Anda di halaman 1dari 8

LO 6

Tindakan Post Ekstraksi Gigi Sulung


Oleh :
Aisyah Gediyani Permatasari (121610101098)
Niken Wibawaningtyas (121610101105)

Tinjauan Pustaka
Tanggal premature pada gigi sulung dapat disebabkan oleh adanya karies gigi
ataupun karena pencabutan gigi, pencabutan gigi ini dapat dikarenakan gigi sulung
tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan untuk mempertahankannya. (Sartika,
2002).
Setelah dilakukan ekstraksi gigi sulung pada anak penting untuk memberikan
instruksi mengenai tindakan post ekstraksi kepada anak maupun orang tua. Instruksi ini
dapat diberikan baik secara verbal maupun tertulis, namun instruksi tertulis mengenai
tindakan post ekstraksi lebih direkomendasikan (Muthu dan Shivakumar, 2009)
Medikasi post ekstraksi diberikan pada anak hanya apabila diperlukan. Ekstraksi
itu sendiri dinilai dapat menghilangkan fokus infeksi dengan memfasilitasi drainase untuk
pus ataupun abses yang mungkin terbentuk akibat gigi sulung yang mengalami karies
parah, dengan demikian pemberian antibiotic biasanya tidak dibutuhkan. Analgesic dapat
diberikan untuk mengurangi rasa sakit setelah ekstraksi gigi sulung. Analgesic yang biasa
digunakan ialah ibuprofen atau paracetamol. Namun, pemberian analgesic ini pun tidak
diperlukan apabila eksraksi dilakukan pada gigi sulung yang telah mengalami mobilitas
tinggi karena resorbsi oleh gigi pengganti. (Muthu dan Shivakumar, 2009)
Kehilangan gigi sulung secara dini dapat menimbulkan berkurangnya panjang
lengkung rahang oleh karena adanya pergeseran gigi tetangga dan gigi antagonis kearah
ruangan yang kosong sehingga menyebabkan terjadinya pengurangan panjang lengkung
rahang (Sartika, 2002). Selain itu, tanggal premature dapat mengganggu erupsi gigi
permanen pengganti (Wibowo & Nuraini, 2008). Untuk mencegah hal ini maka perlu
dilakukan perawatan yang tepat oleh dokter gigi, perawatan yang dapat mencegah
berkurangnya panjang lengkung rahang akibat tanggal premature gigi sulung adalah
dengan pembuatan space maintener.
Space maintainer adalah alat yang bersifat pasif dan berfungsi untuk menjaga
jarak mesiodistal ruangan akibat pencabutan gigi desidui yang terlalu awal dan
memelihara gerakan fungsional. Space maintainer dapat digunakan untuk mencegah
pergeseran gigi ke arah mesial dari gigi molar pertama permanen. Space maintainer akan

dilepas jika alat tersebut akan menghalangi erupsi gigi permanen dibawahnya (Andlaw
dan Rock, 1992).
Pembahasan
Sebelum melakukan pencabutan pada gigi sulung, kita sebagai dokter gigi harus
mengetaui diagnose dari penyakit gigi pasien. diagnose ini didapat dari anamnesis kepada
orang tua atau orang yang mengantarnya. Anamnesa kepada wali pasien meliputi,
keadaan umum pasien (riwayat medis, riwayat alergi, obat yang sedang atau pernah
dikonsumsi oleh pasien) dan riwayat sakit gigi pasien. Perlunya mengetahui diagnose ini
nantinya berhubungan dengan tindakan yang akan kita lakukan, apakah gigi pasien ini
nanti diindikasikan untuk di ekstraksi atau tidak. Selain itu juga untuk menentukan
tindakan yang akan dilakukan oleh dokter gigi setelah dilakukan pencabutan gigi sulung.
a. Instruksi Post Ekstraksi
Intruksi post ekstraksi diberikan baik pada anak maupun orang tua untuk menghindari
terjadinya komplikasi pasca pencabutan, seperti perdarahan maupun dry soket.
Pemberian instruksi secara verbal maupun tertulis dapat dipertimbangkan dari jenis
pencabutan yang dilakukan. Apabila pencabutan yang dilakukan ialah pada gigi
sulung dengan mobilitas tinggi yang tidak menggunakan anestesi infiltrasi atau blok,
pemberian instruksi dapat dilakukan secara verbal. Namun, apabila pencabutan gigi
sulung dilakukan pada gigi berakar ganda yang memerlukan anestesi infiltrasi atau
blok, sebaiknya instruksi diberikan secara verbal dan tertulis
Instruksi post ekstraksi pada anak
a. Menggigit tampon pada soket bekas pencabutan
Instruksikan anak untuk menggigit tampon pada soket bekas pencabutan
selama kurang lebih setengah jam. Idealnya, anak baru diperbolehkan pulang
apabila telah dipastikan terbentuk blood clot pada area pencabutan.
b. Tidak menggigit bibir
Beritahukan pada anak untuk tidak menggigit bibir karena dapar
menyebabkan ulserasi. Anak cenderung menggigit bibir untuk merasakan
bibirnya akibat parastesi dari anestesi yang digunakan selama pencabutan,

