutan Pajak
KEGIATAN BELAJAR 1
Fungsi & Pengaruh Pengenaan Pajak
Fungsi pajak a/ :

(1) Fungsi budgeter, merupakan fungsi yg pertama dari pajak, dlm rangka memenuhi kebutuhan Negara akan dana.
(2) Fungsi mengatur, pajak dpt dipakai sbg alat u/ mencapai tujuan ekonomis & sosial spt pemerataan pndptan
masyarakat, dpt mendorong/bahkan menghambat pertumbuhan ekonomi tertentu dll.
Antara kedua fungsi tsb seharusnya dipikirkan bersama-sama, krn apabila salah satu fungsi pajak misalnya fungsi
pengaturan diabaikan akan dpt membawa akibat-akibat yg tdk baik dlm masyarakat.
Paradox of trift a/ semakin banyak & besar tabungan yg dilakukan oleh masyarakat yg berarti semakin kecil
pengeluaran konsumsi, mempunyai dampak negative trhdp perusahaan.
Dlm rangka meningkatkan tabungan agar dpt berfungsi baik u/ kepentingan Negara maupun perusahaan pd umumnya,
pemerintah melancarkan kampanye tabungan dg memberikan perangsang, perangsang yg diberikan a/ dg memberikan
bunga tertentu & tdk mengusut asal usulnya serta u/ sementara menangguhkan pajaknya (PP No. 37/1983).

KEGIATAN BELAJAR 2
Pergeseran & Keterkenaan Pajak
Dlm kondisi tertentu WPlah yg akan membayar, akan tetapi dlm kondisi tertentu pula WP akan membebankannya kpd
org lain baik seluruhnya maupun sebagian. Contoh pajak/cukai yg dikenakan atas rokok & dikenakan kpd pabrik rokok.
Pabrik dpt/memang sengaja menaikkan harga pokok yg dlm harga rokok itu sdh diperhitungkan besarnya pajak.
Cara di atas produsen rokok menggeser pajak maju kpd pembeli rokok, shg pd hakikatnya pembelilah yg membayar
pajak/cukai rokok lewat harga rokok yg telah dinaikkan.
Produsen rokok dpt juga menggeser bebannya kpd petani tembakau, dg cara menurunkan permintaan akan tembakau,
shg dg melalui cara ini permintaan tembakau akan berkurang yg akan menyebabkan turunnya harga tembakau. Cara
pergeseran ini dinamakan pergeseran pajak ke belakang.
Baik seluruh/sebagian pajak dpt digeserkan pengenaannya, misal :
(1) Seluruhnya dipikul oleh konsumen;
(2) Sebagian ditanggung oleh konsumen;
(3) Seluruhnya ditanggung oleh pengusaha.
Harga jual yg ditetapkan oleh perusahaan sdh termasuk pajak yg hrs dipikul, sebab apabila dibebankan kpd konsumen
harga akan semakin tinggi shg perusahaan tdk dpt bersaing. Menghadapi keadaan semacam ini bg perusahaan ada 3
cara, yaitu :
(1) Mengurangi keuntungan bersihnya ==> dpt dilakukan apabila keuntungan sebelumnya lebih besar drpd pajak yg hrs
dibayarkan;
(2) Mengadakan cara kerja yg efisien shg diperoleh harga pokok yg dpt menutup pajak;
(3) Mengurangi keuntungan sekaligus efisiensi cara berproduksi.

KEGIATAN BELAJAR 3
Bentuk-bentuk Penghindaran Pajak serta Masalah Shifting & Incidence
Shifting a/ proses pemindahan pajak, sdg akibat dari shifting yaitu yg membayar pajak disebut dg incidence. Contohnya
a/ produsen yg mengajukan unsur pajak ke dlm harga penjualan barang, maka hakikatnya pembeli/konsumenlah yg
membayar pajak.
Proses shifting dpt berulang, dg jalan mereka yg terkena pergeseran pajak, membebankan pajaknya kpd org/badan dlm
hal ini konsumen yg menggunakan barang produk. Diagramnya :

Administrasi Perpajakan ~ 6 ~

PERUSAHAAN A
sbg produsen
shifting
PERUSAHAAN B
sbg penyalur
shifting
KELOMPOK C
incidence

sbg penyalur

Ket : perusahaan A sbg produsen barang pd hakikatnya a/ merupakan subjek pajak, hanya saja dlm pembayarannya
dibebanka kpd konsumen melalui proses shifting. ==> perusahaan A a/ merupakan impact yg seharusnya membayar
pajak, subjek yg asli (original imposed) yg mentransfer pajaknya kpd perusahaan B & begitu pula B mentransfer beban
pajaknya pd konsumen C. Dari peristiwa di atas ada 3 istilah yg dpt kita ketahui :
1) The impact of taxation, subjek pajak yg mula-mula (original) membayar pajak;
2) The shifting of the tax, proses transfer pajak;
3) The incidence of the tax, penerima/pembayar pajak.
Suatu pajak tdk dpt dishift apabila pajaknya a/ betul-betul perorangan/tdk ada hubungan trhdp suatu tindakan usaha
==> pajak langsung tdk dpt dishifting ==> the impact of the tax a/ langsung sbg the incidence of the tax.
Ada 3 bentuk shifting :

1. Forward Shifting
Terjadi apabila beban pajak dipindahkan dari pengusaha sbg pembayar pajak kpd pembayar pajak yg terakhir
Diagramnya :
Pabrikan

Whole saler

retailer

Subjek pajak

konsumen

Pembayar

2. Backward Shifting
Terjadi apabila beban pajak ditransfer dari konsumen melalui proses distribusi kpd produsen, dg cara konsumen
hanya membayar harga barang setelah dikurangi dg pajak.
Diagramnya :
Pabrikan

Whole saler

retailer

konsumen

3. Onward Shifting
Terjadi apabila pajak dpt dipindahkan 2 kali atau lebih, baik secara ke muka (dari pabrikan ke konsumen) atau ke
belakang (dari konsumen ke produsen).
Pabrikan

Whole saler

retailer

konsumen

Shifting pd hakikatnya merupakan bentuk penghindaran pajak.


Pembebanan/pengalihan pajak dpt terjadi apabila ada transaksi.
Disamping shifting bentuk-bentuk penghindaran pajak lainnya yaitu :

1. Capitalization (kapitalisasi/penggabungan)
a/ pengurangan harga dari obyek pajak yg jumlahnya sama dengan (equal) nilai kapitalisasi dari pajak di masa yg
akan dating yg diperkirakan oleh pembeli akan dibayar.
Keadaan ini dpt terjadi pd harta yg dpt menghasilkan pendptan spt gedung yg komersil.
Kapitalisasi dpt dikategorikan sbg bentuk khusus dari backward shifting, pndpt ini tdk seluruhnya benar krn
backward shifting termasuk singletax, sdg kapitalisasi a/ melepas kembali dari keseluruhan rentetan pajak ==>
apabila suatu pajak dpt dishift, maka pajak tdk dpt dikapitalisasi, kalau pajak dpt dikapitalisasi, maka pajak itu dpt
dishift.

Administrasi Perpajakan ~ 7 ~

2. Transformasi (pengubahan)
a/ merupakan suatu cara penghindaran pajak dg melakukan efisiensi di bidang produksi, krn produsen yg menjadi
subyek pajak takut kehilangan pasaran hasil produksinya kalau ia memasukkan pajak Negara ke dlm harga jual.
Penggunaan cara berproduksi yg efisien akan dpt menurunkan unit cost yg lebih rendah.

3. Evasion (pengelakan/penghindaran)
a/ cara menghindari pajak yg dilakukan secara illegal/penipuan u/ tdk membayar pajak yg dibebankan kpd
seseorg.

Contohnya

menyembunyikan/memberikan

keterangan

yg

tdk

jelas

dari

pndptan/kekayaannya/mengurangi dg sengaja pndptn yg diterima.


Evasion dpt juga dilakukan secara legal, contoh suatu barang dikenakan pajak, konsumen krn tahu adanya pajak
atas barang yg dikonsumsi, berpikir & bertindak tdk mengkonsumsi barang tsb & mengganti dg barang lain yg tdk
terkena pajak.
Istilah u/ menghindarikan/pengelakan pajak secara legal disebut dg avoidance.

4. Exemption (pembebasan)
a/ pemberian kekebalan kpd seseorg/perusahaan tertentu/perusahaan dlm tingkat tertentu dari pembayaran
pajak di mana dlm suatu Negara setiap org/perusahaan diwajibkan u/ membayar pajak ==> kekebalan a/
pemberian hak tertentu u/ tdk membayar pajak oleh Negara kpd sebagian warganya berdasarkan pertimbangan
tertentu.

Forward shifting
shifting

onward shifting

Penghindaran Pajak

melakukan pertukaran
capitalization

yg tdk mengakibatkan
kerugian pemerintah

yg mengakibatkan
kerugian pemerintah

backward shifting

melalui proses produksi

transformasi

yg diperkenankan UU

avoidance

yg tdk diperkenakan UU

evasion

melalui UU & peraturan

exemption

Administrasi Perpajakan ~ 8 ~

MODUL 4
Kebijaksanaan Fiskal
KEGIATAN BELAJAR 1
Pembangunan Nasional
Dlm pembukaan UUD 45 telah disebutkan mengenai cita-cita kemerdekaan bangsa & Negara yg dpt disebutkan secara
singkat yaitu terwujudnya masyarakat yg adil & makmur.
Keadaan masyarakat yg hendak kita tuju itu tdk dpt dicapai dlm sekejap, oleh krn itu dlm setiap GBHN yg mempunyai
masa 5 tahun mempunyai tujuan :
1) Meningkatkan taraf hidup, kecerdasan & kesejahteraan seluruh rakyat yg makin merata & adil;
2) Meletakkan landasan yg kuat u/ tahap pembangunan berikutnya.
Pembangunan berlandaskan pd trilogy pembangunan :
1) Pemerataan pembangunan beserta hasil-hasilnya yg menuju pd terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat;
2) Pertumbuhan ekonomi yg cukup tinggi;
3) Stabilitas nasional yg sehat & dinamis.
Asas-asas pembangunan :
1) Asas manfaat;
2) Asas usaha bersama & kekeluargaan;
3) Asas demokrasi;
4) Asas adil & merata;
5) Asas perikehidupan dlm keseimbangan;
6) Asas kesadaran hukum;
7) Asas kepercayaan diri sendiri.

