Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Perkembangan Kanker telah dikenal oleh para pemikir sebelumnya dimana Hipokrates
memberi nama kanker berasal dari bahasa latin yaitu cancri atau kepiting karena
penyebarannya kesemua arah seperti kaki kepiting dan pada fase lanjut memberikan
riwayat tidak dapat disembuhkan. Terminologi secara umum dipakai sekarang adalah
tumor maligna atau neoplasma dimana neoplasma sendiri berasal dari bahasa yunani
yang berarti pertumbuhan baru atau pembentukan baru. Sel normal dalam proses
pembelahan sel dan membagi diri dalam proses yang teratur dengan tujuan yang khas
dari perkembangan sel untuk mengganti sel yang rusak atau cedera sedangkan kalau sel
itu membentuk jaringan baru disebut tumor atau neoplasma.
Neoplasma pada masa abnormal terdiri dari sel-sel yang mengalami proliferasi (proses
bertambah banyak) bersifat otonom dan tak terkoordinasi, tidak adaptif meskipun
rangsang dihilangkan terus tumbuh serta dibedakan atas jinak (benigna) yang sering
disebut dengan tumor dan ganas (maligna) yang sering disebut kanker. Sifat neoplasma
jinak (tumor) peristiwa lokal/setempat, proliferasi bersifat kohesif, pertumbuhan bersifat
sebtrifugal dengan batas nyata, bergerak keluar, menyebabkan desakan jaringan sekitar,
tidak menyebar jauh, laju pertumbuhan lambat dan ukuran tetap stabil selama berbulanbulan/bertahun-tahun sedangkan sifat neoplasma ganas (Kanker) bertumbuh lebih cepat,
progresif, tidak kohesif, penyebaran tidak teratur, tidak berkapsul, sukar dipisahkan
dengan jaringan sekitar dan menyerbu kedaerah sekitar (infiltrasi), mencari jalan secara
destruktif dimana sel neoplasma melepaskan diri dari tumor primer menuju sirkulasi
mengakibatkan emboli sel sehingga tersangkut, keluar pembuluh darah berproliferasi
menjadi tumor sekunder bersifat metastasis atau pengalihan penyakit dari bagian / alat
tubuh satu kealat atau bagian tubuh lainnya yang tidak saling berhubungan yang biasanya
bersifat lebih ganas dimana produksi sel-sel yang tidak normal dan tidak mengikuti
jaringan yang normal.
Salah satu neoplasma ganas yang sering terjadi pada beberapa kasus adalah carcinoma
mammae dan jaringan sekitarnya

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarakan permasalah pada latar belakang tersebut penulis dapat
merumuskan masalah yaitu bagaimana asuhan kebidanan pada NyS Usia 54
tahun menopouse dengan ca.mammae di IBS RSUD Jombang.

1.3

Tujuan askeb ca mammae


1.3.1 Tujuan Umum
1.

Menurunkan angka kematian kanker payudara

2.

Meningkatkan kulalitas hidup penderita kanker payudara

3.
1.3.2

1.4

Mengurangi permasalahan psiko-sosial penderita kankerpayudara.


Tujuan Khusus

1.

Mempersiapkan mental penderita preoperatif

2.

Mengurangi perasaan nyeri pre d an post operatif

3.

Mengurangi bau busuk ulkus yang tidak mengenakan

4.

Melatih pergerakkan sendi bahu supaya tidak mengalami kontraktur

5.

Menghindari pembengkakan lengan

6.

Mencegah infeksi luka operasi

Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Untuk menambah pengetahuan dan sumber informasi baru tentang
ca.mammae
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Penulis
Dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama bangku kuliah serta
mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan
secara langsung kepada ibu penderita ca.mammae.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan kepustakaan dan perbandingan pada penanganan kasus
ca.mammae.
3. Bagi Lahan Praktek
Sebagai tambahan informasi atau masukan bagi tenaga kesehatan lain
dalam usaha menyehatkan kualitas pelayanan asuhan kebidanan pada
NyS Usia 54 tahun menopouse dengan ca.mammae di IBS RSUD
Jombang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

KONSEP DASAR TEORI MENOPOUSE


2.1.1. Definisi
Menopause berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata men yang berarti
bulan dan peuseis yang berarti penghentian sementara. Sebenarnya,
secara linguistik kata yang lebih tepat adalah menocease yang berarti masa
berhentinya

menstruasi.

Dalam

pandangan

medis,

menopause

didefinisikan sebagai masa penghentian haid untuk selamanya. Biasanya


menopause terjadi pada wanita mulai usia 45-55 tahun. Masa menopause
ini tidak bisa serta merta diketahui, tetapi biasanya akan diketahui setelah
setahun berlalu (Dita Andira, 2010, p.60).
Menopause adalah titik dimana menstruasi berhenti, usia rata-rata
menopause adalah 51-54 tahun tetapi 10% wanita berhenti menstruasi pada
usia 40 tahun dan 5% tidak berhenti pada usia 60 tahun. Menopause bedah
terjadi pada histerektomi dan ooforektomi bilateral. (Bobak,2005)
Menopause merupakan suatu tahap dimana wanita tidak lagi
mendapatkan

siklus

menstruasi

yang

menunjukkan

berakhirnya

kemampuan wanita untuk bereproduksi. Secara normal wanita akan


mengalami menopause antara usia 40 tahun sampai 50 tahun. Pada saat

menopause, wanita akan mengalami perubahan-perubahan di dalam organ


tubuhnya yang disebabkan oleh bertambahnya usia. Usia dari hari ke hari
akan terus berjalan dan setiap orang seiring dengan bertambahnya usia
tidak akan lepas dari predikat tua. Dengan bertambahnya usia maka gerakgerik, tingkah laku, cara berpakaian dan bentuk tubuh mengalami suatu
perubahan. (http://www. pendidikan-kesehatan.co.cc/2011/03 )

