Anda di halaman 1dari 21

BAGAIMANA LEBIH MEMAHAMI SEORANG DIRI REMAJA?

Oleh: Rizki Leonni Putri (NIM: 110610178) dan Cholichul Hadi


Fakultas Psikologi UNIVERSITAS AIRLANGGA

I. TUJUAN PENULISAN: 1. Lebih memahami seorang remaja itu sendiripun tidak menempati
tempat status yang jelas dalam kehidupan. 2.Remaja, mereka tidak termasuk golongan anak - anak,
juga tidak termasuk golongan orang dewasa pada umumnya. 3. Dilihat dari segi fisiknya, mereka
sudah bukan seperti anak - anak lagi melainkan sudah seperti orang dewasa, tetapi jika mereka
dikelompokkan sebagai orang dewasa, mereka masih belum dapat memperlihatkan sifat
kedewasaannya.

II. PROBLEM: Bagaimana cara lebih memahami seorang remaja remaja?.


III.METODE: Literatur, eksplorasi dan observasi
IV. TEMUAN:
SIAPA REMAJA ITU?

Masa - masa remaja adalah masa yang paling indah dan paling

berkesan di sepanjang hidup tiap manusia. Remaja adalah kenangan yang tak akan terlupakan
sebaik atau seburuk apapun keadaannya pada saat itu. Karena dimasa inilah, perubahan sangatlah
nampak, dari anak - anak menuju kedewasaan. Biasanya orang - orang yang sudah melalui masa
remajanya, tetap ingin berharap kembali ke masa - masa itu lagi. Disaat ini, kita dapat merasakan
adanya perubahan dalam bentuk fisik ataupun psikis. Tetapi, tidak hanya senang - senangnya saja.
Disaat manusia menjadi sesosok remaja, ia juga mengalami permasalahan - permasalahan yang
terus kerap datang. Permasalahan itu sendiri tidak sedikit yang terpengaruhi dari lingkungan sekitar
remaja tersebut. Oleh karena itu, beban berat yang selalu dan harus dilalui oleh seorang remaja
sangatlah sulit, karena apabila salah melangkah, maka remaja tersebut akan jatuh ke jurang yang
sangat dalam. Tingkah laku itu bisa disebut juga sebagai kenakalan remaja.
PENGERTIAN REMAJA. Remaja berlangsung antara umur 11 tahun 20 tahun bagi perempuan
dan 12 tahun 21 tahun bagi laki-laki. Remaja dalam bahasa aslinya disebut dengan adolescence,
yang berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya tumbuh untuk mencapai kematangan .
Secara psikologis, remaja adalah suatu usia di mana seseorang berpaling ke dalam masyarakat
dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang
lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar dengan yang lainnya. Fase remaja
merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari
aspek kognitif, emosi maupun fisik. Remaja ini adalah ajang untuk mencari jati dirinya. Setelah
sekian lama mereka selalu dikekang oleh otoriter orangtua, secara perlahan mereka akan menuntut
keinginan mereka sendiri agar mandiri. Sedangkan psikologi remaja yaitu ilmu yang mempelajari
1

remaja, baik mengenai tingkah laku dan proses mental seperti perasaan, persepsi, pikiran maupun
segi biologisnya.
Perubahan atau juga yang disebut dengan perkembangan yang bersifat progres dan terus menerus
berpengaruh juga menuju kematangan. Kedua hal tersebut merupakan perubahan yang berasal dari
dalam diri seorang anak. Dan hal itu juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitar juga dengan
adanya proses belajar. Nanti kita akan membahas lebih khusus lagi tentang perkembangan remaja.
Seorang anak yang beranjak menjadi remaja, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga mereka
selalu menggali apapun yang belum diketahui oleh mereka. Dan tak jarang juga mereka selalu
melakukan pertentangan terhadap sesuatu yang tidak disukainya.
Dari segi psikologi, remaja adalah yang sedang melalui proses perubahan pemikiran. Mereka boleh
memikirkan mengenai apa yang mungkin berlaku. Mereka memikirkan seolah-olah mereka berada
di atas pentas dan mereka adalah pelakon. Mereka ingin menjadi wira dan wirawati. Mereka adalah
individu yang sedang mencari identiti sendiri yang kadangkala dikatakan sedang berada di dalam
krisis identiti. Pada ketika itu akibat perubahan fizikal yang amat pesat, emosi mereka turut
berubah. Perubahan pemikiran menyebabkan berlakunya pertelingkahan pendapat di antara remaja
dan ibu bapa. Remaja mencari role model yang sesuai untuknya tetapi tidak ditemui.
Artinya remaja adalah pewaris kepemimpinan negara. Mereka tonggak pembangunan negara.
Mereka penyelamat agama dan bangsa. Mereka aset negara yang tidak ternilai. Oleh itu remaja hari
ini perlu diberi pendidikan yang berkesan.
PERKEMBANGAN REMAJA. Perubahan atau perkembangan pada diri remaja tentunya sangat
terlihat jelas. Banyak sekali perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun
seringkali perubahan itu hanyalah merupakan perubahan dalam bentuk fisik dan jarang sekali yang
berkaitan dengan cara berpikir ala remaja. Pada akhirnya pertumbuhan ini akan mencapai akhir,
yang berarti bahwa pertumbuhan telah selesai. Bahkan pada usia tertentu, atau usia lanjut terdapat
bagian-bagian fisik tertentu yang telah mengalami penurunan. Pengertian perkembangan itu sendiri
adalah sebagai suatu proses perubahan yang bersifat progresif dan menyebabkan tercapainya
kemampuan dan karakteristik psikis yang baru. Perkembangan sangat berkaitan dengan
pertumbuhan. Dimana seorang anak akan mencapai pematangan. Pertumbuhan dan pematangan
merupakan proses yang saling berkaitan dan keduanya merupakan perubahan yang berasal dari
dalam diri anak.
PERKEMBANGAN REMAJA, yaitu:Tahap Biologis
Dimana seorang anak yang telah melalui pubertas. Yang ditandai dengan adanya menstruasi pada
perempuan dan perubahan suara pada laki laki. Pubertas tersebut menjadikan seorang anak
memiliki kemampuan untuk bereproduksi. Pertumbuhan tersebut meliputi perubahan progresif
yang bersifat internal maupun eksternal.

Perubahan internal meliputi, perubahan ukuran alat


2

pencernaan makanan, bertambah besar dan berat jantung dan paru parunya. Sedangkan perubahan
eksternal meliputi, bertambahnya tinggi dan berat badan, besarnya ukuran organ seks, tumbuhnya
tanda tanda kelamin sekunder. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas
dan akan membawa mereka kepada dunia remaja.
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan secara fisik pada remaja adalah :
a. Faktor Internal
-

Kematangan

Sifat jasmaniah yang diwariskan oleh orangtua

b. Faktor Eksternal
-

Makanan

Kesehatan

Lingkungan

Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan fisik dan adanya
hukum hukum pertumbuhan menyebabkan adanya perbedaan individual pada
remaja. Yang menyebabkan perbedaan yang sangat jelas antara remaja putri
dengan remaja putra. Pertumbuhan ini juga terjadi sangat pesat seringkali
menimbulkan gangguan regulasi, tingkah laku dan yang lainnya, oleh karena itu
untuk menyeimbangkan energi tersebut, sangatlah diperlukannya olahraga yang
cukup untuk jasmani remaja itu.
a. Tahap Kognitif atau Intelek

