Anda di halaman 1dari 20

Diagnosis Sindroma Metabolik serta Penatalaksanaannya

Nama : Theodora Abdiel Purwa Dolorosa


NIM : 102011066
Kelompok : E2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510
Email : theodora.dolorosa@yahoo.com

Pendahuluan
Sindrom metabolik (SM) adalah keadaan klinis dimana pada seseorang terdapat
sekumpulan kelainan metabolik, antara lain kelainan kadar lipid (dislipidemia), peningkatan
kadar glukosa (hiperglikemia), peningkatan kadar asam urat (hiperurikemia), peningkatan
tekanan darah (hipertensi), dan kegemukan (obesitas). Kondisi ini dikaitkan dengan risiko
penyakit kardiovaskular (PKV), stroke, diabetes melitus tipe 2 (DM t2) dan kematian.
sehingga memerlukan intervensi modifikasi gaya hidup yang ketat (intensif)
Komponen utama dari sindrom metabolik meliputi : Resistensi insulin, Obesitas
abdominal/sentral, Hipertensi, Dislipidemia berupa peningkatan kadar trigliserida dan
penurunan kadar HDL kolesterol
Sindrom Metabolik disertai dengan keadaan proinflammasi / prothrombotik yang
dapat

menimbulkan

peningkatan

kadar

C-reactive

protein,

disfungsi

endotel,

hiperfibrinogenemia, peningkatan agregasi platelet, peningkatan kadar PAI-1, peningkatan


kadar asam urat, mikroalbuminuria dan peningkatan kadar LDL cholesterol. Berdasarkan
pengamatan di banyak negara, baik di negara maju maupun yang sedang berkembang, jumlah
orang dengan kelainan ini makin banyak. Oleh karena itu telah banyak peringatan dan
anjuran untuk segera melakukan upaya untuk mencegah timbulnya sindrom metabolik.
Upaya pertama adalah dengan mengenal terlebih dahulu kelainan, faktor-faktor yang
berperan,

patofisiologinya

kemudian

diikuti

dengan

upaya

pencegahan

dan

penatalaksanaannya. Dalam upaya tersebut telah dikemukakan beberapa definisi mengenai


kelainan apa saja yang perlu diperhatikan dan kriteria batasan nilainya. Antara beberapa
rekomendasi tersebut banyak persamaannya tetapi ada pula perbedaannya, bahkan timbul
1

perdebatan kontroversial antara para ahli sehingga membingungkan para pengguna, yaitu
para dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Diinginkan adanya suatu pedoman yang bersifat
universal yang dapat dipakai bersama di semua negara.
Pada makalah ini dibahas secara singkat mengenai sindrom metabolik, bermacam-macam
definisi dan kriteria batasan nilai, berbagai faktor risiko, dan anjuran cara penatalaksanaannya
termasuk pencegahannya.

Pembahasan
Skenario 10 :
Seorang laki-laki berusia 55 tahun datang ke poliklinik untuk konsultasi karena merasa terlalu
gemuk dan sulit menurunkan berat badan nya sejak usia 38 tahun. Pekerjaan pasien adalah
sebagai karyawan suatu kantor swasta. Sebelumnya pasien sangat jarang memeriksakan
dirinya ke fasilitas kesehatan karena dirasakan dirinya tidak memiliki keluhan seputar
kesehatannya. Pasien mengatakan bahwa dirinya agak sering lelah dan mudah merasa haus
pada 1 tahun belakangan ini. Ayahnya menderita hipertensi dan ibunya sudah 10 tahun
mengidap penyakit kencing manis. BB 88kg, TB 169cm, Lingkar perut 135 cm, Lingkar
pinggang 115 cm. Tekanan darah 150/90 mmHg
Mind Mapping

Anamnesis

Pemeriksaan
Fisik

Penunjang

Pencegahan
Diagnosa
Seorang laki-laki berusia 55 tahun merasa terlalu
gemuk dan sulit menurunkan berat badan. Merasa
terlalu lelah dan mudah haus 1 tahun belakangan.