2.1.2. Periode Menopause


Menurut Sarwono P (2007, p.128-130) ada tiga periode menopause,
yaitu:
1) Klimakterium
Periode klimakterium merupakan masa peralihan antara masa
reproduksi dan masa senium. Biasanya masa ini disebut juga dengan
pra menopause. Klimakterium mulai kira-kira 6 tahun sebelum
menopause dan berakhir kira-kira 6-7 tahun sesudah menopause.
Dengan demikian lama klimakterium lebih kurang 13 tahun. Masa ini
terjadi antara usia 40-65 tahun.
Klimakterium terdiri dari beberapa fase (Dita Andira, 2010,
p.61-62) yaitu :
a) Pra-menopause
Masa 4-5 tahun sebelum menopause biasanya pada umur
35-45 tahun. Pada fase ini terdapat berbagai keluhan klimakterik
(masa peralihan sebelum menopause) terjadi, seperti perdarahan
yang tidak teratur, suasana hati berubah-ubah, gejolak panas selama
waktu haid (Nirmala, 2003, p.11)

b) Menopause
Masa berhentinya menstruasi secara permanen. Diagnosis
ini dibuat bila telah terdapat amenorea sekurang kurangnya satu
tahun. Pada umumnya menopause terjadi pada usia 45-50 tahun.
Kadar FSH serum lebih dari 30 i.u/l digunakan sebagai diagnosis
menopause (Aqila, 2010, p.21)
c) Pasca Menopause
Masa yang terjadi 3 hingga 5 tahun setelah menopause
atau tahap dimana sebagian besar penderitaan akibat menopause
telah menghilang
d) Ooforopause
Masa ketika ovarium kehilangan sama sekali fungsi
hormonalnya.
2) Menopause
Yaitu masa berhentinya menstruasi terakhir atau saat
terjadinya haid terakhir. Diagnosis ini dibuat setelah terdapat amenorea
sekurang-kurangnya satu tahun.
3) Senium
Periode sesudah pascamenopause, yaitu ketika individu telah
mampu menyesuaikan dengan kondisinya, sehingga tidak mengalami
gangguan fisik. Yang mencolok dalam masa ini ialah kemunduran alatalat tubuh dan kemampuan fisik, sebagai proses menjadi tua. Dalam
masa senium terjadi pula osteoporosis dengan intensitas berbeda pada
masing-masing wanita. Walaupun sebabnya belum jelas betul, namun

berkurangnya aktivitas osteoblast memegang peranan dalam hal ini


(Sarwono, 2007, p.130-131).
2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Menopause
Kebanyakan wanita mengalami menopause antara 45-55 tahun.
Faktor faktor yang mempengaruhi usia menopause (Nadine, 2009, p.16)
diantaranya :
1)

Kebiasaan merokok
Wanita yang merokok atau pernah menjadi

perokok

kemungkinan mengalami menopause sekitar satu setengah hingga dua


tahun lebih awal.
2)

Status gizi
Wanita dengan status gizi yang buruk kemungkinan dapat
mengalami menopause dini yaitu menopause yang terjadi di bawah
usia 50 tahun biasanya pada usia 35-40 tahun.

3)

Lemak tubuh
Produksi estrogen dipengaruhi oleh lemak tubuh. Karena
itulah wanita yang kurus mengalami menopause lebih awal
dibandingkan wanita yang kegemukan.

4)

Turunan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ibu dan anak
perempuannya cenderung mengalami menopause pada usia yang
sama. Tapi diperlukan beberapa penelitian untuk mengatahui apakah
genetika menjadi faktor kunci dalam menentukan usia menopause.

5)

Dataran tinggi

Wanita yang tinggal di dataran tinggi >4000 m lebih


mungkin mengalami menopause lebih awal.
6)

Usia menarche
Menarche adalah usia pertama kali menstruasi. Makin dini
menarche terjadi, makin lambat menopause timbul. Sebaliknya makin
lambat menarche terjadi, makin cepat menopause timbul. Pada abad
ini umumnya nampak bahwa menarche makin dini timbul dan
menopause makin lambat terjadi, sehingga masa reproduksi menjadi
lebih panjang (Sarwono, 2007, p.130).

2.1.4

Tanda Dan Gejala Menopause


Menopause merupakan bagian dari perkembangan manusia(wanita)
yang tentu saja melibatkan berbagai macam aspek termasuk di dalamnya
fisiologis manusia. Tentu saja menghadirkan tanda dan gejala tersendiri.
Tanda dan gejala dilihat dari aspek fisik dan psikologisnya (Aqila, 2010,
p.21-25).
1)

Gejala Fisik
a) Perdarahan
Perdarahan yang terjadi pada saat menopause tidak seperti
sebelum menopause. Siklus perdarahan yang keluar dari vagina
tidak teratur. Perdarahan ini terjadi terutama di awal menopause.
Perdarahan akan terjadi dalam rentang waktu beberapa bulan
kemudian akan berhenti sama sekali. Gejala ini disebut gejala
peralihan.
b) Rasa panas (hot flush) dan keringat malam