Pada tahap ini, biasanya para remaja sudah dapat memiliki pola pikir sendiri
dalam usaha untuk memecahkan permasalahan yang kompleks dan abstrak.
Karena kemampuan berpikir remaja berkembang sehingga mereka dengan
mudah membayangkan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah individu
mereka. Mereka juga sudah dapat memproses semua informasi yang datang dari
luar atau lingkungan dan akan diadaptasikan oleh pemikiran mereka masing
masing.
Sebelumnya membahas tentang intelek pada remaja, kita harus mengetahui lebih
dulu. Apa yang dimaksud dengan intelek itu sendiri?
Ada perbedaan antara intelek dengan intelegensi.
Menurut tokoh psikologi kognitif yang bernama Jean Piaget. Intelek adalah akal
budi yang berdasarkan oleh aspek aspek kognitifnya, khususnya proses berpikir
lebih tinggi. Sedangkan intelegensi adalah seluruh kemungkinan koordinasi yang
3

memberi struktur kepada tingkah laku suatu organisme sebagai adaptasi mental
terhadap situasi baru.
Masa remaja itu sendiri merupakan masa pada tahap Operasional Formal. Yang
terjadi dari usia 11 tahun ke atas. Selain sudah dapat berpikir secara logis, aspek
perasaan dan moralnyapun juga telah berkembang sehingga dapat mendukung
penyelesaian tugas tugasnya. Karena pada tahap ini anak sudah mulai mampu
mengembangkan pikiran formalnya, mereka juga dapat mencapai logika dan
rasio serta dapat menggunakan abstraksi.
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada remaja adalah :
a. Faktor Hereditas
b. Faktor Lingkungan
-

Keluarga

Sekolah

Pada intinya, faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan kogintif pada


seorang anak adalah didikan dan pola asuh orangtua dari anak tersebut.
c. Tahap Moral
Pada tahap ini, remaja sudah tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku,
sederhana dan absolut yang telah diberikan kepada mereka selama in tanpa
bantahan apapun. Remaja mulai memikirkan keabsahan dari pemikiran yang telah
ada dan mempertimbangkan lebih banyak alternatif lainnya. Mereka juga sudah
dapat melakukan sikap labih kritis dengan melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan
pada dirinya.
Moral sendiri merupakan kaidah norma atau pranata yang mengatur perilaku
individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan masyarakat.
Sedangkan moralitas adalah aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam
kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil dan seimbang. Perilaku
moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan,
ketertiban dan keharmonisan.
Dengan demikian John Dewey mengemukakan tahap tahap perkembangan
moral menjadi tiga, yaitu :
-

Tahap Pramoral  ditandai bahwa anak belum menyadari


keterikatannya pada aturan.

Tahap Konvensional  ditandai dengan berkembangnya kesadaran


akan ketaatan pada kekuasaan.
4

Tahap Otonom  ditandai dengan berkembangnya keterkaitan pada


aturan yang didasarkan pada resiprositas.

Kemampuan berpikir dalam dimensi moral pada remaja berkembang karena


mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang
mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada disekitarnya. Mereka lalu
merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan kenyataan
yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap pemberontakan
remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterimanya. Dan pada
masa inilah, mereka akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya
membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin jika korupsi itu
dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal kecil tersebut jugs dapat
mempengaruhi perkembangan pola berpikirnya para remaja. Apalagi jika peran
pendidik seperti orangtua dan lainnya tidak dapat memberikan alasan yang sangat
logis untuk para remaja itu sendiri. Maka jiwa mereka akan memberontak
sehingga ada kemungkinan bahwa mereka tidak akan mempercayai lagi semua hal
yang telah ditanamkan pada diri mereka, baik hal yang positif atau negatif.
Karena cepat atau lambat, hanya waktu dan lingkungan yang dapat meyakini
mereka. Oleh karena itu, peran orangtua dalam mendidik moral seorang anak
sangatlah penting.
d. Tahap Psikologis
Remaja adalah individual yang sangat kompleks. Baik dilihat dari segi fisik atau
biologisnya, kognitif atau cara berpikirnya, atau bahkan tingkahlakunya. Dengan
demikian juga remaja mempunyai sisi psikologisnya yang tidak jauh pentingnya
dari ketiga hal tersebut.
Saat saat remaja adalah saat yang memiliki banyak perubahan, dan penuh juga
dengan gejolak gejolak. Pada masa ini, suasana hati atau yang biasa disebut
dengan mood, bisa berubah kapanpun juga dan sangat cepat. Perubahan mood
yang drastis tersebut pada remaja ini seringkali disebabkan karena berbagai hal
masalah yang menimpa dirinya. Contohnya, masalah dengan pacarnya, pekerjaan
yang menumpuk, konflik yang menimpanya, dan sebagainya. Tetapi, walaupun
mood seringkali berubah ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu
merupakan gejala atau masalah psikologis. Dan dalam hal kesadaran diri, pada
masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran
diri mereka (self-awareness). Mereka sangatlah rentan terhadap pendapat orang
5

lain karena, mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu
mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka
sendiri. Remaja juga cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik.
bahkan tak sedikit pula dari mereka yang menganggap bahwa dengan keunikan
di dalam diri mereka dapat membawa remaja tersebut pada suatu ketenaran
tersendiri. Contohnya pada remaja putri, mereka akan bersolek berjam jam
didepan cermin, dan meyakini didalam diri mereka, kalau lawan jenisnya akan
tertarik padanya. Demikian pula yang dialami remaja putra, mereka akan
menggunakan semua keunikan dalam dirinya dan kehebatan yang akan memikat
lawan jenisnya. Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan
berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada
saat itu, remaja akan mulai sadar bahwa orang lain ternyata memiliki dunia
tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya.
Anggapan remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian
menjadi tidak berdasar.

Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan

realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka


dengan kenyataan.
Seiring berjalannya waktu, semakin banyak pula masalah yang akan menimpa
seseorang tidak terkecuali terhadap seorang remaja. Dan mereka juga harus dapat
mencari jalan keluar dari masalahnya tersebut, janganlah menjadi orang yang lari
dari masalah. Tindakan tindakan impulsif sering dilakukan, sebagian karena
tidak memprediksikan akibat dari tindakannya tersebut. Dan remaja yang
diberikan kesempatan untuk mempertanggungjawabkan tindakan mereka, akan
tumbuh menjadi orang yang bersikap dewasa yang lebih berhati hati, lebih
percaya diri dan mampu bertanggungjawab. Sikap inilah yang sangat dibutuhkan
remaja untuk mencari jati diri yang positif dikemudian hari. Kembali ke tahap
moral, dimana bimbingan dari orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh
seorang remaja dan sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu dengan
memberikan berbagai nasihat dan cara cara menyelesaikannya.
Didunia remaja, mereka juga sudah dapat mencoba coba hal baru, seperti
mencoba peran baru dalam dirinya. Baik peran sosial ataupun perbuatan. Tetapi
apabila remaja tidak menemukan hal yang pas atau cocok dalam peran tersebut,
maka mereka akan mencoba peran baru lagi sampai ia menemukan peran yang
pas pada dirinya. Perbuatan ini merupakan proses pembentukan jati diri yang
normal pada remaja.
6

V. DISKUSI/KAJIAN
PERKEMBANGAN PSIKOLOGI REMAJA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa
anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Setiap tahap usia
manusia pasti ada tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui. Bila seseorang gagal melalui tugas
perkembangan pada usia yang sebenarnya maka pada tahap perkembangan berikutnya akan terjadi
masalah pada diri seseorang tersebut. Untuk mengenal kepribadian remaja perlu diketahui tugastugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain:
a. Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara
efektif.
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari
penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu.
Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Ani akan
berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang demikian tentu
menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Ani akan selalu
menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Ani tidak
memiliki teman, dan sebagainya.
b. Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orangtua.
Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku
"pemberontakan" dan melawan keinginan orangtua. Bila tugas perkembangan ini sering
menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah , maka
remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut
akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja
justru lebih percaya pada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orangtua tidak
menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja Anda dalam kesulitan
besar.
c. Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin.
Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan.
Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah
mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses
memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagaian besar remaja yang tetap tidak
berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut
menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam tugas perkembangan remaja tersebut.

d. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri. Banyak remaja yang belum


mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan
kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang kekurangan yang
dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri.
Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi
masalah untuk tugas perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai
tua sekalipun).
e. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma.

Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan
orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintangbintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan
membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah "aku" ?, sehingga
hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dorongan dalam
dirinya.
Remaja dan aspek Psikososial. Banyak yang bilang masa remaja adalah masa yang paling indah
(duh seperti di dalam lagi ya) karena di masa remaja banyak perubahan yang kita alami, mulai
dari perubahan fisik sampai psikologi. Dan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk
masyarakat. Segala macam aspek hubungan sosial dengan kawan, orangtua, ataupun guru bisa
disebut dengan aspek psikososial. Masa remaja yang kita alami ini merupakan suatu periode dalam
rentang kehidupan manusia, mau atau tidak mau pasti kita mengalaminya. Pada masa ini,
berlangsung proses - proses perubahan secara biologis juga perubahan psikologis yang dipengaruhi
berbagai faktor, termasuk oleh masyarakat, teman sebaya, dan juga media massa. Kita yang berada
di masa remaja ini juga belajar meninggalkan sesuatu yang bersifat kekanak - kanakan dan pada
saat yang bersamaan kita mempelajari perubahan pola perilaku dan sikap baru orang dewasa. Selain
itu, kita yang remaja ini juga dihadapkan pada tuntutan yang terkadang bertentangan, baik dari
orangtua, guru, teman sebaya, maupun masyarakat di sekitar. Kita bisa - bisa menjadi bingung
karena masing - masing memberikan tuntutan yang berbeda-beda tergantung pada nilai, norma, atau
standar yang digunakan.
Intinya aspek psikososial bisa didefinisikan sebagai aspek yang ada hubungannya dengan kejiwaan
kita dan sosial. Kejiwaan tentu saja berasal dari dalam diri kita, sedangkan aspek sosial berasal dari
luar (eksternal). Kedua aspek ini sangat berpengaruh kala masa pertumbuhan kita.

Kadang yang lebih berpengaruh justru bukan aspek kejiwaan, melainkan aspek eksternal. Misalnya,
pengaruh dari media massa. Demi mengejar body image seperti itu, banyak yang termakan dan
berusaha menjadi imej seperti yang dikatakan di media massa.
Sudah saatnya perubahan diri terjadi bukan dari luar, melainkan dari dalam diri kita sendiri karena
seharusnya aspek psikososial berlangsung secara seimbang. Pengaruh dari luar harusnya mampu
mengubah kita menjadi manusia yang lebih baik. Dengan kondisi ini, diharapkan interaksi aspek
psikologi dan sosial dapat menjadi positif, yang pada akhirnya dapat berdampak positif pada
pembentukan identitas diri kita.
CIRI CIRI KHUSUS PADA REMAJA. Selain tugas - tugas perkembangan, kita juga harus
mengenal ciri ciri khusus pada remaja, yaitu :
Pertumbuhan fisik yang sangat cepat
Emosinya yang tidak stabil
Perkembangan seksual sangat menonjol
Cara berpikirnya bersifat kausalitas ( hukum

sebab akibat )

Terikat erat dengan kelompoknya


PERIODE MASA REMAJA. Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang
batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat
menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan.
Dari kesimpulan yang diperoleh maka masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:
1. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun
a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas.
Cirinya:
- Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
- Anak mulai bersikap kritis
b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal.
Cirinya:
- Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
- Memperhatikan penampilan
- Sikapnya tidak menentu/plin-plan
- Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya:
- Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum
tercapai sepenuhnya
- Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria
2. Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun
9

Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
- Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
- Mulai menyadari akan realitas
- Sikapnya mulai jelas tentang hidup
- Mulai nampak bakat dan minatnya

Dengan mengetahui tugas perkembangan dan

ciri ciri usia remaja diharapkan para orangtua,

pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal hal yang harus dilalui pada masa remaja ini,
sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa remaja ini dengan baik maka pada masa
selanjutnya remaja akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya.
KEBUTUHAN REMAJA DALAM PERKEMBANGANNYA. Menurut Garrison, setidaknya
ada tujuh kebutuhan khas remaja, yaitu :
a. Kasih sayang
b. Diterimanya dalam suatu kelompok
c. Berprestasi
d. Dihargai
e. Mandiri
f. Pengakuan dari orang lain
g. Memperoleh falsafah hidup yang utuh.
MENELUSURI KECEMASAN PADA REMAJA
Bila banyak pihak mencemaskan individu yang berada pada masa remaja, bagaimana dengan
kecemasan yang dialami pada remaja itu sendiri?
Period of storm and stress, Periode pancaroba .Banyak alasan mengapa masa remaja menjadi
sorotan yang tidak lekang waktu. Psikologi sendiri memandang periode ini sebagai periode yang
penuh gejolak dengan menamakan period of storm and stress. Arnett menarik tiga tantangan tipikal
yang secara general biasa dihadapi oleh remaja : (1) konflik dengan orangtua, (2) perubahan mood
yang cepat, dan (3) perilaku beresiko.
Peran teman sebaya yang mulai menggeser peran orangtua sebagai kelompok referensi tidak
jarang membuat tegang hubungan remaja dan orangtua. Teman sebaya menjadi ukuran bahkan
pedoman dalam remaja bersikap dan berperilaku. Meskipun demikian studi Stenberg menemukan
bahwa teman sebaya memang memiliki peran yang penting bagi remaja, namun pengaruh teman
sebaya cenderung pada hal-hal yang berhubungan dengan gaya berpakaian, musik dan sebagainya.
Sementara untuk nilai-nilai fundamental, remaja cenderung tetap mengacu pada nilai yang dipegang
orangtua termasuk dalam pemilihan teman sebaya, biasanya juga mereka yang memiliki nilai-nilai
sejenis
10

Benarkah demikian? Agaknya para orangtua harus berbesar hati dan membuka diri agar tidak
tertipu oleh model rambut, mode pakaian, musik yang berdebum di kamar remaja, juga gaya bahasa
yang tidak jarang membuat telinga terasa penuh. Kedekatanlah yang bisa membuka mata dan hati
untuk melihat lebih jernih nilai-nilai yang sebenarnya dipegang remaja. Bukankah penemuan
Stenberg menjadi angin segar dan harapan yang menggembirakan di mana orangtua atau keluarga
tetap menjadi model utama. Hanya penampilan tentu tidak selalu sama, era digital bukankah
membawa berjuta pilihan? Tidak hanya bagi remaja, tetapi juga orangtua.
Mood yang naik turun juga sering terdengar dari celetukan remaja, Bete niiih.. Ada dua
mekanisme di mana mood mempengaruhi memori kita, yaitu :
(1) Mood-dependent memory ,suatu informasi atau realita yang menimbulkan mood
tertentu.
(2) Mood congruence effects, kecenderungan untuk menyimpan atau mengingat
informasi positif kala mood sedang baik, dan sebaliknya informasi negatif lebih
tertangkap atau diingat ketika mood sedang jelek (Byrne & Baron, 2000).
Bisa dibayangkan bagaimana perubahan mood yang cepat pada remaja terkait dengan kecemasan
yang mungkin terbentuk.
Remaja juga mempunyai reputasi berani mengambil resiko paling tinggi dibandingkan periode
lainnya. Hal ini pula yang mendorong remaja berpotensi meningkatkan kecemasan karena
kenekatannya sering mengiring pada suatu perilaku atau tindakan dengan hasil yang tidak pasti.
Keinginan yang besar untuk mencoba banyak hal menjadi salah satu pemicu utama. Perilaku nekat
dan hasil yang tidak selalu jelas diasumsikan Arnett membuka peluang besar untuk meningkatnya
kecemasan pada remaja.
Model Kognitif dalam studinya tentang empat model kognitif yang digagas oleh Dugas, Gagnon,
Ladouceur dan Freeston menemukan bahwa empat model kognitif tersebut efektif bagi pencegahan
dan perlakuan terhadap kecemasan pada remaja. Kecemasan merupakan fenomena kognitif, fokus
pada hasil negatif dan ketidakjelasan hasil di depan. Hal ini didasari dari definisi Vasey & Daleiden
berikut
Worry in childhood and adolescence has been defined as primarily an anticipatory cognitive
process involving repetitive, primarily verbal thoughts related to possible threatening outcomes and
their potential consequences.
Empat model kognitif itu ialah :
A.