KEGIATAN BELAJAR 2
Kebijaksanaan Pembiayaan Pembangunan
Sasaran utama pembangunan jangka panjang a/ terciptanya landasan yg kuat bg bangsa Indonesia u/ tumbuh &
berkembang atas kekuatan sendiri menuju masyarakat yg adil & makmur berdasarkan Pancasila, sdg titik berat dlm
pembangunan jangka panjang a/ bidang ekonomi dg sasaran utama u/ mencapai keseimbangan antara bidang pertanian
dan bidang industri serta terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat.
Pembangunan ekonomi mempunyai arti pengolahan kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman
modal, penggunaan teknologi serta melalui penambahan kemampuan berorganisasi & manajemen.
Pembangunan ekonomi yg kita lakukan hrs didasarkan kpd demokrasi ekonomi di mana di samping pemerintah,
masyarakat hrs juga memegang peranan aktif dlm pembangunan.
Dlm GBHN, demokrasi ekonomi telah dikemukakan secara jelas ciri-cirinya sbb :
1) Perekonomian disusun sbg usaha bersama berdasar asas kekeluargaan;
2) Cabang-cabang produksi yg penting bg Negara & menguasai hajat hidup org banyak dikuasai oleh Negara; dll.
Ciri-ciri dlm pelaksanaan demokrasi ekonomi yg hrs dihindarkan a/ :
1) Sistem free fight liberalism;
2) Sistem etatisme;
3) Pemusatan ekonomi pd satu kelompok dlm bentuk monopoli yg merugikan masyarakat.
Sistem free fight liberalism dlm pelaksanaannya menimbulkan adanya perbudakan manusia satu dg yg lainnya.
Menimbulkan penjajahan. Drs. Soetrisno , daerah jajahan dijadikan oleh penjajah sbb :
1) Daerah penghasil bahan mentah;
2) Daerah pemasaran hasil-hasil industri Negara-negara penjajah;
3) Daerah penanaman modal bg Negara-negara penjajah krn tersedianya buruh murah & bahan-bahan mentah di
daerah jajahan.
SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
Pembangunan nasional memerlukan investasi yg besar, karena dana yg tersedia berdasarkan kemampuan sendiri belum
mencukupi maka dlm GBHN penggunaan dana dari luar negeri dimungkinkan ==> fungsi bantuan luar negeri a/
merupakan pelengkap.
Pemilihan penggunaan sumber hutang mana yg akan diambil oleh pemerintah menurut DR. M. Soeparmoko dpt dibagi
dlm :
1) Pd masa penerimaan pinjaman
2) Pd pembayaran kembali pinjaman

Administrasi Perpajakan ~ 9 ~

KEGIATAN BELAJAR 3
Kebijaksanaan Perpajakan
PENGERTIAN KEBIJAKSANAAN PERPAJAKAN
Aspek/bagian dari ilmu pengetahuan yg mempelajari kemungkinan dari berbagai alternative alat/instrument yg
digunakan u/ mencapai tujuan disebut dg kebijaksanaan ==> kebijaksanaan perpajakan a/ merupakan penetapan dari
pemilihan berbagai cara/metode atau alat yg dipergunakan u/ mencapai tujuan Negara.
Kebijaksanaan perpajakan (fiscal policy) belum memperoleh pengertian yg pasti krn belum ditarik garis pemisah yg jelas
antara fiscal policy & keuangan Negara di satu pihak dg kebijaksanaan keuangan & kebijaksanaan ekonomi pemerintah di
pihak lain.
Pd permulaannya, kata fiscal dlm fiscal policy sama (sinonim) dg keuangan Negara yg lazim dlm bahasa inggris
mencakup:
(1) Penerimaan (revenue);
(2) Expenditure (pengeluaran;
(3) Kebijaksanaan utang (debt policy).
Istilah kebijaksanaan perpajakan dewasa ini mempunyai arti yg lebih luas lagi, yaitu segala sesuatu yg bertalian dg
usaha pemerintah u/ menstabilkan/mendorong tingkat aktivitas ekonomi.
John F. Due, kebijaksanaan perpajakan mempunyai tiga tujuan utama, yaitu :
1) u/ menjamin laju pertumbuhan perekonomian yg sebenarnya mengenai laju pertumbuhan potensial, dg
mempertahankan kesempatan kerja yg penuh;
2) u/ mencapai suatu tingkat harga umum stabil & wajar;
3) u/ meningkatkan laju pertumbuhan potensial, kalau mungkin tanpa menrintangi tujuan-tujuan lain dari masyarakat yg
hendak dicapai.
Prof. Dr. Soemitro, kebijaksanaan fiscal sbg instrument hrs mempunyai tujuan yg simultan yaitu langsung dpt
diperoleh dana/sumber pembiayaan u/ dipergunakan sbg investasi publik & secara tdk langsung sbg perantara dari
tabungan masyarakat ke arah kegiatan yg produktif, maupun digunakan u/ mencegah pengeluaran pemerintah yg
menghambat pembangunan.
Alat yg dpt dipergunakan u/ melaksanakan fiscal policy a/ :
(1) Penerimaan-penerimaan Negara sbg hasil sumber-sumber pndptn Negara, terutama pajak;
(2) Pengeluaran-pengeluaran Negara;
(3) Kredit.
ASAL MULA KEBIJAKSANAAN PERPAJAKAN
Sebelum tahun 1930 yg dikenal a/ istilah kebijakan moneter. Pd masa depresi yg terjadi th 1930 teori kebijaksanaan
perpajakan u/ pertama kali muncul, krn pemerintah tdk mempunyai kebijaksanaan moneter dlm menanggulangi masalah
depresi itu.
Dasar pemikiran dlm kebijaksanaan perpajakan a/ bahwa pemerintah tdk dpt disamakan dg individu dlm pengaruhnya
trhdp tindakan masing-masing sbg keseluruhan. Pd umumnya individu akan mengurangi pengeluaran apabila
penerimaannya menurun. Apabila penerimaan pemerintah mengalami penurunan & krnnya mengurangi pengeluarannya,
maka tindakan ini justru akan lebih menyusahkan/mempersulit jalannya perekonomian.
PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN
Kebijakan fiscal (perpajakan) meliputi :
(1) Kebijaksanaan yg ditempuh oleh Negara dlm rangka penerimaan-penerimaan Negara, terutama pajak-pajak;
(2) Kebijaksanaan yg ditempuh dlm rangka pembelanjaan/pengeluaran Negara;
(3) Kebijaksanaan pengaturan utang.
Ketiga alat kebijaksanaan fiscal tsb hrs dikoordinasikann& diintegrasikan dg baik krn berhubungan dg tujuan
kebijaksanaan itu sendiri yaitu perkembangan & stabilitas ekonomi.
APBN bukan hanya sekedar sbg alat u/ merencanakan penerimaan serta pengeluaran Negara saja, akan tetapi lebih dari
itu yaitu sbg alat yg secara sadar dipergunakan u/ mempengaruhi kehidupan ekonomi bangsa.
PENERIMAAN NEGARA
Sumber penerimaan dlm negeri dpt dibedakan ke dlm penerimaan dari pajak & penerimaan bukan pajak

Administrasi Perpajakan ~ 10 ~

Pajak Langsung
Penerimaan pajak
Pajak Tdk Langsung

Penerimaan krn penjualan


milik negara, spt penjualan
barang milik negara

Sumber penerimaan dlm


negeri

Penerimaan krn adanya jasa,


spt uang nikah, talak

Penerimaan Bukan Pajak

Penerimaan dari kejaksaan &


pengadilan, denda, sitaan

Penerimaan
kembali/penerimaan lain-lain,
spt penerimaan kembali uang
pinjaman, gaji

Penerimaan Khusus, spt


penerimaan kembali sisa
anggaran rutin dll

Kebijakan perpajakan di luar bidang keuangan yg pernah dilakukan di negara kita spt :

1) Incentive (perangsang), agar pemilik modal baik asing maupun dlm negeri mau berusaha di Indonesia. Diatur UU No.
1/1967 jo UU No. 11/1970. Diberikan dlm bentuk :
a) Pembebasan bea meterai modal atas modal yg disetor di dlm PT yg didirikan dlm rangka PMA;
b) Pembebasan/keringanan bea masuk & pembebasan pajak penjualan atas barang impor yg digunakan u/
melengkapi usaha & kelancaran pabrik;
c) Pembebasan bea balik nama atas akta-akta pendaftaran kapal yg dilakukan pertama kali di Indonesia.

2) Tax Holiday, pembebasan pajak perseroan atas badan-badan baru yg menanam modalnya di bidang produksi yg
mndpt prioritas dari pemerintah u/ jangka waktu 2 tahun terhitung sejak perusahaan mulai berproduksi. Masa itu dpt
diperpanjang hingga dpt berjalan sampai 6 tahun. Diatur dlm Psl 16 UU No. 1/1967.
3) Kelonggaran-kelonggaran pajak lainnya spt :
a) Kompensasi kerugian yg dpt dilakukan u/ masa 5 s.d. 8 tahun;
b) Pembebasan pajak ekspor barang mewah;
c) Penangguhan sementara pajak atas tabungan yg merupakan objek pajak kekayaan.

Administrasi Perpajakan ~ 11 ~

MODUL 5
Beberapa Aspek Dalam Ketentuan Perpajakan
KEGIATAN BELAJAR 1
Subjek & Objek Pajak
SUBJEK PAJAK
Perpajakan a/ proses dg mana kekuasaan yg tertinggi menetapkan UU yg bertujuan u/ memperoleh atau melalui badan
pembuat UU, meningkatkan pndptn shg dpt menyediakan dana guna membiayai pengeluaran-pengeluaran
Negara/pemerintah.
Perpajakan mempunyai 2 tujuan :