Gejala klasik yang dirasakan oleh wanita menopause. Hot


flush adalah suatu kondisi ketika tubuh mengalami rasa panas yang
menyebar dari wajah hingga seluruh tubuh. Rasa panas ini
terutama terjadi pada dada, wajah, dan kepala. Rasa panas ini
sering diikuti oleh timbulnya warna kemerahan pada kulit dan
keluarnya keringat. Rasa ini terjadi selama 30 detik sampai
beberapa menit. Gejala ini biasanya akan menghilang dalam 5
tahun, tetapi beberapa wanita mengalaminya hingga 10 tahun.
Keluhan ini diduga berasal dari hipotalamus dan terkait dengan
pelepasan LH.
Dimungkinkan disebabkan adanya fluktuasi hormone
estrogen, seperti diketahui pada masa menopause kadar hormone
estrogen dalam darah menurun drastis sehingga mempengaruhi
beberapa fungsi tubuh. Beberapa hal lain yang biasanya muncul
berhubungan dengan panas, seperti cuaca panas, lembab, ruang
sempit, kafein, alkohol, atau makanan pedas. Keluhan hot flush
mereda setelah tubuh menyesuaikan diri dengan kadar estrogen
yang rendah. Meskipun demikian, sekitar 25% penderita masih
mengeluhkan hal ini lebih dari 5 tahun.
c) Vagina menjadi kering dan kurang elastis
Penurunan kadar estrogen menyebabkan vagina menjadi
kering dan kurang elastis. Oleh karena itu sebagian wanita
menopause akan merasakan sakit saat berhubungan seksual.
Biasanya wanita menopause juga akan merasakan gatal pada

daerah vagina. Kondisi tersebut menyebabkan wanita menopause


rentan terhadap infeksi vagina.
d) Saluran uretra mengering, menipis, dan kurang elastis
Uretra merupakan saluran yang menyalurkan air seni dari
kandung kemih ke luar tubuh. Pada saat menopause saluran uretra
juga akan mengering, menipis, dan berkurang keelastisannya
akibat

penurunan

kadar

estrogen.

Perubahan

ini

akan

menyebabkan wanita menopause rentan terkena infeksi saluran


kencing yang terkadang ditampakkan dengan rasa selalu ingin
kencing dan ngompol yang biasa disebut dengan inkontinensia
e) Perubahan fisik (lebih gemuk)
Memasuki masa menopause tubuh wanita juga terjadi
perubahan distribusi lemak. Lemak tubuh akan menumpuk pada
bagian pinggul dan perut. Tekstur kulitpun mengalami perubahan.
Kulit menjadi berkerut dan terkadang disertai dengan jerawat.
Perubahan fisik ini diperburuk dengan pola hidup yang tidak
sehat. Seperti olahraga tidak teratur, makan sembarangan dengan
porsi berlebih membuat kegemukan sangat mungkin terjadi.
f) Kurang tidur (Insomnia)
Mengalami insomnia merupakan hal yang wajar pada
saat menopause. Kemungkinan ini sejalan dengan rasa tegang yang
dialami wanita akibat berkeringat di malam hari, rasa panas, wajah
memerah, hal ini menjadikan tidur terasa tidak nyaman. Maka
akan timbul rasa cemas dan detak jantung yang lebih cepat. Oleh

karena itu, biasanya beberapa wanita menopause mengalami


kurang tidur.
g) Gangguan punggung dan tulang
Rendahnya kadar estrogen menjadi salah satu penyebab
proses osteoporosis pada wanita menopause. Osteoporosis adalah
kerapuhan tulang dan penyakit tulang kerangka yang paling
umum. Kadar estrogen yang berkurang pada saat menopause, akan
diikuti dengan penurunan penyerapan kalsium yang terdapat pada
makanan. Tubuh mengatasi masalah ini dengan menyerap kembali
kalsium yang terdapat dalam tulang. Akibatnya, tulang menjadi
keropos dan rapuh.

h) Linu dan nyeri sendi


Linu dan nyeri yang dialami wanita menopause
berkaitan dengan pembahasan kurangnya penyerapan kalsium.
Berdasarkan literatur yang ada diketahui bahwa kita kehilangan
sekitar 1% tulang dalam setahun akibat proses penuaan. Tetapi
setelah menopause, terkadang wanita akan kehilangan 2%
pertahun.
i) Perubahan pada indera perasa
Wanita menopause biasanya akan mengalami penurunan
kepekaan pada indera pengecapnya. Gigi dan gusi juga akan cepat
tanggal, terutama pada wanita yang memiliki penyakit gigi
maupun gusi.

j) Gejala lain
Selain gejala fisik tersebut, wanita menopause juga akan
mengalami gangguan-gangguan lain seperti gangguan vasomotoris
berupa penyempitan atau pelebaran pembuluh darah. Terkadang
juga akan merasakan pusing dan sakit kepala terus menerus,
bahkan ada yang menderita neuralgia yaitu gangguan atau sakit
syaraf. Wanita menopause kemungkinan juga akan mengalami
sembelit. Selain itu, akibat dari kadar estrogen yang menurun,
payudara kehilangan bentuknya dan mulai kendur.

2)

Gejala psikologis
Gejala ini merupakan perubahan-perubahan yang terjadi
pada aspek psikologis maupun kognitif wanita (Dita Andira, 2010,
p.66) diantaranya :
a) Perubahan Emosi
Perubahan emosi disini tampak pada kelelahan mental,
menjadi lekas marah, dan perubahan suasana hati yang begitu
cepat. Biasanya perubahan yang terjadi tidak disadari oleh wanita
tersebut. Tak jarang orang disekitarnya dibuat bingung akan
perubahan ini. Maka diperlukan pendekatan khusus seperti obrolan
ringan dengan sahabat atau siapa saja yang pernah mengalami hal
yang sama seringkali dapat menjadi dukungan emosi terbaik.
b) Perubahan kognitif

Memasuki

masa

menopause

daya

ingat

wanita

menurun. Terkadang, sesuatu yang harus dia ingat, harus diulangulang terlebih dahulu. Selain itu, kemampuan berpikirnya pun
mengalami penurunan.
c) Depresi
Tidak sekedar perubahan suasana hati atau emosional
yang berlangsung drastis, tetapi si wanita juga merasa tertekan,
terpuruk, dan merasa hidupnya sudah tidak berguna lagi. Pada
masa menopause ini, anak-anaknya yang sudah tumbuh dewasa
biasanya mereka cenderung sibuk dengan urusan masing-masing.
Pada saat itulah si wanita benar-benar merasa kehilangan
perannya. Gejala depresi diantaranya murung atau letih, sulit tidur
pulas terutama menjelang dini hari, lelah terus-menerus, sulit
membuat keputusan, rasa bersalah, rasa sedih dan dorongan untuk
menangis, terkadang penderita depresi cenderung suka makan,
minum, merokok, dan terkadang bisa pula kehilangan nafsu makan
(Nirmala, 2003, p.51).