yang kemungkinan efeknya masih bertahan selama hampir 1 jam setelah


pencabutan selesai.
c. Tidak meludah
Beritahukan pada anak untuk tidak meludah selama kurang lebih satu hari
pasca pencabutan. Saliva yang terbentuk sebaiknya ditelan. Meludah dapat
merusak blood clot yang telah terbentuk dan menyebabkan dry socket, dimana
blood clot ini baru terbentuk setelah 18 jam dari perlukaan pada pembuluh
darah. Pembentukannya akan memakan lebih lama apabila blood clot yang
telah terbentuk rusak.
d. Tidak minum dari sedotan
Penggunaan sedotan ketika minum dapat mempengaruhi pembentukan blood
clot setelah pencabutan dikarenakan tarikan yang dilakukan ketika menyedot
mengganggu pembentukan blood clot.
Instruksi post ekstraksi pada orang tua
a. Perkuat instruksi yang telah diberikan kepada anak
b. Diet lunak untuk anak
Beritahukan pada orang tua untuk tidak memberikan makanan keras selama
24 jam pertama pasca pencabutan gigi sulung. Makanan lunak dan dingin
dapat menjadi pilihan diet post ekstraksi, seperti jus, es krim, bubur dan
makanan yang tidak membutuhkan pengunyahan.
c. Resep medikasi post-instruksi
d. Instruksi untuk menghubungi dokter gigi kembali apabila terjadi komplikasi
pada anak

gambar 1: contoh instruksi tertulis post-ekstraksi salah satu dental clinic

sumber : Pediatric Dentistry: Principles and Practice oleh Muthu dan Shivakumar, 2009.

b. Medikasi Post Ekstraksi


Medikasi post ekstraksi diberikan tergantung indikasi. Medikasi post ekstraksi
yang biasa diberikan ialah analgesic dan antibiotic. Analgesic diberikan untuk
mengatasi rasa sakit pencabutan setelah efek anestesi lokal menghilang. Analgesic ini
biasanya dapat diresepkan selama dua hari. Pemberian antibiotic diberikan untuk
mengatasi infeksi maupun untuk mencegah infeksi lebih lanjut yang mungkin terjadi.
Antibiotic dalam kedokteran gigi biasanya diberikan untuk profilaksis sebelum
dilakukan tindakan operatif. Namun, pada beberapa indikasi, antibiotic juga dapat
diberikan post tindakan operatif. Antibiotic yang digunakan biasanya antibiotic
berspektrum luas.
Pada pasien anak, analgesic yang biasa diberikan ialah ibuprofen atau
parasetamol. Ibuprofen merupakan obat anti inflamasi non-steroid untuk mengurangi
rasa sakit dari inflamasi. Obat ini semakin dipilih sebagai penghilang rasa sakit,

terutama rasa sakit akibat injuri atau inflamasi dibanding acetaminophen. Ibuprofen
tersedia dalam bentuk tablet dan liquid untuk anak-anak. Pengaturan dosis ibuprofen
didasarkan atas umur anak.
tabel 1 : Rekomendasi Dosis Ibuprofen Oral untuk anak
Rekomendasi Dosis Ibuprofen Oral
Usia
Dosis (mg)
6-11 bulan
50 mg setiap 6-8 jam
12-23 bulan 75 mg setiap 6-8 jam
2-3 tahun
100 mg setiap 6-8 jam
4-5 tahun
150 mg setiap 6-8 jam
6-8 tahun
200 mg setiap 6-8 jam
9-10 tahun 250 mg setiap 6-8 jam
11 tahun
300 mg setiap 6-8 jam
Data dari Davids Drug Guide for Nurses, 12th ed. (2011) Philadelphia, PA: F.A. Davis