1) Tujuan sempit : berhubungan dg penyediaan dana u/ memajukan kesejahteraan umum & melindungi warga Negara;
2) Tujuan luas : setiap pengenaan beban oleh kekuasaan yg tertinggi trhdp org/harta, atau hak menggunakan harta,
guna mendukung kegiatan pemerintah, shg pemerintah dpt menjalankan fungsinya dg baik.
Pd hakikatnya pengenaan beban pajak a/ umum, namun krn pertimbangan-pertimbangan tertentu (sosial & ekonomi),
akan trdpt sebagian anggota masyarakat yg dibebaskan dari pembayaran pajak baik u/ sementara maupun seterusnya.
Org yg terkena ketentuan membayar pajak disebut sbg wajib pajak, inilah pelaku (subjek) pajak.
Subjek pajak dlm ketentuan UU berarti org/kumpulan org-org yg dpt bertindak sbg person ==> UU No. 6/1983 Psl. 1.
Berdasarkan UU tsb yg menjadi subjek pajak a/ :
1) Orang;
2) Badan usaha.
ASAS RESIPROSITAS
Pembebasan pajak yg diberikan kpd WNA/badan internasional yg bergerak di dlm wilayah suatu Negara, & Negara tsb
memberikan pembebasan dg catatan Negara yg memberikan pembebasan mndptkan perlakuan yg sama.
Diatur dlm Psl 3 UU No. 7/1963, tdk termasuk subjek pajak :
1) Pejabat-pejabat perwakilan diplomasi, konsuler & pejabat-pejabat lain dari Negara asing & org-org yg diperbantukan
dg syarat bukan WNI & di Indonesia tdk melakukan pekerjaan & kegiatan usaha;
2) Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yg ditentukan oleh Menkeu;
3) Perusahan jawatan berdasarkan Kepmenkeu.
OBJEK PAJAK
Dikenal juga dg situs pajak a/ objek/tempat di mana pajak dikenakan.
Hukum dasarnya a/ bahwa Negara di mana subjek yg akan dikenakan pajak trdpt di dlm Negara, mempunyai hak u/
memaksakan/mengenakan serta mengumpulkan pajak.
Objek pajak a/ membicarakan ttg apa yg terkena pajak, tergantung kpd beberapa hal al :
1) Sifat & subjek pajak yg bersangkutan dgnnya spt org, harta, tindakan/aktivitas;
2) Kemungkinan keuntungan & proteksi yg nantinya dimiliki baik oleh pemerintah maupun wajib pajak;
3) Tempat tinggal/kewarganegaraan wajib pajak;
4) Sumber pndptn.
Dari faktor-faktor tsb di atas, bisa terjadi seseorg yg berada di dlm wilayah hukum suatu Negara akan terkena berbagai
macam pajak.
Secara terperinci objek pajak dpt dikemukakan sbb :
1) Perorangan (person)
2) Kekayaan/harta yg nyata & dimiliki oleh seseorg/badan usaha;
3) Kekayaan yg tdk tampak spt deposito, pemilikan saham dll;
4) Pendapatan;
5) Usaha.
MASALAH PAJAK GANDA
Diartikan sbg pengenaan trhdp adanya pajak suatu objek pajak yg dimiliki/dikuasai oleh seseorg/badan lebih dari satu
kali. Pelaksanaan pajak ganda a/ :
(1) Dipungut dua kali atas objek pajak yg sama;
(2) Dipungut oleh instansi yg sama atas objek yg sama;
(3) Dipungut dua kali oleh aparat dlm satu wilayah hukum/daerah yg sama;
(4) Dipungut u/ tujuan-tujuan yg sama;
(5) Dipungut dlm tahun yg sama.
Di Negara kita salah satu usaha pencegahan adanya pajak ganda telah diusahakan dg dibedakannya (adanya) pemungut
yg berbeda ==> kita kenal adanya pajak pusat & pajak daerah.

Administrasi Perpajakan ~ 12 ~

Di samping pajak ganda, terjadi dlm satu wilayah hukum satu Negara, dpt juga terjadi pajak ganda yg dipungut oleh dua
Negara. Spt kita ketahui bahwa dlm memungut pajak, Negara dpt menganut beberapa asas :
(1) Asas domisili;
(2) Asas sumber;
(3) Asas kebangsaan.
u/ menghindarinya perlu diadakan penjanjian antara Negara yg bersangkutan.

KEGIATAN BELAJAR 2
Sumber dan Syarat Hukum Pajak
SUMBER HUKUM PAJAK
Psl. 23 ayat (2) UUD 45 menyatakan segala pajak u/ keperluan Negara berdasarkan UU.
Pajak a/ merupakan pengalihan kekayaan dari sektor swasta (masyarakat) ke sektor publik yg atas pembayarannya tdk
dpt ditunjukkan balas jasa secara langsung.
Dr. Soeparman Soemahamidjaja, pajak a/ iuran wajib, berupa uang/barang, yg dipungut oleh penguasa berdasarkan
norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang & jasa-jasa kolektif dlm mencapai kesejahteraan
umum.
Di Inggris dinyatakan bahwa no taxation without representation, sdg di Amerika disebutkan bahwa taxation without

representation is robbery.
SYARAT-SYARAT HUKUM PAJAK

1. Syarat Yuridis
Maksudnya agar UU pajak itu adil & ada kepastian hukum. UU pajak hrs dpt menyatakan keadilan yg tegas baik u/
Negara maupun wajib pajak.
Pembuatan UU hrs diusahakan tercapainya keadilan dlm pemungutan pajak. R. Santoso Brotodihardja, SH
mengatakan :
a) Hak-hak fiskus (pemungut pajak dlm hal ini ditjen pajak & ditjen bea cukai) yg telah diberikan tugas memungut
pajak oleh pembuat UU hrs dijamin dpt melaksanakannya dg lancer;
b) Wajib pajak hrs memperoleh jaminan hukum, agar supaya ia tdk diperlakukan semena-mena oleh fiskus;
c) Ada jaminan trhdp tersimpannya rahasia-rahasia mengenai diri/perusahaan wajib pajak yg telah disampaikan kpd
instansi pajak;
d) Adanya pengenaan pajak yg adil.

2. Syarat Ekonomis
Pajak hendaknya tdk hanya dipandang dari segi penerimaan bagi Negara saja, akan tetapi juga pengenaan pajak
berdasarkan atas UU yg berlaku, yg ditujukan u/ mengubah tingkah laku sosial & ekonomi dlm arti yg positif.
Pajak yg berlaku diusahakan supaya jangan sampai menghambat lancarnya produksi, perdagangan.
Juga dimaksudkan agar pengenaan pajak jangan menghalang-halangi rakyat dlm usahanya menuju kebahagiaan
umum & jangan sampai merugikan kepentingan umum.
Ciri-ciri berdasarkan syarat ekonomi menurut Dr. Rochmad Soemitro, SH a/ :
a) Pajak hrs dpt dibayar dari penghasilan rakyat & tdk boleh mengurangi kekayaan rakyat;
b) Pajak tdk boleh menghalang-halangi lancarnya perdagangan/perindustrian;
c) Pajak tdk boleh merugikan kebahagiaan rakyat;
d) Pajak sebaiknya ditagih pd waktu yg tepat.

3. Syarat Finansial
Menekankan pentingnya pajak dipungut berdasarkan prinsip efisiensi, biaya pemungutan pajak lebih kecil drpd
hasilnya.
Pajak hendaknya dipungut pd saat yg terbaik, shg pajak dpt dipungut secara efektif. Usaha u/ mengenakan pajak
dihubungkan dg saat terjadinya perbuatan, peristiwa/keadaan yg menjadi dasar pengenaan pajak.
SUSUNAN HUKUM PAJAK
Hal-hal yg perlu diperhatikan dlm penyusunan per-uu-an pajak a/ :
(1) Tujuan dari kekuasaan legislatif hrs dipertimbangkan. Tujuan pembuatannya a/ sbg dasar penerimaan Negara, shg
hendaknya dicegah adanya kebocoran baik dg cara penghindaran maupun pengelakan pembayaran pajak. Peraturan
per-uu-an pajak harus disusun sedemikian rupa agar dpt dihilangkan wajib pajak melakukan penghindaran pajak;

Administrasi Perpajakan ~ 13 ~

(2) Tdk ada keraguan. Hal-hal yg menunjukkan mana subjek & mana pula objek pajak hrs secara tegas termaktub dlm
ketentuan per-uu-an;
(3) Bahasanya hrs jelas;
(4) Dikemukakan cara wajib pajak menuntut pembebasan. Hal ini sesuai dg asas gaya pikul & fungsi pengaturan dari
pajak.

KEGIATAN BELAJAR 3
Proses Pemungutan & Keberatan Pajak
u/ pajak langsung proses pemungutannya membutuhkan waktu lebih panjang bila dibandingkan dg pajak tdk langsung.
Krn pajak langsung dipungut secara berkala berdasarkan kohir (= daftar yg mencatat nama wajib pajak & jumlah pajak
yg terutang).
PROSES PEMUNGUTAN PAJAK

1. Proses Pengenaan Pajak


Merupakan tugas dari badan legislatif yg akan menentukan berapa besar jumlah/berapa persen pajak yg dikenakan
trhdp seseorg.
Ini dpt dilhat pd pasal UU pajak yg mengatur objek & subjek serta besarnya tarif pajak. Contoh UU No. 7/1984 ttg
Pajak Penghasilan.

2. Proses Penentuan Pajak


Penentuan besarnya pajak a/ tugas eksekutif dlm hal ini ditjen pajak.
Biasanya kegiatan ini meliputi :
(1) Penghitungan besarnya jumlah pajak;
(2) Pemberian catatan (ketetapan) kpd wajib pajak atas dasar penghitungan yg telah dibuat sebelumnya;
(3) Memberitahukan/menetapkan ketetapan tambahan atas pajak yg belum dibayar/apabila ada kekurangan
pembayaran pajak.

3. Proses Pengumpulan Pajak


Merupakan proses yg terakhir yg dpt memberikan pemasukan dana atas utang pajak dari wajib pajak.
Proses ke-2 & ke-3 yaitu penetapan & pengumpulan pajak disebut dg administrasi pajak.
Proses pemungutan pajak (pajak langsung) sesuai dg UU No. 6/1984 dpt dikemukakan sbb :
(1) Setiap wajib pajak hrs mempunyai NPWP;
(2) Wajib pajak mengisi SPT;
(3) Dlm hal wajib pajak hrs melakukan pembukuan, maka SPT hrs dilengkapi dg laporan keuangan berupa neraca &
perhitungan rugi laba;
(4) Ditjen pajak membuat surat ketetapan pajak, yg masih terutang bila ada (koreksi atas SPT);
(5) Wajib pajak menyetor utang pajaknya kpd kas Negara.
Ketetapan yg dikeluarkan oleh ditjen pajak dpt berupa :
(1) Surat Tagihan Pajak yg dikeluarkan apabila :
a) Pajak dlm tahun berjalan tdk/kurang dibayar;
b) Wajib pajak dikenakan sanksi adm berupa denda/bunga;
c) Trdpt kekurangan pembayaran akibat salah tulis/hitung SPT.
(2) Surat Ketetapan Pajak;
(3) Surat Ketetapan Pajak Tambahan.
PROSES PENGAJUAN KEBERATAN
Diatur dlm Psl. 25 UU No. 6/1984, yaitu :
(1) Pengajuan keberatan hrs diajukan secara tertulis dan
(2) Disertai dg alasan-alasan keberatan;
(3) Paling lambat pengajuan disampaikan 3 bulan setelah surat ketetapan diterima oleh wajib pajak, kecuali ada alasan
lain yg kuat di luar batas kemampuan;
(4) Bukti pengiriman & penerimaan hrs disimpan sbg alat control;
(5) Sambil menunggu keputusan atas permohonannya wajib pajak tetap hrs membayar kewajiban pajaknya.

Administrasi Perpajakan ~ 14 ~

Keputusan mengenai diterima/ditolaknya permohonan wajib pajak dlm UU ditetapkan paling lama 12 bulan sejak surat
permohonan diterima. Jika setelah batas tsb tdk ada jawaban, berarti permohonan dikabulkan ==> ketentua batas
waktu dimaksudkan agar ada kepastia hukum di samping terlaksananya adm perpajakan yg baik.