2.1.5

Patofisiologi Menopause
Sebelum seorang wanita mengalami menopause, telah terjadi
perubahan anatomi pada ovarium berupa sclerosis vaskuler, pengurangan
jumlah folikel primordial, serta penurunan aktivitas sintesa hormon steroid.
Penurunan hormon estrogen akan berlangsung dimulai pada awal masa
klimakterium dan makin menurun pada menopause, serta mencapai kadar
terendah pada saat pascamenopause.(Deborah,2006)

Penurunan ini menyebabkan berkurunnya reaksi umpan balik


negatif terhadap hypothalamus, yang pada gilirannya menyebabkan
peningkatan produksi gonadotropin sehingga membuat pola hormonal
wanita klimakterium menjadi hipergonadotropin, hipogonadisme. Dengan
menurunnya kadar estrogen di dalam tubuh maka fungsi fisiologis hormon
tersebut

akan

menjadi

terganggu.

Perubahan

fisiologik

sindroma

kekurangan estrogen akan menampilkan gambaran gejala klinis berupa


gangguan neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan stomatic, dan
gangguan siklus haid. (Baziad,2003).

2.2. KONSEP DASAR TEORI KANKER PAYUDARA


2.2.1. Definisi
Kanker payudara adalah satu kelompok sel akan membelah secara
cepat dan membentuk benjolan atau massa jaringan ekstra pada payudara.
Massa ini disebut tumor. Tumor dapat bersifat ganas (malignant,
cancerous) atau jinak (benign, non cancerous). Tumor yang bersifat ganas
akan menyusup dan menghancurkan jaringan tubuh yang sehat. Satu
kelompok sel dalam sebuah tumor juga dapat pecah dan menyebar ke
bagian tubuh lainnya. Sel yang menyebar dari satu bagian tubuh ke bagian
tubuh yang lain disebut metastases. (Naura Putri, 2009 : 38)
Kanker payudara adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya
pertumbuhan berlebihan atau perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel
atau jaringan payudara. (Sabrina maharani, 2009. p 69).

2.2.2. Etiologi

Menurut kapita slekta (2001, p 283) etiologi kanker payudara tidak


diketahui secara pasti. Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga
berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu:

1. Usia > 30 tahun


Perempuan berusia pertengahan 30 tahun sampai pertengahan 40 tahun
memiliki resiko terkena kanker payudara dengan peningkatan tertinggi.
Usia paling umum terdeteksinya tahap-tahap pertama kanker payudara
adalah lima tahun atau lebih sebelum menopause. Keadaan ini sebelum
penurunan tingkat estrogen, namun bersinggungan dengan penurunan
progesterone serta masalah-masalah dominasi estrogen terkait.( john R.
lee, 2008, p 56)
2. Faktor reproduksi
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya
kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda,
menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur
tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur.
Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur
saat

kehamilan

pertama

merupakan

window

of

initiation

perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional,


payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang
dari 25% terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan
awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan
klinis. (Aden Ranggiasanka, 2010. p 43)
3. Radiasi

Radiasi adalah salah satu faktor beresiko yang berperan tinggi terkena
kanker payudara, dan efeknya kumulatif. Artinya, kerusakan yang
diakibatkan pada payudara tak akan hilang seiring waktu. Setiap dosis
radiasi pada payudara menambah kerusakan yang sudah ada. ( john R.
lee, 2008, p 62)
4. Riwayat kanker payudara pada keluarga
Pada umumnya, perempuan yang memiliki kecenderungabn genetis
terkena kanker payudara akan mengidap penyakit tersebut sebelum
usia 50 tahun. Mereka yang memiliki anggota keluarga kanker
payudara sebelum usia 65 tahun, memiliki resiko dua kali lipat.
Semakin muda anggota keluarga terkena kanker payudara maka
semakin besar kemungkinan penyakit tersebut bersifat keturunan.
Apabila dua orang anggota keluarga terkena kanker payudara, resiko
terkena kanker payudara menjadi empat sampai enam kali lipat lebih
tinggi. ( Jhon R. Lee,2008. p 60)
5. Pemakaian pil KB dan terapi sulih estrogen
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara,
yang tergantung kepada usia, lama pemakaian dan faktor lainnya.
Belum diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah
pemakaian dihentikan.
Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun
tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko kanker payudara dan
resikonya meningkat jika peakaian lebih lama. (Aden Ranggiasanka,
2010. p 43)
6. Obesitas

Lebih dari 1,5 kali disbanding rata-rata berat badan dengan tinggi yang
sama, meningkatkan resiko kanker payudara, ada jiga kaitan antara
kanker payudara dan makanan berlemak tinggi, meski belum jelas
bagaimana kaitannya. Kemungkinan kadar estrogen yang terkandung
dalam lemak lah yang berpengaruh. (MR. J. Michael, 2002. p 52)

2.2.3. Patofisiologi
Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak,
tergantung pada jaringan payudara yang terkena, ketergantungan
estrogennya, dan usia permulaannya. Penyakit payudara ganas sebelum
menopause berbeda dari penyakit payudara ganas sesudah masa
menopause (postmenopause). Respon dan prognosis penanganannya
berbeda dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya.
Beberapa tumor yang dikenal sebagai estrogen dependent
mengandung reseptor yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan
pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada
jaringan payudara normal atau dalam jaringan dengan dysplasia. Kehadiran
tumor Estrogen Receptor Assay (ERA) pada jaringan lebih tinggi dari
kanker-kanker payudara hormone dependent. Kanker - kanker ini
memberikan respon terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy,
oophorectomy, atau adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1589)
2.2.4. Tanda dan Gejala
1. Tanda-tanda Ca Mammae
a. Tanda dini.