Parasaetamol merupakan salah satu obat analgesic ringan yang juga dapat
menurunkan suhu tubuh pasien dengan demam. Dalam kedokteran gigi, obat ini
digunakan untuk mengurangi rasa sakit post ekstraksi, serta untuk mengurangi sakit
gigi dan penurun panas. Kontraindikasi obat ini ialah pasien dengan gagal ginjal dan
hati. Obat ini memiliki efek samping berupa reaksi hipersensitif, serta dosis tinggi
dapat merusak hati. Dosis parasetamol ditentukan berdasarkan usia pasien.
Tabel 2 : dosis parasetamol untuk anak berdasarkan usia
Parasetamol 500 mg tablet
Usia (th)
dosis
Usia (th)
2-5
-1/2 tablet tiap 4-6 jam
0-1
1-2
2-6
6-12
-1 tablet tiap 4-6 jam
6-9
9-12

Parasetamol 120mg/5ml sirup


dosis
sendok takar (2,5 ml) 3-4 kali sehari
1 sendok takar (5 ml) 3-4 kali sehari
1-2 sendok takar (5-10 ml) 3-4 kali sehari
2-3 sendok takar (10-15 ml) 3-4 kali sehari
3-4 sendok takar (15-20 ml) 3-4 kali sehari

Antibiotic yang biasa digunakan dalam kedokteran gigi ialah amoxicillin.


Amoxicillin merupakan turunan penicillin dengan spectrum luas. Penggunaan obat ini
merupakan kontraindikasi terhadap pasien dengan alergi penicillin. Pemberian
antibiotic ini disesuaikan dengan jenis dan berat infeksi.

Pengaturan dosis untuk anak-anak :

Berat badan <20 kg : 20-40 mg/kg BB per hari dibagi dalam 3 dosis
Berat badan >20 kg : 750-1500 mg dengan dosis terbagi tiap 8 jam

c. Perawatan Lanjutan Post Ekstraksi Gigi Sulung


Pada pencabutan gigi anak, tindakan post ekstraksi harus diperhatikan oleh dokter
gigi karena, pada gigi anak-anak terdapat gigi permanen pengganti yang ada dibawah
gigi sulung. Sehingga tindakan post ekstraksi ini sangat penting untuk
mempertahankan erupsi gigi permanen tetap pada tempatnya. Hal-hal yang perlu
dilakukan seorang dokter gigi setelah pencabutan gigi sulung yang benih gigi
penggantinya belum terbentuk sempurna seperti pada sekenario diatas adalah
pembuatan space maintener untuk menjaga agar ruang tempat gigi permanen tumbuh
tetap ada dan mencukupi untuk tempat gigi permanen. Space maintener ini dipasang
diantara dua gigi. Berdasarkan penggunaannya space maintener itu dibedakan
menjadi space meintener cekat dan space meintener lepasan.

Penggunaan space maintener cekat atau lepasan ini dilihat dari kondisi pasien. apabila
pasien memiliki OH yang buruk maka sebaiknya diberikan space maintener yang
lepasan agar mudah untuk dibersihkan. Karena space maintener ini sangat mudah
ditumbuhi oleh plak yang lama kelamaan akan menyebabkan gigi karies. Penggunaan
space maintener yang lepasan ini juga harus disertai dukungan dari orang tua, hal ini
dikarenakan pada anak-anak cenderung susah untuk diberi tahu sehingga perlu
bantuan oang tua untuk membantu keberhasilan perawatan post ekstraksi.

Dapus :
Pediatric Dentistry: Principles and Practice. Muthu and Shivakumar. 2009. India: Elsevier
Delmars Dental Assisting A Comprehensive Approach 2 nd Edition. Donna J. Phinney,
Judy H. Halstead. United States of America: Delmar Learning
Pediatric Nursing Care : Best Evidence-based Practices. Susan L. Ward. 2014.
Philadelphia: F.A. Davis Company

Anda mungkin juga menyukai