Pim Dea
Pim Dea
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Baku dan Produk
2.1.1 Bahan Baku
a.
Gas Alam
Penyediaan dan konversi gas alam PT. PIM dilaksanakan oleh EXXON
Komposisi (% volume)
N2
0,324
CO2
19,29
CH4
72,345
C2H6
4,69
C3H8
1,73
i-C4H10
0,518
n-C4H10
0,413
i-C5H12
0.243
n-C5H12
0.152
C6H14+
0.289
Disamping komponen-komponen di atas gas alam juga mengandung senyawasenyawa sulfur. Kadar senyawa sulfur yang terdapat dalam gas alam dapat dilihat pada
Tabel 2.2 berikut ini :
Tabel 2.2 Kandungan Sulfur pada Gas Alam
Senyawa
Maksimum (ppm)
H2S
80 ppm
RSH
0.25 ppm
Sulfur lain
1.35 ppm
Hg
160 ppm
b.
Udara
Udara pada unit ammonia selain sebagai bahan baku juga dibutuhkan untuk
oksidasi di secondary reformer. Udara proses disuplai dari kompressor udara yang
mengambil udara dari atmosfer dan disaring dengan saringan udara untuk
menghilangkan debu-debu.
c.
Air
Air yang diperlukan adalah air dalam bentuk steam (uap air). Steam di unit
2.
3.
Bentuk
Warna
Bau
Titik didih
Titik beku
a. CH4
Gas
Tidak
Tidak
-161 oC
-182,48 oC
b. CO2
Gas
Tidak
Tidak
-57 ,5oC
-78,4 oC
a. N2
Gas
Tidak
Tidak
-195,8 oC
-259,2 oC
b. O2
Gas
Tidak
Tidak
-252,7 oC
-259,1 oC
Air
Cair
Tidak
Tidak
100 oC
0 oC
Gas Alam
Udara
2.
3.
BM (gr/mol)
Sifat
a. CH4
16
Mudah Terbakar
b. CO2
44
Tidak Beracun
a. N2
28,02
b. O2
32,00
Reaktif
Air
18
Sebagai Pelarut
Gas Alam
Udara
Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida mempunyai berat molekul 44 gr/mol. Pada tekanan atmosfer
CO2 berbentuk gas yang tidak berwarna, berbau dan berbasa lemah serta larut dalam
air pada temperatur 15 oC dengan perbandingan volume CO2 : H2O = 1 : 1. CO2 tidak
bersifat racun, akan tetapi dapat menimbulkan efek sesak dan mengganggu
keseimbangan tubuh. Sifat fisika dari CO2 dapat dilihat pada Tabel 1.5 berikut ini :
Harga
Titik didih
-57,5 oC
-78,4 oC
Temperatur kritis
38 oC
Tekanan kritis
0,6 Kg/cm2.G
Panas peleburan
1900 Kal/mol
Panas penguapan
6030 Kal/mol
Ammonia
Ammonia mempunyai berat molekul 17,03 gr/mol. Pada tekanan atmosfer,
NH3 berbentuk gas tidak berwarna, berbau menyengat serta sangat larut dalam air,
alkohol dan eter. NH3 juga bersifat mudah meledak, beracun dan menyebabkan iritasi.
Sifat fisika dari ammonia dapat dilihat pada Tabel 1.6 berikut ini :
Harga
Titik didih
-33 oC
-77,70 oC
Temperatur kritis
133,35 oC
Tekanan kritis
1657 psi
8,5 atm
22,7 ft3/lb
Panas pembentukan
Pada 0 oC
-9,37 kkal/mol
Pada 25 oC
-11,04 kkal/mol
Pada 0 oC
42,80
Pada 25 oC
33,10
Kadar Nitrogen
: > 46,0%
Kadar Air
: < 0,5%
Kadar Biuret
Kadar Besi
Ammonia bebas
Proses produksi pengolahan bahan baku menjadi pupuk urea di PT. Pupuk
Iskandar Muda dibagi menjadi tiga unit, yaitu : unit utility, unit ammonia dan urea.