Administrasi Perpajakan ~ 15 ~

MODUL 6
Pajak-pajak Negara (Pajak Langsung)
KEGIATAN BELAJAR 1
Masalah Pajak Langsung & Pajak Tdk Langsung
Ada 3 UU yg akan menjadi topic pembicaraan yaitu : Pajak Penghasilan (PPh) & Pajak Bumi & Bangunan (PBB) yg
merupakan pajak langsung & Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yg merupakan pajak tdk langsung.
Table penerimaan pajak tahun 1979-1985 (dlm milyar rupiah).
Jenis Penerimaan

1979/1980

1980/1982

1982/1983

1983/1984

1984/1985

pajak langsung

870

1472

1840

2064

2601

pajak tdk langsung

1380

1768

1973

2288

2566

Dg makin besarnya pajak tdk langsung, maka secara tdk langsung beban masyarakat terutama yg tdk mampu hrs
membayar pajak sesuai prinsip pajak tdk langsung. Pajak tdk langsung memang lebih mudah pemungutannya akan
tetapi ditinjau dari segi keadilan kurang memadai.
CIRI-CIRI PAJAK LANGSUNG & PAJAK TDK LANGSUNG
Dari segi ekonomi, maka apabila beban pajak sepenuhnya ditanggung oleh WP a/ diklasifikasikan ke dlm pajak langsung.
Apabila beban pajak oleh WP dpt dilimpahkan kpd org lain maka pajak yg demikian disebut pajak tdk langsung.
Dari segi administrasi, pajak langsung a/ suatu pajak yg dipungut secara periodic berdasarkan surat ketetapan yg
dikeluarkan oleh fiskus. Pajak tdk langsung a/ pajak yg dikenakan pd saat tertentu (insedentil), dibayarkan setelah ada
kejadian/perbuatan hukum yg dilakukan oleh seseorg/badan.
Termasuk penggolongan pajak langsung a/ pajak-pajak atas pndptn & kekayaan atau pajak atas pemilikan kebendaan
tertentu yg dimiliki oleh seseorg, pengenaannya bersifat subjektif, contohnya : PPh, pajak kekayaan, pajak IPEDA, pajak
bangsa asing.
Termasuk pajak tdk langsung a/ pajak yg dipungut atas suatu kejadian atau lalu lintas hukum tertentu atas pemakaian
barang yg sifatnya objektif, contohnya : PPN, bea materai, bea balik nama harta tetap (kapal), BBNKB, PPb I, pajak
ekspor dsb.
Dlm APBN, penyusunan pajak langsung & pajak tdk langsung a/ sbb :
1. Pajak Langsung terdiri atas :
a) Pajak pendapatan;
b) Pajak perseroan;
c) MPO;
d) Pajak atas bunga deviden & royalties;
e) IPEDA.
2. Pajak Tidak Langsung
a) Pajak penjualan;
b) Pajak penjualan impor;
c) Pajak ekspor;
d) Cukai;
e) Bea masuk;
f) Penerimaan minyak lainnya;
g) Lain-lain.
Dlm UU Perpajakan yg baru, pajak pendptn, pajak perseroan, MPO, PBDR dimasukkan dlm 1 kesatuan yg disebut dg
Pajak Penghasilan. U/ pajak penjualan diganti dg PPN.
Kebijakan pengenaan pajak haruslah adil, prinsip keadilan a/ merupakan salah satu syarat dlm pemungutan pajak.
Pelaksanaannya dpt terjadi apabila dlm pengenaannya didasarkan pd kekuatan (gaya pikul seseorg). Kekuatan pikul
seseorg dpt diukur dari tingkat pndptn & kekayaannya. ==>karenanya yg dianggap paling baik dlm usaha memungut
pajak secara adil & merata a/ dg cara mengenakan pajak atas pndptn & kekayaannya. ==> pengenaan pajak perlu
memperhatikan keadaan individu (subjek) dari masing-masing WP.
Di Indonesia u/ jenis pajak tdk langsung pd awalnya (1950) dimulai dg pajak peredaran yg pd th 1951 diubah menjadi
pajak penjualan, sekarang dikenal dg PPn.
Perhatikan rumus Y = C yang kemudian berubah menjadi Y = C + I
Maka atas pndptn (Y) dikenakan pajak langsung & atas konsumsi (C) dikenakan pajak tdk langsung.
Secara makro maka pd hakikatnya pajak a/ merupakan tabungan yg dipaksakan.
Beberapa alasan mengapa konsumsi dikenakan pajak :
(1) Konsumsi menunjukkan adanya pndptn atau daya pikul seseorg;

Administrasi Perpajakan ~ 16 ~

(2) Pndptn masyarakat sukar diteliti, berbeda dg konsumsi.


Atas dasar pokok pikiran di atas antara pajak langsung dg pajak tdk langsung a/ merupakan 2 hal tdk dpt dipisahkan
& saling melengkapi.

KEGIATAN BELAJAR 2
Pajak Penghasilan (PPh)
Sebelum berlakunya tahun 1984 UU No. 7/1984 :
1) Pemerintah pusat mempunyai hak memungut atas al :
a) Pajak Pendapatan (ordonansi 1944);
b) Pajak Perseroan (ordonansi 1925);
c) Pajak Bunga Deviden & Royalti (UU 1970);
d) Pajak Kekayaan (ordonansi 1932);
e) Pajak Penjualan (UU 1951);
f) Aturan Bea Materai (ordonansi 1921).
2) Wewenang Pemda Tk I, misalnya : Pajak Rumah Tangga, BBNKB, PKB;
3) Wewenang Pemda Tk II : Pajak Reklame, Pajak Radio, Pajak Bangsa Asing, Pajak Pembangunan I.
U/ IPEDA, hakekatnya a/ wewenang pusat, namun dlm pelaksanaan pemungutannya diserahkan kpd pemerintah
daerah.
Dlm ketentuan pajak yg baru beberapa pajak dijadikan satu yaitu pajak pendapatan, pajak perseroan & pajak atas
bunga deviden & royalty menjadi PPh.
Berdasarkan UU yg baru wewenangnya menjadi :
1) Pem-pus :
a) Pajak langsung : PPh & PBB;
b) Pajak tdk langsung : PPN, pajak ekspor, bea masuk, cukai & pajak lain.
2) Pemda : PKB, BBNKB, pajak reklame, Pajak Pembangunan I dsb.
Beberapa perbedaan UU yg lama & yg baru :
Lama

Baru

(1) sistem pemungutan pajak, tergantung kpd aktivitas

(1)

aparatur pajak;

sistem pemungutan pajak dipercayakan kpd WP u/


menghitung penetapan & membayar sendiri (Psl. 2 UU
No. 6/1984);

(2) SPT merupakan informasi bagi aparat pajak u/

(2)

menetapkan pajak;

SPT merupakan sarana bagi WP u/ menghitung,


menetapkan sendiri pajak yg terutang (Psl. 3 (1) UU
No. 6/1984);

(3) blangko SPT dikirim oleh aparat pajak;

(3)

blangko SPT hrs diambil sendiri oleh WP;

(4) penundaan pengembalian SPT dpt mengakibatkan

(4)

penundaan

penundaan pembayaran pajak;

penyampaian

SPT

tdk

menunda

pembayaran pajak;

(5) setiap WP harus ditetapkan pajaknya;

(5)

tdk semua WP ditetapkan pajaknya;

(6) SKP berfungsi menegaskan hutang pajak tdk ada

(6)

SKP sbg alat koreksi atas pelanggaran WP, batas waktu

batas waktu pengeluaran.

pengeluaran 5 th atau 10 th bila ada tindakan pidana.

Seorg WP dlm jangka waktu 3 bulan setelah akhir tahun pajak hrs sdh menyerahkan SPT-nya, ditandatangani oleh
WP/yg diberi kuasa dg surat kuasa khusus. Dlm hal WP a/ badan maka yg bertanda tangan a/ pengurus/direksi.
SPT berisis mengenai WP yaitu nama, alamat & NPWP serta jumlah penghasilan yg diterima dlm tahun yg
bersangkutan.
SPT terdiri dari 3 jenis : SPT pribadi/perseorgan yg tdk punya usaha bebas, SPT perseorgan dg usaha bebas & SPT u/
badan.
SUBJEK & OBJEK PAJAK
Psl 1 UU No. 7/1984, subjek pajak PPh :
1) Org pribadi/perseorgan;
2) Warisan yg belum dibagi sbg suatu kesatuan, menggantikan yg berhak;
3) Badan-badan.

Administrasi Perpajakan ~ 17 ~

Subjek pajak dibagi dlm subjek pajak dlm negeri & subjek pajak luar negeri dg saat mulai & berakhirnya sbb :
Mulai
subjek dalam negeri
(1) org pribadi
saat dilahirkan
saat berada di Indonesia u/ waktu lebih dari 183
hari atau berniat tinggal di Indonesia
(2) warisan yg belum dibagi
saat meninggalnya pewaris
(3) badan
saat didirikan
(4) bentuk usaha tetap
saat adanya bentuk usaha tetap

subjek pajak luar negeri


saat ada hubungan ekonomi dg Negara kita

Berakhir

saat meninggal
meninggalkan Indonesia

saat warisan dibagikan


saat likuidasi
saat ditiadakannya bentuk usaha tetap

saat putusnya hubungan ekonomi dg Negara kita

Objek pajak penghasilan a/ penghasilan seseorg/ badan. Psl. 4 (1) UU No. 7/1984 menyebutkan setiap tambahan
ekonomis yg diterima/diperoleh WP baik yg berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yg dpt dipakai u/
konsumsi/u/ menambah kekayaan WP yg bersangkutan dg nama & dlm bentuk apapun.
4 kategori penghasilan :
1) Penghasilan krn pekerjaan & jasa;
2) Penghasilan krn kegiatan usaha;
3) Penghasilan dari modal;
4) Penghasilan lain.
Penghasilan yg tdk termasuk objek pajak :
1)

Harta hibahan/bantuan yg tdk ada hubungannya dg usaha/pekerjaan dari pihak yg bersangkutan;

2)

Warisan yg telah dibagikan, kecualai warisan tsb menghasilkan;

3)

Santuan asuransi;

4)

Penggantian berkenaan dg pekerjaan/jasa yg dinikmati dlm bentuk natura;

5)

Keuntungan krn pengalihan harta org pribadi;

6)

Harta pengganti modal/saham;

7)

Deviden yg diterima oleh perseroan;

8)

Iuran dana pension;

9)

Penghasilan yayasan yg semata-mata u/ kepentingan umum;

10) Pembagian keuntungan dari perseroan komanditer yg modalnya tdk terbagi atas saham-saham.
Penghasilan Kena Pajak (PKP a/ penghasilan bruto dikurangi dg biaya-biaya sbgmn dimaksudkan dlm Psl 6.
Contoh perhitungan PKP bagi sebuah perusahaan :
Sebuah perusahaan memperoleh penghasilan kotor Rp. 60.000.000,-. Biaya yang dikeluarkan Rp. 37.500.000,-,
penyusutan & amortisasi Rp. 5.000.000,-, kompensasi kerugian Rp. 2.000.000,-. Maka perhitungan PKP-nya sbb :
penghasilan kotor
biaya-biaya

u/

Rp.