Prognosi

Komplikasi

Gejal
a
Etiolog
i

Terap

Epidemiolog
Patofisiolog

1. Anamnesis

Identitas pasien
2


o
o
o
o
o
o

Riwayat penyakit sekarang


Adakah banyak makan, minum, dan banyak kencing?
Adakah kesemutan, sakit maag, dan impotensi?
Adakah buram, katarak, buta, retinopati, dan glaucoma?
Adakah bengkak pada kaki, urin yang berkurang, dan lemas?
Adakah nyeri dada kiri?
Adanya luka yang sukar sembuh, jaringan parut pada kulit dan luka yang

baru?
Aktivitas fisik dan kebiasaan sehari-hari
Riwayat penyakit dahulu
o Apakah pernah dirawat dengan penurunan kesadaran karena lupa makan
setelah minum obat?
o Apakah pernah dirawat dengan penurunan kesadaran karena diare berlebihan?
o Apakah pernah dirawat dengan penurunan kesadaram karena suatu keadaan
stress (infeksi, penyakit jantung)?
Riwayat penyakit keluarga
o Adakah keluarga yang terkena diabetes mellitus?
o Adakah keluarga yang hipertensi?

2. Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik2
a. Pemeriksaan tekanan darah
Klasifikasi Tekanan darah untuk dewasa usia 18 tahun atau lebih yang terdapat
pada tabel 2.2.a.1.
Tabel 2.2.a.1. Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun / Lebih
Kategori
Normal
Normal tinggi
Hipertensi:
Tinggi 1 (ringan)
Tinggi 2 (sedang)
Tinggi 3 (berat)

Sistolik
(mmHg)
< 130
130-139

Diastolik
(mmHg)
<85
85-89

140-159
160-179
180

90-99
100-109
110

b. Pemeriksaan tinggi badan

Subyek berdiri tanpa alas kaki atas platform keras dan rata

Subyek berdiri tegak, kedua kaki rapat pada tumit, lutut lurus, kepala dalam
posisi Frankfurt

Dipastikan sedapat mungkin tumit, bokong, dan skapula menyentuh


permukaan stadiometer/antropometer/dinding bila digunakan microtoise

Kedua lengan tergantung santai pada sisi tubuh dengan telapak tangan
(vilar) menghadap paha

Turunkan bagian atas pengukur hingga menyentuh puncak kepala

Mata pemeriksa harus setinggi angka yang akan dibaca dengan ketelitian
mendekati 1 mm

Alat yang digunakan adalah microtoise dan stadiometer yang terdapat pada
gambar 2.2.b.1. dan 2.2.b.2.

Gambar 2.2.b.1. Microtoise

Gambar 2.2.b.2. Stadiometer


c. Pemeriksaan berat badan

Lege artis adalah penimbangan sesudah buang air besar dan sebelum makan

Timbangan di atas permukaan rata dan keras

Setiap kali sebelum penggunaan jarum timbangan, jarum tersebut


dikembalikan pada titik 0
4

Subyek berdiri tanpa bantuan di tengah platform, santai tapi diam, melihat
lurus ke muka dalam bidang horizontal frankfurt (bidang horizontal melalui
pinggir bawah orbita dan tragion)

Pakaian subyek harus ditanggalkan semua kecuali pakaian dalam yang


ringan atau diberi pakaian khusus yang beratnya ditimbang dan tanpa alas
kaki

Berat badan dicatat dengan ketelitian mendekati 0,1 kg

Sebaiknya penimbangan diulangi 2 kali

Sebelum pemakaian, timbangan telah ditera (dengan batu timbangan 5 kg)

Alat timbangan badan yang terdapat pada gambar 2.2.c.1

Gambar 2.2.c.1. Timbangan Badan

d. Pemeriksaan panggul

Subyek berdiri tegak dengan perut santai, lengan di sisi tubuh, kaki rapat,
berat tubuh terbagi rata antara kedua tungkai

Pita ukur diletakkan horizontal melalui titik pada lingkaran panggul yang
paling besar

Pita ukur menyentuh kulit tanpa menekan jaringan lunak

Pengukuran dilakukan dengan ketelitian mendekati 1 mm

e. Pemeriksaan lingkar pinggang

Subyek memakai pakaian sedikit dan ringan agar pita pengukur dapat
diletakkan dengan tepat

Subyek berdiri tegak dengan perut santai, kedua lengan di sisi tubuh, kaki
rapat, dan berat tubuh terbagi rata antara kedua tungkai

Tentukan pinggir terendah arcus costae dan beri tanda

Tentukan pada garis mix axillar titik crista iliaca dan beri tanda

Tentukan titik tengah pada garis mid axilla antara kedua titik tersebut dalam
bidang horizontal

Subyek diminta bernafas biasa (normal) pada saat pengukuran untuk


mencegah subyek mengkontraksi otot-ototnya atau menahan nafas

Nilai Sindrom Metabolik lingkar pinggang menurut EGIR yang terdapat pada
tabel 2.2.e.1.
Tabel 2.2.e.1. Nilai Sindrom Metabolik Lingkar Pinggang Menurut EGIR
Jenis kelamin