(Anonymous, 1958 )
2.1.1 Absorbsi
Absorbsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan
pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya
fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada
absorbsi kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan
lebih dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi. Karena itu absorbsi kimia
mengungguli absorpsi fisik. Fungsi Absorbsi dalam industri adalah untuk
meningkatkan nilai guna dari suatu zat dengan cara merubah fasenya,contohnya pada
proses pembuatan formalin yang berfase cair yang berasal dari formaldehid yang
berfase gas dapat dihasilkan melalui proses absorbsi. Di dalam proses absorbsi
terdapat istilah absorben yang merupakan cairan yang dapat melarutkan bahan yang
akan diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi
kimia.Absorben sering juga disebut sebagai cairan pencuci. Adapun persyaratan
absorben antara lain :
1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin
(kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2. Selektif
3. Memiliki tekanan uap yang rendah
4. Tidak korosif.
5. Mempunyai viskositas yang rendah
6. Stabil secara termis.
7. Murah
1. Air ( H2O ) yang dapat digunakan untuk gas-gas yang dapat larut, atau untuk
pemisahan partikel debu dan tetesan cairan.
2. Natrium hidroksida ( NaOH ) yang dapat digunakan untuk gas-gas yang dapat
bereaksi seperti asam.
3. Asam sulfat ( H2SO4 ) yang dapat digunakan untuk gas-gas yang dapat bereaksi
seperti basa.
Kolom absorbsi adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi (penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung
tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang terkontaminasi oleh
komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari
komponen tersebut.
1. Bagian atas
reaksi asam-basa) dimana CO2 dalam air bersifat asam lemah dan MDEA bersifat basa
lemah. Adapun reaksi yang terjadi di Absorber adalah sebagai berikut :
CO2
H2O + MDEA
MDEAH+
HCO3-
Proses ini berjalan reversible, artinya kita bisa membalik reaksinya menjadi pelepasan
CO2 dari amine dengan merubah kondisi operasi. Dalam absorber, syn gas yang kaya
akan CO2 dikontakkan dengan lean amine. Proses absorbsi disukai terjadi pada
pressure tinggi dan temperature rendah. Karena itulah lean amine dipompa dengan
tekanan tinggi lewat bagian atas absorber untuk dikontakkan dengan raw gas yang
masih bertekanan tinggi dari bagian bawah. Agar penyerapan berjalan efektif maka
dipasanglah bed packing atau tray pada bagian tengah absorber untuk memperluas
permukaan kontak gas dan liquid. Amine yang telah menyerap CO2 disebut rich amine
dan akan menjalani proses flashing (penurunan tekanan) untuk melepas hidrokarbon
yang terabsorbi dan proses regenerasi di kolom stripper untuk melepaskan CO2 dari
amine. Kondisi operasi Stripper adalah kebalikan dari Absorber,
dimana proses
pelepasan CO2 dari rich amine disukai terjadi pada pressure rendah dan temperature
tinggi. hal ini bisa terjadi karena proses absorbsi tadi adalah reversible. Karena itulah
dipasang reboiler pada bagian bawah stripper untuk menaikkan temperature. CO2 yang
terlepas biasanya dibuang ke lingkungan atau menjalani proses pembakaran sebelum
dibuang. Sedangkan amine yang sudah tidak mengandung CO2 dipompa kembali ke
Absorber, tentunya ditambah make-up karena adanya loss amine dalam sistem
tersebut. Amine yang digunakan dicampur dengan air pada konsentrasi tertentu.
Semakin tinggi konsentrasi amine, semakin tinggi kemampuan menyerap CO2, namun
larutan menjadi korosif. Begitu juga sebaliknya, jika kadar amine berkurang,
kemampuan menyerap CO2 menurun, namun larutan tidak terlalu korosif.