60.000.000

mendptkan
Rp.

37.500.000

penyusutan & amortisasi

Rp.

5.000.000

pengasilan netto

Rp.

17.500.000

kompensasi kerugian.

Rp.

2.000.000

PKP

Rp.

15.500.000

penghasilan..

Dari contoh di atas, jika perusahaan a/ suatu koperasi maka PKP masih dikurangi dengan SHU yg akan dibagikan. Jika
merupakan perseorgan maka PKP masih dikurangkan dg PTKP.
TAHUN PAJAK & TARIF PAJAK
Tahun pajak/tahun takwim a/ tahun kalender yg dimulai dari tgl 1 januari s.d. 31 desember u/ tahun yg sama.
Apabila WP menggunakan pembukuan yg meliputi periode kurang atau lebih dari 12 bulan, maka perhitungan pajak
didasarkan atas tahun takwim yg bersangkutan. Apabila WP menggunakan pembukuan yg periodenya tdk sama dg tahun
takwim, maka penyebutan tahun pajak yg bersangkutan mempergunakan yg di dlmnya termasuk enam bulan
pertama/lebih dari tahun pajak itu. Contoh :
Administrasi Perpajakan ~ 18 ~

WP melaksanakan pembukuan dari tgl 1 Juni 1985 s.d. 31 Mei 1986, maka tahun pajaknya disebutkan tahun 1985. Bila
pembukuannya tgl 1 Nopember 1985 s.d. 30 Oktober 1986, maka tahun pajaknya disebutkan 1986.
Tarip progresif a/ tarif yg dpt diberlakukan trhdp upaya pencapaian keadilan pembayaran pajak.
Contoh tarif pajak lama :
Prosentase setiap
Penghasilan kena pajak

Pokok pajak

tambahan Rp.

720.000

43.200

2.400.000

234.000

16

3.000.000

330.000

18

100,-

Apabila seseorg mempunyai penghasilan kena pajak sebesar Rp. 2.720.500,-, maka perhitungan pajaknya a/ :
Rp. 2.400.000 kena pajak Rp. 234.000,-;
Sisa Rp. 2.720.500 - Rp. 2.400.000 = Rp. 320.000
Terkena pajak dg tarif 16% atau 16% * Rp. 320.500
= Rp. 51.270
Jadi pendapatan sebesar Rp. 2.720.500 terkena pajak
Rp. 234.000 + Rp. 51.270 = Rp. 285.270
Tarif pajak baru :
PKP

Tarif pajak

sampai dg Rp. 10.000.000

15%

di atas Rp. 10.000.000 s.d. Rp. 50.000.000

25%

di atas Rp. 50.000.000

35%

Contoh :
Penghasilan kena pajak

Rp.

75.000.000

Pajak penghasilan yg terutang


15% * 10.000.000

Rp.

1.500.000

25% * 40.000.000

Rp.

10.000.000

35% * 25.000.000

Rp.

8.750.000

KEGIATAN BELAJAR 3
Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Negara a/ pungutan yg dilakukan oleh Negara yg akan dipergunakan u/ membiayai kebutuhan Negara berdasarkan
peraturan per-uu-an yg berlaku.
PBB a/ pajak Negara yg dikategorikan pajak langsung, krn sifatnya kontra prestasi yg tdk langsung & tekanan pajaknya.
PBB mempunyai kekhususan yaitu pd penggunaan dari hasil pungutan pajak ini yg dipergunakan oleh daerah otonom.
==> ketentuan UU No. 12/1985, PBB setelah dikurangi upah pungut dikembalikan lagi ke daerah u/ membiayai kegiatan
daerah.
PBB merupakan pajak yg dikenakan trhdp pemilik tanah & kekayaan atas bangunan yg berdiri di atas tanah berikut
fasilitasnya. ==> dulu sebelum ada PBB realisasi pemungutan atas tanah & kekayaannya dilakukan oleh baik Negara
maupu pemda, contoh atas tanah dipungut IPEDA, atas kekayaan dipungut pajak kekayaan.
Dg telah adanya UU ttg PBB, harapan pemerintah & masyarakt dpt terwujud krn :
1) Objek pungutan pajak yg dahulu dipungut oleh berbagai instansi yg dpt menimbulkan beban pajak ganda dpt
ditiadakan;
2) Cara pembayarannya yg dipermudah & dekat dg WP;
3) Tarif yg berlaku hanya 1 macam ==> memudahkan bagi WP u/ menentukan besarnya pajak.
Jenis-jenis pajak yg tdk berlaku lagi setelah disahkannya UU ini a/ :
1) Ordonansi Pajak Rumah Tangga 1908;
2) Ordonansi Verponding Indonesia 1923;
3) Ordonansi Verponding 1928;
Administrasi Perpajakan ~ 19 ~

4) Ordonansi Pajak Kekayaan 1932;


5) Ordonansi Pajak Jalan 1942;
6) Pasal 14 UU Darurat 1957;
7) Perpu No. 11 th 1959 ttg Pajak Hasil Bumi.
SUBJEK & OBJEK PAJAK
Psl 14 UU No. 12/1985, subjek pajak a/ org/badan yg secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau
memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.
Objek pajak a/ tanah baik yg dipakai u/ bangunan dg segala fungsinya.
Pengecualian atas tanah & bangunan yg menjadi objek pajak ini a/ :
1) Digunakan semata-mata u/ melayani kepentingan umum;
2) Digunakan u/ kuburan, peninggalan purbakal, dan sejenisnya;
3) Merupakan hutan hidup, suaka alam, hutan wisata dsb;
4) Digunakan oleh perwakilan diplomatic berdasarkan asas resiprositas;
5) Digunakan oleh badan/perwakilan organisasi internasional yg ditentukan oleh menkeu.

Administrasi Perpajakan ~ 20 ~

MODUL 7
Pajak-pajak Negara
KEGIATAN BELAJAR 1
Masalah Pajak Tak Langsung
Pajak tdk langsung a/ pajak yg dipungut kalau pd suatu ketika trdpt suatu peristiwa/perbuatan spt penyerahan barang
tak bergerak, pembuatan suatu akte dsb. ==> R. Santoso Brotodihardjo, SH.
John Stuart Mill, indirect taxes are those, which are demanded from one person, in the EXPECTATION & INTENTION,
that he shall INDEMNIFY himself at the expense of another.
Pajak tdk langsung dilihat dari segi ekonomis trdpt 3 unsur : penanggung jawab pajak, penanggung pajak & pemikul
pajak. ==> ketiganya berbeda maka dikategorikan pajak tdk langsung.
Salah satu alasan kenapa pajak tdk langsung dipungut kembali (setelah penerimaan pajak langsung menurun) a/ bahwa
konsumsi yg terjadi melalui proses transaksi & setelah yg bersangkutan menerima pndptn lebih mudah dideteksi.
Pd hakikatnya antara pajak langsung dg pajak tak langsung satu sama lain bersifat komplemeter, pajak langsung
dikenakan trhdp pndptn sdg pajak tak langsung dikenakan atas pembelanjaan/konsumsi.
Di Negara sedang berkembang ada kecenderungan bahwa penerimaan pajak tak langsung baik secara absolut maupun
prosentasenya masih jauh lebih besar dibandingkan dg penerimaan pajak langsung.
Kenapa pajak tak langsung menempati urutan yg pertama dlm Negara yg sdg berkembang :
1) Pajak tak langsung secara adminitratif baik bagi WP maupun fiskus, sistem pemungutannya lebih pendek
dibandingkan pajak langsung;
2) Proses pemungutan pajak tak langsung yg lebih sederhana ditinjau dari segi prosesnya a/ sesuai dg kehidupan
masyarakat Negara berkembang;
3) Pajak tak langsung secara psikologis lebih mudah dipungut krn pungutannya dikaitkan dg konsumsi/lalu lintas barang;
4) Pajak tak langsung dpt diandalkan, krn jenis pajak ini lebih mudah dipungut sesuai dg fluktuasi ekonomi.

KEGIATAN BELAJAR 2
Pajak Pertambahan Nilai
Dikenal dg istilah PPn, merupakan salah satu jenis pajak yg merupakan pengganti dari pajak penjualan berdasarkan UU
No. 8/1983.
Beberapa istilah yg perlu diperhatikan :
1)

Barang Kena Pajak (BKP);

2)

Jasa Kena Pajak (JKP);

3)

Pengusaha Kena Pajak (PKP);

4)

Harga Jual;

5)

Penggantian;

6)

Nilai impor;

7)

Faktur Pajak;

8)

Dasar Pengenaan Pajak, jumlah harga jual, penggantian yg diminta/yg seharusnya diminta oleh penjual/pemberi
jasa/nilai impor yg dipakai sbg dasar u/ menghitung pajak yg terutang;

9)

Pajak Masukan, PPn yg dibayar oleh PKP pd waktu pembelian barang/jasa kena pajak atau impor barang kena
pajak;

10) Pajak Keluaran, PPn yg dipungut oleh PKP pd waktu penyerahan BKP.
SUBJEK & OBJEK PAJAK
Subjek pajak PPn pd dasarnya a/ konsumen ==> tapi akan timbul kesulitan jika konsumen harus membayar pajaknya
sendiri ==> WP PPn a/ pengusaha krn mereka sbg penanggung pajak yg hrs membayar terlebih dahulu yg nantinya
akan dibayar kembali oleh pemikul pajak dlm hal ini konsumen
Pengusaha dlm hal ini dpt dibedakan menjadi :
1) Pengusaha kena pajak;
2) Pengusaha bukan kena pajak, termasuk di dlmnya:
a) Pengusaha di bidang pertanian;
b) Pengusaha kecil, pengusaha yg mempunyai ciri-ciri sbb :
(1) Nilai peredaran bruto setahun tdk lebih dari 60 juta rupiah;
(2) Jumlah modal usaha tdk lebih dari 10 juta.
Pengusaha mana yg menjadi WP, ada 2 hal yaitu :
1) mereka yg otomatis menjadi PKP, Psl 4 UU No. 8/1984, yaitu :

Administrasi Perpajakan ~ 21 ~

2) pabrikan/produsen yg menghasilkan barang;


