Pendahuluan
Sindrom metabolik (SM) adalah keadaan klinis dimana pada seseorang terdapat
sekumpulan kelainan metabolik, antara lain kelainan kadar lipid (dislipidemia), peningkatan
kadar glukosa (hiperglikemia), peningkatan kadar asam urat (hiperurikemia), peningkatan
tekanan darah (hipertensi), dan kegemukan (obesitas). Kondisi ini dikaitkan dengan risiko
penyakit kardiovaskular (PKV), stroke, diabetes melitus tipe 2 (DM t2) dan kematian.
sehingga memerlukan intervensi modifikasi gaya hidup yang ketat (intensif)
Komponen utama dari sindrom metabolik meliputi : Resistensi insulin, Obesitas
abdominal/sentral, Hipertensi, Dislipidemia berupa peningkatan kadar trigliserida dan
penurunan kadar HDL kolesterol
Sindrom Metabolik disertai dengan keadaan proinflammasi / prothrombotik yang
dapat
menimbulkan
peningkatan
kadar
C-reactive
protein,
disfungsi
endotel,
patofisiologinya
kemudian
diikuti
dengan
upaya
pencegahan
dan
perdebatan kontroversial antara para ahli sehingga membingungkan para pengguna, yaitu
para dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Diinginkan adanya suatu pedoman yang bersifat
universal yang dapat dipakai bersama di semua negara.
Pada makalah ini dibahas secara singkat mengenai sindrom metabolik, bermacam-macam
definisi dan kriteria batasan nilai, berbagai faktor risiko, dan anjuran cara penatalaksanaannya
termasuk pencegahannya.
Pembahasan
Skenario 10 :
Seorang laki-laki berusia 55 tahun datang ke poliklinik untuk konsultasi karena merasa terlalu
gemuk dan sulit menurunkan berat badan nya sejak usia 38 tahun. Pekerjaan pasien adalah
sebagai karyawan suatu kantor swasta. Sebelumnya pasien sangat jarang memeriksakan
dirinya ke fasilitas kesehatan karena dirasakan dirinya tidak memiliki keluhan seputar
kesehatannya. Pasien mengatakan bahwa dirinya agak sering lelah dan mudah merasa haus
pada 1 tahun belakangan ini. Ayahnya menderita hipertensi dan ibunya sudah 10 tahun
mengidap penyakit kencing manis. BB 88kg, TB 169cm, Lingkar perut 135 cm, Lingkar
pinggang 115 cm. Tekanan darah 150/90 mmHg
Mind Mapping
Anamnesis
Pemeriksaan
Fisik
Penunjang
Pencegahan
Diagnosa
Seorang laki-laki berusia 55 tahun merasa terlalu
gemuk dan sulit menurunkan berat badan. Merasa
terlalu lelah dan mudah haus 1 tahun belakangan.
Prognosi
Komplikasi
Gejal
a
Etiolog
i
Terap
Epidemiolog
Patofisiolog
1. Anamnesis
Identitas pasien
2
o
o
o
o
o
o
baru?
Aktivitas fisik dan kebiasaan sehari-hari
Riwayat penyakit dahulu
o Apakah pernah dirawat dengan penurunan kesadaran karena lupa makan
setelah minum obat?
o Apakah pernah dirawat dengan penurunan kesadaran karena diare berlebihan?
o Apakah pernah dirawat dengan penurunan kesadaram karena suatu keadaan
stress (infeksi, penyakit jantung)?
Riwayat penyakit keluarga
o Adakah keluarga yang terkena diabetes mellitus?
o Adakah keluarga yang hipertensi?
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik2
a. Pemeriksaan tekanan darah
Klasifikasi Tekanan darah untuk dewasa usia 18 tahun atau lebih yang terdapat
pada tabel 2.2.a.1.
Tabel 2.2.a.1. Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun / Lebih
Kategori
Normal
Normal tinggi
Hipertensi:
Tinggi 1 (ringan)
Tinggi 2 (sedang)
Tinggi 3 (berat)
Sistolik
(mmHg)
< 130
130-139
Diastolik
(mmHg)
<85
85-89
140-159
160-179
180
90-99
100-109
110
Subyek berdiri tanpa alas kaki atas platform keras dan rata
Subyek berdiri tegak, kedua kaki rapat pada tumit, lutut lurus, kepala dalam
posisi Frankfurt
Kedua lengan tergantung santai pada sisi tubuh dengan telapak tangan
(vilar) menghadap paha
Mata pemeriksa harus setinggi angka yang akan dibaca dengan ketelitian
mendekati 1 mm
Alat yang digunakan adalah microtoise dan stadiometer yang terdapat pada
gambar 2.2.b.1. dan 2.2.b.2.