Lingkar pinggang

Laki

94

Perempuan

80

f. Pemeriksaan IMT
IMT = BB (kg) : [TB (m) x TB (m)]
Keterangan : BB = Berat badan
TB = Tinggi badan
Klasifikasi IMT berdasarkan Asia Pasifik terdapat pada tabel 2.2.f.1.
Tabel 2.2.f.1. Klasifikasi IMT Asia Pasifik
Berat badan
IMT
(BB)
BB kurang
< 18,5
BB normal
18,5-22,9
23
BB lebih:
1. Preobesitas
23-24,9
2. Obesitas 1
25-29,9
30
3. Obesitas 2
Nilai sindrom metabolik berdasarkan AACE adalah nilai IMT 25 Kg/m2.
g. Pemeriksaan rasio pinggang dan panggul
Tujuannya adalah untuk menentukan distribusi lemak tubuh central di daerah
abdomen
6

Rasio LPe-Lpa = lingkar pinggang / lingkar panggul


Keterangan:

LPe = Lingkar perut atau pinggang


LPa = Lingkar panggul

Nilai normal LPe dan LPa yang terdapat pada tabel 2.2.g.1.
Tabel 2.2.g.1. Nilai Normal LPe dan LPa
Jenis kelamin

Rasio LPe dan LPa

Pria
Perempuan

< 0,90
< 0,85

Nilai sindrom metabolik berdasarkan WHO yang terdapat pada tabel 2.2.g.2.
Tabel 2.2.g.2. Nilai Sindrom Metabolik Berdasarkan WHO
Jenis kelamin

Rasio LPe dan LPa

Pria

> 0,90

Perempuan

> 0,85

Pemeriksaan Penunjang2
1) Laboratorium
Kadar glukosa plasma dan profil lipid puasa.
Pemeriksaan klem euglikemik atau HOMA (homeostasis model assessment) untuk
menilai resistensi insulin secara akurat biasanya hanya dilakukan dalam penelitian
dan tidak praktis diterapkan dalam penilaian klinis.
Highly sensitive C-reactive protein
Kadar asam urat dan tes faal hati dapat menilai adanya NASH 3
2) Radiologi
USG abdomen diperlukan untuk mendiagnosis adanya fatty liver karena kelainan ini
dapat dijumpai walaupun tanpa adanya gangguan faal hati.3

3. Gejala Klinis
Dikatakan sindrom metabolik apabila terdapat 3 kriteria dari beberapa kriteria sindrom
metabolik yang terdapat pada gambar 2.3.1.

Gambar 2.3.1. Sindrom Metabolik


Pada kasus terdapat lebih dari 3 kriteria dari kriteria sindrom metabolik yaitu:
Kategori
Lingkar perut
Tekanan darah
Triglisid
GDP

Sindrom
metabolik (ATP
III)
94 cm
130/85
mmHg
150 mg/dL
110 mg/dL

Laki2 55 th
118 cm
160/90 mmHg
300 mg/dL
110 mg/dL

Obesitas Abdominal

Atherogenic Dislipidemia

Peningkatan tekanan darah

Resistensi Insulin

Komponen Proinflammatory

Prothrombotic State

Vascular abnormalities (disfungsi endothelial, ACR 30mg/g)


8

Hiperurisemia 3

Perlu diketahui bahwa untuk menegakkan diagnosis sindroma metabolik dapat


dilakukan berdasarkan beberapa kriteria rujukan seperti kriteria NCEP-ATP III
(National Cholesterol Education Program The Adult Treatment Panel III), kriteria
WHO (World Health Organozation), AHA (American Heart Association), dan juga
IDF (International Diabetes Federation). Dalam melakukan pelayanan kami
menggunakan kriteria terkini yaitu berdasarkan kriteria dari IDF tahun 2005 sebagai
berikut:

4. Diagnosis
Working Diagnosis
Sindrom Metabolik atau Sindrom X merupakan kumpulan dari gejala dan tanda tanda risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular yang ditemukan pada seorang
individu. Gejala gejala yang kerap dijumpai pada penderita sindrom metabolic
adalah : 3
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Resistensi insulin dan meningginya kadar insulin plasma


Berbagai jenis gangguan kadar gula darah, terutama DM tipe 2
Kadar lemak darah yang abnormal
Peningkatan tekanan ddarah dan gejala penyakit jantung
Peningkatan kadar asam urat
Kelebihan berat badan
9