3) importer yg akan menyerahkan barang impor;
4) pengusaha yg mempunyai hubungan istimewa dg pabrikan dan atau importer;
5) agen/penyalur utama dari pabrikan & importer;
6) pengusaha yg menjadi pemegang hak patent;
7) pemborong/kontraktor/sub kontraktor bagunan & harta tetap lainnya.
Pengusaha yg memilih sbg PKP, yaitu :
Ekportir ==> tujuannya agar dpt meminta kembali pajak eksportnya ==> hanya PKP yg dpt meminta pengembalian;
Pedagang yg menjual BKP.
Objek pajak PPn a/ penyerahan barang/jasa yg kena pajak.
Tarip pajak yang berlaku dlm ketentuan per-uu-an pd hakikatnya dibagi atas :
1) Tarip atas penjualan/penyerahan barang dlm negeri;
2) Tarip penjualan/penyerahan barang ekspor;
3) Tarip atas impor barang.
MEKANISME PPn
Dlm PP nada istilah kredit pajak, yaitu pembayaran pajak yg dpt dikurangkan oleh krn adanya pembayaran yg telah
dibayarkan terlebih dahulu. Pajak yg dpt dikurangkan a/ pajak masukan.
FAKTUR PAJAK
Merupakan bukti pemungutan pajak yg dibuat oleh PKP/Dirjen bea & cukai pd saat penyerahan BKP atau JKP.
Hanya pengusaha yg dikukuhkan sbg PKP saja yg dpt membuat faktur pajak.
Faktur pajak sekurang-kurangnya memuat :
1) Nama, alamat & NPWP PKP;
2) Nomer urut faktur pajak;
3) Nama, alamat, NPWP pembeli/penerima jasa;
4) Perincian mengenai penyerahan barang yg meliputi nama barang/jasa kena pajak, jumlah, harga satuan & harga jual;
5) Potongan harga;
6) Dasar pengenaan pajak;
7) PPn;
8) Tempat & tanggal pembuatan faktur;
9) Tanda tangan & nama lengkap.
PKP yg dg sengaja tdk melaksanakan/tdk mengisi faktur pajak secara lengkap akan dikenai sanksi berupa denda
administratif sebesar 2% dari dasar pengenaan pajak dan sebaliknya.

KEGIATAN BELAJAR 3
Bea Materai
Bea materai dikenakan atas suatu dokumen tertentu yg mempunyai nilai/kekuatan bahwa telah terjadi suatu perbuatan
spt penyerahan uang atau penerimaan dg melalui dokumen kwitansi.
Diatur dlm UU No, 13 th 1985.
Karena pemungutannya saat terjadi transaksi maka dikategorikan sbg pajak tak langsung.
SUBJEK & OBJEK PAJAK
Subjeknya a/ org/badan hukum yg mempunyai dokumen yg berarti baginya.
Objeknya a/ dokumen.
BEA MASUK & PAJAK EKSPOR
Bea masuk dikenakan atas seseorg/badan yg melakukan simpanan barang, dimana atas impor barang ini mempunyai
pengaruh trhdp konsumsi barang oleh masyarakat. Di mana pengaruh tsb dpt dilihat dari 2 segi :
(1) Atas barang yg sdh dpt diproduksi di dlm negerai, maka dg adanya impor barang dpt membawa kemunduran atas
permintaan barang yg dihasilkan di dlm negeri;
(2) Atas barang impor yg produksinya di dlm negeri termasuk barang lux ==> dikenakan bea masuk tinggi.
Landasan pemungutan bea masuk a/ didasarkan pd ordonansi tarif Indonesia th 1873.
Berdasarkan PP No. 2/1973 jo. PP No. 6/1969, sistem klasifikasi Geneva diganti dg sistem Brussils Tariff Nomenclature,
ditetapkan sejumlah tarif dasar sebanyak 13 macam dimulai dari 0% s.d. 100%.

Administrasi Perpajakan ~ 22 ~

MODUL 8
Pembukuan & Norma Penghitungan
KEGIATAN BELAJAR 1
Pengertian Fungsi Pembukuan
Psl. 6 KUHD : tiap-tiap org yg menjalankan perusahaan diwajibkan membuat catatan-catatan menurut kebutuhan
perusahaannya, yaitu ttg kekayaan & ttg segala hal yg berhubungan dg perusahaannya, dg cara demikian, shg dari
catatan-catatan itu dpt diketahui hak & kewajibannya.
Pembuatan catatan bertujuan u/mengetahui harta & utang atau hak & kewajiban saja akan tetapi juga u/ & sbg dasar
dlm menentukan penghasilan kena pajak.
Pembukuan a/ proses pencatatan yg dilakukan secara teratur & sistematis mengenai perubahan harta & utang serta
penghasilan & biaya u/ memperoleh penghasilan.
Fiss & Nisworgen : pembukuan a/ mencatat data perusahaan menurut suatu cara-cara yg telah ditetapkan.
Pembukuan (recording) itu a/ merupakan bagian dari akunting krn akunting akan meliputi :
(1)

Merancang sistem akutansi;

(2)

Mencatat transaksi-transaksi yg terjadi;

(3)

Menyusun laporan;

(4)

Interpretasi laporan-laporan.

(5)

Pembukuan paling tdk mencakup aspek pencatatan & pelaporan.

Manfaat pembukuan :
a) Dpt diperoleh gambaran mengenai apa yg akan terjadi pd perusahaan dlm waktu tertentu mengenai harta & utang
(Psl 6 KUHD);
b) Dpt dipakai u/ menghitung PKP (Psl 28 UU No. 6/1983);
c) Dpt dipakai u/ menghitung perolehan/penyerahan barang/jasa dlm rangka PPN;
d) Dpt dipakai sbg dasar u/ menetapkan kebijaksanaan perusahaan, berdasarkan kegiatan tahun yg lalu dpt diketahui
apa-apa yg menjadi kekuatan perusahaan, demikian pula kelemahannya. Analisa u/ mengetahui keadaan perusahaan
dpt dilakukan melalui : analisa ratio, analisa leverage, analisa aktivitas, analisa keuntungan;
e) Dpt dipakai u/ memperoleh kredit, laporan keuangan dpt dipakai oleh calon kreditur dlm mengucurkan kreditnya.
AKTIVA, UTANG & MODAL
Aktiva a/ harta benda yg dimiliki oleh perusahaan. Dpt berupa aktiva lancer & aktiva tetap.
Harta a/ hak-hak atau tuntutan-tuntutan perusahaan spt piutang.
Utang a/ kewajiban perusahaan yg harus dibayar setelah jatuh temponya.
Modal a/ tuntutan atas harta benda.
Persamaan :

Aktiva = Modal
(jika ada utang)

Aktiva = Utang + Modal


(sdh menjadi kebiasaan menempatkan utang di depan modal, dikarenakan kreditur mempunyai hak didahulukan atas
aktiva).
U/ sebuah transaksi yg pertama perlu dibuat a/ perkiraan kas & perkiraan modal. Selanjutnya atas transaksi berikutnya
maka bertambahlah perkiraan perusahaan. Bentuk perkiraan yg paling sederhana terdiri dari 3 bagian, yaitu :
(1)

Suatu judul, nama posy g dicatat dlm perkiraan;

(2)

Suatu ruangan yg mencatat perubahan yg berakibat penambahan atau dikenal dg pos debet;

(3)

Suatu ruangan yg mencatat perubahan yg berakibat pengurangan atau dikenal dg kredit.

Contoh :
1) judul
sebelah kiri

sebelah kanan

Debet

Kredit

Administrasi Perpajakan ~ 23 ~

LAPORAN KEUANGAN
Yang perlu & biasa disebut dg laporan keuangan a/ :

1) Daftar Neraca
Daftar yg menunjukkan susunan & jumlah aktiva, utang & modal.
Neraca sebelah debet yg menunjukkan aktiva (harta) terdiri atas :
a) Aktiva lancer : kas, pituang, persediaan;
b) Aktiva tetap : tanah, alat perlengkapan, hak patent dll.
Modal dpt dibedakan dlm modal dg hak mendahului (saham preferen) & saham biasa.
Gambaran neraca :
Neraca per 31 Desember 20xx
P.T. Satpol PP
Aktiva lancer :

Utang :

Kas

: Rp. 10.000

Utang dagang

Rp. 10.000

Piutang

: Rp. 15.000

Obligasi

Rp. 100.000

Persediaan

: Rp. 25.000
Modal :

Tanah gedung : Rp. 500.000

Saham Preferen

Rp. 140.000

ALat-alat

Saham Biasa

Rp. 450.000

: Rp. 150.000
Rp. 700.000

Rp. 700.000

2) Daftar Rugi-laba
Daftar yg menunjukkan pndptn & biaya-biaya u/ memperoleh pndptn.
Biaya dibedakan menjadi : biaya langsung, biaya administrasi, biaya umum & biaya overhead.
Contoh daftar rugi-laba :
Daftar Rugi Laba PT. Satpol PP
periode 30/6 s.d. 31/12 tahun 20xx
penjualan barang

Rp. 1.400.000

biaya langsung

Rp. 1.000.000

laba kotor

Rp.

400.000

biaya operasional
biaya umum

Rp. 100.000

biaya administrasi

Rp. 50.000

biaya overhead

Rp. 100.000

Rp. 250.000
Rp. 150.000

KEGIATAN BELAJAR 2
Pengaruh Penyusutan Menurut UU PPh 1984 trhdp Harga Pokok Produksi
Harga pokok penjualan a/ saldo awal dari persediaan ditambah harga pokok barang-barang yg dibeli u/ dijual, dikurangi
jumlah persediaan akhir.
U/ perusahaan industri, harga pokok penjualan termasuk upah buruh langsung & biaya bahan-bahan ditambah seluruh
biaya pabrik.
U/ perusahaan dagang dimana barang yg akan dijual berasal dari pembelian barang yg telah siap dijual kembali tanpa
melalui proses produksi, harga pokoknya a/ semua biaya yg telah dikeluarkan, langsung/tdk berhubungan dg perolehan
barang dagangan.
Bagi perusahaan industri, biaya produksi terdiri dari 3 elemen biaya :
(1) Bahan baku;
(2) Upah langsung;
(3) Biaya produksi tak langsung.