Lege artis adalah penimbangan sesudah buang air besar dan sebelum makan
Subyek berdiri tanpa bantuan di tengah platform, santai tapi diam, melihat
lurus ke muka dalam bidang horizontal frankfurt (bidang horizontal melalui
pinggir bawah orbita dan tragion)
d. Pemeriksaan panggul
Subyek berdiri tegak dengan perut santai, lengan di sisi tubuh, kaki rapat,
berat tubuh terbagi rata antara kedua tungkai
Pita ukur diletakkan horizontal melalui titik pada lingkaran panggul yang
paling besar
Subyek memakai pakaian sedikit dan ringan agar pita pengukur dapat
diletakkan dengan tepat
Subyek berdiri tegak dengan perut santai, kedua lengan di sisi tubuh, kaki
rapat, dan berat tubuh terbagi rata antara kedua tungkai
Tentukan pada garis mix axillar titik crista iliaca dan beri tanda
Tentukan titik tengah pada garis mid axilla antara kedua titik tersebut dalam
bidang horizontal
Nilai Sindrom Metabolik lingkar pinggang menurut EGIR yang terdapat pada
tabel 2.2.e.1.
Tabel 2.2.e.1. Nilai Sindrom Metabolik Lingkar Pinggang Menurut EGIR
Jenis kelamin
Lingkar pinggang
Laki
94
Perempuan
80
f. Pemeriksaan IMT
IMT = BB (kg) : [TB (m) x TB (m)]
Keterangan : BB = Berat badan
TB = Tinggi badan
Klasifikasi IMT berdasarkan Asia Pasifik terdapat pada tabel 2.2.f.1.
Tabel 2.2.f.1. Klasifikasi IMT Asia Pasifik
Berat badan
IMT
(BB)
BB kurang
< 18,5
BB normal
18,5-22,9
23
BB lebih:
1. Preobesitas
23-24,9
2. Obesitas 1
25-29,9
30
3. Obesitas 2
Nilai sindrom metabolik berdasarkan AACE adalah nilai IMT 25 Kg/m2.
g. Pemeriksaan rasio pinggang dan panggul
Tujuannya adalah untuk menentukan distribusi lemak tubuh central di daerah
abdomen
6
Nilai normal LPe dan LPa yang terdapat pada tabel 2.2.g.1.
Tabel 2.2.g.1. Nilai Normal LPe dan LPa
Jenis kelamin
Pria
Perempuan
< 0,90
< 0,85
Nilai sindrom metabolik berdasarkan WHO yang terdapat pada tabel 2.2.g.2.
Tabel 2.2.g.2. Nilai Sindrom Metabolik Berdasarkan WHO
Jenis kelamin
Pria
> 0,90
Perempuan
> 0,85
Pemeriksaan Penunjang2
1) Laboratorium
Kadar glukosa plasma dan profil lipid puasa.
Pemeriksaan klem euglikemik atau HOMA (homeostasis model assessment) untuk
menilai resistensi insulin secara akurat biasanya hanya dilakukan dalam penelitian
dan tidak praktis diterapkan dalam penilaian klinis.
Highly sensitive C-reactive protein
Kadar asam urat dan tes faal hati dapat menilai adanya NASH 3
2) Radiologi
USG abdomen diperlukan untuk mendiagnosis adanya fatty liver karena kelainan ini
dapat dijumpai walaupun tanpa adanya gangguan faal hati.3
3. Gejala Klinis
Dikatakan sindrom metabolik apabila terdapat 3 kriteria dari beberapa kriteria sindrom
metabolik yang terdapat pada gambar 2.3.1.
Sindrom
metabolik (ATP
III)
94 cm
130/85
mmHg
150 mg/dL
110 mg/dL
Laki2 55 th
118 cm
160/90 mmHg
300 mg/dL
110 mg/dL
Obesitas Abdominal
Atherogenic Dislipidemia
Resistensi Insulin
Komponen Proinflammatory
Prothrombotic State
Hiperurisemia 3
4. Diagnosis
Working Diagnosis
Sindrom Metabolik atau Sindrom X merupakan kumpulan dari gejala dan tanda tanda risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular yang ditemukan pada seorang
individu. Gejala gejala yang kerap dijumpai pada penderita sindrom metabolic
adalah : 3
a.
b.
c.
d.
e.
f.