1) Benjolan tunggal tanpa nyeri yang agak keras dengan batas


kurang jelas.
2) Kelainan mamogram tanpa kelainan palpasi
b. Tanda lama
1) Retraksi kulit atau retraksi areola
2) Kelenjar aksila dapat di raba
3) Pengecilan mamae atau pengkerutan
4) Pembesaran mamae
5) Kemerahan
c. Tindak lanjut
1) Tukak
2) Kelenjar supra klavikula dapat diraba
3) Udema lengan
2. Gejala Ca Mammae
a) Berupa benjolan yang tidak nyeri ,tetapi ada kalanya nyeri.
b) Adanya keluaran dari puting, eritema, mengeras, asemetril, inversi.
c) Gejala lebih lanjut nyeri tulang,berat badan yang menurun.
(www.google.wordpress.com/2008)

2.2.5. Klasifikasi Kanker Payudara


Pada sistim TNM dinilai tiga faktor utama yaitu "T" yaitu Tumor size atau
ukuran tumor, "N" yaitu Node atau kelenjar getah bening regional dan "M"
yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T,N,M dinilai baik
secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan

dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara,


penilaian TNM sebagai berikut :
1. T (Tumor size), ukuran tumor :
a. T x : tumor primer tidak dapat di tentukan
b. T0 : tidak terbukti adanya tumor primer
c. T1 : tumor < 2 cm
T1a

: tumor < 0,5 cm

T1b

: tumor 0,5 1 cm

T1c

: tumor 1-2 cm

d. T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm


e. T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm
f. T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit
atau dinding dada. Dinding dada termasuk kosta, otot
interkosta, otot seratus anterio. Tidak termasuk otot pektoralis.
T4a : melekat pada dinding dada
T4b : edema, ulserasi kulit, nodul satelit pada payudara yang
sama
T4c : T4a dan T4b
T4d : karsinoma inflamatoir = mastitis karsinomatosis
2. N (Node), kelenjar getah bening regional (kgb) :
a. N x : pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
b. N0 : tidak teraba kelenjar aksila
c. N1 : ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
d. N 2 : ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan

e. N3 : ada

metastasis

ke

kgb

di

atas

tulang

selangka

(supraclavicula) atau pada kgb di mammary interna di dekat


tulang sternum
3. M (Metastasis), penyebaran jauh :
a. M x : metastasis jauh belum dapat dinilai
b. M 0 : tidak terdapat metastasis jauh
c. M 1 : terdapat metastasis jauh
STADIUM KANKER PAYUDARA
1.

Stadium 1

: tumor terbatas pada payudara dengan ukuran < 2 cm,


tidak terfiksasi pada kulit otot pektoralis, tanpa dugaan
metastasis aksila.

2.

Stadium II : tumor dengan diameter < 2 cm dengan metastasis aksila


atau tumor dengan diameter 2-5 cm dengan/tanpa
metastasis aksila.

3.

Stadium IIIa : tumor dengan diameter > 5 cm tapi masih bebas dari
jaringan sekitarnya dengan/tanpa metastasis aksila yang
masih bebas satu sama lain; atau tumor dengan
metastasis aksila yang meleka.

4.

Stadium IIIb : tumor dengan metastasis infra atau supra klavikuka


atau tumor yang telah menginfiltrasi kulit atau dinding
toraks.

5.

Stadium IV : tumor yang telah mengadakan metastasis jauh.

(kapita selekta,2001, p 285)

2.2.6. Penatalaksanaan
Batasan stadium yang masih operabel/kurabel adalah stadium IIIa.
Sedangkan terapi pada stadium IIIb dan IV tidak lagi mastektomi,
melainkan pengobatan paliatif. (kapita selekta, 2001,p 285)
1. Pembedahan
Terapi bedah bertujuan kuratif dan paliatif
Jenis terapi : lokal /lokoregional
Jenis terapi : terapi utama /terapi tambahan
Prinsif terapi kuratif bedah
Pengangkatan sel kanker secara kuratif dapat dilakukan dengan cara :
a. Modified radikal mastektomi
b. Breast conversing treatment (BCT) rekontruksi payudara
c. Tumorrektomi /lumpektomi /kuadran tektomi /parsial mastektomi
diseksi axsila
Pengobatan bedah kuratif dilakukan pada kanker payudara dini
(stadium 0, I, dan II), dan pegobatan paliatif bedah adalah dengan
mengangkat

kanker payudara

secara

makroskopis

dan masih

meninggalkan sel kanker secara mikroskopis dan biasanya dilakukan


pada stadium III dan IV dan juga untk mengurangi keluhan-keluhan
penderita baik perdarahan, patah tulang dan pengobatan ulkus
Tipe-tipe pembedahan untuk membuang ca mammae
a. Lympectomi :
Pembuangan sederhana benjolan tumor
b. Mastektomi parsial :

Pembuangan tumor dan 2,5 7,5 cm (1 sampai 3 inci) jaringan


sekitarnya ubcutaneoous
c. Mastektomy :
Pembuangan seluruh jaringan yang mendasari tumor payudara,
meninggalkan/ membiarkan kulit, areola dan memasukkan putting
intact.
d. Mastectomy sederhana :
Menghilangkan seluruh payudara tapi tidak dengan nodus axillary
e. Modifikasi mastektomy radikal :
Menghilangkan seluruh payudara (dengan atau tanpa pectoralis
minor) menghilangkan beberapa axilla lympa nodes
f. mastectomy radikal