5. Etiologi
Etiologi Sindrom Metabolik belum dapat diketahui secara pasti. Suatu
hipotesis menyatakan bahwa penyebab primer dari sindrom metabolik adalah
resistensi insulin. Resistensi insulin mempunyai korelasi dengan timbunan lemak
viseral yang dapat ditentukan dengan pengukuran lingkar pinggang atau waist to hip
ratio. Hubungan antara resistensi insulin dan penyakit kardiovaskular diduga
dimediasi oleh terjadinya stres oksidatif yang menimbulkan disfungsi endotel yang
akan menyebabkan kerusakan vaskular dan pembentukan atheroma. Hipotesis lain
menyatakan bahwa terjadi perubahan hormonal yang mendasari terjadinya obesitas
abdominal. Suatu studi membuktikan bahwa pada individu yang mengalami
peningkatan kadar kortisol didalam serum (yang disebabkan oleh stres kronik)
mengalami obesitas abdominal, resistensi insulin dan dislipidemia. Para peneliti juga
mendapatkan bahwa ketidakseimbangan aksishipotalamus-hipofisis-adrenal yang
terjadi akibat stres akan menyebabkan terbentuknya hubungan antara gangguan
psikososial dan infark miokard.
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan sindroma metabolik yaitu:
1. Obesitas
Adipositas adalah fitur utama dari sindrom, yang mencerminkan fakta bahwa
prevalensi sindrom adalah didorong oleh hubungan yang kuat antara lingkar pinggang
dan adipositas yang meningkat. Namun begitu, pasien yang berat badan normal juga
mungkin resisten insulin.
2. Gaya hidup
Banyak komponen dari sindrom metabolik yang dikaitkan dengan gaya hidup,
termasuk jaringan adiposa meningkat (terutama pusat), mengurangi kolesterol HDL,
dan trigliserida kecenderungan meningkat, tekanan darah, dan glukosa dalam genetik
rentan. Dibandingkan dengan individu yang menonton televisi atau video atau
menggunakan computer <1jam setiap hari, dengan mereka yang melakukan perilaku
ini selama >4jam setiap hari memiliki risiko 2 kali lipat untuk terkena sindrom
metabolic.
3. Umur
Sindrom metabolik mempengaruhi 44% dari populasi AS lebih tua dari usia
50. Sebagian besar wanita yang lebih tua dari usia 50 memiliki sindrom daripada pria
10

4. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan definisi dari sindrom metabolik berdasarkan
International Diabetes Foundation (IDF).Diperkirakan bahwa sebagian besar dari
pasien DM tipe 2 memiliki sindrom metabolic.Kehadiran sindrom metabolik pada
populasi ini berhubungan dengan prevalensi lebih tinggi CVD dibandingkan dengan
pasien dengan diabetes tipe 2 atau IGT tanpa sindrom.
5. Penyakit Jantung Koroner
Prevalensi perkiraan sindrom metabolik pada pasien dengan penyakit jantung koroner
(PJK) adalah 50%, dengan prevalensi 37% pada pasien dengan penyakit arteri koroner
prematur (umur 45), terutama pada wanita.Dengan rehabilitasi jantung yang tepat dan
perubahan gaya hidup, prevalensi sindrom dapat dikurangi.

6. Patofisiologi

Resistensi insuslin dan peningkatan kadar insulin


Seseorang yang mengalami resistensi terhadap efek horrmon insulin, tubuh akan
kehilangan kemampuan untuk berekasi dengan insulin, sehingga sel beta pancreas
harus mensekresi lebih banyak lagi insulin untuk mengatasi kekurangan sensitivitas
terhadap insulin tersebut. Pada keadaan ini tubuh tidak dapat mentransfer gula dari
darah ke dalam sel secara efisien, sehingga menyebabkan peningkatan gula darah. Sel
sel tubuh menjadi tidak sensitiv terhadap insulin, karena reseptor insulin yang ada
pada permukaan sel tidak dapat merespons insulin secara baik.7
Di dalam masyarakat modern, sebagian besar dari populasi mengalami hambatan
metabolisme karbohidrat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor
genetic, kelebihan intake karbohidrat, terutama refined sugar yang terdapat pada junk
food dan kurangnya latihan olahraga. Dengan intake refined sugar atau karbohidrat,
maka terjadi peningkatan sekresi insulin, namun pada penderita resistensi insulin
tubuh tidak dapat melakukan respons yang efisien, sehingga pancreas bereaksi dengan
memompa lebih banyak lagi insulin sebagai cara untuk mengatasi resistensi insulin
tadi. Pada penderita ini juga terjadi peeningkatan konversi dari karbohidrat menjadi
lemak dan penekanan proses pembakaran lemak. Pada orang sehat, sekitar 40% dari
karbohidrat yang berasal dari makanan diubah menjadi lemak, dimana pada penderita
resistensi insulin perubahan tersebut sangat tinggi. Jadi para penderita resistensi
insulin tidak boleh mengkonsumsi banyak karbohidrat dalam jumlah banayk ataupun
sedang.7
Gejala gejala resistensi insulin pada seseorang ialah : kelelahan yang
berlebihan, kekacauan mental, perubahan mood, perasaan gemetar, selalu merasa lapar
11