Tidak toleran (intoleransi) terhadap ketidakpastian.

Intoleransi terhadap ketidakpastian merupakan bias kognitif yang mempengaruhi


bagaimana seseorang menerima, menginterpretasi dan merespons ketidakpastian
situasi pada tataran kognitif, emosi dan perilaku.
11

B.

Keyakinan positif tentang kecemasan.

Sejumlah studi menunjukkan bahwa orang yang meyakini bahwa perasaan cemas
dapat membimbing pada hasil positif seperti solusi yang lebih baik dari masalah,
meningkatkan motivasi atau mencegah dan meminimalisir hasil negatif, dapat
membantu mereka dalam menghadapi ketakutan dan kegelisahan.
C.

Orientasi negatif terhadap masalah.

Orientasi negatif terhadap masalah merupakan seperangkat kognitif negatif yang


meliputi

kecenderungan

untuk

menganggap

masalah

sebagai

ancaman,

memandangnya sebagai sesuatu yang tidak dapat dipecahkan, meragukan


kemampuan diri dalam menyelesaikan masalah, menjadi merasa frustrassi dan sangat
terganggu ketika masalah muncul.
D.

Penghindaran kognitif.

Penghindaran kognitif dikonsepsikan dalam dua cara, yakni (a) proses otomatis
dalam menghindari bayangan mental yang mengancam dan (b) strategi untuk
menekan pikiran-pikiran yang tidak diinginkan.
Secara khusus menunjukkan dua hal penting yang bisa menjadi acuan; (1)
intoleransi terhadap ketidakpastian dan orientasi negatif terhadap masalah
merupakan target utama baik dalam pencegahan maupun perlakuan pada kecemasan
yang berlebihan dan tidak terkendali pada remaja, (2) intoleransi terhadap
ketidakpastian juga menjadi konstruk utama dalam kecemasan remaja. Hal lain yang
sangat menarik dalam temuan Laugesen adalah intoleransi pada remaja berkorelasi
dengan persepsi tentang tugas ambigu, namun tidak dengan kecemasan. Hal ini
menunjukkan bahwa intoleransi dan kecemasan sebagai konstruk yang unik.
Intoleransi menjadi kunci penting dalam memahami kecemasan pada remaja.
Secara logika bisa dipahami bahwa ketidakmampuan individu dalam menerima
ketidakpastian sebagai

salah satu kenyataan

yang akan dihadapi cukup

menggambarkan diri orang tersebut. Hal ini juga menarik untuk kembali melirik
teori dan studi tentang diri. Laugesen (2003) juga menguji tingkat kecemasan (tinggi
dan rendah), di mana intoleransi tetap berperan di dalamnya. Remaja atau individu
yang bagaimana tepatnya yang berpeluang untuk mengalamai kecemasan tinggi,
tidak terkendali, atau yang wajar?
Siapa Anda? Siapa saya? Pada model kognitif orientasi negatif pada masalah, individu juga
memiliki kecenderungan untuk meragukan kemampuan diri dalam menyelesaikan masalah yang
datang. Hal ini menunjukkan peran self-efficacy dalam pembentukkan rasa cemas. Bandura (dalam
Brown, 2005) menyatakan self-efficacy sebagai a belief that one can perform a specific behavior,
dan Self-efficacy is concerned not with the skills one has but with judgement of what one can do
with whatever skills one possesses. Individu dengan self-efficacy tinggi meyakini bahwa kerja
12

keras untuk menghadapi tantangan hidup, sementara rendanhya self-efficacy kemungkinan besar
akan memperlemah bahkan menghentikan usaha seseorang. Pencarian identitas menjadi salah satu
aikon pada masa remaja. Hal ini membawa kita untuk menelisik lebih jauh tentang self-concept
yang ada maupun yang sedang terbentuk. Konsep diri merupakan cara individu memandang dirinya
sendiri. Baron & Byrne (2000) merumuskan sebagai berikut, self concept is ones self identity, a
schema consisting of an organized collection of beliefs and feelings about oneself. Konsep diri
berkembang sejalan dengan usia, namun juga merespons umpan balik yang ada, mengubah
lingkungan seseorang atau status dan interaksi dengan orang lain. Pertanyaan Siapa Anda? Siapa
saya? menjadi inti studi psikologi tentang konsep diri. Rentsch & Heffner (1994, dalam Byrne &
Baron, 2000) menyimpulkan dari sekian ragam jawaban atas pertanyaan tersebut dalam dua
kategori; (1) aspek identitas sosial dan (2) atribusi personal. Sebagian dari kita akan menjawab,
Saya adalah arsitek, penulis, mahasiswa, dan lain sebagainya yang mengacu pada identitas sosial
seseorang. Sebagian dari kita yang lain akan menjawab Saya periang, terbuka, pemalu, dan
sebagainya yang lebih merujuk pada atribusi diri. Konsep diri dalam dua kategori yang sedikit
berbeda yakni (1) personal dan (2) sosial. Konsep diri personal adalah pandangan seseorang tentang
dirinya sendiri dari kacamata diri, misalnya Saya merasa sebagai seorang yang terbuka terhadap
kritik. Sedangkan konsep diri sosial berangkat dari kacamata orang lain, seperti, Teman-teman di
kampus melihat saya sebagai orang yang keras kepala, biasanya kalimat ini akan berlanjut dengan
koreksi dari pandangan dirinya sendiri seperti padahal saya hanya mempertahankan pendapat
saya saja. Atau justru kalimat yang membenarkan pandangan lingkungan terhadap diri, seperti
memang saya merasa susah menerima perbedaan sih.. Rogers menambahkan bahwa konsep
diri individu yang sehat adalah ketika konsiten dengan pikiran, pengalaman dan perilaku. Konsep
diri yang kuat bisa mendorong seseorang menjadi fleksibel dan memungkinkan ia untuk
berkonfrontasi dengan pengalaman atau ide baru tanpa merasa terancam.
Lebih lanjut, pembahasan konsep diri membawa kita pada self-esteem, sebagai evaluasi atau sikap
yang dipegang tentang diri sendiri baik dalam wilyah general maupun spesifik. Para ahli psikologi
mengambil perbandingan antara konsep diri dengan konsep diri ideal atau yang diinginkan.
Semakin kecil perbedaan atau diskrepansi antara keduanya, semakin tinggi self-esteem seseorang,
He/she is what he/she wants to be.
Salah satu hasil yang dituju dalam terapi Rogerian
(self-centered therapy) adalah peningkatan self-esteem atau menurunkan gap antara diri dan diri
ideal dalam seseorang.
Budaya & Perkembangan Budaya. Satu lagi yang perlu dipertimbangkan adalah faktor budaya.
Perbedaan budaya memiliki pengaruh pada individu dalam menilai pengalaman emosi. Studi
menunjukkan, di masyarakat kolektif, self critical menjadi norma, sementara di masyarakat
individual, self enhancement yang berlaku (Baron & Byrne,2000). Hal ini memberikan sedikit
petunjuk tentang apa yang menjadi obyek perhatian individu dalam berpikir, bersikap dan
bertindak. Apakah memang faktor eksternal yang lebih menentukan kecemasan remaja di
masyarakat kolektif seperti Indonesia, di mana individu akan sangat terganggu jika tidak bisa
memenuhi aturan main yang berkembang dengan lingkungan terutama teman sebaya? Ataukah
justru pencapaian diri sudah mencuri perhatian remaja sebagai dampak dari era keterbukaan dengan
kecanggihan teknologi informasi.
Masih terbuka banyak jalan untuk memahami kecemasan yang dialami remaja. Melengkapi studi
Laugesen, self-efficacy, self-concept, self-esteem dan budaya menanti untuk digali khususnya pada
remaja di Indonesia.
KEPERCAYAAN DIRI REMAJA. Dalam bahasa gaul harian, pede yang kita maksudkan adalah
percaya diri. Semua orang sebenarnya punya masalah dengan istilah yang satu ini. Ada orang yang
merasa telah kehilangan rasa kepercayaan diri di hampir keseluruhan wilayah hidupnya. Mungkin
terkait dengan soal krisis diri, depresi, hilang kendali, merasa tak berdaya menatap sisi cerah masa
depan, dan lain-lain. Ada juga orang yang merasa belum pede dengan apa yang dilakukannya atau
dengan apa yang ditekuninya. Ada juga orang yang merasa kurang percaya diri ketika menghadapi
13