Menghilangkan seluruh payudara, acillary lympa nodes, pectolaris


muscle (besar atau kecil), dan lemak dan fasia yang berdekatan
dengan pembedahan
2. Radioterapi
Pegobatan radioterapi adalah untuk pengobatan lokal/ lokoregional
yang sifatnya bisa kuratif atau paliatif. Radioterapi dapat merupakan
terapi utama , misalnya pada operasi BCT dan kanker payudara
stadium lanjut III. Sebagai terapi tambahan/ajuvan biasanya diberikan
bersama dengan terapi bedah dan kemoterapi pada kanker stadium I, II
dan IIIA. Pengobatan kemoterapi umumnya diberikan dalam regimen
poliferasi lebih baik dibanding pemberian pengobatan monofaramasi/
monoterapi.
3. Hormon terapi

Pengobatan

hormon

terapi

untuk

pengobatan

sistemik

untuk

meningkatkan survival, yaitu dengan pemberian anti esterogen,


pemberian hormon aromatase inhibitor, antigen RH, ovorektomi.
Pemberian hormon ini sebagai ajuvan stadium I, II, III, IV terutama
pada pasien yang receptor hormon positif, hormon terapi dapat juga
digunakan sebagai terapi pravelensi kanker payudara.
4. Terapi Paliatif dan pain
Terapi paliatif untuk dapat dikerjakan sesuai dengan keluhan pasien,
untuk tujuan perbaikan kualitas hidup. Dapat bersifat medikamentosa,
paliatif (pemberian obat-obat paliatif) dan non medicamentosa (radiasi
paliatif dan pembedahan paliatif)
5. Immunoterapi dan ioterapi
Sampai saat ini penggunaan immunoterapi seperti pemberian
interferon, modified molekuler, biologi agent, masih bersifat terbatas
sebagai terapi ajuvan untuk mendukung keberhasilan pengobatanpengobatan lainnya.
Pengobatan

bioterapi

dengan

rekayasa

genetika

untuk

mengoreksi mutasi genetik masih dalam penelitian.


6. Rehabilitasi fisik dan psikis
Penderita kanker payudara sebaiknya setelah mendapat pengobatan
konvensional seperti pembedahan, penyinaran, kemoterapi sebaiknya
dilakukan rehabilitasi fisik untuk mencegah timbulnya komplikasi
akibat treatment tersebut. Rehabilitasi psikis juga diperlukan untuk
mendorong semangat hidup yang lebih baik.

7. Kemoterapi
Pengobatan kemoterapi adalah pengobatan sistemik yang
mengguanakan obat-obat sitostatika melalui aliran sistemik, sebagai
terapi utama pada kanker stadium lanjut (stadium IIIB dan IV) dan
sebagai terapi tambahan
Pada kasus karsinoma mammae dapat dilakukan pengobatan
dengan radiasi dan pengangkatan mammae (Mastektomi). Pengangatan
tergantung sejauh mana pertumbuhan dan penyebaranya dipilih
berdasar stadiumnya dan chemoterapy.
(sugeng jitowiyono, 2010. p 103-106).

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1

Pengkajian
Tanggal MRS : 05 April 2012

Jam: 08.30 WIB

Tanggal pengkajian :07 April 2012

Jam: 09.30 WIB

Nomer Register

:105425

A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama

: Ny. S

Nama

: Tn. J

Umur

: 54 tahun

Umur

: 58 tahun

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Suku/bangsa : Jawa / Indonesia

Suku/bangsa : Jawa / Indonesia

Pendidikan

: SMA

Pendidikan

: S1

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: PNS

Penghasilan : -

Penghasilan : Rp. 3.000.000

Kawin ke

Kawin ke

: 1

: 1

Lama kawin : 33 tahun

Lama kawin : 33 tahun

Alamat

Alamat

: Gudo, Jombang

: Gudo, Jombang

2. Keluhan utama
Ibu mengatakan pada payudara sebelah kiri terasa sakit,kadang-kadang
terasa nyeri dan ada benjolan.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu merasakan pada payudaranya sudah sejak 3 bulan yang lalu,pada
bulan januari ibu di vonis dokter menderita kanker payudara.pada bulan
maret ibu sempat dirawat di RSUD Jombang hingga pada akhirnya pada
tanggal 05-04-2012 di rawat kembali di RSUD Jombang dan pada tanggal
07-04-2012 ibu harus menjalankan operasi kanker payudara.
4. Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti darah


tinggi, DM, penyakit menahun seperti jantung, asma, dan penyakit
menular seperti HIV, Hepatitis dan penyakit kelamin.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya ataupun keluarga suaminya tidak
pernah menderita penyakit menurun seperti darah tinggi,DM penyakit
menahun seperti jantung, asma, dan penyakit menular seperti HIV,
Hepatitis serta tidak punya keturunan kembar dan cacat bawaan.
6. Riwayat Perkawinan
Usia kawin

:20 tahun

Status perkawinan

:kawin

Berapa kali menikah

:1 kali

Lama menikah

:33 tahun

6. Riwayat obstetri
a. Riwayat menstruasi
Menarche

: 13 tahun

Siklus

: 28 hari

Lama

: 7 hari

Banyak

: Hari 1-3 ganti pembalut 3 x/hari


Hari 4-7 ganti pembalut 2x/hari

Warna

: Hari 1-4 warna merah segar


Hari 5-7 warna kecoklatan

Keluhan

: tidak ada

Konsistensi

: encer

Bau

: anyir

Flour albus

: ada, 2 hari sesudah haid, warna putih, jernih, tidak


berbau, tidak gatal.

Haid terakhir : ibu mengatakan sejak 3 tahun yang lalu ibu sudah
tidak menstruasi lagi.
Jumlah anak

: 4 orang. Anak pertama laki-laki berusia 35 tahun,


anak ke dua laki-laki usia 34 tahun. Anak ketiga

laki-laki berusia 31 tahun. Anak

ke empat

perempuan berusia 29 tahun.