( http://www.chem-is-try.org)
2.2
Sarana Produksi
Sarana produksi pabrik PT. PUPUK ISKANDAR MUDA terdiri dari beberapa
unit, yaitu :
2.2.1 Unit Utility
Unit ini berfungsi memproses penyediaan bahan baku kebutuhan seperti :
Air bersih untuk bahan baku, air untuk pendinginan, air bebas mineral untuk
ketel uap, uap air, udara instrumen tenaga listrik dan oksigen serta nitrogen.
Bahan baku berupa air diperoleh dari Krueng Peusangan, tenaga listrik
dibangkitkan oleh gas turbin generator yang berkapasitas deisgn 15 MW.
Bahan baku udara yang diperoleh dari udara bebas di dalam fractination
columm didinginkan dengan berdasarkan perbedaan titik embun, sehingga
unsur oksigen dan nitrogen dapat dipisahkan.
Proses pembuatan ammonia terdiri dari beberapa unit dan sistem, yaitu :
2.2.2.1 Sistem Persiapan Gas Umpan Baku
Gas alam dari PT. Arun NGL. Co dengan tekanan 32 kg/cm2G dan suhu 26 0C
dialirkan ke dalam fuel and feed gas knock out drum (51-116-F) untuk memisahkan
senyawa hidrokarbon berat. Dari ko drum sebagian gas alam digunakan sebagai bahan
bakar dan sebagian lagi sebagai bahan baku proses.
Sistem persiapan gas umpan baku terdiri dari beberapa tahapan proses, yaitu:.
1. Desulfurizer
Gas alam sebagai bahan baku proses dialirkan ke dalam desulfurizer (51-102DA/DB) yang berisikan sponge iron, yaitu potongan-potongan kayu yang telah di
impregnasi dengan Fe2O3. Sponge iron berfungsi menyerap sulfur yang ada dalam gas
alam. Masing-masing desulfurizer mempunyai volume 49,1 m3. Umur operasinya
diperkirakan 90 hari untuk kandungan H2S di dalam gas alam maksimum 80 ppm dan
keluar dari desulfurizer dengan kandungan H2S < 5 ppm. Desulfurizer beroperasi pada
tekanan 27 Kg/cm2G dan suhu 26,7 C.
Reaksi yang terjadi adalah :
Fe2O3
2
3H2S
Fe2S3 + 3H2O
(51 109 D) yang berfungsi untuk memisahkan Hg yang terdapat dalam gas alam.
Mercury yang ada di dalam gas dirubah menjadi senyawa mercury sulfida dan
kemudian diserap pada permukaan karbon aktif.
yang berfungsi untuk menurunkan kandungan CO2 pada aliran gas umpan. Gas CO2
dihilangkan dengan cara penyerapan dengan menggunakan absorber dan melepaskan
dengan menggunakan stripper. CPU yang ada di PT. Pupuk Iskandar Muda adalah
benfield lo-heat design, menggunakan sebuah absorber satu tingkat dan sebuah
regenerator satu tingkat (stripper) dengan satu lean solution flash tank. Masukan CPU
adalah sebagian dari aliran gas umpan dari mercury guard chamber, sedangkan
keluarannya bergabung dengan keluaran mercury guard chamber yang di by-pass
menuju hydrotreater.
4. Hydrotreater (51 101 D)
Fungsi alat ini adalah untuk mengubah sulfur organik menjadi anorganik
(H2S). Katalis yang digunakan adalah Cobalt Molybdenum (CoMo) sebanyak 28,3 m2.
Dengan adanya katalis CoMo dan penambahan H2 yang berasal dari keluaran
synthesis gas compressor (51 103 J), diharapkan sulfur organik dapat terurai
menjadi sulfur anorganik (H2S). Hidrotreater beroperasi pada tekanan 42,4 Kg/cm2G
dan suhu 371 C.
ZnS + H2O
Umur ZnO lebih kurang 5 tahun dengan batas kandungan H2S < 5 ppm pada
aliran masuk dan 0,1- 0,2 ppm pada aliran keluar.