dan tidak terpuaskan untuk menyantap karbohidrat yang banyak. Hal ini disebabkan
karena tidak sempurnanya glukosa yang masuk dalam sel, sehingga tidak dapat
dihasilkan energy yang cukup. Pada penderita ini sering terjadi keadaan hipoglikemia
akibat tingginya kadar insulin yang tidak sensitive terhadap sel tubuh, keadaan ini
menyebabkan gejala kelelahan yang berlebihan dan terganggunya fungsi fisik dan
mental. Hal ini menyebabkan keinginan untuk segera menyantap lebih banyak lagi
karbohidrat agar gejala hipoglikemia dapat teratasi. Namun keadaan ini justru akan
memacu sekresi insulin yang lebih banyak lagi dan konversi glukosa menjadi lemak
pun menjadi meningkat. Sehingga penderita ini akan terperangkap dalam lingkaran
setan. Peningkatan hormone insulin yang berlebihan tersebut akan menyebabkan : 7
a. Peningkatan kadar TG
b. Penurunan HDL
c. Peningkatan produksi LDL oleh hati
d. Pembentukan plaque lemak dalam pembuluh darah
e. Peningkatan retensi air dan garam dan menstimulasi perkembangan sel otot
polos pembuluh darah arteri, menyebabkan peningkatan tekanan darah.
f. Terganggunya neurotransmitter didalam otak, menyebabkan gangguan mood
dan insomnia.
g. Tercetusnya rasa lapar terutama pada karbohidrat
h. Peningkatan transfer glukosa menjadi lemak, menyebabkan kelebihan berat
badan (obesitas)
i. Penenkanan terhadap hormone glucagon (berperan meningkatkan proses
pembakaran lemak dan gula).7

Peningkatan kadar lemak dalam darah


Pada penderita sindrom metabolic terjado kecenderungan meningkatnya
trigliserid rich lipoprotein (suatu partikel fatty protein) dalam darahnya setelah makan.
Tingginya kdar insulin menyebabkan hati memproduksi very low density lipoprotein
trigliserid (VLDL-TG). Hal tersebut sangatlah berbahaya, karena dapat menyebabkan
perlemakan hati, atherosclerosis dan obesitas. Kombinasi dari tingginya TG dan
rendahnya HDL kolesterol merupakan faktor prediksi yang baik bagi kemungkinan
timbulnya penyakit jantung. Sehabis makan, pada saat kadar gula darah meninggi,
pancreas mamompa insulin yang akan mengubah gula darah yang tidak terpakai
menjadi glikogen yang akan disimpan didlama hati dan otot, untuk penggunaan lebih
lanjut

bila

diperlukan.

Pada

keadaan

dimana

persediaan

glikogen

sudah

12

penuh/maksimal, insulin akan merubah kadar gula darah menjadi lemak yang disebut
trigliserida, sehingga insulin juga disebut fat-producing-hormone.7
Kadar trigliserida yang sangat tinggi dapat dikurangi secadra bermakna dengan
menjalankan diet sangat rendah karbohidrat. Diet dengan refined carbohydrate, yaitu
karbohidrat dengan nilai glikemik tinggi, rendah protein dan rendah lemak, akan
menyebabkan peningkatan sekresi insulin, sehingga menyebabkan peninggian kadara
trigliserida. Sebaliknya diet dengan rendah refined carbohydrate akan menurunkan
kadar trigliserida dan meningkatkan kadar HDL kolesterol.7
Peningkatan kadar insulin juga dapat menyebabkan penekanan sekresi glucagon,
suatu hormone yang penting untuk pembakaran lemak. Selain itu terjadi juga
peningkatan kadar asam urat, sehingga menimbulkan gejala penyakit pirai dan batu
ginjal. Juga kadar plasminogen-aktivator-1 akan meningkat, hal ini dapat
menyebabkan kemampuan untuk memecah penggumpalan darah berkurang, sehingga
meningkatkan resiko timbulnya serangan jantung dan stroke.7
Peningkatan tekanan darah
Sekitar 50% dari penderita hipertensi mengalami ketidakseimbangan biokimiawi
yang tampak pada sindrom metabolic, terlihat dari resistensi insulin dan peningkatan
kadar insulin. Tingginya kadar insulin dapat menimbulkan retensi air dan mineral