Riwayat menyusui : ibu meneteki ke-4 anaknya selama 4-6 bulan
dengan memberikan MPAsi.
d. Riwayat ginekologi
Ibu tidak pernah mempunyai riwayat PMS, dan ibu tidak pernah
mengalami keguguran maupun kuretase, mola, kista serta ibu
mengatakan tidak pernah mengalami keputihan yang tidak normal.
e. Riwayat KB (Perencanaan Keluarga)
Ibu mengatakan setelah melahirkan anaknya yang ke4 ibu
menggunakan KB suntik 3 bulanan selama 15 tahun dan tidak ada
keluhan.
7. Keadaan psikososial
-

Ibu merasa cemas terhadap kondisinya saat ini dan ibu juga merasa
takut menghadapimoperasi.

Hubungan ibu dengan suami, keluarga dan tetangga sangat baik

Ibu berharap operasinya nanti bisa berjalan dengan lancar

8. Pola kebiasaan sehari-hari


a. Pola nutrisi
Saat pengkajian : ibu dalam keadaan berpuasa.
b. Pola aktifitas
Saat pengkajian : ibu hanya terbaring di troli pasien.
c. Pola istirahat
Saat pengkajian : ibu tidak bisa tidur karena cemas akan menghadapi
opersi.
d. Pola eliminasi
Saat pengkajian : BAK

: ibu dipasang kateter dengan volume


150cc,

warna

khas.
BAB
e. Pola personal hygiene

: ibu belum BAB.

kuning

jernih,bau

Saat pengkajian : ibu diseka oleh keluarganya di ruang paviliun


mawar
f. Pola seksualitas
Saat pengkajian : B. Data objektif
1) Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: composmentis

Postur tubuh

: Lordosis

Cara berjalan

: Tegak

TB

: 155 cm

BB

: 58 kg

2) TTV:
Tensi

: 130/90 mmHg

Suhu : 36,8C

Nadi

: 90x/menit

RR

: 20x/menit

3) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala

: rambut lurus, hitam, pendek, tidak ada ketombe,


bersih, kulit kepala bersih, tidak rontok.

Muka

: bersih, tidak pucat.

Mata

: simetris, bersih, tidak ada strabismus, tidak


oedem, palpebra tidak oedem, konjungtiva merah
muda, sklera putih.

Mulut & gigi

: mukosa bibir kering,tidak ada stomatitis, tidak


epulis, tidak ada gigi palsu, lidah bersih.

Telinga

: simetris, tidak ada serumen, tidak ada kelainan


pendengaran, tidak ada kelainan bentuk tulang
telinga, tidak ada OMP

Leher

: bersih, tidak ada lesi.

Punggung

: bersih, tidak ada lesi, tidak ada kelainan tulang


punggung

Axilla

: bersih, tidak ada lesi, tidak nampak ada benjolan.

Mammae

: terdapat lesi papila mammae,konsistensi payudara


sebelah kiri lebih besar dari pada payudara sebelah
kanan.

Abdomen

: tidak ada bekas luka operasi.

Genetalia

: bersih, tidak ada pengeluaran pervaginam, tidak


ada condiloma acuninata, tidak ada condiloma
telata,terpasang kateter volume 150cc.

Anus

: bersih, tidak hemoroid

Eks. Atas

: simetris, tidak ada kelainan jari (polidaktil,


sindaktil, brakidaktil), tidak ada kelainan gerak,
tidak oedem.

Eks. Bawah

: simetris, tidak ada kelainan jari (polindaktil,


sindaktil, brakidaktil), tidak ada kelainan gerak,
tidak oedem, tidak ada varises

b. Palpasi
Kepala

: tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.

Leher

: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dan vena


jugularis

Axilla

: tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Mammae

: teraba massa dengan diameter lebih dari 5cm di


payudara sebelah kiri,massa teraba keras,puting
susu sebelah kiri terdapat lesi,ada nyeri tekan.

Abdomen

: tidak ada hepatomegali

c. Auskultasi
Dada

: tidak ada ronchi dan wheezing

Abdomen

: DJJ (11-12-11) 136 x/mnt, terdengar jelas dan


teratur di punctum maksimum bagian kiri perut
ibu dibawah pusat.

d. Perkusi
Abdomen

: tidak meteorismus

Refelks patela : +/+


4) Pemeriksaan penunjang
Tanggal : 06-04-2012

1) Pemeriksaan USG
Hasil : terdapat ca.mammae pada sinestra
2) Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin

:10.9

Leokosit

:7.100

Hematokrit

:33,0%

Eritrosit

:4.190.000

Trombosit

:294.000

LED

: 52-70

E0sinofil

:-

Basofil

:-

Batang

:-

Segmen

:57%

Limfosit

:31%

Monosit

:12%

Glukosa sewaktu:109 mg/dl


SGOT

:46 U/I

SGPT

:64 U/I

Kreatin serum :151 mg/dl

3.1

3.2

Urea

:25,1 mg/dl

Asam urat

:420 mg/dl

ANALISA DATA
Dx

: Ny S Usia 54 tahun dengan carsinoma mammae sinestra

Masalah

: Nyeri pada payudara.

PENATALAKSANAAN
Tanggal : 07-04-2012
1) Jam 08.30 WIB

Jam : 08.30 WIB

Melakukan pendekatan terapeutik terhadap pasien,menenangkan perasaan


cemas pasien menghadapi operasi.
Hasil : paisen kooperatif
2) Jam 08.33 WIB
Melakukan observasi keadaan umum dan vital sign (terlampir) setiap 15 menit.
Hasil : TD : 130/90 mmHg
S

: 368 0C

RR : 20 x/mnt

3) Jam 08.34 WIB


Melakukan observasi jumlah tetesan infuse
Hasi : Infus RL grojok

: 90 x/mnt

4)

Jam 08.35 WIB


Melakukan persiapan Anastesi secara GA.
Hasil : px tertidur di bawah pengarauh anastesi

5) Jam 08.45 WIB


Melakukan operasi.
a.