5. Etiologi
Etiologi Sindrom Metabolik belum dapat diketahui secara pasti. Suatu
hipotesis menyatakan bahwa penyebab primer dari sindrom metabolik adalah
resistensi insulin. Resistensi insulin mempunyai korelasi dengan timbunan lemak
viseral yang dapat ditentukan dengan pengukuran lingkar pinggang atau waist to hip
ratio. Hubungan antara resistensi insulin dan penyakit kardiovaskular diduga
dimediasi oleh terjadinya stres oksidatif yang menimbulkan disfungsi endotel yang
akan menyebabkan kerusakan vaskular dan pembentukan atheroma. Hipotesis lain
menyatakan bahwa terjadi perubahan hormonal yang mendasari terjadinya obesitas
abdominal. Suatu studi membuktikan bahwa pada individu yang mengalami
peningkatan kadar kortisol didalam serum (yang disebabkan oleh stres kronik)
mengalami obesitas abdominal, resistensi insulin dan dislipidemia. Para peneliti juga
mendapatkan bahwa ketidakseimbangan aksishipotalamus-hipofisis-adrenal yang
terjadi akibat stres akan menyebabkan terbentuknya hubungan antara gangguan
psikososial dan infark miokard.
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan sindroma metabolik yaitu:
1. Obesitas
Adipositas adalah fitur utama dari sindrom, yang mencerminkan fakta bahwa
prevalensi sindrom adalah didorong oleh hubungan yang kuat antara lingkar pinggang
dan adipositas yang meningkat. Namun begitu, pasien yang berat badan normal juga
mungkin resisten insulin.
2. Gaya hidup
Banyak komponen dari sindrom metabolik yang dikaitkan dengan gaya hidup,
termasuk jaringan adiposa meningkat (terutama pusat), mengurangi kolesterol HDL,
dan trigliserida kecenderungan meningkat, tekanan darah, dan glukosa dalam genetik
rentan. Dibandingkan dengan individu yang menonton televisi atau video atau
menggunakan computer <1jam setiap hari, dengan mereka yang melakukan perilaku
ini selama >4jam setiap hari memiliki risiko 2 kali lipat untuk terkena sindrom
metabolic.
3. Umur
Sindrom metabolik mempengaruhi 44% dari populasi AS lebih tua dari usia
50. Sebagian besar wanita yang lebih tua dari usia 50 memiliki sindrom daripada pria
10
4. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan definisi dari sindrom metabolik berdasarkan
International Diabetes Foundation (IDF).Diperkirakan bahwa sebagian besar dari
pasien DM tipe 2 memiliki sindrom metabolic.Kehadiran sindrom metabolik pada
populasi ini berhubungan dengan prevalensi lebih tinggi CVD dibandingkan dengan
pasien dengan diabetes tipe 2 atau IGT tanpa sindrom.
5. Penyakit Jantung Koroner
Prevalensi perkiraan sindrom metabolik pada pasien dengan penyakit jantung koroner
(PJK) adalah 50%, dengan prevalensi 37% pada pasien dengan penyakit arteri koroner
prematur (umur 45), terutama pada wanita.Dengan rehabilitasi jantung yang tepat dan
perubahan gaya hidup, prevalensi sindrom dapat dikurangi.
6. Patofisiologi
dan tidak terpuaskan untuk menyantap karbohidrat yang banyak. Hal ini disebabkan
karena tidak sempurnanya glukosa yang masuk dalam sel, sehingga tidak dapat
dihasilkan energy yang cukup. Pada penderita ini sering terjadi keadaan hipoglikemia
akibat tingginya kadar insulin yang tidak sensitive terhadap sel tubuh, keadaan ini
menyebabkan gejala kelelahan yang berlebihan dan terganggunya fungsi fisik dan
mental. Hal ini menyebabkan keinginan untuk segera menyantap lebih banyak lagi
karbohidrat agar gejala hipoglikemia dapat teratasi. Namun keadaan ini justru akan
memacu sekresi insulin yang lebih banyak lagi dan konversi glukosa menjadi lemak
pun menjadi meningkat. Sehingga penderita ini akan terperangkap dalam lingkaran
setan. Peningkatan hormone insulin yang berlebihan tersebut akan menyebabkan : 7
a. Peningkatan kadar TG
b. Penurunan HDL
c. Peningkatan produksi LDL oleh hati
d. Pembentukan plaque lemak dalam pembuluh darah
e. Peningkatan retensi air dan garam dan menstimulasi perkembangan sel otot
polos pembuluh darah arteri, menyebabkan peningkatan tekanan darah.
f. Terganggunya neurotransmitter didalam otak, menyebabkan gangguan mood
dan insomnia.
g. Tercetusnya rasa lapar terutama pada karbohidrat
h. Peningkatan transfer glukosa menjadi lemak, menyebabkan kelebihan berat
badan (obesitas)
i. Penenkanan terhadap hormone glucagon (berperan meningkatkan proses
pembakaran lemak dan gula).7
bila
diperlukan.