Administrasi Perpajakan ~ 24 ~

Pemakaian bahan baku ditambah upah langsung disebut biaya primer/prime cost. Sdg upah tak langsung ditambah
biaya produksi tak langsung disebut biaya konversi yaitu biaya yg mengubah bahan baku menjadi barang jadi.
Harga pokok produksi/cost of goods manufacturing merupakan penjumlahan persediaan awal barang dlm proses & biaya
produksi yg dikurangi dg persediaan akhir barang dlm proses.
Harga pokok penjualan a/ penjumlahan persediaan awal barang jadi dg harga pokok produksi, dikurangi dg persediaan
akhir barang jadi.
ELEMEN-ELEMEN BIAYA PRODUKSI
(1) Bahan baku;
(2) Biaya tenaga kerja langsung;
(3) Biaya produksi tak langsung.
METODE PENENTUAN HARGA POKOK

(1) Metode harga pokok pesanan


Digunakan oleh perusahaan yg memproduksi jenis produk yg berbeda-beda yg didasarkan spesifikasi permintaan
dari pemesan.
Lazimnya digunakan oleh pengusaha dibidang kontraktor, industri mebel, percetakan dll.
Rumusnya :

(2) Metode harga pokok proses


Lazimnya digunakan oleh perusahaan yg :
a)

Aktivitas pelaksanaan pekerjaan dlm proses produksinya tdk dpt dibedakan/dipisahkan secara phisik satu dg
lainnya;

b)

Hasil proses produksi dari pekerjaan yg mendahului merupakan bahan u/ proses pengerjaan berikutnya;

c)

Dlm satu proses produksinya menghasilkan beberapa produk yg berbeda.

Rumusnya :

1. Perhitungan CGM menurut perusahaan 1984


Penyusutan Gedung Pabrik & Gudang th 1984
10% x (Rp. 10.000.000,- + Rp. 5.000.000,-) = Rp. 1.500.000, Penyusutan Mesin-mesin th 1984
10% x (Rp. 7.500.000,- + Rp. 2.500.000,- + Rp. 4.000.000 + Rp. 3.000.000,- + Rp. 2.500.000) = Rp. 1.950.000,Harga Pokok Produksi th 1984
~ pemakaian kopra 301,250 kg

Rp.

66.805.937,50

~ upah langsung

Rp.

3.002.178,35

penyusutan mesin-mesin

Rp.

1.950.000,00

penyusutan gedung & gudang pabrik

Rp.

1.500.000,00

biaya produksi lainnya

Rp.

250.000,00

penjualan bungkil

Rp.

(Rp. 5.640.000,-)

harga pokok produksi 1984

Rp.

67.868.115,85

~ factory overhead/FOH :

2. Perhitungan CGM menurut UU PPh 1984


Psl 11 UU PPh 1984, harta-harta yg dpt disusutkan digolongkan menjadi 4 golongan. Dari contoh kasus di atas :
a) Mesin-mesin yg mengolah produk nabati termasuk gol. II dg tarif penyusutan 25% dg metode declining balance
method;
b) Bangunan segala jenis yg diperuntukan bagi kantor dll termasuk gol. IV dg tarif 5% dg metode straight line (tarif
x harga perolehan).
Sehingga bersarnya penyusutan th 1984 =
a) Gedung & gudang = 5% x (Rp. 10.000.000,- + Rp. 5.000.000,-) = Rp. 750.000,-

Administrasi Perpajakan ~ 25 ~

b) Mesin = 25% x (Rp. 7.500.000,- + Rp. 2.500.000,- + Rp. 4.000.000 + Rp. 3.000.000,- + Rp. 2.500.000) = Rp.
4.875.000, Perhitungab Harga Pokok Produksi :
~ pemakaian kopra 301,250 kg

Rp.

66.805.937,50

~ upah langsung

Rp.

3.002.178,35

penyusutan mesin-mesin

Rp.

4.875.000,00

penyusutan gedung & gudang pabrik

Rp.

750.000,00

biaya produksi lainnya

Rp.

250.000,00

penjualan bungkil

Rp.

(Rp. 5.640.000,-)

harga pokok produksi 1984

Rp.

70.043.115,85

~ factory overhead :

Terlihat bahwa harga pokok produksi menurut UU PPh ternyata lebih tinggi, ini disebabkan adanya kecenderungan
penyusutan yg dipercepat dlm UU PPh th 1984.
U/ melihat sampai seberapa jauh perbedaan perhitungan, perhitungan kita teruskan sampai th 1988 dg asumsi sbb :
(1) Tingkat harga maupun kuantitas pemakaian bahan baku a/ tetap;
(2) Tingkat harga & kuantitas bungkil yg terjual a/ tetap.
Harga Pokok Menurut Perusahaan
Harga pokok sampai th 1988 a/ sama krn adanya asumsi-asumsi di atas, shg harga pokok menurut perusahaan sama setiap
tahun sejak 1984.
Harga Pokok Menurut UU PPh 1984
Alokasi penyusutan th 1984 - 1988 a/ sbb :
Bangunan
Metode straight line dg tarif 5% ==> penyusutan tiap tahunnya Rp. 750.000,- yg dialokasikan selama 20 th.
Mesin :
Metode declining balance method, dg tarif 25%, dg perhitungan sbb :
Tahun 1984 :

Harga perolehan

Rp.

19.500.000,00

Penyusutan 25%

Rp.

4.875.000,00

Tahun 1985 :

Nilai Buku Awal

Rp.

14.625.000,00

Penyusutan 25%

Rp.

3.626.250,00

Tahun 1986 :

Nilai Buku Awal

Rp.

10.968.750,00

Penyusutan 25%

Rp.

2.742.185,50

Tahun 1987 :

Nilai Buku Awal

Rp.

8.226.562,50

Penyusutan 25%

Rp.

2.056.640,63

Tahun 1988 :

Nilai Buku Awal

Rp.

6.169.921,87

Penyusutan

Rp.

1.542.480,47

Rp.

4.642.441,40

Nilai Buku 1 Januari 1989

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Perhitungan Harga Pokok :


Tahun 1984 :
Tahun 1985 :

5.640.000
Tahun 1986 :

Rp. (70.058.115,85 + 750.000 + 2.742.185,50 -

Tahun 1987 :

Rp. (70.058.115,85 + 750.000 + 2.056.640,63 -

5.640.000
5.640.000
Tahun 1988 :

Rp. 70.043.115,85

Rp. 68.794.365,85

Rp. 67.910.193,35

Rp. 67.224.756,48

Rp. 66.710.596,32

Rp. (70.058.115,85 + 750.000 + 3.626.250 -

Rp. (70.058.115,85 + 750.000 + 1,542.480,47 5.640.000

KEGIATAN BELAJAR 3
Norma Perhitungan

Administrasi Perpajakan ~ 26 ~

A/ pedoman yg dipakai u/ menentukan peredaran/penerimaan bruto & u/ menentukan penghasilan netti berdasarkan jenis
usaha perusahaan terus menerus serta diterbitkan oleh ditjen pajak, berdasarkan pegangan yg diterbitkan oleh Kemenkeu.
WP yg menggunakan norma perhitungan wajib menyampaikan kpd ditjen pajak dlm waktu 3 bulan pertama dari tahun pajak
yg bersangkutan.
Norma perhitungan dpt digunakan dlm hal :
Tdk adanya dasar perhitungan lain yg lebih baik;
Pembukuan WP ternyata diselenggarakan secara tdk benar.
Merupakan pengusaha kecil, dg penerimaan brutonya kurang dari Rp. 60.000.000,-.
Perhitungan norma dibedakan menurut letak usahanya yaitu :
Sepuluh ibu kota provinsi : medan, Palembang, Jakarta, bandung, semarang, Surabaya, Denpasar, manado, ujung pandang
& Pontianak;
Kota provinsi lainnya;
Sepuluh jenis usaha yg selanjutnya diperinci menjadi 83 kelompok jenis usaha.
Contoh pemakaian norma perhitungan :
Seseorg sbg WP (A) kawin & mempunyai 2 anak, WP a/ seorg dokter & juga memiliki industri rotan di Cirebon, & bekerja sbg
dokter di Jakarta.
-

peredaran usaha (rotan) di Cirebon setahun

penerimaa sbg dokter .

Jumlah penghasilan netto

Rp.

20.000.000,-

Rp.

35.000.000,-

Rp.

55.000.000,-

Dlm penggunaan norma penghitungan, maka penghasilan kena pajaknya a/ sbb :


-

Dari Industri Rotan


12,5% x Rp. 20.000.000,-

Rp.

2.500.000,-

Rp.

10.150.000,-

Rp.

12.650.000,-

Sbg Dokter
29% x Rp. 35.000.000,- ..

Jumlah pengasilan netto-nya

Atas dasar itu PKP a/ penghasilan netto dikurangi dg PTKP yaitu Rp. (12.650.000,- - 2.400.000,= Rp. 10.250.000,Penghasilan yg terutang pajak :
15% x Rp. 10.000.000,-

= Rp.

1.500.000,-

25% X Rp.

= Rp.

62.500,-

= Rp.

1.562.000,-

250.000,-

Jumlah
Catatan :

a) angka 12,5% u/ industri lihat kode 310 pd daftar norma penghitungan;


b) angka 29& kode 913;
c) istri tdk berpenghasilan.

Administrasi Perpajakan ~ 27 ~

MODUL 9
Pajak Daerah
KEGIATAN BELAJAR 1
Pengertian & Fungsi Daerah Otonom
UUD 1945 :
(1) Pasal 1 : Negara Indonesia a/ Negara Kesatuan berbentuk Republik;
(2) Pasal 18 : Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar & kecil dengan susunan pemerintahannya diterapkan dg
UU dg memandang & mengingati dasar permusyawaratan dlm sistem pemerintahan Negara & hak asal-ususl dlm
daerah-daerah yg bersifat istimewa.
Dari Psl 18 UUD 45 dpt ditarik pokok pikiran sbb :
(1) Bahwa wilayah Indonesia dibagi dlm daerah-daerah baik otonom maupun administratif yg ditetapkan berdasarkan
UU;
(2) Daerah otonom akan memiliki pemerintahan sendiri;
(3) Dlm pembentukan daerah otonom & dlm menentukan sistem pemerintahan hrs diingat dasar permusyawaratan;
(4) u/ melaksanakan sistem pemerintahan di daerah akan diadakan Badan Perwakilan Daerah.
UU No. 5/1974 ttg Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah : Daerah otonom a/ kesatuan masyarakat hukum yg
mempunyai batas wilayah tertentu yg berhak, berwenang & berkewajiban mengatur & mengurus rumah tangganya
sendiri dlm ikatan NKRI sesuai dg Peraturan Per-uu-an yg berlaku dlm sistem pemerintahan Negara.
Psl 4 ayat (1) UU No. 5/1974, syarat-syarat bagi pembentukan suatu daerah otonom :
(1) Kemampuan ekonomi;
(2) Jumlah penduduk;
(3) Luas daerah;
(4) Pertahanan keamanan nasional;
(5) Syarat lain yg memungkinkan daerah melaksanakan pembangunan, pembinaan kesatbilan politik & kesatuan bangsa.
Istilah otonomi yg nyata & bertanggung jawab merupakan ciri daerah otonom yg berlaku, sebelumnya berlaku otonomi
yg riil.
PENDAPATAN DAERAH
UU No. 5/1974 :
1. Pendptan Asli Daerah yg terdiri dari :
a) Hasil pajak daerah;
b) Hasil retribusi daerah;
c) Hasil perusahaan daerah;
d) Lain-lain usaha daerah yg sah.
2. Pndptn yg berasal dari pemberian pemerintah :
a) Sumbangan pemerintah;
b) Sumbangan lainnya yg diatur dg peraturan per-uu-an.
3. Lain-lain pndptn yg sah.
Oleh krn daerah menyelenggarakan juga tugas-tugas pusat dlm rangka dekonsentrasi & tugas pembantuan maka Negara
wajib memberikan pembiayaan atas pelaksanaan tugas tsb, dlm penjelasan umum UU No. 32/1956 mewajibkan Negara
u/ :
(1) Menyerahkan beberapa sumber pndptn Negara kpd daerah;
(2) Memberikan kpd daerah bagian tertentu dari penerimaan pelbagai pajak Negara;
(3) Memberikan ganjaran, subsidi & sumbangan.
Mengingat bahwa tdk semua sumber pembiayaan dpt diberikan kpd daerah, maka kpd daerah diwajibkan u/ menggali
segala sumber keuangannya sendiri berdasarkan peraturan per-uu-an.