2.2.2.2 Sistem Pembuatan Gas Sintesa
Sistem ini bertujuan untuk mengubah gas yang berasal dari sistem persiapan
gas umpan baku menjadi gas CO, CO2 dan H2 melalui tahapan proses sebagai berikut:
1. Primary Reformer (51 101 B)
Primary Reformer terdiri dari dua seksi, yaitu seksi radiasi dan seksi konveksi.
Gas proses masuk ke Primary Reformer bersama dengan superheater steam dengan
perbandingan steam dengan karbon 3,5 : 1 untuk mengubah hidrokarbon menjadi CO,
CO2 dan H2.
Ada dua jenis katalis yang digunakan untuk kelangsungan reaksi reforming
pada Primary Reformer, yaitu katalis nikel (ICI 25 4) pada bagian sebelah atas dan
pada bagian sebelah bawah diisi dengan katalis potash (ICI 57 4) yang gunanya
untuk melindungi katalis nikel dari deposit karbon. Masing-masing katalis diisi
sebanyak 10,57 m3.
Primary Reformer beroperasi pada tekanan 34-36 Kg/cm2G dan temperatur
480-826 C. Diharapkan gas yang keluar dari primary reformer memiliki methane
leakage (CH4 leakage) berkisar antara 9-11 %.
Reaksi utama yang terjadi di primary reformer adalah sebagai berikut :
CH4
H2O
CO
3H2
CO
H2O
CO2
H2
2O2
CO2
2H2
O2
2H2O
2H2O
CO
CO
3H2
CO
H2O
CO2 +
H2
b.
bagian atas high temperature shift converter (51-104-DA), dibagian ini CO yang ada
dalam gas proses diubah menjadi CO2 yang sebanding dengan jumlah H2 yang
dihasilkan dengan menggunakan katalis Fe2O3 yang memiliki volume isian 55,9 m3.
HTS beroperasi pada suhu 342-371 C dan tekanan 25-28 Kg/cm2G sehingga
kecepatan reaksi berjalan cepat sedangkan laju perubahannya rendah.
Reaksi yang terjadi adalah :
CO
H2O
CO2
+ H2
Q=+
Gas proses yang keluar dari HTS, sebelum masuk ke LTS diturunkan
temperaturnya di dalam alat penukar panas. Proses yang terjadi pada LTS sama
dengan proses yang ada di HTS. Pada LTS berisi katalis oksida Cu dengan volume
unggun 66 m3. Kondisi operasi pada LTS yaitu pada tekanan 33 kg/cm2 G dan
temperatur 246 oC, sehingga kecepatan reaksi berjalan lambat sedangkan tingkat
koversinya tinggi.
2.2.2.3 Sistem Pemurnian Gas Sintesa
Pada sistem ini CO dan CO2 dipisahkan dari gas sintesa. Pemisahan ini perlu
dilakukan karena CO dan CO2 dapat meracuni katalis pada ammonia konverter (51105-D), sehingga CO dan CO2 diubah menjadi metan pada metanator. Proses
pemurnian gas sintesa ini terdiri dari dua tahapan proses, yaitu:
a. Main CO2 Removal
b. Methanator (51-106-D)
merupakan suatu bejana yang diisi dengan katalis. Katalis yang digunakan berupa
katalis nikel terkalsinasi dengan volume unggun 23,88 m3.
Reaksi yang terjadi adalah :
CO
3H2
CH
H2O
CO2
4H2
CH4
2H2O
Methanator beroperasi pada tekanan 26,7 kg/cm2G dan temperatur 330 oC.
Karena panas yang dihasilkan dari reaksi ini, maka temperatur gas sintesa naik
menjadi 366
3H2
2NH3
2.