situasi atau keadaan tertentu. Berdasarkan praktek hidup, kita bisa mengatakan bahwa yang terakhir
itu normal dalam arti dialami oleh semua manusia.
Sebenarnya apa sih yang kita maksudkan dengan istilah pede itu? Kalau melihat ke literatur
ilmiahnya, ada beberapa istilah yang terkait dengan persoalan pede ini.
Di sini saya hanya ingin menyebutkan empat saja:
1. Self-concept: bagaimana Anda menyimpulkan diri anda secara keseluruhan, bagaimana Anda
melihat potret diri Anda secara keseluruhan, bagaimana Anda mengkonsepsikan diri anda secara
keseluruhan.
2. Self-esteem: sejauh mana Anda punya perasaan positif terhadap diri Anda, sejauhmana Anda
punya sesuatu yang Anda rasakan bernilai atau berharga dari diri Anda, sejauh mana Anda
meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga di dalam diri Anda
3. Self efficacy: sejauh mana Anda punya keyakinan atas kapasitas yang Anda miliki untuk bisa
menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini yang
disebut dengan general self-efficacy. Atau juga, sejauhmana Anda meyakini kapasitas anda di
bidang anda dalam menangani urusan tertentu. Ini yang disebut dengan specific self-efficacy.
4. Self-confidence: sejauhmana Anda punya keyakinan terhadap penilaian Anda atas kemampuan
Anda dan sejauh mana Anda bisa merasakan adanya kepantasan untuk berhasil. Self confidence
itu adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy (James Neill, 2005)
Berdasarkan itu semua, kita juga bisa membuat semacam kesimpulan bahwa kepercayaan-diri itu
adalah efek dari bagaimana kita merasa (M1), meyakini (M2), dan mengetahui (M3). Orang yang
punya kepercayaan diri rendah atau kehilangan kepercayaan diri memiliki perasaan negatif terhadap
dirinya, memiliki keyakinan lemah terhadap kemampuan dirinya dan punya pengetahuan yang
kurang akurat terhadap kapasitas yang dimilikinya. Ketika ini dikaitkan dengan praktek hidup
sehari-hari, orang yang memiliki kepercayaan rendah atau telah kehilangan kepercayaan, cenderung
merasa / bersikap sebagai berikut :
- Tidak memiliki sesuatu (keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan secara sungguh sungguh
- Tidak memiliki keputusan melangkah yang decissive (ngambang)
- Mudah frustasi atau give-up ketika menghadapi masalah atau kesulitan
- Kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setengah-setengah
- Sering gagal dalam menyempurnakan tugas-tugas atau tanggung jawab (tidak optimal)
- Canggung dalam menghadapi orang
- Tidak bisa mendemonstrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan mendengarkan yang
meyakinkan
- Sering memiliki harapan yang tidak realistis
- Terlalu perfeksionis
- Terlalu sensitif (perasa)
Sebaliknya, orang yang kepercayaan diri bagus, mereka memiliki perasaan positif terhadap dirinya,
punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang
dimiliki. Orang yang punya kepercayaan diri bagus bukanlah orang yang hanya merasa mampu
(tetapi sebetulnya tidak mampu) melainkan adalah orang yang mengetahui bahwa dirinya mampu
berdasarkan pengalaman dan perhitungannya.
Berbagai studi dan pengalaman telah menjelaskan bahwa kepercayaan diri seseorang terkait dengan
dua hal yang paling mendasar dalam praktek hidup kita.
Pertama, kepercayaan diri terkait dengan bagaimana seseorang memperjuangkan keinginannya
untuk meraih sesuatu (prestasi atau performansi). Ini seperti dikatakan Mark Twin: Apa yang Anda
butuhkan untuk berprestasi adalah memiliki komitment yang utuh dan rasa percaya diri.
Kedua, kepercayaan diri terkait dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi masalah yang
menghambat perjuangannya. Orang yang kepercayaan dirinya bagus akan cenderung berkesimpulan
bahwa dirinya lebih besar dari masalahnya. Sebaliknya, orang yang punya kepercayaan diri
rendah akan cenderung berkesimpulan bahwa masalahnya jauh lebih besar dari dirinya. Ini seperti

14

yang diakui Mohammad Ali. Satu-satunya yang membuat orang lari dari tantangan adalah
lemahnya kepercayaan diri.
Kesimpulan Bandura, menjelaskan bahwa self-efficacy yang bagus punya kontribusi besar terhadap
motivasi seseorang. Ini mencakup antara lain: bagaimana seseorang merumukan tujuan atau target
untuk dirinya, sejauh mana orang memperjuangkan target itu, sekuat apa orang itu mampu
mengatasi masalah yang muncul, dan setangguh apa orang itu bisa menghadapi kegagalannya.
Tak hanya Bandura yang kesimpulan semacam itu. Pakar pendidikan juga punya kesimpulan yang
bernada sama. Self-efficacy yang bagus akan menjadi penentu keberhasilan seseorang (pelajar)
dalam menjalankan tugas. Mereka lebih punya kesiapan mental untuk belajar, lebih punya dorongan
yang kuat untuk bekerja giat, lebih tahan dalam mengatasi kesulitan dan lebih mampu mencapai
level prestasi yang lebih tinggi
Sisi-sisi Negatif. Secara normal bisa dikatakan bahwa semua orang ingin memiliki kepercayaan diri
yang tinggi atau kuat. Ini misalnya terkait dengan dua hal yang sudah kita bahas di muka. Hanya
memang ada satu hal yang perlu kita waspadai bahwa ada beberapa sisi-sisi negatif di balik
kepercayaan diri yang tinggi itu. Sisi-sisi negatif ini perlu kita kelola secara proporsional agar tidak
membuahkan sikap dan perilaku yang merugikan atau merusak. Di antara sisi negatif itu adalah:
1. Arogansi.
Kita merendahkan orang lain (looking down atau humiliate) karena merasa lebih tinggi atau lebih di
atas. Arogansi seperti ini ditolak oleh semua tatanan nilai di dunia ini. Sah-sah saja kita merasa
lebih dari orang lain tetapi yang paling penting di sini adalah jangan sampai kita memandang
rendah orang lain, apalagi menghina baik dengan kata-kata maupun perbuatan.
2. :: Merasa paling benar sendiri dan tidak bisa menerima kebenaran milik orang lain.
Terkadang memang ada alasan untuk merasa benar tetapi yang perlu kita waspadai adalah
munculnya perasaan paling benar yang membuat kita menyimpulkan orang lain semua salah.
Biarpun kita benar tetapi kalau kita merasa semua orang lain salah, ini bisa membuat kita salah.
3. :: Menolak opini orang lain / tidak bisa mendengarkan pendapat orang lain, saran orang lain,
tidak mau mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain atau keras kepala
(stubbornness).
Opini orang lain memang tidak semuanya perlu kita dengarkan tetapi juga tidak semuanya perlu
ditolak. Ada hal-hal positif yang bisa kita ambil dari opini orang lain. Konon, salah satu faktor yang
membuat para pengusaha ambruk setelah mengalami kejayaan adalah karena menolak
mendengarkan opini orang lain, menolak belajar dari orang lain, bersikap fleksibel terhadap
perubahan. Mereka menjadi orang yang tertutup oleh pengalaman kejayaannya selama ini.
4. :: Memiliki model komunikasi yang agresif, otoriter, bergaya memaksa atau tanpa empati.
Model komunikasi demikian kerap menimbulkan kualitas hubungan yang kurang sincere, di
samping juga lebih banyak mengundang konflik, perlawanan atau resistensi. Secara naluri, orang
lain akan lebih nyaman bila didekati dengan model komunikasi yang empatik, asertif atau persuasif.
5. :: Kurang perhitungan terhadap bahaya potensial atau kurang perhatian terhadap hal-hal
yang detail. Berani menghadapi tantangan, punya keyakinan yang tinggi atas kemampuan dalam
mengatasi masalah atau berpikir beyond the technique itu memang positif dan dibutuhkan. Tetapi
jika ini membuat kita terbiasa menyepelekan, menganggap enteng atau careless, sembrono, dan
semisalnya, tentu membahayakan.
6. :: Kurang bisa mempercayai kapasitas orang lain atau terlalu perfeksionis dalam menilai
orang lain. Tidak mudah mempercayai omongan orang lain atau tidak mudah mempercayai
penjelasan orang lain atas kemampuannya sebelum ada bukti-bukti yang nyata, memang ini
dibutuhkan. Ada kalanya kita tidak bisa 100% mempercayai orang lain. Tetapi akan jadi masalah
jika kita tidak bisa mempercayai orang lain untuk semua hal, tidak bisa mendelegasikan pada orang
lain untuk semua pekerjaan, selalu underestimate, selalu ingin menjadi polisi atas orang lain dan
semisalnya, ini bisa menyusahkan diri sendiri.
7. :: Punya penilaian-diri yang over.
Mematok imbalan yang terlalu tinggi, menuntut diperlakukan secara terlalu idealis. Sah-sah saja
kita punya penilaian diri yang setinggi langit sekali pun, mematok harga setinggi-tingginya,
15