KEGIATAN BELAJAR 2
Pajak & Retribusi Daerah
PENGERTIAN & FUNGSI PAJAK DAERAH
Pajak daerah a/ merupakan pungutan yg dpt dipaksakan berdasarkan ketentuan per-uu-an yg berlaku dlm hal ini
peraturan daerah.
Pemungutan pajak daerah tdk diperkenankan dilaksanakan apabila u/ jenis pajak itu telah dipungut oleh Negara.
UU No. 11/1957 ttg Peraturan Umum Pajak Daerah :
(1) Pajak daerah a/ pungutan daerah u/ menbiayai rumah tangganya sbg badan hukum publik;

Administrasi Perpajakan ~ 28 ~

(2) Lapangan pajak daerah a/ lapangan pajak yg belum diusahakan oleh Negara/daerah tingkat di atasnya.
(3) UU No. 5/1974, fungsi pajak daerah a/ u/ mengisi kas daerah dlm rangka melaksanakan otonominya.
Pajak daerah yg terlihat dlm pos penerimaan APBD terdiri dari 2 macam :
1) Jenis pajak yg telah ditentukan u/ daerah pd saat pembentukannya, al :
a) Pajak atas keramaian umum & pertunjukan;
b) Pajak atas reklame sepanjang tdk dimuat dlm majalah/warta harian;
c) Pajak anjing;
d) Pajak atas penjualan minuman yg mengandung alcohol;
e) Pajak kendaraan tdk bermotor dll.
2) Jenis pajak daerah yg sebelumnya a/ pajak pusat yg kemudian diserahkan kpd daerah, al :
a) Pajak jalan (ordonansi pajak jalan 1942);
b) Pajak potong ( ordonansi 1936);
c) Pajak pembangunan I (UU No. 79/1947);
d) Pajak radio (UU No. 79/1947);
e) BBNKB, Pajak Bangsa (UU No. 10/1968).
PERATURAN DAERAH
Perda yg melandasi pungutan pajak daerah dpt berlaku setelah mendpt pengesahan.
Psl 39 UU No. 5/1974, menetapkan ketentuan mengenai perda sbb :
(1) Perda/keputusan kepala daerah tdk boleh bertentangan dg kepentingan umum & peraturan di atasnya;
(2) Perda tdk boleh mengatur sesuatu hal yg diatur dlm peraturan per-uu-an/perda yg lebih tinggi tingkatannya;
(3) Perda tdk boleh mengatur sesuatu hal yg termasuk urusan rumah tangga daerah tingkat di bawahnya.
Perda yg diajukan u/ mndptkn pengesahan dari instansi yg lebih tinggi dg ketentuan sbb :
a) Dikirimkan dlm waktu 14 setelah pengesahan perda, 28 hari setelah penerimaan perda hrs disampaikan kpd presiden
melalui mendagri;
b) Dlm tempo 6 hari setelah perda diterima, mendagri/gubernur harus mengirim kabar;
c) Dlm tempo 3 bulan setelah menerima & dpt diperpanjang lagi dlm tempo 3 bulan lagi, maka hrs terjadi penesahan.
ASAS PEMUNGUTAN PAJAK
Asas pemungutannya sama dg pajak umum yaitu asas keadilan, yuridis, ekonomis & finansial.
Psl 6 ayat (1) UU No. 11/1957 menyebutkan barang-barang keperluan hidup sehari-hari tdk boleh langsung dikenakan
pajak daerah.
PERANAN & FUNGSI RETRIBUSI DAERAH
Retribusi merupakan pungutan kpd masyarakat sbg balas jasa atas pelayanan yg diberikan oleh daerah.
UU No. 12/1957, retribusi daerah a/ pungutan daerah sbg pembayaran pemakaian/krn memperoleh jasa pelayanan,
uasaha/milik daerah bg yg berkepentingan atau krn jasa yg diberikan oleh daerah.
Retribusi mengandung unsur :
(1) Dipungut oleh pemda berdasarkan perda;
(2) Pembayaran retribusi terjadi bila ada prestasi/jasa yg diberikan oleh pemda;
(3) Berlakunya terbatas pd daerah itu sendiri.
Beda Pajak dg Retribusi :
(1) Sifat pajak :
a) Memaksa secara kuat, yuridis & ekonomis;
b) Tdk ada imbalan langsung kpd pembayar;
c) Sepanjang memenuhi syarat-syarat formil & materiil maka tdk ada alternative u/ menolak pembayaran;
d) Peraturan pajak dpt digunakan u/ tujuan budgeting, regulerred & tujuan tambahan lainnya.
(2) Sifat retribusi :
a) Paksaan bersifat ekonomis;
b) Ada imbalan langsung kpd pembayar;
c) Ada alternative u/ menolak/menerima pembayaran;
d) Merupakan pungutan yg pd umumnya bersifat budgeting tdk menonjol;
e) Dlm hal-hal tertentu retribusi daerah digunakan u/ suatu tujuan tertentu.
Pd UU No. 12/1957 disebutkan hanya 8 jenis retribusi, yaitu :
(1) Uang leges;
(2) Uang tol, bea jalan, bea pangkalan & bea pertambangan;
(3) Bea pembantaian & pemeriksaan;
(4) Uang sempadan & ijin bangunan;

Administrasi Perpajakan ~ 29 ~

(5) Retribusi atas pemakaian tanah;


(6) Bea penguburan.

KEGIATAN BELAJAR 3
Pajak & Retribusi Daerah yg Penting
PAJAK KENDARAAN BERMOTOR
Berdasarkan UU No. 32/1957 juncto PP No. 3/1957 pajak pusat ini diserahkan ke daerah.
Dasar hukum pengutan pajak a/ ordonansi pajak kendaraan bermotor 1934.
Subjek pajak : pemegang kendaraan, sdg objeknya a/ kendaraan bermotor.
Kendaraan bermotor a/ : setiap kendaraan yg digerakkan oleh suatu kekuatan mekanik yg ada dlm/pd kendaraan itu,
begitu pula kereta tambahannya. Termasuk dlm pengertian kendaraan bermotor a/ :
(1) Kendaraan bermotor yg digerakkan oleh motor yg dihidupkan dg generator gas arang/mata yg memakai bahan
minyak tanah dg bensin;
(2) Segala kendaraan bermotor lainnya, yg digerakkan oleh suatu dg semata-mata menggunakan bensin sbg bahan
bakar;
(3) Kendaraan bermotor yg digerakkan oleh motor dg semata-mata menggunakan bensin sbg bahan bakarnya yg
mempunyai berat total yg diijinkan 3500kg atau lebih;
(4) Kendaraan bermotor yg mempunyai berat total yg diperkenankan kurang dari 3500kg;
(5) Kereta tambahan (gandengan) dari kendaraan bermotor.
Dikecualikan dari PKB atas kendaraan-kendaraan :
(1) Kendaraan milik Negara;
(2) Kendaraan yg dipergunakan untuk pembuatan & perbaikan jalan;
(3) Kendaraan pemadam kebakaran;
(4) Kendaraan korps diplomatic;
(5) Kendaraan para wisatawan & lain-lain org yg tinggal di Indonesia tdk lebih dari 90 hari berturut-turut.
(6) Kendaraan pribadi tarip pajaknya lebih besar dari kendaraan perusahaan.
BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR
Merupakan pungutan yg dikenakan trhdp penyerahan hak milik atas kendaraan bermotor yg dilakukan di Indonesia.
Berdasarkan UU No. 10/1968 juncto PP No. 5/1969, pungutan ini menjadi Pajak Daerah Tk. I.
Dasar hukum pungutan ini a/ UU No. 27/1959 (Perpu No. 27/1959 yg kemudian menjadi UU No. 1/1961.
Subjek BBNKB : org/badan yg menerima penyerahan kekayaan.
Objeknya : penyerahan kendaraan bermotor yg dilakukan di Indonesia.
Yang dikecualikan dari BBNKB :
(1) Penyerahan milik dari : sepeda kumbang & kendaraan bermotor yg langsung dibeli dari importer;
(2) Penyerahan kendaraan bermotor kpd Negara/daerah;
(3) Penyerahan kendaraan bermotor kpd korps diplomatic.
Tarip BBNKB : sesuai dg ketentuan Perda setempat (Dati I)
Atas BBNKB terhutang dlm hal :
(1) Tukar menukar kendaraan;
(2) Terjadinya hibah;
(3) Pemasukan kendaraan bermotor ke dlm milik persekutuan, perseroan, perkumpulan dsb.
PAJAK PEMBANGUNAN I (PPb I)
Dasar pemungutan : UU No. 14/1947 jo UU No. 27/1957.
Awalnya pajak ini dimaksudkan sbg sumbangan guna membantu dana perjuangan bangsa dlm mempertahankan
kemerdekaan.
Berdasarkan UU No. 32/1956, pajak ini diserahkan kpd pemerintah Dati II.
Subjeknya : org/badan yg melakukan pembayaran atas suatu transaksi pembelian makanan di rumah makan &
penginapan. ==> pajak tdk langsung dg penanggung pajak a/ pengusaha rumah makan.
Objeknya : pembayaran atas pembelian makanan/minuman di rumah makan & pembayaran sewa krn di rumah
penginapan.
Taripnya : 10%.
PAJAK TONTONAN
Subjek pajak : pengusaha tontonan.

Administrasi Perpajakan ~ 30 ~

Objek pajak : segala rupa tontonan.


Taripnya : biasanya berlaku tarip proporsional & tarip tetap.
RETRIBUSI PASAR
Merupakan pungutan yg dilakukan oleh Dati II kpd mereka yg telah memperoleh kenikmatan yg diberikan oleh Pemda
dlm penjualan & pembelian barang.

Administrasi Perpajakan ~ 31 ~

Anda mungkin juga menyukai