tubuh, sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah.7


Obesitas abdominal
Jika seseorang mengalami penimbunan lemak disekitar perut, dan merasa sangat
sulit untuk menghilangkannya sekaligus menurunkan berat badan, maka besar
kemungkinannya orang tersebut menderita sindrom metabolic. Insulin mempunyai
efek yang sangat besar terhadap sel sel lemak didaerah perut, dan peninggian kadar
insulin akan menimbulkan penimbunan lemak terutama di daerah abdomen dan tubuh
daerah atas. Penimbunan lemak ini tidak hanya terjadi dibawah kulit saja, namun juga
terjadi penimbunan lemak di sekitar rongga perut dan organ organ didalam rongga
perut. Pada tahap permulaan penimbunan lemak terjadi disekitar haati, lambung,
pancreas, usus dan ginjal. Dengan progresivitas sindrom metabolic, penimbunan akan
merambah ke jantung dan juga mulai menembus organ organ lain sehingga timbul
perlemakan hati, ginjal dan pancreas.7
Obesitas abdominal lazim terlihat pada laki laki dan waniita dengan bentuk
tubuh android atau bentuk apel dan setiap individu dengan sindrom metabolic. Bentuk
tubuh apa pun, kalau mengalami kelebihan berat badan akan berpotensi mengalami
sindrom metabolic.

13

Bila penimbunan lemak tersebut terjadi didaerah bukan abdomen, misalnya pada
paha, pinggul, atau daerah lain, maka risiko orang tersebut untuk menderita hipertensi
dan diabetes tidak sebesar penderita dengan kelebihan lemak di daerah abdomen. Hal
ini disebabkan karena pada daerah tersebut tidak terdapat rongga, sehingga lemak
tidak dapat tertimbun di dalam organ organ yang terdapat di dalam rongga seperti
dalam rongga perut. Dalam hal ini lemak hanya tertimbun dalam lapisan antara kulit
dan otot, menimbulkan gambaran kulit dengan cellulite.7

7. Epidemiologi
Di US, peningkatan kejadian obesitas mengiringi peningkatan prevalensi
sindrom metabolik. Prevalensi sindrom metabolik pada populasi usia > 20 tahun
sebesar 25% dan pada usia > 50 tahun sebesar 45%. Pandemi sindrom metabolik juga
berkembang seiring dengan peningkatan prevalensi obesitas yang terjadi pada
pupulasi Asia, termasuk Indonesia. Studi yang dilakukan di Depok pada tahun 2001
menunjukkan prevalensi sindrom metabolik menggunakan kriteria National
Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP III) dengan
modifikasi Asia Pasifik terdapat 25,7% pada pria dan 25% pada wanita. Penelitian di
DKI Jakarta pada tahun 2006 melaporkan prevalensi sindrom metabolik yang tidak
jauh beda dengan Depok yaitu 26,3% dengan obesitas sentral komponen terbanyak
yaitu 59,4%.
Dibandingkan dengan komponen-komponen pada sindrom metabolik, obesitas
sentral paling dekat untuk memprediksi ada tidaknya sindrom metabolik. Beberapa
studi di wilayah Indonesia termasuk di Jakarta menunjukkan obesitas sentral
merupakan komponen yang paling banyak ditemukan pada individu dengan sindrom
metabolik.
Sejumlah penelitian epidemioligi memastikan bahwa sindrom ini umumnya
dijumpai pada berbagai kelompok etnis yang meliputi orang-orang Eropa, AfroAmerika, Meksiko-Amerika, India, Cina di Asia, Aborigin- Australia, Polinesia, dan
Mikronesia.

8. Penatalaksanaan
Non-medikamentosa
14

Latihan Fisik :
Otot rangka merupakan jaringan yang paling sensitif terhadap insulin didalam
tubuh, dan merupakan target utama terjadinya resistensi insulin. Latihan fisik
terbukti dapat menurunkan kadar lipid dan resistensi insulin didalam otot rangka.
Pengaruh latihan fisik terhadap sensitivitas insulin terjadi dalam 24 48 jam dan
hilang dalam 3 sampai 4 hari. Jadi aktivitas fisik teratur hendaklah merupakan
bagian dari usaha untuk memperbaiki resistensi insulin. Pasien hendaklah
diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan

derajat aktifitas fisiknya.