namun jika itu malah membuat hidup kita sempit, berarti kita perlu memunculkan pemikiran
alternatif dan belajar menjadi fleksibel. Jangan sampai kita patah gara-gara kita terlalu keras.
Jangan sampai pula kita tidak bisa membedakan antara tahu diri dan tidak tahu diri dalam praktek.
Bedanya sangat tipis.
Sisi-sisi negatif yang saya sebutkan di atas mungkin bisa kita sebut dengan istilah terlalu pede. Ini
juga berbeda dengan pede. Menurut kaidah yang berlaku dalam praktek hidup, sesuatu yang sudah
terlalu, itu biasanya jelek dan dipandang jelek.
Membangun Kepercayaan diri Bagi sebagian kita yang punya masalah seputar rendahnya
kepercayaan-diri atau merasa telah kehilangan kepercayaan diri, mungkin Anda bisa menjadikan
langkah-langkah berikut ini sebagai proses latihan:
1. Menciptakan definisi diri positif.. Cara terbaik untuk mengubah sistem keyakinanmu adalah
mengubah definisi dirimu. Bagaimana menciptkan definisi diri positif. Di antara cara yang bisa kita
lakukan adalah:
a. Membuat kesimpulan yang positif tentang diri sendiri / membuat opini yang positif tentang diri
sendiri. Positif di sini artinya yang bisa mendorong atau yang bisa membangun, bukan yang
merusak atau yang menghancurkan.
b. Belajar melihat bagian-bagian positif / kelebihan / kekuatan yang kita miliki
c. Membuka dialog dengan diri sendiri tentang hal-hal positif yang bisa kita lakukan, dari mulai
yang paling kecil dan dari mulai yang bisa kita lakukan hari ini.
Selain itu, yang perlu dilakukan adalah menghentikan opini diri negatif yang muncul, seperti
misalnya saya tidak punya kelebihan apa-apa, hidup saya tidak berharga, saya hanya beban
masyarakat, dan seterusnya. Setelah kita menghentikan, tugas kita adalah menggantinya dengan
yang positif, konstruktif dan motivatif. Ini hanya syarat awal dan tidak cukup untuk membangun
kepercayaan diri.
2.
Memperjuangkan keinginan yang positif. Selanjutnya adalah merumuskan program / agenda
perbaikan diri. Ini bisa berbentuk misalnya memiliki target baru yang hendak kita wujudkan atau
merumuskan langkah-langkah positif yang hendak kita lakukan. Entah itu besar atau kecil, intinya
harus ada perubahan atau peningkatan ke arah yang lebih positif. Semakin banyak hal-hal positif
(target, tujuan atau keinginan) yang sanggup kita wujudkan, semakin kuatlah pede kita. Kita perlu
ingat bahwa pada akhirnya kita hanya akan menjadi lebih baik dengan cara melakukan sesuatu yang
baik buat kita. Titik. Tidak ada yang bisa mengganti prinsip ini.
3.
Mengatasi masalah secara positif. Pede juga bisa diperkuat dengan cara memberikan bukti
kepada diri sendiri bahwa kita ternyata berhasil mengatasi masalah yang menimpa kita. Semakin
banyak masalah yang sanggup kita selesaikan, semakin kuatlah pede. Lama kelamaan kita menjadi
orang yang tidak mudah minder ketika menghadapi masalah. Karena itu ada yang mengingatkan,
begitu kita sudah terbiasa menggunakan jurus pasrah atau kalah, ini nanti akan menjadi kebiasaan
yang membuat kita seringkali bermasalah.
4.
Memiliki dasar keputusan yang positif .Kalau dibaca dari praktek hidup secara keseluruhan,
memang tidak ada orang yang selalu yakin atas kemampuannya dalam menghadapi masalah atau
dalam mewujudkan keinginan. Orang yang sekelas Mahatma Gandhi saja sempat goyah ketika tibatiba realitas berubah secara tak terduga-duga. Tapi, Gandhi punya cara yang bisa kita tiru: Ketika
saya putus asa maka saya selalu ingat bahwa sepanjang sejarah, jalan yang ditempuh dengan
kebenaran dan cinta selalu menang. Ada beberapa tirani dan pembunuhan yang sepintas sepertinya
menang tetapi akhirnya kalah. Pikirkan ucapan saya ini, SELALU. Artinya, kepercayaan Gandhi
tumbuh lagi setelah mengingat bahwa langkahnya sudah dilandasi oleh prinsip-prinsip yang benar.
5.
Memiliki model / teladan yang positif. Yang penting lagi adalah menemukan orang lain yang
bisa kita contoh dari sisi kepercayaan dirinya. Ini memang menuntut kita untuk sering-sering
membuka mata melihat orang lain yang lebih bagus dari kita lalu menjadikannya sebagai pelajaran.
16