3.
didalam gas buang yang masuk ke ammonia recovery yaitu gas bertekanan rendah
yang berasal dari ammonia let down tank (51-107-F) kemudian didinginkan dan
dikondensasikan terlebih dahulu pada Ammonia Unitized Chiller sebelum masuk ke
Refrigerant Reservoir. Uap yang tidak terkondensasi dikembalikan ke sistem dan zat
yang tidak bereaksi dari chiller dikirim ke unit daur ulang ammonia. Uap ammonia
yang terbentuk pada berbagai chiller, flush drum, dan storage tank dimasukkan dalam
Centrifugal Refrigerant Compressor. Kompressor ini bekerja berdasarkan sistem
pemampatan bertingkat untuk memanfaatkan ammonia sebagai media pendingin.
Kompressor ini dioperasikan untuk memenuhi kebutuhan tekanan pada stage flush
drum. Disamping itu juga dapat menaikkan tekanan dari aliran ammonia yang
mengalami flushing, sehingga memungkinkan ammonia terkondensasi setelah terlebih
dahulu didinginkan dalam refrigerant condenser.
Kondensasi ammonia terjadi dalam refrigerant reservoir pada temperatur 42,2
C. Produk bawah dari refrigerant condenser ini dikirimkan ke unit urea, sedangkan
produk atasnya mengalami daur ulang pendinginan flush gas chiller dengan media
pendinginan ammonia cair dari dari stage flush drum.
Produk ammonia yang dihasilkan terdiri dari dua jenis yaitu produk dingin dan
produk panas. Produk dingin yang mempunyai temperatur -33 oC dikirim ke tangki
penyimpanan ammonia. Sedangkan produk panas dengan temperatur 30 oC dikirim ke
pabrik urea.
2.2.2.6 Sistem Daur Ulang Ammonia (Ammonia Recovery Unit/ARU)
Unit ini berfungsi untuk menyerap NH3 yang terkandung didalam gas buang
sehingga diperoleh effisiensi produk ammonia yang lebih tinggi. Sebagai bahan yang
masuk ke ammonia recovery adalah gas buang bertekanan rendah yang berasal dari
ammonia let down tank (51 107 F) dan flush drum gas chiller (51 126 C) yang
dicampurkan dan dipisahkan kandungan ammonianya pada tekanan 15 Kg/cm2G dan
suhu -26 C.
Penyerapan kandungan ammonia yang ada dalam campuran gas buang
dilakukan dalam packed absorber dengan dua tingkat penyerapan dan sirkulasi yang
berlawanan arah antara gas-gas dengan air. Gas-gas yang keluar dari menara absorber
dikirim ke primary reformer sebagai bahan bakar.
H2 yang telah terpisah dikirim ke HPC (103 J) syn gas compressor. Gas
proses yang masih memiliki sedikit kandungan H2 dikirim ke second stage prism
separator. Prism separator ini terdiri dari lima prism separator. H2 yang terpisah lalu
dikirim ke LPC (103 J). Kemudian gas miskin H2 dialirkan ke reformer sebagai
bahan bakar. Sedangkan third stage separator belum dioperasikan, karena tekanan
yang keluar dari stage ini terlalu rendah sehingga produknya belum dapat
dimanfaatkan. Kemurnian H2 yang keluar diharapkan bisa mencapai lebih besar dari
99,7 %.
2.2.3 Unit Urea
Dengan menggunakan proses Mitsui Toatsu Total Recycle C.Improved, unit ini
mampu memproduksi pupuk urea butiran dengan kapasitas terpasang 1.725 ton/hari,
atau 570.000 ton/tahun. Urea butiran yang dihasilkan, dimasukkan dalam bulk storage
ataupun ke unit pengantongan.
Urea dibuat dengan mereaksikan ammonia (NH3) dan karbondioksida (CO2).
Larutan urea murni dikristalkan secara vakum, kemudian dilelehkan kembali dalam
melter dengan menggunakan steam sebagai pemanas, dari atas Prilling Tower lelehan
urea diteteskan yang kemudian akan memadat setelah didinginkan dengan udara.
( Anonymous, 1994 )