Manfaat paling besar dapat diperoleh bila pasien menjalani latihan fisik sedang
secara teratur dalam jangka panjang. Kombinasi latihan fisik aerobik dan latihan
fisik menggunakan beban merupakan pilihan terbaik. Dengan menggunakan
dumbbell ringan dan elastic exercise band merupakan

pilihan terbaik untuk

latihan dengan menggunakan beban. Jalan kaki dan jogging selama 1 jam perhari
juga terbukti dapat menurunkan lemak viseral secara bermakna pada laki2 tanpa
mengurangi jumlah kalori yang dibutuhkan. 3,4

Diet :
Sasaran utama dari diet terhadap Sindrom Metabolik adalah menurunkan
risiko penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus. Review dari Cochrane
Database mendukung peranan intervensi diet dalam menurunkan risiko penyakit
kardiovaskular.

Bukti-bukti dari suatu studi besar menunjukkan bahwa diet

rendah sodium dapat membantu mempertahankan penurunkan tekanan darah.


Hasil-hasil dari studi klinis diet rendah lemak selama lebih dari 2 tahun
menunjukkan penurunan bermakna dari kejadian komplikasi kardiovaskular dan
menurunkan angka kematian total.3,4
The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7)
merekomendasikan tekanan darah sistolik antara 120 139 mmHg atau diastolik
80 89 mmHg sebagai stadium pre hipertensi, sehingga modifikasi gaya hidup
sudah

mulai

ditekankan

pada

stadium

ini

untuk

mencegah

penyakit

kardiovaskular. Berdasarkan studi dari the Dietary Approaches to Stop


Hypertension (DASH), pasien yang mengkonsumsi diet rendah lemak jenuh dan
tinggi karbohidrat terbukti mengalami penurunan tekanan darah yang berarti
15

walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. 3,4


Penurunan asupan sodium dapat menurunkan tekanan darah lebih lanjut atau
mencegah kenaikan tekanan darah yang menyertai proses menua. Studi dari the
Coronary Artery Risk Development in Young Adults

mendapatkan bahwa

konsumsi produk2 rendah lemak dan garam disertai dengan penurunan risiko
sindrom metabolik yang bermakna. Diet rendah lemak tinggi karbohidrat dapat
meningkatkan kadar trigliserida dan menurunkan kadar HDL kolesterol, sehingga
memperberat

dislipidemia.

Untuk

menurunkan

hipertrigliseridemia

atau

meningkatkan kadar HDL kolesterol pada pasien dengan diet rendah lemak,
asupan karbohidrat hendaklah dikurangi dan diganti dengan makanan yang
mengandung lemak tak jenuh (monounsaturated fatty acid = MUFA) atau asupan
karbohidrat yang mempunyai indeks glikemik rendah. Diet ini merupakan pola
diet

Mediterrania yang terbukti dapat menurunkan mortalitas penyakit

kardiovaskular. Suatu studi menunjukkan adanya korelasi antara penyakit


kardiovaskular

dan

asupan

biji-bijian

dan

kentang.

Para

peneliti

merekomendasikan diet yang mengandung biji-bijian, buah-buahan dan sayuran


untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Efek jangka panjang dari diet
rendah karbohidrat belum diteliti secara adekuat, namun dalam jangka pendek,
terbukti dapat menurunkan kadar trigliserida, meningkatkan kadar HDLcholesterol dan menurunkan berat badan.3,4
Pilihan untuk menurunkan asupan karbohidrat adalah dengan mengganti makanan
yang mempunyai indeks glikemik tinggi dengan indeks glikemik rendah yang
banyak mengandung serat. Makanan dengan indeks glikemik rendah dapat
menurunkan kadar glukosa post prandial dan insulin. 4

Medika mentosa
Obat untuk obesitas: 8
Derivat amfetamin (dexfenfluramin, fenfluramin) dapat menekan nafsu makan. Es:
valvulopati jantung
Orlistat: menghambat lipase lambung dan pankreas, serta mengurangi absorpsi lemak.
SSRI (selective serotonin reuptake inhibitor) seperti fluoksetin
Sibutramin: mempercepat rasa kenyang dan mengurangi asupan makanan.
16