Mengantiseptik lapangan operasi dengan menggunakan betadin dan


alkohol.

b.

Mempersempit lapangan operasi dengan menggunakan doek steril.

c.

Mmenginsisi lapngan operasi secara oval dari daerah ariola mammae.

d.

Di dapatkan massa padat pada mammae kuadran bagian sentral.

e.

Melakukan pengangkatan pada massa.

f.

Merawat perdarahan dengan memasangkan drain pada mammae.

g.

Insisi dijahit lapis demi lapis

h.

Memasang pembalut pada dada pasien untuk menjaga

6) Jam 10.40 WIB


Opersasi selesai, pasien di bawa ke ruang RR untuk dilakukan observasi 2 jam
post operasi (terlampir).
Hasil : pasien tertidur dibwah pengaruh anastesi
Tanggal: 07-04-2012
Masalah: nyeri pada payudara sebelah kiri.
1) Jam 08.25 WIB
Mengkaji

karakteristik

penyebaran.

nyeri,

skala

nyeri,

sifat

nyeri,

lokasi,

dan

Skala nyeri 4 : Nyeri ringan : Secara obyektif klien menyeringai, dapat


menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
2) Jam 08.26 WIB
Memberikan informasi tentang penyebab rasa nyeri bahwa rasa nyeri yang
dialami pasien disebabkan karena adanya benjolan abnormal pada payudara
yang menandakan adanya gangguan di payudara.
Hasil : pasien mengerti dan dapat menerima keadaanya.
3) Jam 08.28 WIB
Mengajarkan tehnik relaksasi dan pengalihan nyeri yaitu dengan cara
merilekskan pikiran dan tubuh dengan menarik nafas dalam-dalam dari hidung
dikeluarkan melalui mulut.
Hasil : pasien mengerti dan kooperatif
4) Jam 08.29 WIB
Kolaborasi dengan tenaga medis dalam pemberian obat analgetik.

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Dalam pengkajian pada tinjauan kasus tidak jauh beda dengan tinjauan
pustaka, pengkajian data subjektif maupun objektif perlu dilakukan, dengan teliti
supaya mendapatkan data yang akurat, hal ini dilakukan dengan komunikasi yang

baik antara klien dengan tenaga kesehatan yang didukung dengan sarana dan
prasarana.
Masalah yang didapat pada tinjauan pustaka tidak semuanya pada tinjauan
kasus. Hal ini karena pasien selalu memeriksakari kehamilaiuiya secara teratur
sesuai jadwal dan klien telah mendapatkan informasi serta pendidikan dari
petugas kesehatan untuk memeeahkan masalah yang dihadapi oleh bidan.
Dari kesemua hal di atas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan kehamilan
sangat penting dilakukan oleh ibu hamil agar diketahui bila ada komplikasi yang
terjadi. Hal ini diperlukan komunikasi dan kerjasama yang balk antara klien dan
petugas kesehatan, untuk menunjang hal tesebut perlu infonnasi yang mendidik
bagi klien dari petugas sehingga bisa mengantisipasi bila ada masalah pada
kehamilannya.
4.2

Saran
4.2.1 Bagi Klien dan Keluarga
Klien lebih memperhatikan dan melaksanakan saran yang diberikan oleh
petugas kesehatan karena dapat memperlancar proses keberhasilan asuhan
kebidanan.
4.2.2 Bagi Pelaksana
Penulis / mahasiswa hendaknya selalu memperkaya kajian pustaka dan
banyak

membaca

buku

terutama

buku-buku

edisi

meningkatkan keterampilan tentang teori yang didapat.


DAFTAR PUSTAKA

tertentu

dan

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT dengan rahmat dan hidayahNya
saya dapat menyelesaikan penyusunan Asuhan Kebidanan pada NyT dengan
neonates cukup bulan fisiologis di puskesmas Bandar Kedungmulyo Jombang.
Dalam kesempatan ini saya menyampaikan banyak terima kasih atas bantuan
semua pihak sehingga Asuhan Kebidanan ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih
tak lupa saya sampaikan hormat kepada :
1. Dra. Soelijah Hadi,M.Kes.M.M. selaku Kepala STIKES Husada Jombang

2. Ninik Dwi S.Amd.Keb selaku pembimbing Praktek Di BPS Ploso Kendal


Jombang
3. Dian Ratna Fury.S.ST selaku pembimbing akademik STIKES Husada Jombang
4. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan
Asuhan Kebidanan ini.
Saya Menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini masih jauh
dari kesempurnaan dan masih banyak pula kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun senantiasa saya harapkan demi kesempurnaan Asuhan
Kebidanan ini.
Semoga Allah SWT memberikan pahala atas segala amal yang telah diberikan
dan semoga Asuhan Kebidanan ini dapat bermanfaan bagi saya selaku penyusun
maupun pihak lain yang memanfaatkannya.

Jombang,

September 2010

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................iii


DAFTAR ISI .............................................................................................................iv
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah ...2
1.3. Tujuan Penulisan .2
1.4. Manfaat Penulisan ...3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Teori Kehamilan .4
2.2. Konsep Dasar Antenatal Care (ANC) 13
2.3. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan Helen Varney 19
BAB III : TINJAUAN KASUS
Pengkajian ...28
Assasment..
Pelaksana ..
BAB IV : PENUTUP
4.1. Kesimpulan 41
4.2. Saran ..41
DAFTAR PUSTAKA ...42

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. I GIIPI000I TM III


USIA KEHAMILAN 28 MINGGU FISIOLOGIS
DI BPS NyN PLOSO KENDAL JOMBANG

Disusun Oleh :
SYILFIANI PRATIWI
2009. 01. 0993

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
2011

Anda mungkin juga menyukai