Pada
keadaan
dimana
persediaan
glikogen
sudah
12
penuh/maksimal, insulin akan merubah kadar gula darah menjadi lemak yang disebut
trigliserida, sehingga insulin juga disebut fat-producing-hormone.7
Kadar trigliserida yang sangat tinggi dapat dikurangi secadra bermakna dengan
menjalankan diet sangat rendah karbohidrat. Diet dengan refined carbohydrate, yaitu
karbohidrat dengan nilai glikemik tinggi, rendah protein dan rendah lemak, akan
menyebabkan peningkatan sekresi insulin, sehingga menyebabkan peninggian kadara
trigliserida. Sebaliknya diet dengan rendah refined carbohydrate akan menurunkan
kadar trigliserida dan meningkatkan kadar HDL kolesterol.7
Peningkatan kadar insulin juga dapat menyebabkan penekanan sekresi glucagon,
suatu hormone yang penting untuk pembakaran lemak. Selain itu terjadi juga
peningkatan kadar asam urat, sehingga menimbulkan gejala penyakit pirai dan batu
ginjal. Juga kadar plasminogen-aktivator-1 akan meningkat, hal ini dapat
menyebabkan kemampuan untuk memecah penggumpalan darah berkurang, sehingga
meningkatkan resiko timbulnya serangan jantung dan stroke.7
Peningkatan tekanan darah
Sekitar 50% dari penderita hipertensi mengalami ketidakseimbangan biokimiawi
yang tampak pada sindrom metabolic, terlihat dari resistensi insulin dan peningkatan
kadar insulin. Tingginya kadar insulin dapat menimbulkan retensi air dan mineral
13
Bila penimbunan lemak tersebut terjadi didaerah bukan abdomen, misalnya pada
paha, pinggul, atau daerah lain, maka risiko orang tersebut untuk menderita hipertensi
dan diabetes tidak sebesar penderita dengan kelebihan lemak di daerah abdomen. Hal
ini disebabkan karena pada daerah tersebut tidak terdapat rongga, sehingga lemak
tidak dapat tertimbun di dalam organ organ yang terdapat di dalam rongga seperti
dalam rongga perut. Dalam hal ini lemak hanya tertimbun dalam lapisan antara kulit
dan otot, menimbulkan gambaran kulit dengan cellulite.7
7. Epidemiologi
Di US, peningkatan kejadian obesitas mengiringi peningkatan prevalensi
sindrom metabolik. Prevalensi sindrom metabolik pada populasi usia > 20 tahun
sebesar 25% dan pada usia > 50 tahun sebesar 45%. Pandemi sindrom metabolik juga
berkembang seiring dengan peningkatan prevalensi obesitas yang terjadi pada
pupulasi Asia, termasuk Indonesia. Studi yang dilakukan di Depok pada tahun 2001
menunjukkan prevalensi sindrom metabolik menggunakan kriteria National
Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP III) dengan
modifikasi Asia Pasifik terdapat 25,7% pada pria dan 25% pada wanita. Penelitian di
DKI Jakarta pada tahun 2006 melaporkan prevalensi sindrom metabolik yang tidak
jauh beda dengan Depok yaitu 26,3% dengan obesitas sentral komponen terbanyak
yaitu 59,4%.
Dibandingkan dengan komponen-komponen pada sindrom metabolik, obesitas
sentral paling dekat untuk memprediksi ada tidaknya sindrom metabolik. Beberapa
studi di wilayah Indonesia termasuk di Jakarta menunjukkan obesitas sentral
merupakan komponen yang paling banyak ditemukan pada individu dengan sindrom
metabolik.
Sejumlah penelitian epidemioligi memastikan bahwa sindrom ini umumnya
dijumpai pada berbagai kelompok etnis yang meliputi orang-orang Eropa, AfroAmerika, Meksiko-Amerika, India, Cina di Asia, Aborigin- Australia, Polinesia, dan
Mikronesia.
8. Penatalaksanaan
Non-medikamentosa
14
Latihan Fisik :
Otot rangka merupakan jaringan yang paling sensitif terhadap insulin didalam
tubuh, dan merupakan target utama terjadinya resistensi insulin. Latihan fisik
terbukti dapat menurunkan kadar lipid dan resistensi insulin didalam otot rangka.