Saking pentingnya peranan orang lain ini, ada yang mengatakan bahwa kita bisa memperbaiki diri
dari dua hal: a) pengalaman pribadi (life experiencing) dan b) duplicating (mencontoh dan
mempelajari orang lain).
IV. TEMUAN-TEMUAN:
1.Tentang Pergaulan di Internet. Ingatlah, meskipun kejujuran adalah segalanya, tidak semua orang
di Internet melakukan hal tersebut. Jadi, ketika kamu sedang menggunakan Internet atau chatting,
berhati-hatilah. Kamu tidak akan pernah tahu ketika ada orang yang mengaku a/s/l
(age/sex/location) - nya adalah 19/f/jkt dan mahasiswi, sebenarnya adalah 40/m/somewhere dan
pengangguran.
Janganlah mudah terpengaruh dengan data-data pribadi orang lain di Internet yang menarik
perhatianmu. Di Internet banyak sekali orang iseng yang berpura-pura menjadi orang lain, entah
menjadi lebih muda/tua ataupun mengaku perempuan/lelaki hanya untuk bercanda dan menjahili
orang lain, hingga untuk menjebak atau membuat malu orang lain.
Waspadalah dengan siapapun yang ingin tahu terlalu banyak. Tidak ada satupun aturan di dunia
yang mengharuskan kamu untuk bercerita jujur tentang jati diri kamu kepada orang lain di Internet.
Simpanlah baik-baik informasi tentang nama kamu, usia, alamat rumah, alamat sekolah dan nomor
telepon. Jangan pedulikan permintaan dari orang yang baru kamu kenal di Internet. Percayakan
pada insting kamu, jika seseorang membuat kamu tidak nyaman, tinggalkan saja.
Curahkan perasaanmu pada sahabatmu. Jika kamu berencana bertemu dengan seseorang yang kamu
kenal di Internet, ajaklah sahabatmu atau orang yang kamu percaya untuk menemanimu. Mintalah
juga agar orang yang akan kamu temui tersebut untuk mengajak temannya. Mungkin ini
kedengarannya aneh, tetapi ini sesungguhnya adalah cara yang jitu untuk keamananmu.
Pastikan agar sahabatmu di dunia nyata mengetahui apa yang tengah kamu pikirkan atau lakukan.
Bahkan jika kamu ada masalah, baik terhadap keluarga, sekolah maupun pacar, ceritakanlah pada
sahabat atau orang yang kamu percaya di kehidupan nyata, bukan yang hanya kamu kenal di
Internet. Bercerita kepada sahabatmu di kehidupan nyata jauh lebih baik dan lebih terpercaya
daripada seseorang asing yang kamu kenal di sebuah chat room.
Jika kamu menerima kiriman e-mail, file ataupun gambar-gambar yang isinya mencurigakan dari
seseorang yang kamu tidak kenal dan kamu tidak percaya, langsung hapus saja kiriman-kiriman
tersebut. Perlakukan kiriman tersebut seperti layaknya sebuah e-mail sampah. Kamu bisa
mendapatkan rugi yang besar hanya gara-gara mempercayai seseorang yang sama sekali belum
pernah kamu temui atau kenali. Hal tersebut juga berlaku pada link atau URL yang tampak
mencurigakan. Janganlah kamu meng-klik apapun yang tidak kamu yakini sumbernya dan
keamanannya, walaupun dengan alasan sekedar ingin mencari jawab atas rasa keingin-tahuanmu.
Jauhi chat room atau mailing-list yang isinya provokatif ataupun berisi hal-hal negatif lainnya.
Jangan mudah terperdaya rayuan-rayuan seseorang di Internet yang mencoba mempengaruhi kamu
agar menjadikannya seorang teman sebagaimana dalam kehidupan sehari-hari. Jangan pula mudah
terpancing dengan provokasi seseorang yang memanas-manasi kamu untuk bertengkar di Internet.
Jika kamu mencoba-coba mencari masalah di Internet, kamu akan mendapatkannya, dan segala
sesuatunya akan lepas kendali secara cepat. Kerugianlah yang akhirnya akan kamu dapatkan
B. Remaja yang Pelupa. Lupa itu sudah menjadi sifat manusia yang alamiah sekali. Sistem ingatan
kita atau memori semua disimpan di dalam otak. Besar kecilnya otak seseorang tidak akan banyak
berpengaruh terhadap memori, tetapi jumlah lipatan-lipatan lapisan luar di otak yang banyak
berpengaruh untuk memori seseorang. Nah, di sini bagaimanapun juga memori seseorang memang
17

terbatas lo. Jadi, ada baiknya kamu aktifkan bantuan-bantuan dari luar. Misalnya dengan
mempunyai catatan harian, organizer, atau reminder. Saat ini telepon genggam juga punya banyak
fasilitas untuk membantu kita mengingat jadwal kegiatan kita sehari-hari. Jadi, kamu juga bisa
mengoptimalkan penggunaan alat-alat bantu itu untuk membantu mengingat-ingat jadwal
aktivitasmu sehari-hari. Selain itu, memori juga bisa dilatih. Semakin aktif kita mengingat banyak
hal atau belajar, semakin banyak sel otak kita yang akan teraktifkan, sehingga ingatan kita akan
selalu terlatih baik dan tidak cepat pikun.
C. PENGOBATAN PADA JERAWAT. Kalau untuk pengobatan ada dua jenis pengobatan yaitu :
Pengobatan dengan perawatan dokter kulit kecantikan.
Dan jenis yang kedua adalah dengan pengobatan tradisional, diantaranya dengan cara meminum air
dari 20 gram kunyit yang diparut lalu diperas airnya sehari 2 kali sampai sepuluh hari, kemudian
pengobatan dihentikan tiga hari, kemudian selanjutnya pengobatan dilanjutkan kembali, demikian
seterusnya. Atau dapat juga dengan meminum air perasan 15 gram temulawak yang ditambahkan
garam secukupnya, dengan cara minum yang sama dengan air perasan kunyit.
Sedangkan melalui pola makan yaitu :Pola makan untuk remaja diutamakan yang memiliki
kandungan serat tinggi. Selain itu perlu juga untuk menambahkan buah-buahan yang mengandung
antioksidan seperti apel, wortel, dan tomat. Selain itu, remaja jg perlu kadar protein yang cukup
yang saya anjurkan untuk memilih tempe dan tahu. Mengapa tempe dan tahu, karena tempe dan
tahu diduga mengandung estrogen, yaitu suatu hormon yang berfungsi untuk menghaluskan kulit,
menghilangkan jerawat dan mencegah kanker prostat. Hindari makanan berlemak dan berminyak
jenuh (minyak yang sudah dipakai berkali-kali).
D. Mencegah Kebiasaan Merokok di Kalangan Remaja
Fakta bahwa rokok menyebabkan berbagai penyakit fatal seperti kanker dan kebutaan
mengharuskan kita memfokuskan kepada kebiasaan merokok, terutama di kalangan remaja.
Kecanduan merokok akan sangat susah untuk disembuhkan apalagi jika kebiasaan merokok tersebut
didapat sejak masa remaja.
Melawan kecanduan merokok di kalangan remaja tidaklah mudah, mengingat ada kecenderungan
bereksperimen dan memberontak di kalangan remaja tersebut. Berikut ini adalah tips yang berguna
bagi orangtua dalam mengatasi hal ini:
a. Bicara kepada anak Anda mengenai manipulasi yang dilakukan oleh media iklan. Jika anak Anda
sadar bahwa dia dieksploitasi dan dimanipulasi oleh perusahaan rokok, maka dia akan tidak
mudah untuk percaya terhadap kesan glamor, macho dan keren yang selalu tergambarkan
di setiap iklan rokok.
b. Tunjukkan fakta bahwa merokok membuat nafas dan baju berbau, dan gigi menjadi kuning. Hal
ini membuat dia dijauhi oleh teman-teman mereka, baik laki maupun perempuan.
c. Dorong anak Anda agar menolak memakai berbagai barang yang berhubungan dengan
perusahaan rokok. Kaos, topi, jaket, dan lain-lain, yang memuat lambang atau merek rokok, tidak
hanya membuat anak Anda cenderung untuk merokok, tetapi juga membuat dia bagaikan iklan
berjalan untuk perusahaan rokok, yang pada akhirnya mendorong teman-teman anak Anda
mencoba untuk merokok.
d. Berikan anak Anda brosur-brosur anti rokok dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan
Departemen Kesehatan. Brosur-brosur tersebut akan memuat gambar-gambar bagian tubuh
manusia, seperti paru-paru, yang rusak akibat merokok. Hal ini menyebabkan anak Anda berpikir
panjang untuk mencoba merokok.