Obat untuk menurunkan kadar glukosa : 8


METFORMIN
Metformin diperkenalkan sejak tahun 1995, mempunyai efek menurunkan kadar
glukosa darah tanpa meningkatan sekresi insulin dan meningkatkan beratbadan.
Mekanisme utamanya adalah dnegan menurunkan glukoneogenesis pada tingkat
mitokondriadi hepatosit yang berakibat terjadinya penurunan produksi glukosa di hati,
dengan demikian menurunkan kadar gula darah puasa. Metformin juga berkhasiat
meningkatkan up take glukosa perifer. Efek tersebut diduga multiple efek yang
meliputi peningkatan afinitas ikatan insulin dengan reseptor insulin, baik pada sel otot
dan sel eritrosit (Hardiman, 2005). Terdapat 7 kelebihan dari metformin pada sistem
cardiovasculair :
1. Menurunkan resistensi insulin
2. Efek homeostasis dan fungsi pembuluh darah
3. Potensial terhadap terapi sindrom metabolik pada DM tipe II
4. Antiartherogenik
5. Menghambat proses glikasi
6. Proteksi pembuluh darah
7. Mencegah komplikasi cardiovasculair disease pada DM tipe II dengan faktor resiko
tinggi.
Obat untuk hiperlipidemia : 8
GEMFIBROZIL
Gemfibrozil termasuk dalam obat golongan fibrat. Obat-obat yang tergolong
kelompok ini dapat dianggap sebagai hipolipidemik berspektrum luas. Selain
menurunkan kadar trigliserida Serum, kelompok fibrat juga cenderung menurunkan
kadar kolesterol-LDL dan menaikkan kolesterol-HDL. Fibrat bekerja sebagai ligan
untuk reseptor transisi nukleus, reseptor alfa peroksisom yang diaktivasi proliferator,
dan menstimulasi aktivitas lipoprotein lipase.
Indikasi : hiperlipidemia tipe IIa, IIb, III, IV dan V, serta pencegahan penyakit
jantung pada pria usia 40-55 tahun yang merespon dengan cukup terhadap diet dan
tindakan-tindakan lain yang sesuai. Dislipidemia yang berhubungan dengan diabetes
mellitus (DM). Xanthoma yang berhubungan dengan dislipidemia.
17

9. Komplikasi
-

DM

Stroke

Penyakit jantung koroner

Hipertensi

10. Prognosis
Jika ditangani dengan baik maka akan dapat hidup seperti orang normal. Jika tidak,
maka akan terjadi komplikasi yang lebih buruk.

11. Pencegahan
-

Menjaga berat badan tetap seimbang (IMT 18.5-22.9)


Memperbanyakkan aktivitas fisik
Mengurangi asupan lemak dan KH
Hindari rokok dan alkohol
Mengamalkan gizi sehat di awal usia

Penutup
Kesimpulan
Sindrom metabolik merupakan suatu kumpulan dari gejala gejala penyakit ibarat gunung
es, masih terbenam dibawah permukaan laut, sehingga tidak nampak sebagai suatu penyakit.
Misalnya yang paling sering adalah dijumpainya peningkatan kadar lemak darah, baik itu
kolesterol atau disertai dengan peningkatan trigliserida, maka keadaan ini akan langsung
diberi pengobatan obat obat hipolipidemik, tanpa melihat gejala gejala lain seperti
resistensi insulin, peningkatan kadar insulin, obesitas. Sehingga pengobatan seperti ini hanya
menghilangkan sebagian gejala dari sindrom metabolik. Selain itu bila penderita obesitas
yang sulit menurunkan berat badannya hanya disarankan untuk menjalani bermacam
macam diet, tanpa melihat ketidakseimbangan metabolisme tubuh yang terjadi pada sindrom
metabolik, sehingga dapat diperkirakan penurunan berat badan yang diharapkan tidak
tercapai.7
18

Dengan mengenali penderita obesitas yang juga menderita sindrom metabolik, kita dapat
membuat suatu rencana diet yang sesuai dan pemberian suplemen yang sesuai pula, sehingga
gangguan metabolisme insulin sebagai akar penyebab obesitas dan sindrom metabolik ini
dapat ditanggulangi dengan tepat.7

Daftar Pustaka
1. Greenstein, Ben, & Wood, Diana. At a Glance Sistem Endokrin. Jakarta : Erlangga. 2010.
2. Sindrom

Metabolik.

Oktober

2009.

Diunduh

dari

http://dokter-

alwi.com/sindrommetabolik.html 26 November 2014.


3. Sindrom metabolic. Febuari 2005. Diunduh dari www.akademik.unsri.ac.id 26 November
2014.
4. Widodo, Djoko. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta : fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.2007.
5. Sindrom metabolic. Maret 2008. Diunduh dari dari http://www.permatacibubur.com 26
November 2014.
6. Perhimpunan Dokter Spesialis Penaykit Dalam Indonesia. Panduan Pelayanan Medik.
Jakarta: Pusat Penerbit FKUI, 2006.
19

7. Kurnia, Y. sindrom X dan Obesitas. Dalam Majalah Kedokteran Fakultas Kedokteran


UKRIDA Meditek. Agustus-Desember 2003; vol.11:12-27.
8. Syarif, Aamir. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.2008.

20

Anda mungkin juga menyukai