Pengaruh latihan fisik terhadap sensitivitas insulin terjadi dalam 24 48 jam dan
hilang dalam 3 sampai 4 hari. Jadi aktivitas fisik teratur hendaklah merupakan
bagian dari usaha untuk memperbaiki resistensi insulin. Pasien hendaklah
diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan
Manfaat paling besar dapat diperoleh bila pasien menjalani latihan fisik sedang
secara teratur dalam jangka panjang. Kombinasi latihan fisik aerobik dan latihan
fisik menggunakan beban merupakan pilihan terbaik. Dengan menggunakan
dumbbell ringan dan elastic exercise band merupakan
latihan dengan menggunakan beban. Jalan kaki dan jogging selama 1 jam perhari
juga terbukti dapat menurunkan lemak viseral secara bermakna pada laki2 tanpa
mengurangi jumlah kalori yang dibutuhkan. 3,4
Diet :
Sasaran utama dari diet terhadap Sindrom Metabolik adalah menurunkan
risiko penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus. Review dari Cochrane
Database mendukung peranan intervensi diet dalam menurunkan risiko penyakit
kardiovaskular.
mulai
ditekankan
pada
stadium
ini
untuk
mencegah
penyakit
mendapatkan bahwa
konsumsi produk2 rendah lemak dan garam disertai dengan penurunan risiko
sindrom metabolik yang bermakna. Diet rendah lemak tinggi karbohidrat dapat
meningkatkan kadar trigliserida dan menurunkan kadar HDL kolesterol, sehingga
memperberat
dislipidemia.
Untuk
menurunkan
hipertrigliseridemia
atau
meningkatkan kadar HDL kolesterol pada pasien dengan diet rendah lemak,
asupan karbohidrat hendaklah dikurangi dan diganti dengan makanan yang
mengandung lemak tak jenuh (monounsaturated fatty acid = MUFA) atau asupan
karbohidrat yang mempunyai indeks glikemik rendah. Diet ini merupakan pola
diet
dan
asupan
biji-bijian
dan
kentang.
Para
peneliti
Medika mentosa
Obat untuk obesitas: 8
Derivat amfetamin (dexfenfluramin, fenfluramin) dapat menekan nafsu makan. Es:
valvulopati jantung
Orlistat: menghambat lipase lambung dan pankreas, serta mengurangi absorpsi lemak.
SSRI (selective serotonin reuptake inhibitor) seperti fluoksetin
Sibutramin: mempercepat rasa kenyang dan mengurangi asupan makanan.
16
9. Komplikasi
-
DM
Stroke
Hipertensi
10. Prognosis
Jika ditangani dengan baik maka akan dapat hidup seperti orang normal. Jika tidak,
maka akan terjadi komplikasi yang lebih buruk.
11. Pencegahan
-
Penutup
Kesimpulan
Sindrom metabolik merupakan suatu kumpulan dari gejala gejala penyakit ibarat gunung
es, masih terbenam dibawah permukaan laut, sehingga tidak nampak sebagai suatu penyakit.
Misalnya yang paling sering adalah dijumpainya peningkatan kadar lemak darah, baik itu
kolesterol atau disertai dengan peningkatan trigliserida, maka keadaan ini akan langsung
diberi pengobatan obat obat hipolipidemik, tanpa melihat gejala gejala lain seperti
resistensi insulin, peningkatan kadar insulin, obesitas. Sehingga pengobatan seperti ini hanya
menghilangkan sebagian gejala dari sindrom metabolik. Selain itu bila penderita obesitas
yang sulit menurunkan berat badannya hanya disarankan untuk menjalani bermacam
macam diet, tanpa melihat ketidakseimbangan metabolisme tubuh yang terjadi pada sindrom
metabolik, sehingga dapat diperkirakan penurunan berat badan yang diharapkan tidak
tercapai.7
18
Dengan mengenali penderita obesitas yang juga menderita sindrom metabolik, kita dapat
membuat suatu rencana diet yang sesuai dan pemberian suplemen yang sesuai pula, sehingga
gangguan metabolisme insulin sebagai akar penyebab obesitas dan sindrom metabolik ini
dapat ditanggulangi dengan tepat.7
Daftar Pustaka
1. Greenstein, Ben, & Wood, Diana. At a Glance Sistem Endokrin. Jakarta : Erlangga. 2010.
2. Sindrom
Metabolik.
Oktober
2009.
Diunduh
dari
http://dokter-
20