18

Karena remaja tidak terlalu memikirkan masa depan, sangat susah bagi mereka untuk
menghubungkan kebiasaan merokok dengan penyakit yang mungkin mereka derita di masa depan.
Dampak negatif merokok dapat lebih dirasakan jika Anda berbicara pada anak anda secara jujur,
mengenai teman atau saudara anda, yang menderita sakit karena kebiasaan merokok.
1. Dorong sekolah anak anda untuk mengadakan program anti rokok di sekolah.
2. Jika anak Anda aktif dalam olahraga sekolah, informasikan bahwa merokok akan
berpengaruh buruk terhadap prestasi dia dalam berolahraga. Dorong pelatih olahraga untuk
berbicara mengenai dampak buruk merokok.
3. Jika Anda juga merokok, cobalah untuk menghentikan kebiasaan merokok tersebut.
Bagaimanapun Andalah teladan bagi anak Anda. Tolonglah diri Anda sendiri untuk berhenti
merokok. Lakukan demi kebaikan Anda dan yang terpenting, demi kebaikan anak Anda.
E. Menjaga Berat Badan.
Untuk membantu kita, berikut ini ada beberapa tips untuk menjaga berat sekaligus kebugaran
badan:
1. Berolahraga dengan teratur. Selain untuk menjaga berat badan, olahraga juga baik untuk
pertumbuhan tulang yang kuat.
2. Minum susu. Susu tidak membuat kita lebih gemuk. Segelas susu rendah lemak hanya
mengandung 80 kalori dan sekaligus mengandung protein dan kalsium yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tulang pada masa remaja kita (bandingkan dengan 120 kalori dari
softdrink, hanya berisi gula, tanpa kalsium dan protein).
3. Makan makanan yang bervariasi, termasuk banyak sayur dan buah. Hal ini penting agar
kebutuhan tubuh kita akan berbagai nutrisi terpenuhi.
4. Minum banyak air putih, sedikitnya 8 gelas sehari dan kurangi minum yang manis-manis
seperti sirup, teh botol, dan soda/softdrink.
5. Makan daging yang rendah lemak dan tinggi protein, seperti daging tanpa lemak, ayam
tanpa kulitnya, ikan, serta kacang-kacangan.
6. Makanlah makanan yang mengandung zat besi, serat, dan vitamin B.
7. Sempatkan sarapan. Penelitian menunjukkan bahwa makan pagi dapat membuat kita
belajar lebih baik di sekolah dan makan lebih sedikit sepanjang hari. Sebaliknya, tidak
sarapan justru dapat menaikkan berat badan karena tubuh menurunkan metabolismenya
untuk menyimpan tenaga.
8. Jangan menggunakan obat-obatan untuk berdiet kecuali kalau kita memang dalam
pengawasan dokter.
9. Cewek kehilangan banyak zat besi selama masa menstruasi. Oleh karena itu, pada masa
haid ini kita harus lebih cermat dalam mengatur kandungan nutrisi yang kita konsumsi.
10. Cowok tidak perlu berdiet tinggi protein (seperti mengonsumsi 20 telur ayam per hari)
untuk membentuk otot. Dengan menjaga pola makan yang sehat dan seimbang, kita sudah
mendapatkan protein yang kita butuhkan untuk tubuh kita. Kelebihan protein tidak lagi
disimpan sebagai protein di masa mendatang, melainkan sebagai lemak.
Kesimpulannya, diet itu boleh-boleh saja dilakukan oleh remaja, selama untuk alasan yang
sehat dan dilakukan secara sehat dan aman, yaitu dengan cara menjaga pola makan yang sehat dan
19

seimbang. Kita perlu diet kalau pola makan kita ternyata berlebihan, yang justru membahayakan
kesehatan. Dalam beberapa hal, diet tidak hanya membuat kita kelihatan lebih baik, tapi juga
membuat kita merasa lebih baik.
Namun, yang paling penting bagi kita adalah memperlakukan tubuh kita dengan adil. Jangan
sampai kita membenci tubuh kita sendiri hanya karena kelebihan berat beberapa kilogram. Dengan
menerima tubuh kita dan membuat pilihan-pilihan yang sehat, kita akan bisa mempertahankan berat
badan dalam batas yang wajar dan tetap menikmati hidup. Selain itu, daripada hanya terpaku pada
bentuk tubuh saja, lebih baik kita pusatkan perhatian kita pada mengejar kualitas intelektual dan
kepribadian kita. Walaupun televisi dan majalah penuh dengan mereka yang kurus dan seolah-olah
mode baju hanya diciptakan untuk mereka yang kurus, tenang aja, kita enggak perlu merasa minder.
Kalau cuma urusan pakaian, kita bisa kreatif bikin model yang paling pas buat kita. Ingat, cantik
atau ganteng itu datangnya dari dalam diri kita. Kalau kita merasa bahagia dengan diri kita sendiri,
apalagi kita pinter, baik hati, pandai bergaul, dan berkepribadian kuat, dengan sendirinya kita akan
tampil menarik.
CONTOH KASUS DUNIA REMAJA
Saya sedang suka sama cowok satu sekolahan, tapi dia kelas tiga sedang saya kelas dua.
Kayaknya dia juga suka sama saya, kalau melihat setiap kali ketemu dia tersenyum pada saya.
Padahal kami belum saling kenal. Tapi setiap kali berpapasan, saya pasti bingung mau ngomong
apa, malah malu untuk memandang dia. Apalagi dia selalu bersama teman2nya, saya takut
ditertawakan. apa yang harus saya lakukan? Bagaimana caranya saya bisa ungkapin perasaan saya?
Apa saya yang harus mulai duluan, saya kan cewek? Terus apa benar saya sedang jatuh cinta?
S, 17 tahun
Jawab:
Halooo S...
Apa kamu tidak punya teman yang kenal sama dia? Kalau ada kan bisa minta tolong dikenalin. Yah,
mungkin masalahnya kenalannya itu ya? Kalau begitu bagaimana bila ikut ekstrakurikuler yang
sama dengan dia. Atau pura-pura mau pinjam buku sama dia. Atau kenalan dulu sama temannya
lewat teman kamu yang kenal sama temannya itu (nah, pusing kan). Atau tulis surat apa imel.
Atau. (wah banyak atau2 lainnya pasti).
Intinya, ACTION. Iya deh, S harus melakukan sesuatu dan tidak diam saja. Sesuatu itu bisa apa saja
tergantung situasi dan kreativitas S tentunya. Kalau S tidak melakukan apa - apa, ya tentunya tidak
akan terjadi apa - apa. Iya kan?
Nah ini baru langkah pertama, yaitu kenalan. Gimana kamu tau kalau kamu sedang jatuh cinta apa
tidak kalau belum kenal. Terus gimana mau melanjutkan hubungan kalau belum kenal. Jadi yang
harus diusahain adalah kenalan terlebih dahulu.
Dulu - duluan, emangnya bis. Kalau untuk kenalan, kan nggak penting cewek atau cowok duluan.
Yang penting kenalan.
Tapi S, setelah itu kamu berusaha untuk mengenal dia lebih lanjut. Artinya, sebelum kamu cukup
kenal sifat - sifatnya, kebiasaannya dan seterusnya., yah berteman saja dulu. Kalau sudah cocok
sama hati kamu, baru ngomongin perasaan. Itu kalau bener kamu jatuh cinta sama dia. Ok?
REFERENCE:
Halonen, J.S., & Santrock, J.W. (1999). Psychology: Contexts & applications (3rd ed.). Boston:
McGraw-Hill College. [ISBN 007-397558-3]
Supplementary Texts & Media:Landrum, R.E. (1999). Introduction to psychology practice tests.
Boston: McGraw-Hill College.
Schneider, S.A. (1999). Student study guide to accompany: Psychology: Contexts & applications
(3rd Ed.). Boston: McGraw-Hill College.
20

21

Anda mungkin juga menyukai